Anda di halaman 1dari 142

Apa itu keperawatan sebagai profesi?

Bentuk pelayanan professional kepada


system klien yang diberikan perawat yang
telah dibekali pengetahuan, keterampilan,
dan sikap melalui proses pendidikan dan
Tujuan: pengalaman yang memadai.
 Menjelaskan falsafah praktik Apa itu keperawatan?
keperawatan Keperawatan merupakan profesi yang
 Menjelaskan pengertian praktik mengidentifikasi dirinya sebagai profesi
keperawatan profesional yang humanistik, dan memberikan
 Mengidentifikasi fokus praktik perhatian besar pada falsafah dasar yang
keperawatan profesional berfokus pada individualitas dan keyakinan
Dalam lokalkarya tahun 1983 disepakati bahwa manusia merupakan sesuatu yang
adanya profesionalisasi keperawatan, dapat dilakukan secara bebas.
dengan menetapkan Fokus keperawatan
Sebagai suatu disiplin yang tidak hanya
 Pengertian Keperawatan
memiliki defines yang jelas tetapi juga
 Falsafah Keperawatan
merupakan kedaruratan dalam konsep
 Peran / Fungsi Perawat sentral yaitu caring dan health.
Falsafah keperawatan di Indonesia Tujuan Fokus Keperawatan
 Perawatan merupakan bantuan Sebagai suatu disiplin yang professional
yang diberikan karena adanya dalam bentuk ini sebagai pernyataan yang
kelemahan fisik, mental, mengidentifikasi suatu domain untuk
keterbatasan pengetahuan serta penyelidikan yang mencerminkan adanya
kuranganya kemampuan menuju keterkaitan secara sosial dan alamiah
kepada kemampuan kegiatan hidup dalam memberikan suatu pelayanan.
sehari – hari. Karateristik Profesi (Keperawatan)
 Kegiatan dilakukan dalam upaya  Body of knowledge
penyembuhan, pemulihan, serta  Body of theory
pemeliharaan kesehatan dengan
 Human concern and urgency
penekanan kepada upaya pelayanan
 Code of ethics
utama (PHC) sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab, dan  Professionals value
etika.  Autonomy and accountability
Ilmu Keperawatan kerangka dasar dalam pelaksanaan
“Ilmu yang mempelajari diagnosa dan praktik keperawatan (Tomey,1994).
terapi respon manusia secara fisik,  Keyakinan dasar tentang
psikologis, sosial, spiritual, dan kultural pengetahuan keperawatan yang
melalui upaya mensintesis berbagai ilmu mengandung pokok pemahaman
lain baik ilmu eksaksa maupun non eksakta biologis manusia dan perilakunya
/ sosial, mulai dari kondisi sehat sampai dalam keadaan sehat dan sakit, serta
sakit, dari konsepsi sampai meninggal dan terutama berfokus kepada respon
dari tingkatkan individu, keluarga dan mereka terhadap suatu situasi
komunitas”. (Nurachmah).
Tujuan Falsafah Keperawatan
 Menegerti batas – batas hubungan
Respon manusia terhadap lingkungan diantara manusia, lingkungannya
(internal atau eksternal) dan kesehatan.
Ilmu Keperawatan  Pendekatan keperawatan sebagai
disiplin ilmu pengetahuan.
 Integrasi perasaan teradap nilai –
nilai.
 Pernyataan system keyakinan pribadi
tentang manusia, lingkungan, dan
keperawatan sebagai proses.
Falsafah keperawatan meliputi :
Ilmu Aplikasi  Memandang pasien sebagai manusia
 Disiplin ilmu yang berfokus pada yang holistic (utuh).
“menolong orang lain”.  Bentuk pelayanan yang diberikan
 Pelayanan langsung kepada individu secara langsung dengan
/ kelompok / komunitas. memperhatikan aspek kemanusiaan.
 Fokus : interaksi interpersonal antara  Setiap orang berhak mendapatkan
ners dank lien tanpa memandang perbedaan.
Ilmu Keperawatan Praktik Keperawatan  Pelayanan keperawatan tersebut
Falsafah Keperawatan merupakan bagian integral dari
 Pandangan dasar atau keyakinan pelayanan kesehatan.
dasar tentang hakikat manusia dan  Pasien adalah mitra yang selalu
esensi keperawatan yang menjadikan aktif dalam pelayanan kesehatan,
bukan penerima yang pasif.
sangat khusus yang berasal dari
perannya di masyarakat.
 Profesi adalah mengetahui halbaik
tentang sesuatu hal dari orang lain
serta mengetahui lebih baik dari
kliennya tentang apa yang terjadi
Peran Perawat Profesional : pada kliennya.
 Care giver Profesionalisme dalam keperawatan
 Client advocate  Keperawatan sebagai sebuah disiplin
 Counselor dan pefesi.
“suatu disiplin dicirikan dengan
 Educator
perspektif yang unik, suatu cara yang
 Collaborator
berbeda dalam memandang semua
 Coordinator fenomena, yang akhirnya
 Change agent menetapkan batasan dan sifat
 Consultant penyelidikannya”
Perjalanan menuju profesionalisme Standar Praktik Keperawatan Klinis
Factor – factor dalam masyarakat yang Menetapkan dan menerapkan standar
meningkatkan kembalinya perawat ke praktik adalah fungsi utama organisasi
sekolah : professional.
 Perubahan persepsi mengenai Tujuan standar praktik keperawatan klinis
keperawatan sebagai profesi. adalah untuk menguraiakan tanggung
 Model kontinum Okupasi – Profesi jawab yang menjadi tanggung gugat
Pavalko. perawat.
Standar tersebut merupakan :
 Mencerminkan nilai dan prioritas
profesi keperawatan
 Memberikan arahan untuk praktik
keperawatan professional
 Memberikan kerangka kerja untuk
evaluasi praktik keperawatan
Pengertian profesi  Mendefinisikan tanggung gugat
 Schein EH memandang bahwa profesi profesi terhadap masyarakat dan
merupakan sekumpulan pekerjaan hasil akhir klien yang menjadi
yang membangun suatu norma yang tanggung gugat perawat (ANA,1988)
Tanggung jawab profesi dalam menetapkan professional dan undang – undang
dan menerapkan standar praktim meliputi : serta regulasi yang relevan.
 Menetapkan, mempertahankan dan  Pendidikan
meningkatkan standar Perawat mendapat dan
 Memastikan anggota bertanggung mempertahankan pengetahuan
gugat dalam menggunakan standar terbaru serta kompetensi dalam
 Mendidik masyarakat dari individu praktik keperawatan
yang belum mencapai standar atau  Kolegalitas
berkeinginan untuk tidak mengikuti Perawat berinteraksi dengan dan
standar berkontribusi terhadap
 Melindungi masing – masing perkembangan professional dari
anggota profesi dari satu sama lain teman sejawat dan penyedia
Standar Praktik Keperawatan ANA terdiri perawatan kesehatan lain sebagai
dari : kolega.
 Standar asuhan  Etik
 Standar performa professional Keputusan dan tindakan perawat
Standar Asuhan Keperawatan demi kepentingan pasien ditetapkan
 Falsafah keperawatan dalam cara yang etis
 Tujuan asuhan keperawatan  Kolaborasi
Perawat berkolaborasi dengan
 Pengkajian keperawatan
pasien, keluarga, dan pemberi
 Diagnosis keperawatan
perawatan kesehatan lain dalam
 Perencanaan keperawatan memberikan perawatan pasien
 Intervensi keperawatan  Penelitian
 Evaluasi keperawatan Perawat menggunakan hasil
 Catatan asuhan keperawatan penelitian dalam praktik
Standar performa Profesional ANA  Pemanfaatan sumber daya
 Kualitas asuhan Perawat mempertimbangkan factor
Perawat secara sistematis – factor yang terkait dengan
mengevaluasi kualitas dan keamanan, efektivitas, dan biaya
efektivitas praktik keperawatan dalam merencanakan dan
 Penilaian performa memberikan perawatan pasien.
Perawatn mengevaluasi praktik
keperawatan sendiri yang terkait
dengan standar praktik keperawatan
Hal Penting Keperawatan Profesional  Pemeliharaan kesehatan (Health
 Komitmen yang kuat terhadap Maintenance)
layanan yang diberikan oleh Perawat melakukan aktivitas untuk
keperawatan untuk masyarakat. membantu masyarakat
 Percaya pada martabat dan nilai mempertahankan status
setiap orang. kesehatannya. Contoh kegiatan disini
 Komitmen terhadap pendidikan. adalah mengajarkan atau
 Otonomi. menganjurkan seorang usia lanjut
Fokus Praktik Keperawatan Nasional melakukan latihan untuk
 Praktik keperawatan tidak boleh mempertahankan kekuatan dan
terlepas dari upaya kesehatan mobilitas otot.
masyarakat dunia dan system  Pemulihan Kesehatan (Health
kesehatan nasional. Restoration)
 Focus utama keperawatan saat ini Perawat membantu pasien
adalah kesehatan masyarakat meningkatkan kesehatan setelah
dengan target populasi total. pasien memiliki masalah kesehatan
atau penyakit. Sebagai contoh adalah
 Manusia tidak dipandang hanya dari
mengajarkan pasien merawat luka
aspek fisik tetapi manusia dipandang
pembedehan atau membantu orang
sebagai mahluk bio-psiko-sosio-
cacat mempertahankan kekuatan
spiritual.
fisik seoptimal yang dapat dilakukan.
Praktik Keperawatan Meliputi Empat Area
yang Terkait dengan Kesehatan  Perawatan orang yang menjajal.
Perawat memberikan rasa nyaman
 Peningkatan kesehatan (Health
dan merawat orang dalam keadaan
Promotion)
menjelang ajal. Kegiatan dapat
Perawat membantu masyarakat
dilakukan di rumah sakit, rumah dan
mengembangkan sumber – sumber
fasilitas kesehatan yang lain.
atau meningkatkan kesejahteraan
atau kesehataannya. Tujuan
kesehatan yang ingin diwujudkan
adalah mencapai derajat kesehatan
optimal. Contoh kegiatan disini
adalah menjelaskan manfaat
program latihan bagi pasien.
PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT PROFESIONAL
By. Kelompok Satu
01. FIKI WERDANA PUTRA
192303101114

