1. Kondisi Eksisting
ariwisata di Kabupaten Jombang belum mempunyai sektor atau kawasan unggulan yang mampu bersaing.
P
Belum ada tangan dingin yang menyentuhnya secara layak. Kebijakan belum berpihak secara nyata.Wisata
alam masih dibiarkan perawan. Wisata buatan masih disuguhkan dalam kondisi ketinggalan puluhan tahun
dibanding daerah wisata lain. Wisata religi dikelola secara apa adanya. Wisata minat khusus seperti Wisata
Ziarah Makam Gus Dur memang mengalami lonjakan pengunjung, Hal tersebut bukan karena pengelolaan
yang tersencana, namun lebih disebabkan oleh pribadi Gus Dur yang memiliki daya tarik kuat.Wisata kuliner
juga belum memiliki “imej-khas” Jombangan. Semua masih serba tanggung.
Kecenderungan pengembangan pariwisata di Jombang berjalan secara karitatif (lepas-lepas), tidak ada
keterkaitan antara pengembangan sektor maupun obyek pariwisata yang satu dengan lainnya. Pemangku
kepentingan pariwisata masih berjalan dengan dasar pemikiran dan arahnya sendiri-sendiri. Hal ini berakibat pada
pertumbuhan wisata yang tidak ajeg atau konsisten.
b. Wisata Buatan
Peradaban manusia Jombang telah melahirkan budaya yang berfungsi menciptakan kemudahan dalam
setiap langkahnya. Salah satunya adalah dengan daya kreasinya menciptakan sesuatu yang bisa meningkatkan
kenyamanan hidupnya. Dengan begitu banyak yang tertarik mengunjungi untuk menemukan kepuasan tersendiri,
berupa wisata buatan.
Buatan mereka dengan memanfaatkan anugerah alam yang kemudian dikemas sedemikian rupa, sehingga
menjadi suguhan yang lebih menarik. Misalnya Tirta Wisata yang dulunya berupa waduk alam, dibentuk menjadi
waduk melingkar dengan bangunan Balai Apung di atasnya. Untuk menambah imej wisata air, maka dibuat juga
kolam renang, bahkan saat ini ditambah waterboom mini.
Tabel 2
Daftar Wisata Buatan Jombang
NO. OBYEK LOKASI POTENSI
1 Sumber Penganten Jogoroto Wisata, Sumber Air/Irigasi
2 Sumberboto Japanan, Mojowarno Wisata, Ritual
3 Tirta Wisata Keplaksari, Peterongan Wisata, Ekonomi
4 Agrowisata Panglungan, Wonosalam Wisata, Perkebunan
5 Alun-alun Jombang Jombatan, Jombang Wisata, Upacara
6 Kebonrojo Jombatan, Jombang Wisata, Olahraga
7 Alun-alun M.Agung Kauman, Mojoagung Wisata, Olahraga
8 Dam Karet Tanjung Wadung, Kabuh Wisata, Pengairan
9 Care Dree Day Jl. KH Wahid Hasyim Wisata, Olahraga
c. Wisata Religi
Wisata religi berupa merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk acara-acara yang bersifat
keagamaan. Bentuknya bisa berupa tempat ibadah atau ritual bahkan even yang bersifat keagamaan atau tradisi
memperingati hari-hari besar keagamaan.
Tabel 3
Daftar Wisata Religi
NO. OBYEK LOKASI POTENSI
1 Thariqat Kemisan PP Darul ‘Ulum Peterongan Wisata Pendidikan
2 Padhang Bulan Mentoro Sumobito Wisata Pengajian
3 Majma’al Bahrain Losari Ploso Wisata, Ritual, Pameran
4 Masjid Jami’ Jombang Jombatan, Jombang Wisata Ritual, Ibadah
5 Klenteng Hong S. K Gudo Wisata, Ritual, Medis
6 Mahabbatur Rosul Sumbermulyo Jogoroto Wisata, Lelang, Karnaval
7 Masjid Jami’ Jombang Jombatan, Jombang Wisata Ritual, Ibadah
8 GKJW Mojowarno Mojowarno Wisata Arsitektur
1) Wisata Situs
Wisata situs peninggalan sejarah menyebar di wilayah Kabupaten Jombang, mulai sebelum terjadi
pengangkatan 3 lempeng benua di Lipatan Kabuh sampai wilayah ini menjadi Kabupaten dan merdeka. Jejak
manusia purba di lapisan Pucangan, Kabuh, dan Kalibeng penanda usia peradaban kita sudah lebih dari dua
setengah juta tahun silam.
Tabel 5
Wisata Situs Peninggalan Sejarah
NO. OBYEK LOKASI POTENSI
1 Fosil Rahang Gajah, Kerang Kromong Ngusikan Sejarah
2 Tembelang (Mpu Sindok) Tembelang, Tampingan Sejarah
3 Watu Galuh (Mpu Sindok) Watugaluh Diwek Sejarah
4 Pundong (Mpu Sindok) Pundong Diwek Sejarah
5 Prasasti Poh Rinting, Candi Glagahan Perak Sejarah
6 Jaladri, Candi, Makam, (Wali) Sumbergondang Kabuh Sejarah
7 Patirtan Sendang Made Made Kudu Sejarah
8 Goa Made, Terowongan Air Made Kudu Sejarah
9 Prasasti Gewek (Mpu Sindok) Tengaran Peterongan Sejarah
10 Prasasti Munggut (Erlangga) Gurit Katemas Kudu Sejarah
11 Candi Rimbi (Majapahit) Pulosari Bareng Sejarah
12 Yoni Gambar (Batas Majapahit) Japanan, Mojowarno Sejarah
13 Tugu Badas (Batas Majapahit) Tugu Sebani Sumobito Sejarah
14 Umpak Gorobogan Grobogan Mojowarno Sejarah
15 Candi Bakalan Pulorejo Ngoro Sejarah
16 Prasasti Sela Ringgit Carangwulung W.Salam Sejarah
16 Masjid Tiban Brodot Bandar KM Sejarah
17 Makam Damarwulan Sudimoro Megaluh Legenda/Sejarah
18 Candi Tampingmojo Tampingmjo Tembelang Sejarah
19 Masjid Tiban Brodot Bandar K Muyo Sejarah
4) Permainan Tradisional
Permainan Rakyat atau Permainan Tradisional merupakan sebuah kekayaan budaya yang tidak
boleh disepelekan. Permainan atau yang bahasa Jombangannya adalah dulinan, tidak lepas dari dunia anak.
Permainan Rakyat yang diangkat dalam tulisan ini merupakan permainan yang hidup di daerah Kabupaten Jombang
Tabel 8
Tabel Wisata Permainan Tradisional
5) Wisata Kuliner
Tabel 9
Makanan Khas Jombang
NO. OBYEK LOKASI
1 Soto Dok Jombang
2 Lodeh Kikil Mojosongo dll.
3 Soto Ayam Nglaban, Pak Loso, Cak Farid Diwek
4 Sate kambing Tholabi, P.Slamet, P. Faqih Jombang
5 Sate Ayam Jl. Wahid Hasyim
6 Sate Bledhek Emplasemen Pasar Legi Jombang
7 Pecel Kebon Rojo Jombang
8 Pecel Rengkek Sumbermulyo Jogoroto
9 DapurDK, Dewi Kahyangan, Tlogo Madu, Mulyorejo Jombang
10 Sambel Pencit Sagu Jombang,Sumobito
11 Rawon Pojok, Alun-alun Mojoagung Perak
12 Lesehan: Zamzam, Yusro, Sri Kedaton, Diwek
13 Ayam Panggang Gudo, Banjardowo Jombang
14 Bakso Mama, Cak Kempot, Tenggor, Rizal, Nglele Jombang
15 Pecel Lele, Bandar KMulyo
16 Bakso Patin Perak
17 Rawon, Rames, Bakso Tenis Cak Kodir Mojoagung
18 Pusat Kuliner Gubernur Suryo Jombang
6) Wisata Oleh-oleh
Tabel 10
Wisata Oleh-oleh Jombang
Tabel 11
Wisata Belanja
Sirkulasi
Sebaran bangunan umumnya berpola linear atau berderet memanjang di sepanjang jalan utama,
begitu juga jalan-jalan kecil percabangannya. Sistim sirkulasi pada kawasan tersebut pada dasarnya mengarah
pada sistim grid, sebuah sistim sirkulasi yang memungkinkan jalan keluar masuk secara leluasa di setiap ujung
poros jalan. Namun karena sempitnya jembatan dan jalan, maka sistim grid tersebut tidak bisa berjalan secara
maksimal.
Pada saat terjadi acara ritual di makam, terutama berpuncak pada acara Khaul Gus Dur, hampir
seluruh badan jalan hingga penutup selokan di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan dimanfaatkan untuk
berjualan. Simpul-simpul ruang terbuka sempit atau luas digunakan untuk tempat parkir, meskipun ruang parkir
khusus sudah terbangun.
Transportasi
Prasarana Jaringan Jalan belum mendukung secara optimal. Kondisi jalan lingkungan di kawasan
Ponpes tebuireng dan sekitarnya sudah diperkeras dengan aspal maupun paving stone. Hanya saja lebar jalan
kurang memadai. Jalan penghubung ke kawasan dari luar kota pada umumnya sudah cukup, namun belum dari
seluruh arah.
Sarana angkutan umum sebenarnya sudah cukup memadai. Hal ini disebabkan kawasan ini berada di
jalur jalan utama Jombang – Malang / Kediri / Blitar. Angkutan bus maupun minibus tersedia meskipun tidak
sepanjang 24 jam.
Ke depan wajib disediakan sarana angkutan umum perkotaan atau pedesaan yang selalu ada jika
dibutuhkan para pengunjung. Untuk itu perlu diatur secara tepat guna penggunaan becak, ojek, kereta kuda,
angkot, dan angkudes. Kalau perlu ada persewaan sepeda goes, sepeda motor, mobil penumpang, maupun
mobil angkutan barang.
Utilitas
Air bersih untuk kebutuhan sehari-hari mudah didapat, baik melalui PDAM, sumur gali, maupun
pengeboran air tanah. Untuk lebih menjamin ketersediaan air secara lebih merata namun hemat, maka harus
ditingkatkan dengan cara pengembangan fasilitasi air bersih.
Hampir seluruh rumah dan fsilitas dalam Ponpes Tebuireng dan sekitarnya, sudah dilayani oleh
jaringan listrik PLN. Hal ini akan mendorong cepatnya perkembangan kawasan terutama di bidang sosial
ekonomi dan informasi. Dengan bertambahnya kebutuhan daya, maka ke depan harus dipastikan ketersediaan
dan keamanannya.
Saluran drainase di kawasan itu masih banyak yang tercampur dengan saluran limbah rumah tangga,
kecuali saluran di jalan utama. Perlu dipastikan kelah satu depan agar lebih didalami, agar tidak menjadi satu
penyebab mampet dan banjir.
Persampahan sampai saat ini belum terlalu menjadi masalah. Namun ke depan harus diperhitungkan
bertambahnya sampah kunjungan wisata ziarah ini dengan perencanaan yang cermat berbasis lingkungan.
