Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH 2 ANALISIS KASUS

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

Dosen : Triayana Harlia Putri, S.Kep., Ners., M.Kep.

Nama Penyusun : Himmatul Aulia

NIM : I1031211090

KELAS A2

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah ‘Komunikasi Terapeutik Keperawatan’.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, Saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Kubu Raya, 20 Maret 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... ..... 1

Daftar Isi ................................................................................................... ..... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. ..... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. ..... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... ..... 3

BAB II ISI

A. Tinjauan Teoritis ................................................................................. ..... 4


1. Pengertian Komunikasi Terapeutik............................................... 4
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik..................................................... 4
3. Pengertian Kesehatan Jiwa............................................................ 7
B. Tahapan Komunikasi .......................................................................... ..... 7
1. Video Pertama.............................................................................. 7
2. Video Kedua................................................................................. 8
3. Video Ketiga................................................................................. 9
4. Video Keempat............................................................................. 10
5. Video Kelima................................................................................ 11
6. Video Keenam.............................................................................. 11
C. Tinjauan Kasus.......................................................................................... 12
1. Strategi Komunikasi Terapeutik Kejiwaan.................................... 19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... ..... 20
B. Saran ............................................................................................. ..... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ..... 21

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien yang mengalami gangguan jiwa memerlukan perawatan dari seorang perawat, dalam
asuhan keperawatan komunikasi terapeutik penting untuk menciptakan hubungan antara perawat
dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama
dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Seorang perawat profesional selalu berusaha untuk berperilaku
terapeutik, yang berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukannya memberikan dampak terapeutik
yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

Oleh karena itu, perawat harus mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya tentang
dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri serta kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain (Purwanto, 2006). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
komunikasi terapeutik yaitu kredibilitas, isi pesan, kesesuaian dengn kepentingan sasaran, kejelasan,
kesinambungan dan konsistensi, saluran, kapabilitas sasaran, psikologis, sosial, persepsi, nilai, emosi,
latar belakang sosial budaya, pengetahuan, peran dan hubugan, lingkungan dan masa kerja (Suryani
dalam Prabowo, 2016 dan Damaiyanti, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teoritisnya?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
3. Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?
4. Apa saja tahapan komunikasinya?
5. Bagaimana tinjauan kasus dalam video tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa
3. Untuk mengetahui tinjauan teoritisnya
4. Untuk memahami tahapan komunikasi terapeutik jiwa
5. Untuk menelaah tinjauan kasus yang ada dalam video

3
BAB II
ISI

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik
dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan
maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
a Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan;
b Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
c Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3. Pengertian Kesehatan Jiwa
Menurut UU No. 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan orangorang lain. Makna kesehatan jiwa
mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi dalam
kehidupan semua manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lainnya. Sementara
menurut WHO sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan
sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan (Riyadi, 2011).
Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan
orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif. 7 Universitas Sumatera Utara 8 Sebagai bagian yang utuh
dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi

4
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan
bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
(Sumiati dkk, 2009).
Pada klien dengan masalah yang ada di video memerlukan teknik yang berbeda
dengan klien yang memiliki masalah kesehatan fisik. Karakteristik yang dimiliki oleh
perawat dalam melakukan interaksi dengan klien gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
a Tidak menghakimi (Nonjudgmental approach)
Cara yang dapat dilakukan agar perawat tidak terjebak pada tindakan menghakimi
adalah dengan meningkatkan kesadaran diri perawat, dan memberikan kesempatan
klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya, menghargai klien sebagai orang yang
mampu diberikan tanggung jawab, memberikan kesempatan klien untuk mengambil
keputusan.
b Menerima (Acceptance)
Sikap menerima merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring.
Penerimaan adalah menegaskan klien sebagaimana adanya dan mengakui bahwa klien
memiliki hak untuk mengeksprsikan emosi dan pikirannya. Perawat yang memiliki
sifat menerima terlihat dari sikap menghargai pikiran dan perasaan klien dan
membantu mereka untuk memahami diri sendiri.
c Hangat (warmth)
Sikap hangat merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring. Sikap hangat
terlihat perhatian kepada klien dan mengungkapkan kesenangan dalam merawat klien.
Ini bukan berarti bahwa kita harus berlebihan dengan klien atau berusaha untuk
menjadi teman mereka. Sikap hangat dapat diungkapkan secara non verbal, sikap
positif, nada yang ramah, dan senyum yang hangat. Mencondongkan badan ke depan
dan mempertahankan kontak mata, sentuhan fisik, menerima, dan tidak membuat rasa
takut klien merupakan contoh sikap yang hangat kepada klien.
d Empati
Empati merupakan sikap yang paling utama dalam menunjukkan caring. Empati
berarti memahami pikiran dan perasaan klien dan ikut merasakan perasaannya tapi
ikut terlarut didalamnya. Dalam mencapai empati ada 2 proses yang dilewati yaitu
memahami dan validasi. Langkah yang pertama memahami perasaan klien melalui
observasi. Langkah yang kedua menvalidasi perasaan klien dengan cara meminta