02. MUHAMMAD GOFI NUR ISA


192303101171

Anggota
03. RETNO SARI NURHABIBAH
192303101149

04. REZA IMELDA OCTAVIA


192303101134
PART 01

LATAR BELAKANG
您的内容打在这里,或者通过复制您的文
本后,在此框中选择粘贴,并选择只保留
文字。您的内容打在这里
Perawat memiliki peran yang
lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang
klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya
Saat ini dunia keperawatan semakin dengan berbagai peran pemberi
berkembang. Seiring dengan perawatan, pembuat keputusan klinik
berjalannya waktu dan bertambahnya dan etika, pelindung dan advokat bagi
kebutuhan pelayanan kesehatan, klien, manajer kasus, rehabilitator,
menuntut perawat untuk memiliki komunikator dan pendidik.
pengetahuan juga keterampilan di
berbagai bidang.
Peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan merupakan peran yang
paling utama bagi seorang perawat.
Seorang perawat professional harus
memahami landasan teoritis dalam
melakukan praktik keperawatan.
Landasan teoritis tersebut akan
sangat berguna bagi perawat
professional saat menjelaskan
maksud dan tujuan dari asuhan
keperawatan yang diberikan secara
rasional kepada klien.
Landasan hukum
• UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Dalam UU ini dinyatakan tentang standar
praktik profesional, hak-hak pasien,
kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan.
• UU Keperawatan No 38 Tahun 2014
Pasal (1) keperawatan adalah kegiatan
pemberian asuhan pada individu, keluarga atau
masyarakat dalam keadaan sehat atau sakit.
• Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan
• UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
PART 02

KONSEP TEORI
您的内容打在这里,或者通过复制您的文
本后,在此框中选择粘贴,并选择只保留
文字。您的内容打在这里
01. Peran?

02. Perawat ?

03.
Fungsi ?

04.
Perawat
Profesional ?
APA YG DIMAKSUD DENGAN :
RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

01. Pengertian

PERAN PERAWAT

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh Perawat adalah seseorang yang berperan
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
dalam merawat atau memelihara, membantu
kedudukan dalam system, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dan melindungi seseorang karena sakit, injury
profesi perawat maupun dariluar profesi dan peruses penuaan (Harlley, 1997).
keperawatan yang bersipat konstan.
01 02
FUNGSI PROFESIONAL
03 04
Dalam menjalan kan perannya, perawat Perawat Profesional adalah perawat yang
akan melaksanakan berbagai fungsi bertanggung jawab dan berwewenang memberikan
diantaranya: pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau

1. Fungsi Independent berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai


2. Fungsi Dependen dengan kewenangannya (Depkes RI,2002 dalam
3. Fungsi Interdependen Aisiyah 2004) .
02. Peran perawat menurut tahun 1983,1982,1989

Elemen Peran Doheny,


Lok.Nas. PPNI, 1983 Peran Perawat (CHS,1989)
1982
1. Provider / Pelaksana Askep 1. Care Giver  pelaksana askep 1. Pemberi Askep
2. Manajer / Pengelola 2. Client Advocat  pembela/pelindung 2. Pembela Pasien
3. Educater / Pendidik 3. Concelor  konseling 3. Pendidik tenaga kesh.& masy.
4. Rizeter / Berpartisipasi dalam bidang 4. Educator  pendidik 4. Koordinator pelayanan
penelitian 5. Collabolator  bekerja sama
5. Kolaborator dlm membina kerja
6. Coordinator  mengarahkan
sama dgn profesi lain
7. Change Agent  perubahan
8. Consultan  sumber informasi 6. Konsultan
7. Pembaharu
.
PERAN PERAWAT
Doheny, 1982