3. Kebutuhan Investasi
Untuk pengembangan kawasan wisata ziarah Makam Gus Dur, layak diberi pembiayaan sangat
besar. Kalau hanya menggantungkan kemampuan pemerintah sangatlah tidak mungkin. Oleh karena itu wajib
memberikan peran pada sektor swasta. Modal bisa ditanam oleh lembaga keuangan bank, lembaga keuangan
nonbank, lembaga keuangan mikro, maupun kelompok keuangan masyarakat. Kelayakan usaha sangat
dibutuhkan oleh calon investor.
Pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif. Sebagai fasilitator, pemerintah seharusnya
memberikan kemudahan dalam banyak hal. Perijinan mudah dan cepat. Sarana dan prasarana jalan harus
selalu ditingkatkan, terutama menuju obyek-obyek wisata potensial. Minimal jalan penghubung antar kecamatan
harus lebar dan nyaman dilintasi. Sarana dan prasarana penunjang harus diberikan secara memadai sesuai
kebutuhan masing-masing melalui peningkatan peran kecamatan dalam koordinasi pengembangan antar desa..
Pemerintahan desa diwajibkan membentuk Badan Usaha Milik Desa sesuai potensi masing-masing
secara partisipatif. Dengan demikian, desa akan berkembang secara merata berpijak pada kekuatan sendiri;
baik permodalan, sumberdaya manusia, maupun pemenuhan kebutuhan dasarnya. Pengusaha kecil yang asli
desa perlu diutamakan disbanding pedagang yang berasal dari luar. Dengan begitu, masyarakat desa tidak
hanya menjadi penonton di desanya sendiri.
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN WISATA UNGGULAN
Dengan kondisi terurai di atas, maka kawasan Makam Gus Dur di dalam Ponpes Tebuireng sangat
memenuhi syarat untuk dipilih sebagai Kawasan Wisata Unggulan di Kabupaten Jombang.
Untuk itu perlu digagas strtegi pengembangannya. Perlu dipilih sektor strategis yang akan dijadikan pintu
masuknya. Berikutnya baru digagas komoditas unggulan yang layak dijual guna meningkatkan kunjungan
wisata secara signifikan. Dengan mengetahui keduanya, baru ditentukan luasan kawasan yang akan dijadikan
areanya.
Berangkat dari pengalaman beberapa tahun ini, tampaknya sektor yang paling strategis adalah pada
saat dilaksanakan acara Khol (Haul) Gus Dur pada Bulan Desember. Terbukti saat itu kuantitas dan kualitas
pengunjung sangat menonjol. Banyak tokoh berskala nasional dan internasional berdatangan.
Kawasan Andalan Wisata Minat Khusus “Ziarah Makam Tebuireng” pada “Khaul/Khol Akbar Gus Dur”
bisa ditetapkan sebagai puncak acara Kunjungan Wisata Jombang 2015, dengan pertimbangan:
1. Tahun Kunjungan Wisata Kabupaten Jombang Tahun 2015 membutuhkan acuan penting dalam hal alokasi
anggaran fasilitasi Pemerintah Kabupaten serta alokasi investasi bagi pihak swasta maupun masyarakat;
2. Dengan prinsip titik akupunktur, maka dipilih simpul kawasan dan atau atraksi wisata yang memiliki potensi dan
peran penting;
3. Dalam aspek keruangan, transaksi ekonomi akan berpengaruh bagi wilayah sekitarnya; sehingga dengan
pengembangan kawasan tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan kawasan sekitarnya;
4. Dalam aspek atraksi wisata, kemenonjolan seni budaya dan sosial akan menjadi magnet bagi berkembangnya
upaya revitalisasi kekayaan budaya yang sangat beragam dan membentuk interaksi sosial yang semakin
“welcome” kepada beragam pengunjung.
Kawasan terpilih bisa diukur potensinya sebagai berikut:
KabupatenJombang
1. Potensi Aksesbilitas: Akses Nasional (rute antar propinsi), Akses Regional (rute antar kabupaten);
2. Pusat Pelayanan Pendidikan Pondok Pesantren (4 ponpes besar, 2 ponpes khusus, dan ratusan ponpes kecil);
3. Pusat Pelayanan Agribisnis (gudang padi, palawija, tembakau, durian, jeruk nipis, dll.);
4. Pusat Pelayanan Ragam Pariwisata : Alam, Kuliner, Minat Khusus, Situs Sejarah, Seni Budaya. dll.;
5. Pusat Kreasi dan Pertumbuhan Seni Budaya Tradisional (Besutan, Ludruk, Gambus Misri, Seni Hadrah
Shalawat).
“FESTIVAL SENI BUDAYA KOTA SANTRI MENUJU TAHUN KUNJUNGAN WISATA JOMBANG 2015”
Tema tersebut sekaligus dipakai sebagai judul buku kajian ini. Dengan begitu rekomendasi yang
disampaikan sesuai dengan tujuan penyusunan kajian yang diwujudkan berupa buku ini.
a. Atraksi Wisata, Jasa Wisata, dan Industri Wisata Kawasan Kajian
Kawasan Wisata Minat Khusus Makam Gus Dur dan sekitarnya sebagai kawasan kajian ini; termasuk
wilayah tengah yang hampir tidak berkontur. Hal-hal yang dapat ditawarkankan kepada para pengunjung tentang
kepariwisataan tidak hanya berfokus pada agro wisata dan agro industri saja. Jenis wisata yang bisa ditawarkan
kepada pengunjuang sangatlah beragam. Semuanya disuguhkan dalam bentuk atraksi wisata, jasa wisata,
maupun industri wisata.
1) Wisata Alam mungkin paling sulit ditawarkan di kawasan kajian ini. Anugerah alam dengan kesuburan tanahnya
membuat budidaya tanaman pangan dan lainnya tidak mengalami kesulitan. Proses produksi padi, polowijo,
maupun tanaman kebun salak bisa menjadi wisata pendidikan mulai menanam, memanen, produksi pasca
panen, sampai pengemasan yang menarik dan khas, yang sangat menjanjikan. Di desa Jatirejo, Keras, dan
lainnya dikenal salaknya yang manis-masir.
2) Wisata Buatan belum hadir secara memadai di kawasan ini. Wisata keluarga berupa wisata air, taman bermain,
rumah pintar, maupun lainnya hadir secara insidental dan bersifat even.
3) Wisata Religi sangat kental di kawasan kajian ini. Puluhan Pondok Pesantren ada di kawasan ini. Ponpes
Tebuireng merupakan pondok pesantren besar dan bersejarah. Di seputarnya yang hampir berdempetan dalam
satu desa, berdiri Pondok Pesantren lainnya, termasuk Ponpes Hafalan Al Qur’an yang sangat terkenal. Agak
lebih jauh berdiri Ponpes di Bulurejo, Paculgowang, Watugaluh, dan lainnya. Lebih jauh lagi ada puluhan Ponpes
Salaf lainnya.
4) Wisata Minat Khusus menjadi andalan kawasan ini, yaitu kawasan Makam Mbah Hasyim Asy’ari dan terakhir
menjadi daya tarik besar Karen Gus Dur seorang Guru Bangsa, Sang Presiden, dan Tokoh Pruralis yang
mendunia, dimakamkan dalam satu kompleks yang sama. Karena kenyataan itulah dibuat Buku Kajian ini.
5) Wisata Budaya di kawasan kajian ini cukup marak. Wisata Situs sangat banyak di sekitar kawasan itu.
Watugaluh yang berjarak hampir 1 km, pada tahun 937 M menjadi pusat Kerajaan Besar Nusantara yaitu
Mataram atau dengan nama lain Medang Kamulan. Tinggalan-tinggalan sejarah bertaburan di sekitar itu. Ada
Candi Pundong, Candi Glagahan dan Prasasti Poh Rinting di Glagahan, Candi Gedangan di Pulorejo, dan masih
banyak lagi lainnya. Wisata Budaya lainnya adalah banyaknya kesenian hadrah shalawat di lingkungan Ponpes
maupun di luar Ponpes.
Ada upacara khaul / khol, walimatul khitan, aqiqah, mauludan, idhul fitri, idhul adha, riyaya kupatan, khataman,
srakalan, dan lainnya. Di samping itu ada budaya tayuban, pentas ludrukan, wayangan pada pembukaan Giling
Pabrik Gula Tjoekir. Sementara pabriknya itu sendiri bisa menjadi obyek wisata belajar yang berbasis teknologi.
Usia pabrik gula di Jombang tidak jauh dari pengangkatan RAA Soeroadiningrat sebagai Bupati Jombang
pertama tahun 1910. Pada saat itu tidak kurang dari 9 (Sembilan) pabrik gula didirikan di Jombang. Yang tersisa
sekarang tinggal dua, yaitu Pabrik Gula “Djombang Baroe” dan Pabrik Gula “Tjoekir”. Ada budaya Pesta Petasan
(Sreng Dor) yang selalu berlangsung di Desa Keras yang tidak sampai satu kilo jaraknya dari Makam Gus Dur.
Budaya ini berlangsung pada setiap Hari Raya Kupat. Pengunjung yang dating tidak hanya dari warga sekitar,
tetapi dari banyak daerah termasuk di luar kabupaten Jombang.
Sayangnya acara rutin ini dianggap sesuatu yang membahayakan keamanan masyarakat. Memproduksi petasan
itu sendiri merupakan sesuatu yang dilarang dan melanggar hukum. Bagi masyarakat Desa Keras, membuat
petasan merupakan pekerjaan turun-temurun yang menghasilkan pendapatan yang sangat menjanjikan.
Akibatnya selalu terjadi disharmoni antara masyarakat dengan aparat. Alangkah baiknya kesenjangan
kepentingan ini bisa dihilangkan dengan langkah yang bijaksana. Salah satu yang kami rekomendasi adalah:
a) Penyelenggaraan Budaya ini diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten Jombang dengan melibatkan
masyarakat setempat serta Muspida;
b) Bentuk acara diubah dari “Pesta” menjadi “Festival”;
c) Lebel Acara diganti dari “Pesta Mercon Sreng Dor” diganti dengan “Festival Kembang Api”;
d) Peserta di samping melibatkan masyarakat local juga mengundang peserta dari daerah lain maupun
masyarakat internasional;
e) Warga Desa Keras yang biasanya mengikuti budaya ini sebagai produsen maupun pelaku pesta
diberdayakan dengan:
(1) Diubah pola pikir (mindset) masyarakat, agar mereka siap menerima perubahan ini;
(2) Dilatih cara membuat kembang api secara profesional, agar mampu bersaing di pasar kembang api;
(3) Difasilitasi pembiayaan secara layak dan bertanggung jawab dalam suatu kelompok bisnis yang
bankable;
(4) Didampingi secara efektif oleh pihak yang terkait.
6) Wisata Kuliner di kawasan kajian ini juga menarik. Lodek Kikil dengan rasa kekal berderet-deret di Jl KH
Hasyim Asyari yang memanjang dari rel KA di Kaliwungu sampai dengan kawasan Pondok Pesantren Tebu
Ireng. Sate Haji Fakih sangat terkenal rasa khasnya yang gamoh. Begitu juga dengan Soto Nglaban. Di
Kwaron yang berdempet dengan Ponpes Tebu Ireng dikenal produk Kue Banjar yang ujudnya seperti kaktus
berduri, sangat khas rasanya. Kacang Goreng Cukir yang nglinthing enak rasanya dicari banyak orang.