5
klien mengungkapkan perasaannya. Empati dapat memfasilitasi hubungan terapeutik
dan membantu klien memahami dirinya sendiri.
e Keaslian (Authenticity)
Menjadi perawat yang caring harus memiliki pribadi yang tulus dan menjadi diri
sendiri dalam menjalin interaksi dengan klien. Ketika kita komitment dengan klien,
maka kita harus bersikap profesional. Profesional disini maksudnya adalah berperan
sebagai tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan dengan tujuan untuk
menyembuhkan klien.
f Kongruensi (Congruency)
Kesesuaian antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan indikasi dari
kongruensi. Kongruensi dibutuhkan untuk menumbuhkan hubungan saling percaya
antara perawat dengan klien.
g Sabar (patience)
Untuk membina hubungan terapeutik, hal penting yang dilakukan adalah sabar
dengan klien. Karakter ini dapat meningkatkan kemandirian klien. Sabar artinya
memberikan klien ruang untuk mengungkapkan perasaannya, berpikir, mengambil
keputusan, dan memberikan kesempatan untuk membuat perencanaan sesuai
keinginan dan kebutuhannya.
h Hormat (respect)
Menghargai klien merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring. Sikap
hormat termasuk pertimbangan untuk klien, komitmen melindungi mereka, dan dari
bahaya lain, dan percaya terhadap kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah
atau melakukan perawatan secara mandiri.
i Dapat dipercaya (Trustworthiness)
Dapat dipercaya merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring, dimana
karakter ini mengawali karakter-karakter caring yang lain. dengan kemampuan
interpersonal yang baik, dapat membantu perawat mengontrol emosional klien, dan
membantu membangun hubungan saling percaya dengan klien.
j Terbuka (self-disclosure)
Hubungan saling percaya dapat terbina ketika perawat bersikap terbuka. Untuk
menumbuhkan sikap terbuka pada klien dapat dilakukan dengan mendengar klien,
percaya dengan apa yang mereka lakukan, tidak menghakimi.

6
k Humor
Humor merupakan karakteristik yang penting dalam membina hubungan
terapeutik dengan klien. Humor dapat menciptakan hubungan yang hangat dengan
klien, menghilangkan rasa takut dan khawatir klien terhadap perawat.

B. Tahapan Komunikasi
1. Video Pertama
a. Tahap Orientasi
1.) Memberi salam terapeutik
2.) Memperkenalkan diri perawat
3.) Menanyakan nama klien
4.) Menanyakan keadaan tubuh klien sekarang (tidak mencukur kumis)
5.) Menanyakan perasaan pasien (evaluasi/validasi)
6.) Menyepakati pertemuan
7.) Menetapkan tujuan
8.) Menyepakati masalah klien dan memberikan solusi
9.) Kontrak waktu/tempat/topik

b. Fase Kerja
1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan
2.) Menanyakan tentang kepedulian keluarga akan klien
3.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan, dan komunikasi terbuka
4.) Membuat komunikasi timbal balik (Mengajukan opsi untuk pembersihan diri atau
makan)
5.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
6.) Mengidentifikasi masalah klien
7.) Mendefinisikan tujuan dengan klien