• Care Giver (pemberi askep) • Collaborator (berkerja sama)


Memberikan asuhan keperawatan kepada Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
pasien dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan seperti dokter,ahli gizi,dll guna
dasar. menentukan tindakan terbaik untuk pasien.
• Client Advocad (pelindung) • Coordinator (mengarahkan)
Perawat harus bisa mengkoordinasikan
Membantu pasien dan keluarga pelayanan kesehatan
mendapatkan hak atas pelayanan kesehatan.
• Change Agent (perubahan)
• Concelor (konseling)
Perawat mampu merencanakan dan membuat
Diperlukan untuk memberikan solusi pada perubahan terarah dalam memberikan
setiap masalah yang dihadapi pasien maupun pelayanan keperawatan.
mengendalikan kemarahan dalam diri pasien. • Consultan (sumber informasi)
• Educator (pendidik) Pasien dapat mengetahui tindakan keperawatan
Pasien berhak mendapatkan pengetahuan terbaik apa dan mengetahui informasi mengenai
tujuan pelayanan keperawatan
mengenai kesehatan.
03. HAMBATAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT
1. PERAN PERAWAT TIDAK OPTIMAL
2. TERLAMBATNYA PENGAKUAN BODY OF KNOWLEDGE
HAMBATAN
DALAM YANKES PROFESI KEPERAWATAN
FAKTOR 3. TERLAMBATNYA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
EKSTERNAL. KEPERAWATAN PROFESIONAL
4. TERLAMBATNYA PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN/
ASKEP PROFESIONAL

1. PERCAYA DIRI
2. RISET KEPERAWATAN
3. PENDIDIKAN KEPERAWATAN
FAKTOR INTERNAL
4. RENDAHNYA STANDART GAJIPERAWAT
5. MINIMNYA PERAWAT MENDUDUKI POSISI
STRATEGIS
.
PART 03

FENOMENA KASUS/
BERITA

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
PERAN PERAWAT DALAM MENURUNKAN IMR DAN MMR MELALUI DESA SIAGA
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/183

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi serta
Indonesia yang berada di lingkungan yang berbahaya alamnya
membuat masyarakat harus selalu sadar dan siaga untuk
mempersiapkan diri dalam segala hal. Oleh sebab itu pemerintah
melakukan mobilisasi massa dan pemberdayaan masyarakat serta
mendorong setiap desa mengembangkan “desa siaga “ sebelum
akhir 2008.

Perawat yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang


bekerja selama 24 jam, merupakan tenaga yang seharusnya
diperhitungkan untuk kesuksesan program ini. Maka perawat dengan
mengacu dari prinsip –prinsip praktik keperawatan komunitas yaitu:
kemanfaatan, prinsip otonomi, keadilan harus dapat menerapkan
perannya sebagai pemberi pelayanan, pendidik, pengelola,
konselor, advokat/pembela pasien, dan sebagai peneliti.
LANJUTAN

01 02
Sebagai tenaga kesehatan yang
Desa Siaga merupakan program terdepan, maka perawat harus bisa
pemerintah Indonesia didalam rangka menerapkan fungsi dan perannya
mempersiapkan masyarakat khususnya sebagai pemberi pelayanan
didaerah pedesaan untuk tetap bersiap keperawatan, manajer, pendidik,
dan siaga dalam menghadapi dan change agent, pengambil
mengatasi berbagai masalah kesehatan keputusan klinik, advokat klien
didesa termasuk bagaimana mengatasi serta peneliti untuk dapat
tingginya angka kematian ibu dan bayinya 04 mempersiapkan masyarakat dalam
serta menghadapi berbagai macam mewujudkan desa siaga yang
bencana serta penyakit-penyakit di akhirnya menjadi desa sehat (HH).
masyarakat.
PART 04

Opini penulis

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
OPINI
Program desa siaga oleh pemerintah Indonesia sangat baik
dan dapat membuat masyarakat selalu bersiap dan siaga
dalam menghadapi dan mengatasi berbagai masalah
kesehatan, khususnya pada ibu hamil. Kegiatan ini harus
didukung dan dikembangkan, dengan peran perawat maka
perawat harus bisa menerapkan fungsi dan perannya sebagai
pemberi pelayanan keperawatan, manajer, pendidik, change
agent, pengambil keputusan klinik, advokat klien serta
peneliti untuk dapat mempersiapkan masyarakat dalam
mewujudkan desa siaga yang akhirnya menjadi desa sehat.
PART 05

Kesimpulan

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
Kesimpulan

Perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.

Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat konstan.
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan
peruses penuaan (Harlley, 1997).

Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

Hambatan pelaksaan peran perawat ada 2 yaitu dari faktor eksternal dan faktor internal. Dari faktor eksternal ada : Peran perawat tidak optimal,
Terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan, Terlambatnya pengembangan pendidikan keperawatan professional,
Terlambatanya pengembangan system pelayanan/askep professional.
Thank YOU
Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh

By. Kelompok Satu


Nama Kelompok :

1. Mujiari ( 192303101116 )
2. Yudita A ( 192303101098)
3. Erlina Isnaini ( 192303101064 )
4. Dadang Hawari ( 192303101 )
Tugas tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan Pasal 50
UU 23/1992 adalah menyelenggarakan atau melakukan
kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya
dan atau kewenangannya masing-masing. Agar tugas
terlaksana dengan baik, Pasal 3 PP 32/1996 menentukan
”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan
keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah.” Ketentuan
Pasal 53 ayat (2) UU 23/1992. Pasal 21 ayat (1) PP
32/1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas
diwajibkan untuk memenuhi stadar profesi dan
menghormati hak pasien
Pengertian Aspek Legal Keperawatan
Legal merupakan sesuatu yang
dianggap sah oleh hukum dan
undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Setiap aturan
yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan
tugas atau fungsi perawat adalah
kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat
selalu berpegang teguh terhadap
kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek
aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya. Perawat perlu tahu
tentang hukum yang mengatur praktik,
misal untuk memberikan kepastian bahwa
keputusan dan tindakan perawat yang
dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip
hukum.
Lanjutan…….
kode etik keperawatan dlm cakupan legal etik
1. Tanggung jawab perawat terhadap klien yang berpedoman
kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya
kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan 2. Tanggungjawab Perawat senantiasa memelihara mutu
masyarakat pelayanan keperawatan yang tinggi, disertai kejujuran
professional dan merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
3. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi
kesehatan lainnya, seperti berhubungan baik antar perawat
dan tenaga kesehatan lainnya 4. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan Perawat
senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional
dan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan
5. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi
martabat kemanusiaan tanpa pertimbangan-pertimbangan
status sosial atau ekonomi, atribut politik, atau corak masalah
kesehatannya. 6. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melaksanakan dan meningkatkan standar keperawatan
7. Perawat turut serta dalam upaya-upaya kondisi kerja yang
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Hal-hal yang Diatur dalam Aspek Legal
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
5. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
6. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang praktiknya.
7. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
8. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
 Tempat praktik memenuhi syarat
 Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku kunjungan,
catatan tindakan dan formulir rujukan
Aspek Legal Keperawatan juga meliputi
Kewajiban dan hak Perawat
1. Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP 9. Meningkatkan pengetahuan
2. Menghormati hak pasien, berdasarkan IPTEK,
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, 10. Melakukan pertolongan darurat ,
4. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan yang mengancam jiwa sesuai
aturan undang-undang keperawatan, dengan kewenangan,
5. Wajib memberikan informasi kepada pasien 11. Melaksanakan program
sesuai dengan kewenangan, pemerintah dalam meningkatkan
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan derajat kesehatan masyarakat,
dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik 12. Mentaati semua peraturan
secara tertulis maupun lisan, perundang-undangan,
7. Mencatat semua tindakan keperawatan secara 13. Menjaga hubungan kerja yang
akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku, baik antara sesama perawat
8. Memakai standar profesi dan kode etik maupun dgn anggota tim
perawat Indonesia dalam melaksanakan prakti, kesehatan lainnya.
1. Hak perlindungan wanita,
2. Hak mengendalikan praktik keperawatan
sesuai yang diatur oleh hukum.
3. Hak mendapat upah yang layak.
4. Hak bekerja di lingkungan yang baik
5. Hak terhadap pengembangan profesional.
6. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan
keperawatan.
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal,
peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak
negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika
Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus
memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian
dan pasien yang menerima telecare harus bersifat
lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar
negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas
dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka
diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang
mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan
informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi
dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan
model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik
keperawatan.
Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti
dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi
kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan
kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan
keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar)
dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan
persetujuan) lewat email
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan
peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan
hukuman/legal aspek.
Berita dan fenomena khasus aspek legal keperawatan klinis