Namun untuk itu dengan buku kajian ini kita tidak hanya menekankan pada pengembangan 14 kelompok industri
kreatif saja, melainkan juga pengembangan pada berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif,
yaitu sumberdaya manusia, bahan baku berbasis sumberdaya alam, teknologi, tatanan institusi, serta lembaga
pembiayaan yang menjadi komponen dalam model pengembangan.
Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, diyakini sinergitas atau kolaborasi antar stakeholders utama dalam
ekonomim kreatif yaitu Cendekiawan, Pebisnis, dan Pemerintah menjadi mutlak dan menjadi persyaratan dasar.
Sinergitas ini akan menghilangkan ketidakselarasn, ketidakefisienan, dan tumpang-tindihnya kebijakan dan langkah
yang diambil. Hal ini bisa dijalankan kalau ada koordinasi yang baik, kerja sama yang saling menguatkan, dan kalau
perlu adanya forum ekonomi kreatif yang partisipatif.
Langkah utamanya adalah menjawab permasalahan pokoknya antara lain:
1. Kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia sebagai pelaku dalam Industri Kreatif membutuhkan perbaikan
dan pengembangan;
2. Iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha di Industri Kreatif, melalui administrasi pemerintah
daerah yang tertib, kebijakan dan peraturan daerah, infrastruktur yang memadai, serta perlindungan terhadap hak
kekayaan intelektual;
3. Penghargaan dan apresiasi yang pantas untuk Insan Kreatif dan hasil Karya Kreatif di daerah, sebagai
rangsangan tumbuhnya creator-kreator yang produktif;
4. Percepatan tumbuhnya Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga
memudahkan akses masyarakat terhadap informasi, tukar-menukar pengetahuan
dan pengalaman, serta akses pasar yang berlipat;
5. Lembaga Pembiayaan Bank dan Nonbank yang mendukung pelaku industri
kreatif perlu dijembatani, ditingkatkan kelayak-biayaannya.
a. Kepariwisataan
Kabupaten Jombang banyak memiliki berbagai keindahan alam dan potensi pariwisata, ada
wisata alam, budaya, religi, kuliner maupun wisata buatan. Keanekaragaman obyek dan wisata ini
sungguh sangat menarik dan mengundang selera.
Disamping kondisinya yang alami, wisata dan budaya Jombang banyak memberikan nilai
serta pencerahan kehidupan dengan panorama indah nan menawan.
Berbagai pagelaran budaya tradisional disuguhkan, antara lain festival Ludruk, Kumkum
Sinden, Wayang Topeng, Kuda Kepang, Tari Sandur dan sebagainya.
Wisata religi ada upacara Unduh-Unduh di Mojowarno, Pengajian Padang Mbulan di Desa
Menturo, Sumobito, Pondok Pesantren dan lain-lain.
Wisata alam ada Kedung Cinet di Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kedung Sewu, di Desa
Tanjung Wadung, Kabuh. Air Terjun Tretes, Goa Sigolo-Golo dan Goa Sriti di sekitar pegunungan
Wonosalam.
Untuk wisata buatan ada Sumberboto di Desa Grobogan, Mojowarno, Sendang Made di Desa
Made, Kudu, Perkebunan Panglungan di Desa Sambirejo, Wonosalam, Tirta Wisata di Peterongan,
Sumber Pengatin di Jogoroto dan lain-lain.
Sedang wisata dengan minat khusus ada Makam Sayid Sulaiman di Desa Betek, Mojoagung,
Makam Gunung Kuncung di Desa Wonorejo, Wonosalam, Makam Gunung Pucangan di Ngusikan,
Makam Pangeran Benowo di Desa Wonomerto, Wonosalam, Makam Gus Dur di komplek Pondok
Tebu Ireng dan lain-lain.
Sementara untuk wisata kuliner ada Kikil Mojosongo, Pecel Kebon Rojo, Sate Pak Slamet,
Jenang Kelapa Muda, Krupuk Tempe, Sambel Pecel bungkus Instant, Peyek Bayam, dan lain-lain.
Dan untuk wisata kerajinan tangan ada kerajinan Manik-Manik di Desa Plumbon-Gambang,
Gudo, kerajinan Cor Kuningan di Desa Mojotrisno, Mojoagung, Anyaman Tas di Mojowarno, Batik
Jombangan di Desa Jati Pelem, Diwek serta pembuatan Wayang Kulit di Mojowarno, Tahu Bundar di
Ploso serta masih banyak lagi.
Wisata-wisata ini sangat mungkin untuk dikembangkan mengingat potensi pasar yang begitu
menunjang. Sayangnya kurang memiliki pendukung sarana dan prasarana yang memadai sehingga
menunggu adanya investasi yang siap menggarapnya.
Wisata Alam
Air Terjun Tretes
Air terjun Tretes merupakan salah satu objek wisata Jombang yang menarik untuk dinimakti.
Berada di kawasan Taman Hutan Raya Raden Soeryo, di Desa Galengdowo, Wonosalam.
Lokasi ini, merupakan kawasan hutan lindung yang masih terjaga keaslian dan keindahan
alamnya. Dengan luas areal wisata sekitar 2 hektar, berbatasan dengan dua kabupaten. Yakni
Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri.
Menurut Kepala Disporabudpar, Suyoto, keberadaan air
terjun tretes yang terletak pada ketinggian 1700 meter di atas permukaan
air laut ini secara geologis merupakan kawasan batuan hasil gunung api
kuarter tua.
Untuk sampai dilokasi wisata, sebenarnya tidak sulit meski tempat
ini belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Justru ini yang menjadi
tantangan serta keunikannya.
Melalui jalan setapak yang berkelok dan berliku, naik turun, para wisatawan sudah bisa merasakan
keindahannya.
Elok nan menawan, batu-batu kecil yang menghadang jalan menjadi inspirasi tersendiri.
Belum lagi udaranya, sejuk penuh aspirasi. Di kanan kiri terlihat beberapa pohon tinggi menjulang.
Disebelahnya ada tanaman luas milik petani. Sunguh, merupakan pemandangan alam yang patut
untuk dinikmati.
Kabarnya, air terjun ini dikenal sebagai air terjun yang cukup tinggi di Jawa Timur,
meski deras air yang turun dari puncak tidak sederas air terjun Cuban Rondo Malang. Namun, objek
wisata yang satu ini sangat alami sama sekali belum tersentuh oleh rancangan-rancangan
pengelolaan pihak manapun.
Alkisah ditemukannya air terjun sekitar tahun 1930, ada seorang pejabat perkebunan yang
mencoba untuk membudidayakan tanaman kopi di areal pegunungan tersebut, sembari
memanfaatkan air yang mengalir dari atas gunung.
Namun entah mengapa setelah bercocok tanam, ternyata air yang sering ia tunggui itu tidak
mengalir. Padahal sepengetahuannya air disitu selalu ada dan mengalir. Akhirnya, pejabat
perkebunan itu meminta bantuan warga peribumi untuk melihat asal muasal sumber tetesan air
tersebut.
Dan alangkah terkejutnya, ternyata sumber air yang selalu mengalir itu merupakan
pemandangan alam yang menakjubkan. Jatuh menetes dari atas gunung dengan dihiasi banyang-
banyang pelangi saat terkena matahari.
Sejak saat itu tuan pejabat perkebunan bersama-sama warga sekitar menamai air terjun itu
dengan sebutan Air Terjun Tretes.
“Namun sayang keindahan alam ini sekarang bentuknya sedikit terkoyak akibat bencana alam
beberapa tahun lalu ,” jelas Munari tetua Desa Galengdowo, Wonosalam.
Gua Si Golo-Golo
Kondisi alam Gua Si Golo-Golo terletak di Dusun Santren Desa Panglungan, sekitar 7
kilometer dari Kecamatan Wonosalam, Jombang, memang cukup menantang dan mengasyikkan.
Walaupun begitu untuk bisa sampai ke tempat ini sungguh tidak sulit. Jika memakai kendaraan
pribadi roda dua maupun roda empat hanya butuh waktu sekitar 50 menit dari pusat kota Jombang.
Sebab kondisi letak gua tidaklah jauh dari pinggiran jalan. Sebelum sampai kelokasi gua,
sudah terlihat berbagai pemandangan yang sangat mengasyikkan. Sebuah panorama alam yang
menjanjikan. Apalagi sebelum sampai tempat ini, sekitar 200 meter sebelum lokasi goa, pengunjung
diwajibkan berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang berliku naik turun dengan hamparan jurang
nan terjal.
Disebelah kanan jalan terlihat jurang dengan lembah yang menghijau dedaunan tanaman
milik petani. Sementara disebelah kiri gemercik tetasan air yang keluar dari akar pepohonan hutan
lereng gunung.
Disamping jalan kelok dan berliku, pemandangan ini juga dilengkapi dengan teriakan suara
binatang hutan, tak salah jika sebagian orang mengatakan bahwa tempat ini doeloe sebagai
persinggahan para petinggi kerajaan Majapahit.
Dengan suhu udara sekitar 20 hingga 23 celcius serta kondisi alam yang sangat menantang
adalah merupakan nuansa keasyikan tersendiri bagi penikmat alam. Apalagi ketika sampai disekitar
goa, para pengunjung dihadapkan tantangan alam yang menakjubkan, sebuah fase babatuan terjal
yang harus ditempuh dengan kondisi naik turun.
Hamparan bebatuan terjal ini oleh sebagian orang dianggap sebagai penghalang jalan
menuju lokasi goa. Namun oleh sebagian lagi dianggap seni yang justru mempunyai daya tarik
tersendiri.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, konon goa yang berukuran lebar sekitar 9
meter dengan kedalaman sekitar 10 meter tersebut, dulu pernah dijadikan tempat berdo’a atau
semedi Patih Maudoro, seorang patih dari Kerajaan Majapahit, yang juga ayah kandung dari Damar
wulan.
Ada juga cerita yang menggambarkan bahwa goa si golo-golo ini dulunya pernah dibuat
persembunyian Raja Majapahit Raden Wijaya, beserta bala tentaranya sewaktu perang melawan
kerajaan Daha, Kediri. Sambil berdo’a atau bersemedi, Raden Wijaya bersembunyi di goa ini jika
siang hari dan berperang jika malam hari. Hingga kerajaan majapahit menuai kemenangan.
Goa Sriti
Goa Sriti merupakan goa alam yang dimiliki Kecamatan Wonosalam, selain Goa Sigolo-
golo. Goa ini terletak di lereng Gunung Welirang.
Akses untuk menuju ke lokasi Goa Sriti sebenarnya cukup mudah, namun saat akan naik
menuju ke mulut goa, pengunjung diharapkan untuk lebih berhati-hati. Sebab jalan menuju ke dalam
goa belum tertata rapi. harus berjalan kaki, menyusuri jalan setapak yang licin dan terjal.
Dari jalan raya Wonosalam-Mojokerto pengunjung harus melalui jalan setapak menyusuri
perkampungan dengan pemandangan alam yang mengasyikan. Dikanan kiri jalan tumbuh
pepohonan yang hijau alami bercampur tanaman palawija milik petani. Sesekali melewati pematang
sawah penduduk yang banyak ditumbuhi pohon jati, cemara, sengon dan pisang.