c. Tahapan Terminasi
1.) Terminasi sementara
2.) Dokumentasi
3.) Terminasi akhir

7
2. Video Kedua
a. Tahapan Orientasi

1.) Memberikan salam terapeutik

2.) Memperkenalkan diri perawat


3.) Menanyakan nama klien
4.) Menyepakati pertemuan

5.) Menanyakan keadaan tubuh klien sekarang (Tidur yang cukup, kebersihan
diri, dan minum obat sesuai waktu serta dosis)
6.) Menanyakan perasaan klien
7.) Menyepakati masalah klien dan memberikan solusi
8.) Menetapkan tujuan
9.) Kontrak waktu/tempat/topik
b. Tahapan Kerja

1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan


2.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka (bertanya
pengalaman klien sebelum dibawa ke rumkit)
3.) Membuat komunikasi timbal balik
4.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
5.) Mengidentifikasi masalah klien (masalahnya dari suami) dan (kesehatan yang
dirasakan klien)
6.) Membantu klien dari perasaan, informasi, dan kesehatan melalui bantuan
diagnosa dokter
7.) Mengajukan opsi untuk pembersihan diri atau makan
8.) Mendefinisikan tujuan klien
c. Tahapan terminasi

1.) Terminasi sementara (kontrak waktu dan tempat untuk komunikasi besok)
2.) Dokumentasi
3.) Terminasi akhir
3. Video Ketiga
a. Tahapan Orientasi

1.) Memberi salam terapeutik

8
2.) Memperkenalkan diri perawat
3.) Menanyakan nama klien
4.) Menanyakan perasaan klien (Tidur nyenyak dan kebersihan diri)
5.) Menyepakati pertemuan
6.) Menyepakati masalah klien dan memberikan solusi
7.) Menetapkan tujuan
8.) Kontrak waktu/tempat/topik
b. Tahapan Kerja

1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan


2.) Bertanya keadaan klien sebelum ke rumkit (anggota keluarga apakah ada
terdapat sakit yang sama seperti ibu wandah dan keadaan kesehatan fisik
serta mental klien)
3.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka
4.) Membuat komunikasi timbal balik
5.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
6.) Mengidentifikasi masalah klien
7.) Mendefinisikan tujuan dengan klien
c. Tahapan Terminasi

1.) Terminasi sementara


2.) Dokumentasi
3.) Terminasi akhir
4. Video Keempat

a. Tahapan Orientasi

1.) Memberi salam terapeutik

2.) Memperkenalkan diri perawat


3.) Menanyakan nama klien
4.) Bertanya tentang kebersihan dan kenyamanan klien
5.) Menanyakan perasaan
5.) Menyepakati pertemuan
6.) Menyepakati masalah klien dan memberikan solusi
7.) Menetapkan tujuan
9
8.) Kontrak waktu/tempat/topik
b. Tahapan Kerja

1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan (yang dilakukan keluarga


klien dalam menghadapi masalah klien)
2.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka (bertanya
kondisi keluarga)
3.) Membuat komunikasi timbal balik
4.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
5.) Megidentifikasi masalah klien (kondisi suasana rumah klien)
6.) Mendefinisikan tujuan dengan klien
c. Tahapan Terminasi

1.) Terminasi sementara (pemilihan opsi kebersihan dan asupan makanan)


2.) Dokumentasi (jadwal kegiatan harian)
3.) Terminasi akhir
5. Video kelima
a. Tahapan Orientasi

1.) Memberi salam terapeutik

2.) Memperkenalkan diri perawat


3.) Menanyakan nama klien
4.) Bertanya kebersihan diri klien
5.) Menanyakan perasaan (Tidur yang cukup dan nyenyak)
6.) Menyepakati pertemuan

7.) Mengamati masalah klien dan memberikan solusi


8.) Menetapkan tujuan
9.) Kontrak waktu/tempat/topik
b. Tahapan Kerja

1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan


2.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka
3.) Membuat komunikasi timbal balik
4.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan

10
5.) Megidentifikasi masalah klien (Suara-suara yang mengganggu)
6.) Memberikan opsi kebersihan diri dan asupan makan
7.) Mendefinisikan tujuan dengan klien
c. Tahapan Terminasi