Berita : Fenomena Khasus :


~ Diperlukannya Standar Pelayanan ~ Kelalaian yang terjadi dalam
keperawatan untuk Lansia. tindakan keperawatan.
Pengembangan pelayanan kesehatan Seorang perawat bersalah karena
lansia yang kompehensif dan kelalaian dalam menciderai pasien
berkesinambungan penting dilakukan dengan cara tidak melakukan
sebagai upaya peningkatan usia pekerjaan sesuai dengan yang
harapan hidup, yang berdampak pada diharapkan ataupun tidak melakukan
peningkatan jumlah penduduk lansia. tugas dengan hati-hati sehingga
mengakibatkan jatuh dan cidera.
Menurut kelompok kami ASPEK LEGAL
OPINI KEPERAWATAN KLINIK sangatlah perlu
PENULIS dipahami betul pada setiap Perawat
untuk dapat menjalankan kegiatan
profesinya agar sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan, karena
dengan mematuhi peraturan yang ada
semua perawat akan bebas
melaksanakan tugas profesinya

Serta para Perawat harus memahami betul aspek legal


keperawatan yang meliputi apa kewajiban yang harus
dilaksanakan serta hak haknya, Perawat juga perlu tahu
tentang hukum yang mengatur praktik, misal untuk
memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan
perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip
hukum.
Kesimpulan

Perawat sebagai salah satu


tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan berperan penting
dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu
melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar.
Serta dapat mengetahui aspek
legalitasnya, memahami, serta
mematuhi agar meningkatkan
mutuh pelayanan keperawatan.
Referensi :
https://risdawatisira.blogspot.com/2018/12/teori-aspek-legal-keperawatan.html?m=1

file:///C:/Users/HP/Documents/SEMESTER%203/KEPERAWATAN%20PROFESIONAL/Tugas%20KDK.pdf

http://yopangumilar.blogspot.com/2012/03/isu-legal-keperawatan.html?m=1
THANK YOU
KELOMPOK 06
1. Haris Rofiqi 192303101128
2. Dina Dwi Agustin 192303101161
3. Yenni Rahmawati 192303101166
4. Tarisa Taranda 192303101122
VISI DAN MISI FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
VISI
Menjadi Fakultas Keperawatan yang unggul dalam pengembangan sains, teknologi dan seni
keperawatan berwawasan agronursing

MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan vokasi, akademik, dan profesi ners yang
berkualitas dan bernilai moral serta unggul berwawasan agronursing,
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan sains, teknologi dan seni keperawatan melalui
proses penelitian berwawasan agronursing yang kreatif, inovatif, dan bernilai;
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan penerapan hasil-hasil penelitian di bidang
sains, teknologi dan seni keperawatan berwawasan agronursing yang kreatif, inovatif, dan
bernilai;
4. Menyelenggarakan tata kelola yang transparan dan akuntabel berbasis teknologi informasi
5. mengembangkan jejaring kerjasama untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas fakultas.
VISI DAN PRODI D3 KEPERAWATAN
KAMPUS LUMAJANG
VISI D3 Keperawatan Kampus Lumajang
Menjadi Pusat Pendidikan VOKASI keperawatan yang UNGGUL dalam penerapan sains, teknologi
dan seni keperawatan berwawasan AGRONURSING

MISI D3 Keperawatan Kampus Lumajang


Misi PSDK berdasarkan Keputusan Dekan Fakultas Keperawatan nomer 3792/UN25.1.14/SP/2018
tanggal 7 Mei 2018 tentang Penetapan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Fakultas Keperawatan,
Program Studi Ners dan Program Studi D3 Keperawatan ditetapkan misi program studi D3
Keperawatan dinyatakan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan vokasi yang berkualitas berwawasan agronursing.
2. Meyelenggarakan dan mengembangankan penelitian dibidang sains, teknologi dan seni
keperawatan berwawasan agronursing.
3. Meyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian masyarakat di bidang sains, teknologi dan
seni keperawatan berwawasan agronursing
LATAR
BELAKANG
Agronursing adalah penatalaksanaan manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan
keperawatan dengan ruang lingkup agricultural (pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan serta agroindustri) berfokus pada klien (individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas) yang holistik (biopsikososiokultural – spiritual) dan komprehensif (promotif,
prefentif, kuratif, dan rehabilitatif). Agronursing mulai dikembangkan di Fakultas Keperawatan
Universitas Jember untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dilingkungan
pertanian.
Indonesia sebagai negara pertanian dan khususnya wilayah kabupaten jember yang sebagian
besar penduduknya merupakan petani tembakau membutuhkan perhatian khusus dalam
bidang kesehatan. Fakultas Keperawatan Universitas Jember sesuai visi dan misinya mulai
hadir ditengah masyarakat pertanian untuk ikut andil dalam menjaga kesehatan para petani.
Fakultas Keperawatan Universitas Jember mulai mencetak perawat-perawat yang memiliki
keahlian tambahan (plus) yaitu ahli dalam merawat pasien-pasien dari lingkungan pertanian.
Sehingga lulusan Fakultas Keperawatan Universitas Jember sangat siap dalam merawat
masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya ahli dalam merawat para petani.
KONSEP TEORI ASPEK LEGAL
DALAM AGRONURSING
01 Penerapan K3 dibidang pertanian Indonesia
Penggunaan alat alat berat seperti traktor, alat penyiang gulma, alat
pemanen, yang digunakan di Indonesia sebagaimana digunakan
dinegara lain beresiko timbulnya kecelakaan yang dapat terjadi. Selain
itu, penggunaan pestisida yang mengandung bahan kimia merupakan
rsiko lain dari kegiatan pertanian.