Menurut cerita penduduk sekitar awalnya tidak ada seorangpun yang tahu dan menyangka
bila di tempat itu ada sebuah Goa. Yang diketahui masyarakat hanya ada tempat yang rimbun
penuh dengan rumput dan pepohonan yang setiap pagi hingga sore diatasnya selalu dikelilingi
burung-burung Sriti yang beterbangan.
Karena penasaran maka salah seorang penduduk desa ada yang mendekati tempat dimana
burung-burung itu beterbangan. Begitu diamati ternyata ada lubang besar yang berbentuk lorong
kedalam. Semakin dekat lorong tersebut semakin besar dan bentuknya menyerupai goa, didalamnya
banyak terdapat sarang burung Sriti. Dan sejak saat itu masyarakat sekitar menyebut tempat itu
dengan sebutan Goa Sriti.
Terlepas dari cerita asal usul goa tersebut yang jelas tempat ini merupakan salah satu
wisata yang pas bagi pengunjung yang gemar akan tantangan dan keindahan alam. Karena Goa
Sriti termasuk keajaiban dunia yang layak untuk dikunjungi.
Kedung Cinet
+
Pemandangan indah menawan dengan hamparan hutan nan luas sungguh sangat menambah
selera keindahan Alam Kedung Cinet. Belum lagi suara gemercik air mengalir seakan turut mengikis
bebatuan dipinggiran sungai hingga membentuk lingkaran-lingkaran kecil diantara keanekaragaman
stalaktil dan stalaknik. Hingga membuat siapapun yang hadir akan betah untuk berlama-lama. Ingin
mecoba silahkan datang sendiri kesana.
Lokasinya memang cukup terpencil. Jauh dari keramaian kota. Sekitar 27 km arah utara dari
pusat kota Jombang. Tepatnya diwilayah kecamatan Plandaan. Namun begitu, tempat ini tidaklah
sulit dijangkau.
Untuk bisa sampai dilokasi, dari pusat kota Kecamatan, dapat ditempuh jarak kurang lebih 5
kilometer. Dari jembatan Kali Brantas Ploso menuju arah kiri, menyusuri tepian sungai.
Setelah sampai di Desa Pojok Klitih. Disana pengunjung bisa memperoleh petunjuk dari
penduduk sekitar. Sebab hampir semua penduduk disana tahu.
Bahkan sebelum sampai lokasi wisata, para wisatawan sudah disuguhi berbagai macam
keindahan pemandangan yang cukup menarik. Sebab sekitar 500 meter dari Desa Pojok Klitih ada
jembatan gantung dengan ukuran panjang sekitar 50-70 meter, lebar 1,5 meter. Bila tertiup angin,
jembatan itu bergoyang tapi aman. Suasana inilah yang sering dijadikan kesan sekaligus kenangan
bagi para wisatawan yang sudah menikmati keindahan panorama Wisata Alam Kedung Cinet.
Berdasarkan cerita penduduk setempat, konon, pada saat Kerajaan Majapahit masih
berkuasa, Kedung Cinet dijadikan sebagai salah satu peristirahatan oleh prajurit bila hendak
berpergian.
Dan di tempat itu pula, beberapa putri dan dayang kerajaan, turut menikmati sejuknya air
dengan mandi atau cuci muka. Karenanya tak heran jika disana ada terdapat beberapa lokasi
pertanda bahwa tempat itu pernah digunakan ‘bersih-bersih’ antara kaum laki-laki dan kaum
perempuan.
Terlepas dari benar dan tidaknya cerita itu serta kapan kejadian aktivitas para dayang dan
prajurit kerajaan Majapahit, mungkin pembaca yang lebih tahu. Terima Kasih.
Kedung Sewu
Kabupaten Jombang ternyata memiliki segudang keindahan alam. Salah satunya adalah
Kedung Sewu. Meski sedikit terpencil namun wisata alam ini tidaklah sulit untuk dijangkau. Sekitar 9
Kilometer arah barat Ploso, tepatnya terletak di Desa Tanjung Wadung, Kecamatan Kabuh,
merupakan kawasan hutan Jati milik Perhutani.
Selain Kedung Sewu kawasan hutan ini juga ada wisata lain namanya Kedung Dowo dan
Kedung Pon, jaraknya sekitar satu kilo meter arah barat Kedung Sewu. Hingga sekarang tempat
wisata ini masih sering dikunjungi terutama kaum remaja dan sekali-kali digunakan para pelajar
untuk berkemah.
Kondisinya memang masih alami tapi sangat menantang, begitu masuk pengunjung
langsung menemukan pemandangan alam yang indah nan menawan. Selain hamparan hutan yang
luas serta suara binatang yang bersautan. Wisata alam ini juga memberikan kesejukan. Sebab di
seluruh pinggiran sungai tumbuh pohon-pohon hutan yang besar hingga membuat suasana asri,
rindang dan tenang. Sungguh sangat menambah selera keindahan Alam Kedung Sewu.
Belum lagi suara gemercik air mengalir seakan turut mengikis bebatuan dipinggiran sungai
hingga membentuk lingkaran-lingkaran kecil diantara keanekaragaman stalaktil dan stalaknik.
Lubangan-lubangan di dalam batu itu yang membuat air sering berbenturan hingga menimbulkan
buih-buih keindahan. Putih. Jernih, kadang mengalir cepat kadang mengalir lambat. Membuat
siapapun yang hadir akan betah untuk berlama-lama.
1. Wisata Buatan
Sumber Pengantin
Terdapat banyak peninggalan sejarah di Kabupaten Jombang yang patut untuk dikunjungi.
Salah satunya adalah kolam air Sumber Pengantin. Tempat ini berada di desa Jogoroto, Kecamatan
Jogoroto, sekitar 7 kilometer arah selatan kota Jombang. Terdapat banyak kandungan nilai-nilai
magik spiritualis. Kenapa begitu? Pasalnya dibawah naungan rindang pepohonan di tengah-tengah
ladang persawahan ada muncul sumber air yang begitu bersih menyejukkan. Air ini tak pernah
berhenti kendatipun dilanda musim.
Karena itu, sejak 35 tahun lalu tempat ini banyak dikunjungi para pendatang, terutama para
kawula muda. Maklum, areal tempat Sumber Pengantin ini banyak dikelilingi pohon-pohon besar nan
rindang. Airnya jernih, hawanya sejuk, semilir diterpa angin. Nyaman dan bebas dari keramaian
aktivitas alam perkotaan.
Menurut cerita masyarakat sekitar konon sumber air ini masih ada hubungannya dan menyatu
dengan sumber air ‘Sumbersari’ yang ada di Desa Badang Kecamaran Ngoro serta sebuah Goa di
Desa Latsari Kecamatan Mojowarno.
Selain itu masyarakat juga ada yang cerita bahwa sumber air yang kemudian disebut ‘Sumber
Pengantin’ ini ada sejak jaman Majapahit. Diceritakan saat menjelang akhir kejayaan Majapahit, ada
seorang putra raja bernama Sang Grama Wijaya jatuh hati dengan Puteri Retno Marlangen, bibinya
sendiri. Melihat dua sejoli yang masih ada hubungan darah, kedua orang tua sang Grama Wijaya
dan Puteri Retno Marlangen tidak merestui.
Karena tak mendapatkan restu, keduanya melarikan diri masuk kedalam hutan dan menetap
di dekat sumber air. Akhirnya kedua orang tua masing-masing memerintahkan bala tentara guna
menangkap keduanya untuk diajak pulang.
Namun, ketika bertemu, dua sejoli yang lagi kasmaran ini tidak mau diajak pulang, hingga
terjadilah peperangan. Sang Grama Wijaya gugur, sedang puteri Retno Marlangen berhasil di
boyong pulang.
Dan sejak itu sebagai tanda ditemukannya dua sejoli yag lagi kasmaran, tempat ini diberi
nama ‘Sumber Pengantin’. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya tembok pembatas antara
tempat mandi puteri dan putera serta tempat ganti pakaian.
Pemandian Sumberboto
Sekitar tujuh kilometer dari arah Kota Kecamatan Mojoagung, terdapat sebuah monumen dan
pemandian bernama Sumberboto. Selain sumber airnya sangat sejuk, konon, wisata itu dikabarkan
sebagai peninggalan kerajaan Majapahit. Disamping lokasinya mudah dijangkau, Sumberboto
sebenarnya memiliki prospek yang menjanjikan. Dalam sehari, sedikitnya puluhan bahkan ratusan
wisatawan datang ke lokasi.
Selain terdapat dua lokasi pemandian, satu untuk anak-anak dan satu lagi untuk umum, juga
dibangun beberapa sarana bermain. Disekitarnya ditumbuhi beragam tanaman rindang nan hijau,
yang berfungsi menaungi lokasi wisata.
Dan yang tak kalah menariknya, disekitarnya juga bisa
dimanfaatkan sebagai arena perkemahan umum dan pelajar.
Dua kolam renang yang ada di wisata Sumberboto,
sebenarnya
cukup representattif bagi sebuah tempat rekreasi. Karena beberapa sarana yang dibutuhkan
tersedia kendati tidak mewah.
Seperti kamar mandi yang digunakan untuk membersihkan badan usai berendam dikolam.
Airnya yang bening mengalir deras dari pegunungan sekitar, membuat pemandian ini disukai banyak
pengunjung.
Sarana untuk tempat bermain anak-anak pun, secara fiktif memang tidak semewah ditempat
rekreasi ternama lainnya. Tetapi nyatanya selalu ’dikerumuni’ pengunjung anak-anak. Dan yang tak
kalah menariknya adalah tersedianya lokasi parkir yang sangat bagus, lebih dari rasa aman.
Berdasarkan data yang masuk, tampaknya belum sekalipun terjadi pencurian kendaraan
bermotor milik pengunjung. Dan rupanya hal tersebut lebih disebabkan karena sistem penjagaan
ekstra ketat dari para petugas yang ditunjuk.
Tirta Wisata
Tirta Wisata, merupakan wisata buatan Pemerintah Kabupaten Jombang yang ditujukan
untuk wisata rekreasi keluarga. Tempat wisata lokal ini memiliki taman buatan berupa danau dan
kolam pemancingan, ditengah-tengah ada bangunan mirip Bale Kambang yang digunakan sebagai
tempat pertunjukan bioskop.
Selain itu taman wisata ini juga dilengkapi dengan sepeda air, perahu dayung, out bond dan
kolam renang. Fasilitas kolam renang disini bias digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak, di
sebelahnya terdapat banyak mainan anak-anak. Cukup menggembirakan sekaligus menyenangkan.
Cocok sekali bagi wisata rekreasi keluarga.
Di samping menyediakan berbagai bentuk kegiatan olah raga, di tempat ini juga tersedia
lapangan tenis. Oleh sebab itu tidaklah heran bila disetiap hari terutama pada hari-hari libur, wisata
ini selalu ramai didatangi pengunjung.
Pada tahun 2007 tempat ini ditambah satu hiburan lagi yakni monumen pesawat Nomad
milik TNI Angkatan Laut, pemberian dari Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Slamet
Soebijanto.
Tempat ini juga sering digunakan untuk penyelenggaraan konser musik pada saat-saat
tertentu dengan menampilkan berbagai artis regional hingga ibukota. Posisinya terletak ditepi jalan
raya Jombang-Surabaya, persis di sebelah gerbang masuk kota Jombang sebelah timur, tepatnya
di Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan.