1.) Terminasi sementara


2.) Dokumentasi
3.) Terminasi akhir
6. Video Keenam
a. Tahapan Orientasi
1.) Memberi salam terapeutik
2.) Memperkenalkan diri perawat
3.) Menanyakan nama klien
4.) Menanyakan perasaan klien (keadaan tubuh dan suasana yang dirasakan
klien)
5.) Menyepakati pertemuan
6.) Menyepakati masalah klien dan memberikan solusi
7.) Menetapkan tujuan
8.) Kontrak waktu/tempat/topic
b. Tahapan Kerja

1.) Mengidentifikasi mengapa klien mencari bantuan


2.) Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka (kondisi
keluarga terhadap klien)
3.) Membuat komunikasi timbal balik
4.) Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
5.) Mengidentifikasi masalah klien (permasalahan di lingkungan sosial klien)
6.) Mendefinisikan tujuan dengan klien
c. Tahapan Terminasi

1.) Terminasi sementara


2.) Dokumentasi
3.) Terminasi akhir

11
C. Tinjauan Kasus
1. Strategi Komunikasi Terapeutik Kejiwaan
a) Strategi Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Mental
Beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi dengan klien
gangguan jiwa, yaitu:
 Support system. Dukungan dari orang lain atau keluarga.
 Mekanisme koping. Merupakan cara seseorang berespon terhadap stressor.
 Harga diri. Merupakan pandangan individu terhadap dirinya.
 Ideal diri. Bagaimana cara seseorang melihat dirinya dan bagaimana dia
seharusnya.
 Gambaran diri. Apakah klien menerima dirinya seutuhnya beserta kelebihan
dan kekurangannya.
 Tumbuh kembang. Trauma masa lalu akan mempengaruhi kesehatan jiwa
masa sekarang.
 Pola asuh. Kesalahan dalam mengasuh anak dapat mempengaruhi psikologis
anak.
 Genetika. Gangguan jiwa dapat diturunkan secara genetis, bahkan pada
saudara kembar.
 Lingkungan. Lingkungan yang buruk merupakan salah satu pemicu munculnya
gangguan jiwa.
 Penyalahgunaan zat. Penyalahgunaan zat memicu terjadi depresi susunan saraf
pusat, perubahan pada neurotransmitter.
 Perawatan diri. Perawatan diri yang buruk dapat memicu muncul perasaan
minder Kesehatan fisik. Gangguan pada sistem saraf dapat merubah fungsi
neurologis.

b) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Halusinasi


Halusinasi merupakan perubahan sensori persepsi dimana klien merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Jenis dan tanda gejala halusinasi, yaitu:
1.) Halusinasi dengar/suara : bicara atau tertawa sendiri, marah2 tanpa sebab,
menutup telinga atau mengarahkan telinga kearah tertentu.
2.) Halusinasi penglihatan: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yg
tidak jelas, melihat bayangan.
3.) Halusinasi pengecapan: sering meludah, muntah, merasa seperti darah, urin atau
feses.
4.) Halusinasi perabaan: menggaruk-garuk permukaan kulit, mengatakan ada
serangga dipermukaan kulit, merasa seperti disengat listrik.

c) Strategi pelaksanaan komunikasi klien halusinasi, yaitu:

12
 Sesi 1, yakni membantu klien mengenal halusinasinya, Mengajarkan klien
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, membuat jadwal kegiatan
harian.
 Sesi 2, yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan klien cara
minum obat (prinsip 6 benar obat), menganjurkan klien latihan dan
memasukkan latihan kedalan jadwal kegiatan harian.
 Sesi 3, yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian, mengajarkan klien cara
bercakapcakap untuk mengontrol halusinasi, menganjurkan klien latihan dan
membuat jadwal kegiatan harian.
 Sesi 4, yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian, mengajarkan klien
melakukan rutinitas terjadwal untuk mengontrol halusinasi, menganjurkan klien
latihan dan membuat jadwal kegiatan harian.

d) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Waham


Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Tanda dan gejala:
1.) Waham kebesaran: meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2.) Waham curiga: meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yg berusaha
merugikan/menciderai dirinya, diucapkan berulang kali.
3.) Waham agama: keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tp tidak sesuai kenyataan.
4.) Waham somatik: meyakini bahwa atau bagian tubuh terganggu/ terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tp tidak sesuai kenyataan.
5.) Waham nihilistik: meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/ meninggal,
diucapkan berulang kali tp tidak sesuai kenyataan.

e) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien waham, yaitu:


 Sesi 1, membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu orientasi
realita secara bertahap, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi ,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yg tidak terpenuhi , menganjurkan
pasien memasukkan dalam kegiatan jadwal harian.

13
 Sesi 2, mengevaluasi latihan sesi 2, membantu klien orientasi realita secara
bertahap, mengajarkan dan melatih klien tentang prinsip 6 benar obat.
 Sesi 3, mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2, membantu klien orientasi realita
secara bertahap, mengidentifikasi kemampuan positif klien, dan melatih satu
kemampuan yang dipilih.
 Sesi 4. Mengevaluasi latihan sesi 1, 2 dan 3, membantu klien orientasi realita
secara bertahap, mengajarkan dan melatih kemampuan kedua yang dipilih.

f) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai diri atau orang lain baik secara fisik maupun psikologis Tanda dan gejala
perilaku kekerasan:
1.) Muka merah dan tegang, pandangan tajam,
2.) Mengatupkan rahang dengan kuat,
3.) Mengepalkan tangan,
4.) Mondar-mandir,
5.) Bicara kasar,
6.) Suara tinggi,
7.) Mengancam secara verbal atau fisik,
8.) Melempar atau memukul benda/org lain,
9.) Merusak barang,
10.) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

g) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien resiko perilaku kekerasan:


 Sesi 1:
1.) Membina hubungan saling percaya.
2.) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yg biasa dilakukan.
5.) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.) Mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon kemarahan.
7.) Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 dan 2 (teknik nafas
dalam dan pukul bantal).

14
 Sesi 2:
1.) Evaluasi latihan nafas dalam dan pukul bantal.
2.) Latih cara mengontrol marah dengan minum obat teratur.
3.) Menyusun jadwal kegiatan harian.
 Sesi 3:
1.) Evaluasi jadwal kegiatan harian (fisik 1 dan 2 serta cara obat).
2.) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak dengan baik,
meminta dgn baik, mengungkapkan perasaan dgn baik).
3.) Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
 Sesi 4:
1.) Evaluasi dan diskusikan hasil latihan sesi 1, 2, dan 3.
2.) Latih mengontrol PK dengan cara spiritual.
3.) Buat jadwal latihan spiritual yang telah dilatih.

h) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Harga Diri Rendah


Harga diri rendah (HDR) adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
Tanda dan gejala :
1.) Mengkritik diri sendiri,
2.) Perasaan tidak mampu,
3.) Pandangan hidup yang pesimis,
4.) Penurunan produktivitas,
5.) Penolakan terhadap kemampuan diri,
6.) Kurang perawatan diri,
7.) Tidak berani menatap lawan bicara,
8.) Sering menunduk,
9.) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

i) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien dengan harga diri rendah:


 Sesi 1:
1.) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.) Membantu klien menilai kemampuan positif yang masih bisa digunakan

15
3.) Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4.) Melatih kemampuan yang sudah dilatih
5.) Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian
 Sesi 2:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2.) Melatih klien melakukan kemampuan positif kedua yang dimiliki
3.) Memasukkan kemampuan kedua dalam jadwal kegiatan harian
 Sesi 3:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2.) Melatih klien melakukan kemampuan positif ketiga yang dimiliki
3.) Memasukkan kemampuan ketiga dalam jadwal kegiatan harian
 Sesi 4:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2.) Melatih klien melakukan kemampuan positif keempat
3.) Memasukkan kemampuan keempat dalam jadwal kegiatan harian.

j) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orla sekitarnya tanda dan
gejala:
1.) Perasaan kesepian atau ditolak oleh orla,
2.) Merasa tidak aman berada dengan orla,
3.) Mengatakan hubungan yg tidak berarti dgn orla,
4.) Merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu,
5.) Tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan,
6.) Merasa tidak berguna,
7.) Tidak yakin dapat melangsungkan hidup,
8.) Menarik diri,
9.) Tidak komunikatif,
10.) Tidak ada kontak mata,
11.) Afek tumpul,
12.) Tampak sedih.