Konvensi ILO No. 184 tahun 2001 (ILO, 2001) tenang keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang pertanian dianggap sebagai kebijakan yang
bermanfaat mengingat Negara Indonesia merupakan Negara agraris dimana
sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, maka
konvensi ILO No. 184 tahun 2001 (ILO, 2001) tentang keselamatan kerja
dibidang pertanian dianggap sebagai perangkat kebijakan yang bermanfaat.
Namun kesadaran pekerja pertanian akan pentingnya K3 sangat rendah
sehingga Indonesia dianggap tidak meratifikasi konvensi ini. Tingkat
pendidikan umum pekerja pertanian juga rendah, rata-rata hanya 3 sampai 4
tahun di sekolah dasar sehingga perlu dilaksanakan program pendidikan dan
pelatihan tentang penerapan K3 kepada para petani sebelum meratifikasi
konvensi ini (Markkanen, 2004).
02 Peran Pemerintah dan Perangkat Hukum K3 di Indonesia

Indonesia merupakan satu – satunya Negara di Asia yang


menerapkan kewajiban K3 bagi perusahaan besar secara
hokum menurut pendapat (Markanen, 2004). UU yang juga
mengatur tentang kewajiban melaksanakan K3 adalah UU No.
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (Republik Indonesia,
2003). Pusat pengembangan K3 (di bawah kementerian tenaga
kerja dan transmigrasi), direktorat standar K3 (dibawah
kementerian tenaga kerja dan transmigrasi), dan pusat
kesehatan kerja (dibawah kementerian kesehatan) merupakan
3 lembaga administrative yang dibentuk pemerintah untuk
pelaksanaan K3 ( ASEANOHS Network, 2010). Cara
mengajarkan K3 kepada petani dengan cara yang sederhana
dan efektif telah dibicarakan secara khusus oleh pemerintah
dan Asosisasi Pengusaha Indonesia (APINDO) (Markkanen,
2004).
03 Peningkatan Penerapan K3 di Indonesia

Peningkatan pelaksanaan K3 dapat dilakukan dengan


melakukan peninjauan kembali pada UU No. 1 tahun 1970
karena sanksi yang diberikan terlalu lunak dan berbanding
terbalik dengan perkembangan globalisasi yang semakin
berat. Peraturan menteri No. 5 tahun 2996 merupakan
langkah maju bagi Indonesia dengan mengenali potensi
bahayanya. Namun penegakan hokum di Indonesia terlalu
lemah sehingga kesadaran pekerja untuk mematuhi
peraturan terkait K3 masih rendah.
Penyusunan perangkat peraturan perundang – undangan
yang lengkap mengatur K3 di bidang pertanian
sebagaimana yang dilakukan di Negara maju dapat
dilakukan dengan inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh
pemerintah.

.
Salah satu contohnya adalah pemerintah dapat membua peraturan tentang
penggunaan alsintan, mengingat alsintan merupakan salah satu penyebab
terbesar terjadinya kecelakaan dibidang pertanian. Peraturan yang dibuat
sebaiknya juga memuat terkait tentang identifikasi potensi bahaya kerja
dan tindakan pencegahannya. Selain itu, pedoman pelaksanaan pekerjaan
perlu diterbitkan sebagai salah satu contoh adalah pedoman
pengoperasian traktor.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 dikalangan
pertanian menjadikan kendala dalam budaya penerapan K3 dalam
pekerjaan pertanian (petani dan pemilik usaha tani). Pembuatan program –
program K3 dan penyebaran informasi K3 dikalangan pertanian terutama
petani merupakan salah satu upaya peningkatan K3 yang dapat dilakukan
oleh departemen pertanian.
KASUS
AGRONURSI Perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia (Kasus Petani
Cabai di Pekon Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten
NG Tanggamus)
Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian, khususnya komoditi
hortikultura semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. sehingga hampir
seluruh petani menggunakan pestisida kimia pada usaha tani mereka. Hal tersebut sudah
menjadi kebutuhan dan ketergantungan para petani agar dapat menekan turunnya
produksi akibat serangan hama dan penyakit. Petani beranggapan bahwa penggunaan
pestisida kimia yang berlebih tidak berpengaruh terhadap lingkungan serta produk yang
dihasilkan, bahkan ada beberapa petani yang sama sekali tidak mengetahui atau tidak
peduli terhadap bahaya penggunaan pestisida kimia sehingga petani tersebut mempunyai
kecenderungan menggunakan pestisida kimia secara berlebihan, sedangkan responden
yang berpengetahuan tinggi tentang bahaya pestisida terhadap lingkungan dan manusia
akan lebih berhati-hati dalam menggunakan pestisida kimia sebesar 30%. Dalam kasus ini
kurangnya pengetahuan dan kesadaran perilaku petani yang menggunakan pestisida
berlebihan akan mendampakkan kesehatan bagi manusia. Oleh karena itu Sikap petani
berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dalam penggunaan pestisida. Sikap petani
dalam memperhatikan petunjuk pemakaian juga sudah cukup baik.
Lanjutan
……
Namun ada beberapa respoden petani cabai yang kurang kepeduliannya terhadap dampak penggunaan
pestisida secara berlebihan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka yang rendah.
Selain itu disebabkan oleh kesadaran konsumen tentang residu pestisida pada produk pertanian yang masih
kurang, sehingga mempengaruhi gairah petani dalam mengurangi penggunaan pestisida. Besarnya koefisien
pengaruh sikap petani terhadap perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia adalah 0,367. Hal ini
berarti bahwa sikap responden memiliki kontribusi secara langsung sebesar 36,7% terhadap pembentukan
perilaku petani dalam penggunaan pestisida. Sebagian besar petani responden di Pekon Gisting Atas
memiliki pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi, dengan rata-rata pendapatan rumah tangga
Rp11.112.276. Pendapatan rumah tangga petani dilihat berdasarkan seluruh penghasilan petani yang terdiri
dari pendapatan usaha tani cabai dan pendapatan non usaha tani. Pendapatan rumah tangga yang cukup
tinggi ini yang menyebabkan pembelian pestisida kimia yang berlebihan oleh petani cabai. Semakin besar
pendapatan petani semakin besar pula penggunaan pestisidanya. tingkat pendapatan tinggi cenderung
berlebih dalam penggunaan pestisida sehingga mempengaruhi perilaku petani menjadi tidak baik. Hal ini
didukung oleh data rata-rata pendapatan petani yang cukup tinggi. Pengalaman berusaha tani berpengaruh
nyata terhadap perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia. Petani cabai yang berpengalaman (sudah
lama berusaha tani dan biasa menggunakan pestisida), lebih memperhatikan penggunaan pestisida yang
lebih baik, mulai dari pembelian, perlakuan terhadap kemasan, dan kepuasan menggunakan produk
pestisida. Petani yang memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam penggunaan maupun bahaya pestisida,
tidak mempengaruhi perilaku petani dalam menggunakan pestisida kimia. Hal ini menyebabkan variabel
pengetahuan menjadi tidak berpengaruh terhadap perilaku penggunaan pestisida kimia di tingkat petani,
karena bagi petani, menggunakan pestisida merupakan jaminan untuk menyelamatkan tanaman dari
kegagalan panen. Sikap petani berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dalam penggunaan pestisida.
OPINI
AGRONURSING
Menurut pendapat kelompok kami tentang kasus ini yaitu
seharusnya perlu adanya penyuluhan kepada para petani
yang dilakukan pemerintah dan tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan terkait bahaya penggunaan
pestisida yang berlebihan dapat menjadi ancaman serius
terutama pada kesehatan. Dan meningkatkan kesadaran
konsumen terkait residu pestisida pada produk pertanian.
Sehingga petani akan lebih berhati-hati ketika
menggunakan pestisida
KESIMPULAN
Sebagian besar penduduk di Indonesia bekerja di sektor
pertanian yang berisiko pada masalah kesehatan seperti
risiko timbulnya kecelakaan atau keracunan bahan kimia.
Kesadaran para pekerja pertanian akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja sangat rendah hal itu
disebabkan rendahnya tingkat pendidikan umum pekerja
pertanian. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran
akan K3( Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pemerintah
dan tenaga kesehatan dapat membuat beberapa program
seperti program pelatihan, penyuluhan, dan penerbitan
selebaran atau pedoman cara bertani yang aman, termasuk
membiasakan menggunakan APD untuk meminimalkan
resiko dalam bekerja
TERIMA KASIH
PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT PROFESIONAL
By. Kelompok Satu
01. FIKI WERDANA PUTRA
192303101114