Agrowisata Panglungan
Obyek wisata ini terdapat di Kecamatan Wonosalam, tepatnya di Desa Sambirejo. Kondisi
kawasan ini berupa pegunungan dan dataran tinggi yaitu berkisar antara 700-1.500 dari permukaan laut,
dengan kelerengan antara 15-40 persen.
Didukung udara yang sejuk, panorama alam yang indah, diwilayah ini sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai pembangunan sarana olah raga alam, Padang Golf dan juga vila atau resort.
Selain itu tempat ini juga berfungsi sebagai daerah peresapan air dan kawasan konservasi lahan.
Saat ini Panglungan tengah dikembangkan sebagai argowisata dengan tanaman kakao, cengkeh, melinjo,
dan kopi
Secara umum kondisi Perkebunan Panglungan merupakan daerah yang memiliki topografi yang
berkontur. Di dalam Rencana Tekhnik Agrowisata Perkebunan Panglungan, wilayah yang direncanakan ini,
difokuskan pada daerah-daerah yang tidak produktif dan sebagian kecil daerah yang produktif. Area non
produktif terdapat di bagian depan sehingga memudahkan bagi orientasi pengunjung secara langsung.
Konsep perencanaan ini memfokuskan pada suatu perencanaan kawasan agrowisata dengan
fasilitas antara lain kolam renang, zona perkebunan, play groud, taman rekreasi air, dan lain-lain. Sehingga
diharapkan kawasan ini menjadi kawasan yang sesuai bagi sebuah kegiatan yang bersifat akademis
sekaligus kreatif.
Kebon Rojo
Taman Kebonrojo Jombang merupakan salah satu tempat hiburan warga Jombang, khususnya bagi
anak anak. Lokasinya mudah dijangkau, strategis sebab berada tepat di jantung kota. Terletak di pojok
persimpangan Jalan KH Wahid Hasyim dan Jalan Dr Soetomo, disebelahnya ada Jalan Adam Malik dan
Jalan Jaksa Agung Soeprapto.
Selain berfungsi sebagai paru-parunya kota, tempat ini juga dilengkapi berbagai fasilitas. Selain
lapangan tenis, juga terdapat sarana bermain bagi anak-anak, ada ayunan, ada kuda-kudaan, ada gunung-
gunungan serta berbagai fasilitas bermain lainnya.
Bahkan belasan pedagang bebas berjualan didalam area taman sepanjang hari. Mulai dari
minuman, makanan, mainan anak-anak, kacamata, kaset VCD hingga peralatan dapur dan pakaian anak-
anak.
Sementara diluar taman beberapa andong (dokar) yang ditarik kuda menjual jasa. Rutenya
sepanjang Jalan Dr Soetomo, Jalan KH Ahmad Dahlan, Jalan Diponegoro, Jalan KH Wahid Hasyim,
dengan ongkos yang relative murah. Karena itu, Taman Kebonrojo selalu ramai didatangi pengunjung,
menjadi salah satu tujuan wisata alternatif warga, khususnya Jombang.
Alun-Alun
Asal-usul alun-alun bermula dari kepercayaan masyarakat dalam melakukan upacara meminta izin kepada
‘dewi tanah’ saat hendak bercocok tanam.
Pada jaman kerajaan upacara masyarakat tani ini ditempatkan di kota raja, pada tanah lapang yang
luas dan berumput berbentuk persegi empat, dikelilingi jalan berdekatan dengan istana dan dipimpin
langsung oleh tokoh agama kerajaan. Tempat ini lalu dikenal dengan sebutan alun-alun.
Selanjutnya fungsi Alun-Alun berkembang tidak hanya sebagai tempat upacara adat melainkan
sebagai pusat administrasi dan sosial budaya bagi penduduk. Semisal tempat penyelenggaraan sayembara
dan penyampaian titah raja kepada rakyatnya serta tempat unjuk kekuatan peragaan bala tentara atau
prajurit.
Selain itu alun-alun juga digunakan sebagai tempat kegiatan hari-hari besar Islam termasuk Salat
Idul Adha dan Idul Fitri. Sebab sejak masa masuknya Islam banyak bangunan Masjid yang didirikan dekat
dengan alun-alun. Bila jamaah yang didalam masjid sudah tidak mencukupi biasanya meluber ke alun-alun.
Seperti kabupaten lain pada umumnya, Jombang juga memiliki alun-alun. Letaknya sangat strategis,
luas dan rapi. Dikelilingi jalan, berada tepat diantara Pendopo Kabupaten dengan Masjid Agung. Sebelah
utara bangunan gedung pendidikan SMA, SMK dan SMP. Sedang sebelah selatannya stasiun kereta api.
Nyaman dan menyenangkan.
Lokasi ini sering dijadikan tempat berinteraksi masyarakat, apakah dalam perdagangan, pertunjukan
hiburan atau berolah raga. Apalagi disekelilingnya terdapat jogging track lebar dan bersih, cocok sekali untuk
berolahraga pagi dan sore.
Masyarakat Jombang sangat memanfaatkan alun-alun ini untuk kegiatan sehari-hari, setiap malam
menjadi lokasi wisata kuliner sekilligus sebagai tempat rekreasi keluarga. Berbagai menu makanan ringan
tersaji disini.
Dari mulai bakso, nasi goreng, nasi pecel, jagung bakar, nasi lodeh, tahu solet, es thung-thung, kopi, es
campur, martabak dan lain-lain. Bisa dinikmati sambil lesehan.
Selain itu di alun-alun juga sering diadakan pagelaran seni, dengan menghadirkan ribuan warga
diantaranya wayang kulit, ludruk, orkes, pameran produk unggulan industri Jombang, karnaval dan
sebagainya yang bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap daerah.
Ada satu yang unik di sini yakni ratusan burung merpati, kendati
tiap hari terjadi keramaian namun burung itu tidak mau beranjak pergi.
Tetap bergerombol sambil mematuki makanan yang diberi oleh
pengunjung, sesekali terbang rendah melintas mengelilingi alun-alun.
Meski tiap hari dipadati pengunjung namun secara rutin Alun-Alun Jombang terus dipelihara. Bahkan
Pemkab Jombang sangat peduli dalam menjaga kebersihan, kelestarian dan keindahan taman. Ini patut
diapresiasi, salah satunya adalah dalam merawat rumput lapangan. Maka tak heran bila alun-alun Jombang
merupakan salah satu kawasan terbersih di Jawa Timur.
Sendang Made
Sendang Made merupakan wisata alam yang dimiliki Kabupaten
Jombang, wisata ini terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu. Selain Sendang
Made disekitarnya terdapat sendang-sendang lain yang lebih
kecil, diantaranya Sendang Payung, Sendang Padusan, Sendang Drajat, Sendang Sinden dan
Sendang Omben. Ukuran Sendang Made berkisar antara 8 m X 11 m dengan kondisi terawat dan
bersih.
Biasanya ditempat ini sering diadakan Tradisi Kumkum Sinden atau Wisuda Sinden. Prosesi
ini merupakan kebudayaan Jombang. Acara ini di gelar setahun sekali dengan tujuan untuk
mengangkat seorang calon sinden, menjadi sinden sejati.
Menurut cerita tempat Sendang Made ini dulu merupakan salah satu petilasan Prabu
Airlangga saat melarikan diri sewaktu kerajaannya mendapat serangan dari kerajaan Wura-Wari.
Dalam pelariannya Prabu Airlangga menyamar sebagai pengamen atau seniman kentrung,
hal ini dilakukan agar dalam pelariannya tidak diketahui oleh balatentara Wura-Wari.
Setelah istirahat di Gunung Pucangan, Prabu Airlangga melanjutkan perjalanan. Namun
sebelum berangkat Prabu Airlangga yang dikawal oleh patih Narottama berhenti di Sendang untuk
melepas penat.
Istri Prabu Airlangga beserta abdi dalem mandi di sendang ini. Setelah mandi konon apa
lacur yang didapat ternyata Airlangga beserta pengikutnya justru semakin terkenal.
Oleh sebab itu hingga sekarang tempat ini diyakini sebagai tempat pembawa berkah bagi
para seniman terutama seniman sinden.
Seperti biasa, menjelang prosesi, sinden-sinden yang sudah berdandan cantik berbaris
berjalan berurutan menuju lokasi sendang. Sendang Made terdiri dari tiga sendang. Salah satunya
adalah sendang Drajat, disendang inilah para sinden di wisuda.
Ritual kumkum sinden diyakini memiliki khasiat tersendiri bagi para sinden. Salah satunya
adalah membuat wajah menjadi lebih cantik dan bersinar. Terutama pada tengah malam di hari
tertentu.
b. Wisata Religi
Klenteng Hong San Kiong
Menurut sejarah desa dalam RPJM Desa Gudo, desa ini dulunya bernama Sukoharjo.
Karena adanya Klenteng yang oleh masyarakat disebut Pagoda –biasa disingkat Goda- lama-
kelamaan berubah menjadi Gudo. Gudo merupakan desa yang memiliki banyak ragam dan
menarik. Penduduknya, terkenal ramah-tamah, sederhana serta penuh rasa kegotong-royongan.
Mengisyaratkan keseimbangan batin yang harmonis. Sungguh suatu hal yang sangat luar biasa,
warga Tionghoa mampu berinteraksi dengan masyarakat sekitar sejak tahun 1700 tanpa menemui
hambatan, hal ini dibuktikan dengan adanya perkampungan Tionghoa yakni ‘Kampung
Tukangan’.
Tidak hanya itu, keharmonisan hubungan antara warga sekitar dengan kaum Tionghoa
juga ditunjukan dengan adanya berdiri bangunan tempat peribadatan yang kokoh dan megah
Klenteng Hong San Kiong.
Keberadaan Kelenteng ini diperkirakan telah ada sekitar abad tujuh belasan, bersamaan
dengan bermukimnya warga Tionghoa disana. Dari beberapa narasumber, diperoleh informasi
awal keberadaan Klenteng Gudo ini memiliki kisah yang sangat luar biasa.
Konon, Yang Mulia Kong Co Kong Tik Cung Ong, yang dipuja oleh keluarga bermarga
‘Tan’ diarak dengan tandu atau kio atau joli keluar rumah oleh beberapa orang. Saat hionghoa tiba
disebuah tempat, tiba-tiba tandu yang dipanggul tidak dapat diangkat baik maju maupun mundur.
Semua yang memanggul merasa keberatan, tidak kuat mengangkat, seakan ada beban yang
berton-ton beratnya. Beberapa kali dicoba hasilnya tetap saja sama tidak ada yang kuat
mengangkat.
Akhirnya ada seorang tokoh masyarakat Thionghoa yang berfikir untuk menjalankan
upacara sembahyang guna mendapatkan petunjuk apakah Kong Co berkehendak tinggal atau
terus berjalan.
Lewat Pwak Pwee jawabanpun didapat dan memang benar, Yang Mulia Kong Co Kong Tik
Cung Ong ingin tinggal ditempat dimana tandu ini berhenti.