16
k) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien isolasi sosial:
 Sesi 1:
1.) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2.) Membantu klien mengenal penyebab isos, keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan oral
3.) Melatih klien cara berkenalan dengan 1-2 orang
 Sesi 2:
1.) Mengevaluasi latihan di sesi 1
2.) Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan 3-4
orang sambil melakukan kegiatan).
 Sesi 3:
1.) Mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2
2.) Melatih klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan dengan 5-8
orang sambil melakukan kegiatan dalam kelompok)
 Sesi 4:
1.) Mengevaluasi latihan sesi 1, 2, dan 3
2.) Melatih klien berinteraksi dengan orang di luar lingkungan RS (misalnya
belanja di warung)

l) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun
Tanda dan gejala:
1.) Ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
2.) Ketidakmampuan berhias/berpakaian,
3.) Ketidakmampuan makan secara mandiri,
4.) Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri

m) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien dengan defisit perawatan diri:


 Sesi 1:
1.) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

17
2.) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3.) Membantu klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
4.) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
 Sesi 2:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2.) Menjelaskan cara makan yang baik
3.) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik
4.) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Sesi 3:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2.) Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3.) Membantu klien mempraktikkan cara eliminasi yang baik
4.) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
 Sesi 4:
1.) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2.) Menjelaskan cara berdandan
3.) Membantu klien mempraktikkan cara berdandan
4.) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

n) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh Diri


Bunuh diri merupakan tindakan yg secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya.
Jenis RBD berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri yaitu:
1.) Isyarat bunuh diri,
2.) Ancaman bunuh diri, dan
3.) Percobaan bunuh diri

o) Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien resiko bunuh diri:


 Sesi 1:
1.) Mengidentifikasi benda yang dapat membahayakan pasien
2.) Mengamankan benda yang dapat membahayakan pasien
3.) Melakukan kontrak terapi
4.) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

18
5.) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

 Sesi 2:
1.) Mengidentifikasi aspek positif pasien
2.) Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3.) Mendorong pasien untuk menghargai diri sbg individu yang berharga
 Sesi 3:
1.) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2.) Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3.) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4.) Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5.) Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan
harian
 Sesi 4:
1.) Membuat rencana masa depan yg realistis bersama pasien
2.) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3.) Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik dalam keperawatan adalah caring, dan keterampilan ini menjadi dasar
dalam proses keperawatan pada berbagai praktek keperawatan profesional. Komponen utama
dalam dukungan terapeutik adalah membangun hubungan dan relasi, komunikasi, edukasi,
dan problem solving (pemecahan masalah). Pengalaman sebagai perawat kesehatan jiwa
dapat membantu Anda menyelaraskan dan menggabungkan kemampuan caring tersebut ke
dalam praktek keperawatan profesional. komunikasi terapeutik penting untuk menciptakan
hubungan antara perawat dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana
tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Seorang perawat profesional selalu
berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukannya
memberikan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mengenal dan mengetahui
serta mengerti komunikasi kepada seseorang dengan gangguan jiwa, dapat saling memahami
serta bisa berinteraksi dengan lancar, terutama bagi mahasiswa keperawatan maupun perawat
itu sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama.

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama

Keliat, Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi2. Jakarta : EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Kusumo, M. P. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien


Di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1),
72-81. Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa.

Sasmito, P., Majadanlipah, M., Raihan, R., & Ernawati, E. (2018). Penerapan teknik
komunikasi terapeutik oleh perawat pada pasien. Jurnal Kesehatan, 11(2), 58-64.
Siti, M., Zulpahiyana, Z., & Indrayana, S. (2016). Komunikasi terapeutik perawat berhubungan
dengan kepuasan pasien. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 30-34.
Stuart, G. W., 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed 9th . Mosby: Elsevier.

21

Anda mungkin juga menyukai