02. MUHAMMAD GOFI NUR ISA


192303101171

Anggota
03. RETNO SARI NURHABIBAH
192303101149

04. REZA IMELDA OCTAVIA


192303101134
PART 01

LATAR BELAKANG
您的内容打在这里,或者通过复制您的文
本后,在此框中选择粘贴,并选择只保留
文字。您的内容打在这里
Perawat memiliki peran yang
lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang
klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya
Saat ini dunia keperawatan semakin dengan berbagai peran pemberi
berkembang. Seiring dengan perawatan, pembuat keputusan klinik
berjalannya waktu dan bertambahnya dan etika, pelindung dan advokat bagi
kebutuhan pelayanan kesehatan, klien, manajer kasus, rehabilitator,
menuntut perawat untuk memiliki komunikator dan pendidik.
pengetahuan juga keterampilan di
berbagai bidang.
Peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan merupakan peran yang
paling utama bagi seorang perawat.
Seorang perawat professional harus
memahami landasan teoritis dalam
melakukan praktik keperawatan.
Landasan teoritis tersebut akan
sangat berguna bagi perawat
professional saat menjelaskan
maksud dan tujuan dari asuhan
keperawatan yang diberikan secara
rasional kepada klien.
Landasan hukum
• UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Dalam UU ini dinyatakan tentang standar
praktik profesional, hak-hak pasien,
kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan.
• UU Keperawatan No 38 Tahun 2014
Pasal (1) keperawatan adalah kegiatan
pemberian asuhan pada individu, keluarga atau
masyarakat dalam keadaan sehat atau sakit.
• Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan
• UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
PART 02

KONSEP TEORI
您的内容打在这里,或者通过复制您的文
本后,在此框中选择粘贴,并选择只保留
文字。您的内容打在这里
01. Peran?

02. Perawat ?

03.
Fungsi ?

04.
Perawat
Profesional ?
APA YG DIMAKSUD DENGAN :
RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

01. Pengertian

PERAN PERAWAT

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh Perawat adalah seseorang yang berperan
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
dalam merawat atau memelihara, membantu
kedudukan dalam system, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dan melindungi seseorang karena sakit, injury
profesi perawat maupun dariluar profesi dan peruses penuaan (Harlley, 1997).
keperawatan yang bersipat konstan.
01 02
FUNGSI PROFESIONAL
03 04
Dalam menjalan kan perannya, perawat Perawat Profesional adalah perawat yang
akan melaksanakan berbagai fungsi bertanggung jawab dan berwewenang memberikan
diantaranya: pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau

1. Fungsi Independent berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai


2. Fungsi Dependen dengan kewenangannya (Depkes RI,2002 dalam
3. Fungsi Interdependen Aisiyah 2004) .
02. Peran perawat menurut tahun 1983,1982,1989

Elemen Peran Doheny,


Lok.Nas. PPNI, 1983 Peran Perawat (CHS,1989)
1982
1. Provider / Pelaksana Askep 1. Care Giver  pelaksana askep 1. Pemberi Askep
2. Manajer / Pengelola 2. Client Advocat  pembela/pelindung 2. Pembela Pasien
3. Educater / Pendidik 3. Concelor  konseling 3. Pendidik tenaga kesh.& masy.
4. Rizeter / Berpartisipasi dalam bidang 4. Educator  pendidik 4. Koordinator pelayanan
penelitian 5. Collabolator  bekerja sama
5. Kolaborator dlm membina kerja
6. Coordinator  mengarahkan
sama dgn profesi lain
7. Change Agent  perubahan
8. Consultan  sumber informasi 6. Konsultan
7. Pembaharu
.
PERAN PERAWAT
Doheny, 1982

• Care Giver (pemberi askep) • Collaborator (berkerja sama)


Memberikan asuhan keperawatan kepada Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
pasien dengan memperhatikan kebutuhan kesehatan seperti dokter,ahli gizi,dll guna
dasar. menentukan tindakan terbaik untuk pasien.
• Client Advocad (pelindung) • Coordinator (mengarahkan)
Perawat harus bisa mengkoordinasikan
Membantu pasien dan keluarga pelayanan kesehatan
mendapatkan hak atas pelayanan kesehatan.
• Change Agent (perubahan)
• Concelor (konseling)
Perawat mampu merencanakan dan membuat
Diperlukan untuk memberikan solusi pada perubahan terarah dalam memberikan
setiap masalah yang dihadapi pasien maupun pelayanan keperawatan.
mengendalikan kemarahan dalam diri pasien. • Consultan (sumber informasi)
• Educator (pendidik) Pasien dapat mengetahui tindakan keperawatan
Pasien berhak mendapatkan pengetahuan terbaik apa dan mengetahui informasi mengenai
tujuan pelayanan keperawatan
mengenai kesehatan.
03. HAMBATAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT
1. PERAN PERAWAT TIDAK OPTIMAL
2. TERLAMBATNYA PENGAKUAN BODY OF KNOWLEDGE
HAMBATAN
DALAM YANKES PROFESI KEPERAWATAN
FAKTOR 3. TERLAMBATNYA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
EKSTERNAL. KEPERAWATAN PROFESIONAL
4. TERLAMBATNYA PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN/
ASKEP PROFESIONAL