Kejadian yang sangat tiba-tiba ini langsung ditindak lanjuti oleh warga Tionghoa untuk
mendirikan tempat peribadatan meski awalnya berbentuk sederhana. Orang menyebut tempat itu
“Rumah Blek”. Bangunan yang sederhana ini sekarang menjadi ruang utama dari tempat ibadah
Tri Dharma Hong San Kiong atau Klenteng Gudo.
Namun sayang siapa pendiri dan sejak kapan tempat itu didirikan, tidak ada yang tahu.
Beberapa peninggalan memang ada seperti papan syair sumbangan dari umat tercatat pada tahun
1904 serta catatan keuangan Klenteng yang dibuat oleh Go King Tjian dan Njo Liang Gay pada
tahun 1926.
Kong Co yang dikenal welas asih sejak dahulu selalu memberi bantuan dan pertolongan
kepada penduduk sekitar. Bahkan pada masa penjajahan di daerah Gudo ada berdiri pabrik gula.
Pekerjanya adalah warga sekitar termasuk Tionghoa.
Pada suatu saat mesin untuk memproduksi gula mengalami kerusakan, beberapa ahli
mesin didatangkan untuk memperbaiki, namun tidak ada yang bisa. Lalu ada salah seorang
pekerja Tionghoa memberanikan diri, menyarankan pada tuan pemimpin pabrik untuk memohon
bantuan kepada Kong Co Kong Tik Cung Ong.
Permintaan itu disetujui, maka segeralah warga berbondong-bondong mendatangi
klenteng guna meminta bantuan Kong Co. Lewat Pwak Pwee, Kong Co bersedia memberikan
bantuan. Seketika itulah dengan Kio, Kong Co dibawa ke pabrik dan disepanjang jalan hampir
seluruh warga berduyun-duyun mengikuti tandu (Kio) untuk melihat peristiwa apa yang akan
terjadi.
Setiba dilokasi tandu dibawa berputar mengelilingi mesin yang rusak dan terjadilah
kemukjizatan saat tandu tersentuh mesin, seketika itu pula mesin langsung berjalan dan dapat
memulai produksi.
Kejadian yang sangat luar biasa dan tidak dapat diterima logika ini membawa rasa kagum
serta penghormatan dari seluruh warga juga tuan pemimpin pabrik. Setelah kejadian itu, apabila
mesin mengalami kerusakan dan para ahli tidak sanggup memperbaiki maka para pekerja dan
sang pemilik memohon bantuan kepada Kong Co Kong Tik Cung Ong.
Undhuh-Undhuh Mojowarno
Setiap tahun warga Mojowarno, khususnya Jemaat Gereja Kristen Jawi
Wetan atau GKJW selalu merayakan ‘Riyaya Undhuh-Undhuh’.
Kegiatan ini biasanya diadakan pada minggu pertama di bulan Mei setiap tahunnya,
setelah masa panen tiba. Perayaan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang
mereka terima.
Dalam perayaan Undhuh-Undhuh ada tiga hal penting yang dilakukan. Tiga hal itu adalah
arak-arakan bangunan, ibadah, lelangan. Semuanya dilakukan dalam satu hari dan diikuti oleh
seluruh warga jemaat GKJW Pasamuan Mojowarno.
Dalam bukunya tentang Undhuh-Undhuh, Madoedari Wirjoadiwismo menuliskan bahwa
semula kegiatan ini dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing keluarga petani, dengan
mengadakan ritual dilumbung masing-masing. Dalam perkembangannya akhirnya kegiatan itu
dilakukan bersama-sama dan difasilitasi oleh Gereja. Selain untuk kebersamaan, persembahan
dari masyarakat untuk kegiatan Gereja dapat dilakukan secara serempak dan terkoordinasi.
Uniknya dari Tradisi ini adalah dibangunnya bentuk-bentuk “bangunan” yang dibuat dari
hasil pertanian dengan bahan dasar padi gagang. Masing-masing ‘bangunan’ dibuat oleh masing-
masing Blok dan Pepanthan yang ada di lingkugan GKJW Mojowarno. Selanjutnya ‘bangunan’ itu
diarak oleh semua warga Blok dan Pepanthan ke depan Gedung Gereja.
Bangunan yang dimaksud disini adalah bangunan yang terbuat dari bahan padi gagang,
buah-buahan dan berbagai hasil pertanian serta ternak milik warga dengan berbagai bentuk. Ada
yang berbentuk gereja, perahu, kereta atau orang-orangan serta binatang yang menggambarkan
cerita dari Alkitab. Setelah itu Bangunan yang sudah dipersiapkan diarak menuju halaman gedung
Gereja.
Setelah sampai, bangunan itu dipajang di halaman gereja selama beberapa saat.
Sementara itu warga dari masing-masing Blok dan Pepanthan mengikuti ibadah di dalam gereja.
Dalam ibadah juga diadakan prosesi persembahan secara simbolik dan Solak Bowo yang
dilakukan oleh anak-anak.
Setelah arak-arakan dan ibadah, barulah dilakukan lelangan, yang merupakan acara
terakhir dalam rangkaian Undhuh-Undhuh. Persembahan yang telah dikumpulkan oleh warga
jemaat, baik berupa hasil bumi lainnya kemudian dilelang bersama hasil ternak dan kerajinan yang
telah dipersembahkan.
Lelangan ini bisa diikuti oleh semua warga dan tamu serta undangan yang hadir. Barang
siapa yang menawar dengan harta tertinggi berhak memenangkan lelangan. Semua hasil dari
pelelangan itu diserahkan untuk kas gereja.
Awalnya, pengajian ini hanya dikhususkan untuk warga sekitar, tapi lama kelamaan jemaat
yang datang semakin banyak dan berkembang hingga dari berbagai kota. Setiap acara tidak kurang
dari tiga ratus undangan yang hadir. Acara ini dimulai sehabis sholat Isya’ hingga selesai.
Selain mendapatkan pencerahan para pengunjung juga bisa menikmati jajanan khas
Jombangan. Sebab disekitar pengajian banyak penduduk lokal yang menawarkan sekaligus
memperkenalkan keanekaragaman bentuk makanan dan minuman termasuk cinderamata.
Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah
Bulan Ramadhan tentu menjadi momen berharga bagi umat muslim termasuk warga pesantren. Salah
satu pesantren yang aktif menggelar even akbar di bulan puasa adalah pesantren Majma'al Bahrain
Shiddiqiyyah yang berlokasi di desa Losari, Ploso, Jombang. Momen akbar ini antara lain pengajian Lailatul
Mubarokah tanggal 17, Pengajian Lailatul Qodar tanggal 27 dan pengajian Zakat Fitrah di malam Idul Fitri.
Dalam kegiatan ini tidak kurang dari 30 ribu orang hadir mengikuti acara. Mereka datang dari berbagai
propinsi, ada yang dari Jawa Timur, Jogja, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Sumatra, Kalimantan, Bali,
bahkan ada yang dari Sulawesi.
Selain pengajian acara ini juga diisi berbagai kegiatan antara lain, pameran produk unggulan, seni
qosidah, serta laporan pembangunan rumah layak huni. Sebab pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah setiap
tahun mengadakan program pembangunan Rumah Layakl Huni (RLH) yang diperuntukan bagi masyarakat
miskin di seluruh tanah air. Acara ini dimulai sehabis Sholat Isya’ dan berakhir sekitar pukul satu dini hari, dan
ditutup dengan do'a serta penjelasan tentang amalan yang dianjurkan.
Konon, Mbah Sayyid Sulaiman adalah masih keturunan ke-26 Rasulullah SAW. Sebelum
menetap di Mojoagung, ia sempat berguru pada KH. Hasanuddin Wahdah alias Mbah Kanigoro atau
Mbah Alip. Saat nyantri, belajar dipesantren, Mbah Sayyid ditemani saudaranya, KH. Abdurrahman,
Pasuruan.
Semasa hidupnya selain di kenal alim dan taat beribadah, tingkah polah serta perilakunya tak
berbeda jauh dengan apa yang pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW. Dia arif dan bijaksana.
Terutama didalam pengambilan keputusan. Untuk itulah dia pernah diangkat menjadi hakim di
Pasuruan.
Sebagai trah Rosulullah, Mbah Sayyid Sulaiman selalu menjunjung tinggi keagamaan.
Disamping itu dia juga gemar berziarah ke makam-makam para ulama termasuk berziarah ke makam
Mbah Alip yang ada di Desa Mancilan.
Bahkan sewaktu dia berziarah itulah pada tanggal 17 Rabiul Awal 1193 H atau 24 Maret 1780,
malam Jum’at Legi, Mbah Sulaiman jatuh sakit dan wafat. Akhirnya Mbah Sayyid Sulaiman
dimakamkan di sebelah makam Mbah Alip.
Makanya, sudah menjadi tradisi “kultur” para peziarah. Sebelum berziarah ke makam Mbah
Sayyid Sulaiman disarankan oleh juru kunci sebaiknya terlebih dahulu berdo’a di makam Mbah Alip.
Karena memang kehadiran Mbah Sayyid Sulaiman di Desa Mancilan adalah untuk berziarah ke
makam Raden Alip.
Ada tiga poin penting dalam Resolusi Jihad itu. Pertama, Kermerdekaan yang sudah diproklamasikan
oleh pemerintah RI adalah sah, dan wajib hukumnya untuk dibela dan dipertahankan. Kedua, Setiap muslim
baik tua maupun muda khususnya warga NU wajib mengangkat senjata dan memerangi orang kafir yang ingin
menjajah dan merintangi kemerdekaan. Ketiga, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut
syuhada. -
Fatwa ini ditulis dengan huruf pegon lalu digelorakan Bung Tomo lewat radio. Akibatnya, seperti yang
diceritakan KH Salahuddin Wahid, pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng yang juga duriat (keturunan) KH
Hasyim Asy’ari, seluruh umat muslim berbondong-bondong ke Surabaya berjuang guna mempertahankan
kemerdekaan.
Atas jasa-jasa dan kebaikannya inilah yang membuat KH. Hasyim Asy'ari dihormati dan disegani oleh
banyak pihak hingga akhir hayatnya. Bahkan sampai sekarang makam beliau banyak dikunjungi oleh para
peziarah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Makam Pangeran Benowo, adalah termasuk salah satu makam yang sering di kunjungi peziarah.
Makam ini terletak di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam.
Untuk sampai di lokasi pemakaman ini sangat mudah. Sebab jalan menuju pemakaman sudah
diperbaiki, apalagi kondisi jalan raya Wonosalam sudah dibangun dengan cukup baik. Sangat gampang diakses.
Bila pengunjung datang dari arah Surabaya berhenti saja di depan kantor Telkom Mojoagung, lalu
berbelok kekiri menuju arah selatan wilayah Wonosalam. Disepanjang jalan pengunjung sudah bisa
memanjakan mata dengan melihat pemandangan alam yang beraneka ragam jenis tanaman.
Dengan kondisi jalan Wonosalam yang berkelok naik turun. Membuat pengunjung semakin bergairah
untuk menghadapi tantangan yang mengasyikan. Ditambah lagi dengan suhu udara yang dingin serta panorama
yang indah sangat menambah pesona.
Disini penduduknya sangat ramah, bila sudah tiba, pengunjung tinggal bertanya,mereka tidak akan
segan menunjukkan lokasinya karena hampir semua penduduk tahu dan mengenal tempat pemakaman
Pangeran Benowo.