1. PERCAYA DIRI
2. RISET KEPERAWATAN
3. PENDIDIKAN KEPERAWATAN
FAKTOR INTERNAL
4. RENDAHNYA STANDART GAJIPERAWAT
5. MINIMNYA PERAWAT MENDUDUKI POSISI
STRATEGIS
.
PART 03

FENOMENA KASUS/
BERITA

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
PERAN PERAWAT DALAM MENURUNKAN IMR DAN MMR MELALUI DESA SIAGA
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/183

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi serta
Indonesia yang berada di lingkungan yang berbahaya alamnya
membuat masyarakat harus selalu sadar dan siaga untuk
mempersiapkan diri dalam segala hal. Oleh sebab itu pemerintah
melakukan mobilisasi massa dan pemberdayaan masyarakat serta
mendorong setiap desa mengembangkan “desa siaga “ sebelum
akhir 2008.

Perawat yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang


bekerja selama 24 jam, merupakan tenaga yang seharusnya
diperhitungkan untuk kesuksesan program ini. Maka perawat dengan
mengacu dari prinsip –prinsip praktik keperawatan komunitas yaitu:
kemanfaatan, prinsip otonomi, keadilan harus dapat menerapkan
perannya sebagai pemberi pelayanan, pendidik, pengelola,
konselor, advokat/pembela pasien, dan sebagai peneliti.
LANJUTAN

01 02
Sebagai tenaga kesehatan yang
Desa Siaga merupakan program terdepan, maka perawat harus bisa
pemerintah Indonesia didalam rangka menerapkan fungsi dan perannya
mempersiapkan masyarakat khususnya sebagai pemberi pelayanan
didaerah pedesaan untuk tetap bersiap keperawatan, manajer, pendidik,
dan siaga dalam menghadapi dan change agent, pengambil
mengatasi berbagai masalah kesehatan keputusan klinik, advokat klien
didesa termasuk bagaimana mengatasi serta peneliti untuk dapat
tingginya angka kematian ibu dan bayinya 04 mempersiapkan masyarakat dalam
serta menghadapi berbagai macam mewujudkan desa siaga yang
bencana serta penyakit-penyakit di akhirnya menjadi desa sehat (HH).
masyarakat.
PART 04

Opini penulis

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
OPINI
Program desa siaga oleh pemerintah Indonesia sangat baik
dan dapat membuat masyarakat selalu bersiap dan siaga
dalam menghadapi dan mengatasi berbagai masalah
kesehatan, khususnya pada ibu hamil. Kegiatan ini harus
didukung dan dikembangkan, dengan peran perawat maka
perawat harus bisa menerapkan fungsi dan perannya sebagai
pemberi pelayanan keperawatan, manajer, pendidik, change
agent, pengambil keputusan klinik, advokat klien serta
peneliti untuk dapat mempersiapkan masyarakat dalam
mewujudkan desa siaga yang akhirnya menjadi desa sehat.
PART 05

Kesimpulan

您的内容打在这里,或者通过复制您的文本后,在此框中
选择粘贴,并选择只保留文字。您的内容打在这里
Kesimpulan

Perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.

Peran Perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat konstan.
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan
peruses penuaan (Harlley, 1997).

Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya (Depkes RI, 2002 dalam Aisiyah 2004).

Hambatan pelaksaan peran perawat ada 2 yaitu dari faktor eksternal dan faktor internal. Dari faktor eksternal ada : Peran perawat tidak optimal,
Terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan, Terlambatnya pengembangan pendidikan keperawatan professional,
Terlambatanya pengembangan system pelayanan/askep professional.
Thank YOU
Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh

By. Kelompok Satu


Kelompok 7
Regulasi Keperawatan
STR
1. Latar Belakang Nama Kelompok :
Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang 1. Dewi Novi Maharani
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah 2. Nur Aisyah
memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang telah
3. Ferina Intan L.
memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan.
STR dapat diperoleh jika setiap tenaga kesehatan telah memiliki 4. Aprilia Laily B.
ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program
pendidikan dan uji kompetensi. Perawat yang tidak memiliki
STR mengakibatkan meningkatnya pengangguran dalam profesi
keperawatan.

Pengangguran adalah sebuah golongan angkatan kerja yang belum melakukan suatu kegiatan
yang menghasilkan uang. Hal ini bisa disebabkan karena keahlian,pekerjaan, industri, atau
lokasi geografi dari tenaga kerja tersebut tidak memenuhi kriteria, sehingga mengubah
stuktur ekonomi. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
konsil Keperawatan kepada perawat yang telah diregistrasi. ( UU RI No. 38 Tahun 2014
pasal1:10). melihat banyaknya pro dan kontra tentang penyelenggaraan Uji Kompetensi
Perawat di Indonesia. Banyak keluhan yang didapat bahkan Uji Kompetensi dianggap
membebani lulusan Perawat dan disinyalir sebagai 'biang keladi' Perawat tidak bisa
mendapatkan STR, dan bila tidak punya STR. pastinya tidak akan mendapatkan pekerjaan di
sektor kesehatan. Perawat yang tidak memiliki STR mengakibatkan meningkatnya
pengangguran dalam profesi keperawatan.

2. Konsep Teori
Regulasi dalam keperawatan merupakan sebuah kebijakan atau ketentuan yang mengatur
profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya terkait kewajiban dan hak.
Regulasi ini diatur oleh organisasi profesi dan disahkan oleh depertemen terkait, yaitu
Kementrian Kesehatan RI.
yang mencerminkan adanya regulasi pengakuan terhadap profesi keoerawatan antara
lain:
1. UU. No. 23 tahun 1992 Pasal 32 ayat 4: “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.”
Telah diganti dengan Pasal 63 UU no, 36 tahun 2009 tentang kesehatan “Pelaksanaan
pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu”.
Regulasi Keperawatan STR
Telah diganti dengan Pasal 63 UU no, 36 tahun 2009 tentang kesehatan “Pelaksanaan
pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu”.