Pangeran Benowo adalah seorang pangeran yang suka berkelana dan pernah menjadi Bupati Madiun.
Semasa hidupnya, beliau banyak memberikan kontribusi yang berarti bagi kepentingan masyarakat. Bersama
rakyat Wonomerto, beliau membangun perkampungan serta memberi pendidikan cara menata desa, membuat
saluran irigasi, perkebunan, beternak dan kegiatan lain yang bermanfaat.
Oleh sebab itu makam Pangeran Benowo tetap terjaga dengan baik hingga saat sekarang. Bahkan
sering dikunjungi oleh para peziarah baik dari daerah sekitar maupun dari luar daerah.
Meski Jombang merupakan titik perpaduan antara dua budaya yakni kebudayaan Arek yang
dikenal blak-blakan dan egaliter dengan kebudayaan Mataraman yang biasa terdengar halus. Namun
masyarakat Jombang menjamin tidak adanya eksklusive dan diskriminasi di dalam suatu komunitas.
Artinya menerima apa saja asalkan untuk kebaikan.
Aura kerukunan dalam menjaga peradaban dan perbedaan sangat kental terasa. Meski
Jombang terdiri dari berbagai kultur, etnis, budaya dan keyakinan. Masyarakat Jombang tetap
menghargai perbedaan mengedepankan kerukunan, persatuan, toleransi dan kebersamaan. Hidup,
maju dan berkembang secara berdampingan. Saling melindungi dan saling mengayomi. Tidak
merendahkan juga tidak ingin diunggulkan. Berjalan semestinya, wajar dan apa adanya.
Karena itu Jombang layak disebut sebagai Kota Pluralisme. Sebab jauh sebelum orang
memperdebatkan arti pluralisme, masyarakat Jombang sudah lebih dulu mengimplementasikannya.
Hal ini tercermin dalam penerapan perilaku dan kehidupan sehari-hari.
Buktinya tokoh pluralisme KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus Dur lahir
dan besar di Jombang.
Kendati sering dianggap kontroversial tapi Gus Dur merupakan salah satu tokoh fenomenal
yang pernah ada di negeri ini. Bicaranya yang terdengar lantang dalam menyuarakan kebenaran dan
membela kaum minoritas sering mendapat pertentangan tapi juga tidak sedikit yang mendukungya.
Gus Dur dikagumi banyak orang. Dia tidak pernah dendam kepada siapapun termasuk
terhadap orang yang menyakitinya. Pandangan, Ide dan pemikirannya sangat cemerlang, patut
diapresiasi secara serius dan mendalam.
Gus Dur layaknya ensiklopedi yang dapat mencerahkan umat dan warga negara dengan
ilustrasi akademis dan humoris. Banyak joke-joke segar Gus Dur yang bisa membuat orang tertawa
bahkan mengalahkan komedian di televisi justru malah menjadi inspirasi.
Itulah Gus Dur tokoh terbesar Indonesia di penghujung abad 20. Sang guru bangsa, tokoh
karismatik yang memiliki pesona dan daya tarik luar biasa. Putra terbaik Jombang yang wafat pada
tanggal 30 Desember 2009, dan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Pondok Pesantren
Tebu Ireng.
Oleh sebab itu, sejak dikebumikan hingga sekarang makam Gus Dur selalu ramai di kunjungi,
hampir setiap hari tidak kurang dari dua ribu orang yang berziarah. Bahkan pada hari-hari tertentu bisa
lebih dari lima ribu.
Alhasil, ada efek yang lahir dibalik suasana itu yakni berkembangnya taraf ekonomi rakyat.
Sebab tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkan keadaan guna mengais rejeki. Salah satunya
adalah pedagang kecil, tukang parkir, tukang ojek, tukang becak, sopir angkot dan lain-lain. Semuanya
mendapatkan keuntungan dari sebuah kegiatan yang bernama ziarah makam Gus Dur.
Selain menawarkan panorama keindahan serta kesejukan alam yang menawan, obyek wisata ini juga
gampang diakses. Untuk menuju lokasi wisata tidaklah sulit, sebab kondisi jalan masuk sudah diaspal dan
dibangun cukup baik. Lingkungannya asri, disepanjang jalan pengunjung akan memanjakan mata dengan
hijaunya hutan tropis berbaur dengan area perkebunban rakyat.
Jika dari arah Tapen, pengunjung bisa mengambil jalan lurus terus ke utara hingga mencapai pertigaan
Desa Made, setelah itu belok kiri mengambil arah ke utara menuju Desa Cupak. Disitu penduduk sekitar sudah
sangat mengenal lokasi. Pengunjung tinggal bertanya,mereka tidak akan segan menunjukkan tempatnya.
Masyarakat sekitar biasa menyebut wisata religi Makam Gunung Pucangan.
Selain makam, ditempat itu juga ada sendang yang biasa digunakan untuk mandi dan berwudhu. Disini
terdapat pengumpulan beberapa makam yang diyakini sebagai makam ulama Islam yaitu ada makam R. Said,
makam Sayed Sulaiman, makam Sunan Wali, makam Joyo Kuwoso, serta makam Mbah Dermo yang dipercaya
sebagai makam Pendeta Budha.
Konon menurut cerita masyarakat sekitar, tempat ini dulu pernah dijadikan pertapaan Raja Airlangga
saat menyelamatkan diri dari serangan Raja Wura-Wari. Selain mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, disini
Airlangga juga menyusun kekuatan bersama pembantu setianya bernama Narottama hingga berhasil merebut
kembali kerajaannya.
Selain pernah digunakan sebagai pertapaan Airlangga, tempat ini juga dipercaya pernah digunakan
putri mahkota Airlangga yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi yang menolak untuk menduduki tahta menjadi raja
menggantikan Airlangga dan memilih hidup suci sebagai petapa dengan nama Dewi Kili Suci.
Disamping kisah sejarah ditempat ini juga banyak mengundang selera. Selain rindang, sejuk dan asri,
lambaian daun-daun pepohonan yang bergerak diterpa angin, seakan memberi isyarat kepada pengunjung
tentang kemesraan antara alam dan manusia. Indah penuh hikmah yakni dorongan untuk tetap menjaga
kelestarian alam.
Sebab dilihat dari atas gunung alam telah menunjukan keindahannya. Sepanjang mata memandang
telah terlihat hamparan luas subur menghijau tanaman tembakau milik petani. Sungguh ini wujud kebesaran
bahwa hidup harus lebih beriman, bersyukur kepada Tuhan.
1. Wisata Kuliner
Makanan
Soto Dok Jombang
Di mana-mana ada soto daging, tetapi Soto Dhok yang juga soto daging, hanya ada di Jombang. Kalaupun
ditemukan di kota lain, selalu ditambahi frasa “Asli dari Jombang”. Tempatnya menyebar di sudut-sudut kota,
ada yang di di komplek kuliner, pinggir jalan belakang trotoar, teras depan sebuah rumah, halaman pekarangan,
bahkan di warung makan. Cirinya selalu sama, ada “rombong” atau gerobag dorong yang dijadikan pusat
layanan. Tempat makannya langsung menghadap ke rombong, memakai meja – dingklik, atau meja-kursi biasa.
Tempat makannya sederhana, tetapi selalu mejadi jujukan dan di lain waktu akan kembali, karena merasa
nyaman.
Tempatnya tidak luas. Di samping langsung menghadap penjual, kadang tersedia meja tambahan yang di
atasnya terdapat beberapa piring yang berisi lauk pauk (perkedel, hati sapi, paru sapi, grabatan,dll). Kita bebas
memilih sendiri lauknya begitu pula jumlahnya.
Makanan yang disuguhkan tidak terlalu banyak, sangat pas untuk mengisi perut yang sedang lapar, namun tidak
membuat perut kita menjadi sangat kekenyangan. Sabda Nabi kan, makanlah ketika sudah lapar dan
berhentilah sebelum perut menjadi kenyang. Menu soto dhok pada umumnya, nasi putih berkuah soto yang
berisi daging sapi, ditaburi sedikit tauge pendek, diberi sejumput irisan daun bawang merah, dan terkahir diberi
bumbu kecap yang ditaruh di sebuah botol. Setelah mencurahkan isi berulang-ulang, botol tersebut akan
digedhok di meja. Bunyi “dhok” yang keras mengejutkan pembeli, walaupun sudah beberapa kali bersantap di
situ.
Pada umumnya soto dhok ini dibuka mulai pada pukul 17.00 WIB dan ditutup ketika dagangannya habis.
Ada pula yang buka pagi hari seperti Soto Dhok Pak Nurali, Cak Sur, atau lainnya. Pembelinya banyak yang
menjadi pelanggan. Mobil-mobil dan sepeda motor berjubel parkir di tepi jalan. Bahkan ada serombongan yang
datang dari luar kota. yang selalu ingin mampir ke sana ketika ke kota Jombang. Karena selain makanannya
enak, harganya sejak dulu sampai sekarang terjangkau isi dompet dari pembeli.
Lodeh Kikil Rasa Kekal
Lodek Kikil khas Jombang menjadi pilihan santap malam di Kota Santri. Sajian masakan khas Jombang
ini sebenarnya cukup sederhana dan tidak istimewa dibanding menu tonthong kikil dengan kuah berlimpah.
Tetapi penikmatnya selalu terpuaskan, buktinya mereka rutin datang kembali. Katanya rasanya kekal, tidak
hilang-hilang di lidah dan rongga mulut.
Lodeh Kikil ini sekarang banyak terdapat di kawasan jalan raya Mojosongo, arah dari lintasan rel stasiun
Jombang ke Diwek, khususnya pada malam hari. Ada yang buka sore hari sampai dengan tengah malam. Ada
yang baru buka tengah malam sampai menjelang subuh. Ada pula yang baru buka dini hari sampai pagi hari.
Pada umumnya, orang Jombang yang sudah lama merantau, kalau pulang selalu menyempatkan diri
merasakan kembali menu dan suasana warung Lodeh Kikil khas Jombang, Biasanya harus sabar, karena tidak
http://arrohman.blogspot.com.2009
jarang untuk mendapatkan tempat duduk saja harus bergiliran, siap menunggu beberapa waktu. Tempat
duduknya bermacam-macam, ada dingklik panjang, kursi kayu, dipan bambu kecil beralaskan tikar pandan,
bahkan di lenengan teras rumah. Yang di dingklik dan kursi menghadap meja atau bangku besar.
Nasi lodeh kikil sajiannya sederhana, hanya sepincuk nasi yang disiram kuah santan (semacam lodeh)
yang berisikan irisan buah pepaya muda dan nangka muda (tewel), dan tentu tak ketinggalan irisan kikil campur
kulit sapi (cecek).
Sebagai pelengkap, tersedia pilihan lauk berupa daging, paru, atau babat. Untuk menunjang stamina dan
kesehatan, sebaiknya sih memilih lauk daging. Karena paru dan babat merupakan jeroan sapi yang mungkin
kurang baik bagi kesehatan kita, karena mengandang kolesterol tinggi.
Rasa yang dominan dari menu nasi kikil ini adalah kuah santannya. Sementara kikil yang identik sebagai nama
menu istimewa ini ternyata tidak begitu banyak, hanya ada beberapa potong kecil-kecil. Bahkan yang kuat di
lidah justru ceceknya. Maka tak heran bila sebagain orang juga menjuluki nasi kikil ini dengan sebutan nasi
cecek.
Sebagai penyandingnya, tersedia minuman es teh maupun es jeruk. Jadi, usai menyantap nasi kikil yang
dihidangkan hangat-hangat, sebagai pelarutnya langsung bisa meluruhkan dahaga dengan minuman segar
tersebut. Seporsi nasi kikil Rp. 6000 an. Jadi, untuk satu orang tak sampai menguras kantong.
Kalau masih penasaran ingin menikmati kuliner Jombang lainnya, bisa singgah di Kebonrojo – dekat
alun-alun Jombang. Setiap sore hingga malam di sana tersedia aneka menu pilihan. Salah satunya ada soto dok
Pak Widji. Atau sekalian juga mampir ke alun-alun Jombang, yang kalau malam berubah menjadi pasar
makanan. Si sana bisa dijumpai aneka menu sesuai selera. Ada juga Es Lodeh yang mangkalnya di pintu
masuk alun-alun sebelah barat (depan gerbang masjid). So, dijamin terpuaskan oleh keunikan dan kekhasan
menu-menu istimewa khas Kabupaten Jombang. Untuk mendapatkan menu-menu istimewa tersebut pada hari-
hari biasa, sebaiknya bertandang ke sana pada malam minggu, jadi suasananya ramai, sehingga dapat sekalian
liburan sambil berwisata kuliner di kota kelahiran Gus Dur itu. Selamat menikmati.
Soto Ayam
Soto Ayam merupakan menu makanan yang mungkin ada di mana-mana. Tidak perlu diceritakan atau
dijelaskan hampir semua orang juga sudah tahu. Ya begitulah rasanya. Tetapi kalau ke Jombang belum pernah
merasakan Soto Ayam Kampung Nglaban atau Soto Ayam Kampung Pak Loso, rugi.
Soto Ayam Nglaban meskipun tempatnya jauh di kampung, tetapi pembelinya antre. Uniknya, pemilik
warung pasang bendera untuk tanda sudah habis, sehingga dari jauh yaitu di jalan raya mau masuk jalan ke
kampung sang pembeli akan balik kucing kalau melihat bendera dipasang.
Ndak percaya? Buktikan, kalau perlu ajak P Bondan, pasti Mak Nyus!
Donat Kampoeng Mendunia
Donat Kampoeng Utami (DKU) dan Roshberry Café yang digawangi Rosidah Widya Utami (38) semakin
memperluas usahanya. Kini, DKU pun juga berani membuka rahasia dapurnya. DKU punya tips-trik membuat
donat enak, empuk, dan lezat.
Rasa donatnya telah teruji lezat dan tak kalah wah dengan yang dijual di mal-mal. Bahkan sejak tahun
2008 donat jenis premiumnya sudah diproduksi dan dijual di beberapa gerai mewah di Malaysia. Tak hanya
produk donat kualitas premium, kue kering buatan DKU tahun 2011 ini pun sukses tersebar luas di toko kue di
kota-kota besar Indonesia sebagai kue Idul Fitri.
”Kami memang membuka kursus privat membuat donat kualitas premium bagi siapa saja yang ingin
belajar,” terang Rosidah, owner DKU. Mereka yang mengikuti kursus berkesempatan untuk mengetahui rahasia
membuat dan meracik bahan donat agar hasilnya enak, empuk, dan lezat. Tak hanya itu, peserta kursus juga
diajari tips-trik membuat dan menghias lebih dari 50 variasi topping donat premium ala American donuts.
Kegiatan kursus juga langsung dilakukan di dapur DKU di Perum Griya Indah, Jombang.
Agar bisa mengetahui rahasia membuat donat premium, peserta kursus cuma mengganti ongkos
pembelian bahan donat sebesar Rp 2 juta per orang. ”Peserta selain mendapatkan materi teori, juga langsung
praktek dengan peralatan yang tersedia di dapur DKU, serta bisa membawa pulang seluruh hasil prakteknya”
tambah perempuan berjilbab ini.
Rupanya, bagi-bagi rahasia membuat donat lezat tak hanya diminati masyarakat lokal. Noraliza, salah
seorang peserta kursus mengaku jauh-jauh datang dari Malaysia dengan harapan bisa mengetahui rahasia
dapur DKU. ”Saya tertarik ikut kursus setelah hampir tiga bulan melihat-lihat DKU di internet,” ujar perempuan
ibu rumah tangga ini.
Karena tertarik dengan beragam jenis donat yang dibuat DKU yang mirip donat ala Amerika yang dijual di
mall, perempuan asal Kuantan, Pahang Malaysia ini langsung mendaftar ikut kursus privat di Jombang Jawa
Timur.
Untuk memenuhi keinginan pelanggan DKU di seluruh Indonesia yang ingin praktek sendiri di rumah, DKU
menyediakan tepung premix donat. Setiap bungkus tepung premix bisa diolah menjadi 60 donat ukuran besar.
Ada 4 jenis kualitas premix yang dijual. Tepung premix kualitas standar dibandrol cuma Rp 50rb per pak.
Kualitas medium Rp 75rb, kualitas premium Rp 100rb, dan kualitas platinum Rp 200rb. Setiap kemasan tepung
premix sudah dilengkapi step by step cara pembuatan donat ala DKU.
Jenang Kelapa Muda khas Jombang identic dengan Pak Chakim. UD. MANDIRI (Jenang Kelapa Muda
Khas Jombang) UD. Mandiri. yang beralamat di jln. Arjuna Gg 2 / 29, Denanyar Utara Kec.Jombang Kab.
Jombang. Merupakan induk perusahaan jenang kelapa muda yang ada di Jombang, kami bergerak di bidang
produksi makanan khas jombang khusunya Jenang Kelapa Muda. UKM berdiri pada tahun 1987, yang
diprakarsai oleh Ayah dan Ibunda kami. Produk Jenang kelapa muda ini sudah di kenal di berbagai daerah,
diantaranya Kediri, Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Malang, dll. Selain sebagai makanan ringan, jenang kelapa ini
sangat cocok dijadikan oleh-oleh buat keluarga anda.
Akhir-akhir ini, tahu bulat banyak menghiasi deretan jajanan di kota Jombang. Padahal, tahu yang
berbentuk bulat sebenarnya sudah lama ada di Jombang. Beberapa tahun silam seorang mahasiswa asli
Jombang yang kuliah di luar kota pernah dititipi temannya oleh-oleh tahu bulat. Mereka lazim menyebutnya
dengan “tahu bunder”. Spontan saja mahasiswa tersebut keheranan, kemudian bertanya, “Tahu saja minta dari
Jombang. Apa bedanya dengan tahu disini?” “Ya beda. Tahu bunder itu kan asli Jombang, dan hanya ada di
Jombang. Kalau disini tahunya kotak-kotak. Kamu ini orang Jombang kok tidak tahu?”
Dari sini barulah ia sadar ternyata tahu bunder yang setiap hari dibeli ibunya adalah makanan khas
Ploso, salah satu kecamatan di Jombang. Produksi tahu bunder ini memang banyak ditemukan di Ploso,
terkhusus Desa Rejoagung. Namun, tahu bunder yang dimaksud disini berbeda dengan “tahu pong”. Dari
ukurannya, penjual tahu bunder mengklasifikasikan tahu bunder menjadi ukuran kecil dan besar. Jenisnya pun
ada dua macam. Ada yang padat dan ada yang berongga. Dari penampilannya, memang bagus yang berongga,
karena ia menggunakan soda makanan dalam pembuatannya sehingga teksturnya halus.
Namun dari segi keawetan, tahu yang padat lebih awet. Jika yang berongga hanya tahan setengah hari
saja, maka tahu bunder yang padat dapat bertahan hingga dua hari tanpa bahan pengawet. Untuk
pembuatannya tidak terlalu ribet. Awalnya adalah meniris tahu mentah hingga kandungan airnya rendah.
kemudian diberi racikan bumbu masak ditambah garam. Setelah tahu dan bumbu menyatu barulah tahu dikepal
untuk mendapat bentuk bulat, dan barulah bulatan-bulatan tahu digoreng. Yang perlu diperhatikan adalah
kandungan air tahu. Kandungan air yang tinggi pada tahu dapat membuat tahu pecah saat di goreng, untuk itu
proses penirisan harus benar-benar baik.
Salah seorang pembuat tahu bunder di Rejoagung Ploso sendiri mengungkapkan, jumlah produksi
setiap harinya berkisar hingga 130 paket dengan per paket isinya 10 biji. Untuk pemasarannya adalah wilayah
Ploso sampai wilayah di Kabuh yang berbatasan dengan Lamongan. Namun bukan beliau sendiri yang
memasarkan, tahu-tahu produksinya itu dibawa oleh para pedagang sayur keliling. Selain itu, beliau sering
mendapat pesanan untuk hajatan atau dibeli orang untuk dijadikan oleh-oleh saat keluar kota, seperti ke Jakarta,
Jogja, Malang, Bogor, dll.
Bagaimana pembaca? Tertarik untuk mencoba tahu bunder khas Ploso? Bisa kita dapatkan di daerah
Ploso dan sekitarnya dengan harga terjangkau. Sangat oke juga jika tahu bunder ini dijadikan alternatif oleh-oleh
khas Jombang saat silaturrahim ke saudara yang di luar kota. Di jamin enak! Coba saj
A. Akar Budaya Jombang
1. Kebudayaan Asli
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan
bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya
atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):
(1) wayang, dan di Jombang ada / pernah ada wayang kulit, wayang krucil, wayang topeng, wayang orang,
wayang potehi, wayang gedhok, wayang golek.
(2) gamelan, dan di Jombang ada jenis pentatonis (slendro, pelok) dan diatonis (musik shalawat).
(3)ilmu irama sanjak, di Jombang ada parikan, kidungan, gandhangan.
(4) batik, dan di Jombang ada batik Plandaan, Jatipelem,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur
Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu dari India. Kalau teori
itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada sejak sebelum masehi. Namun tahun yang
tepat sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada
bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.
Salah satu benang merah adalah kebenaran akan adanya Kerajaan Atlantis yang memiliki ciri antara
lain seperti pada 10 butir di atas, seperti yang disebut Plato dalam 2 dialognya.Jombang yang
diperdebatkan sebagai bagian wilayah Kerajaan Atlantis, tidaklah perlu terlalu mempercayai dan tidak
penting juga membantahnya. Lebih baik kita menggali informasi dan kajian-kajia akdemis, menelusuri jejak
dan tinggalan peradabannya, serta kalau perlu menguak dasar laut antara Pulau Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan; secara bertahap, sedikit demi sedikit, dan sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan
besarnya dukungan. Insya allah pada saatnya akan terkumpul berbagai kekayaan budaya daerah
termasuk berbagai produk budaya dan kearifan lokalnya.
Pada BabIV ini akan dipaparkan dinamika budaya yang tumbuh dan berkembang di bumi Jombang
sejak masa lalu yang dapat digali sampai dengan masa sekarang. Tidak mudah penelusurannya, karena
lemahnya budaya tulis sejak dulu sampai kini. Kita utamakan bukti otentik yang tertulis, namun tidak kita
abaikan informasi lisan yang sudah lekat di benak masyarakat.