2. PP No, 32 tahun 1886 tentang tenaga kesehatan Ps 4 ayat 1: Tenaga kesehatan hanya
dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan
memiliki ijin dari menteri.
3. Menurut Permenkes 1239 tahun 2001, ijin bagi perawat seperti dimaksud dalam
Peraturan pemerintah tentang tenaga kesehatan dimaksud, bahwa setiap perawat
yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan, wajib memiliki SIP dan SIK. Bagi
perawat yang bekerja di luar sarana pelayanan kesehatan termasuk pada praktik
mandiri perawat, wajib memiliki SIP dan SIPP
Perijinan dalam keperawatan ini telah diganti dengan
permenkes nomor 148 tahun 2010, bahwa; setiap
perawat yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan
wajib memiliki STR (surat tanda registrasi). Dan
apabila bekerja diluar sarana pelayanan kesehatan
wajib memiliki SIPP.
Dalam perturan ini keberadaan SIK sudar tidak
diperlukan lagi, tetapi harus memiliki surat tanda
registrasi dan SIPP. Aturan lain yang dipertegas
dalam permenkes ini adalah:
1. Pasal 6: Dalam menjalankan praktik mandiri,
Perawat wajib memasang papan nama praktik
keperawatan

2. Pasal 8: Perawat dalam menajalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas

STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi. Dengan STR, maka tenaga kesehatan dapat melakukan
aktivitas ke masyarakat
• Syarat pengurusan STR
• -Isi formulir
• -Foto copy ijazah (di legalisir institusi pendidikan )
• -Foto copy lafal sumpah (di legalisir institusi pendidikan )
• -Transkrip nilai akademik
• -Surat keterangan sehat dari dokter pemerintah
• -Foto hitam putih terbaru 3x4 2 lembar,4x6 2 lembar
• -Foto copy sertifikat uji kompetisi
• -Materai Rp.6.000
Regulasi Keperawatan STR
STR ini juga diatur dalam Undang-undang Keperawatan Republik Indonesia No. 38 Tahun
2014, Bagian Kedua Registrasi Pasal 18 yaitu:
1. Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah
memenuhi persyaratan.
3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
 memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
 memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
 memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
 memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
 membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
 6.STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima)
tahun
Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
1. Memiliki STR lama
2. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
5. Telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya dan
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi dan Registrasi
7. Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau
kegiatan ilmiah lainnya. ulang diaturdalam peraturan konsil keperawatan

Setelah memiliki surat tanda registrasi (STR) setiap perawat harus tetap bekerja sesuai
amanah undang-undang keperawatan dan standar keperawatan yang berlaku.

3. Fenomena/Kasus
Tiga tahun mengikuti pendidikan Akademi Perawat dengan gelar D3 (Ahli Madya
Keperawatan) tidak serta merta membuat anda menjadi perawat. bukan karena tidak adanya
lowongan pekerjaan, tapi dituntut harus mengikuti Ujian Kompetensi untuk mendapatkan STR
(Surat Tanda Registrasi). Begitu pula dengan jenjang pendidikan S1 Keperawatan (S.Kep) dan
Profesi Ners yang lama pendidikannya kurang/ lebih 5 tahun. Bila tidak memiliki STR perawat
tidak bisa kerja. kesulitan itu yang didapat setelah lulus dari akademi atau Fakultas
Keperawatan. Pada Akhirnya membunuh masa depan anak bangsa yang baru saja akan
mengabdikan diri untuk masyarakat. Adapun setelah lulus dari Uji Kompetensi dan
mendapatkan STR, perawat akan diperhadapkan dengan kesulitan yang lain. Masa berlaku
STR adalah 5 tahun. Perawat diwajibkan untuk mengikuti pelatihan sebanyak 25 SKP (Sistem
Kredit Point) . Apabila tidak mencapai target perawat diharuskan membayar sisa SkP yg
tidak diambil atau STRnya akan dinonaktifkan. Dengan gaji yang terbilang relatif rendah
perawat diharuskan mengikuti pelatihan yang biayanya sampai jutaan rupiah. Misalnya saja
pelatihan Perawatan Luka (Wound Care) dengan biaya kurang/lebih Rp. 3.500.000 dengan 4
SKP. belum lagi biaya untuk ikut pelatihan yang lain sampai mencapai 25 SKP.
sebagai 'biang keladi' Perawat tidak bisa mendapatkan STR, dan bila tidak punya STR,
Regulasi Keperawatan STR

banyaknya pro dan kontra tentang penyelenggaraan Uji Kompetensi Perawat di


Indonesia. Keluhan demi keluhan mengalir deras di media sosial, bahkan Uji Kompetensi
dianggap membebani lulusan Perawat dan disinyalir sebagai 'biang keladi' Perawat tidak
bisa mendapatkan STR, dan bila tidak punya STR, pastinya tidak akan mendapatkan
pekerjaan di sektor kesehatan. Penulis mengamati kiritkan pedas dari para perawat tentang
diadakan nya UKOM, yang menyatakan sebagian pihak merupakan hal yang sangat
mengerikan dan menakutkan. Terkait susahnya mendapatkan STR ini dan sulitnya lulus Uji
kompetensi menjadi pembicaraan hangat dikalangan masyarakakat dan dunia politik,
sehingga banyak media yang membicarakan tentang Uji Kompetensi dan STR keperawatan
salah satunya dibicarakan dalam Liputan6.com, Probolinggo - Lebih dari 20 ribu lulusan
keperawatan di Jawa Timur terancam menjadi pengangguran. Minimnya penyerapan
lapangan pekerjaan dianggap sebagai satu penyebabnya terancamnya para perawat
Nursalam menyarankan bagi perawat yang baru lulus untuk mengurus Surat Tanda
Registrasi (STR). Dengan STR ini, perawat dapat praktik mandiri, sehingga dapat
mengurangi pengangguran. "Perawat wajib berinovasi untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat, yang terpenting sesuai peraturan dan nilai agama. Komitmen, solidaritas, dan
niat yang sama untuk melayani masyarakat sangat berarti bagi peningkatan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) Kabupaten ini," kata mantan Bupati Probolinggo dua periode itu.

4. Opini
Pendapat kita mengenai fenomena tersebut adalah banyaknya lulusan perawat yang
tidak lulus ukom sehingga mengakibatkan perawat tidak memiliki STR, maka dari itu jika
banyaknya lulusan perawat yang tidak mendapatkan STR bagaimana dengan pelayanan
kesehatan yang berada di seluruh wilayah indonesia terutama dipedesaan, daerah terpencil
yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan, adanya profesi perawat bagaikan dewa
penolong bagi masyarakat yang membutuhkan, jadi diharapkan perawat dan isntitusi harus
sama-sama bekerjasama dalam meningkatkan mutu lulusan

5. Kesimpulan
Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Registrasi (STR) adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil Keperawatan kepada perawat yang telah
diregistrasi.Regulasi dalam keperawatan merupakan sebuah kebijakan atau ketentuan yang
mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya terkait kewajiban
dan hak. Regulasi ini diatur oleh organisasi profesi dan disahkan oleh depertemen terkait,
yaitu Kementrian Kesehatan RI.
Konsep teori yang mencerminkan adanya regulasi pengakuan terhadap profesi
keperawatan antara lain:
1. UU. No. 23 tahun 1992 Pasal 32 ayat 4
2. PP No. 32 tahun 1886 tentang tenaga kesehatan Ps 4 ayat 1
3. Menurut Permenkes 1239 tahun 2001

STR ini juga diatur dalam Undang-undang Keperawatan Republik Indonesia No. 38 Tahun
2014, Bagian Kedua Registrasi Pasal 18.
Nama Kelompok :
1. A.A Aurian Adzin (192303101187)
2. Ainin Nurohmah Febrianti (192303101008)
3. Nuring Dwi Hareni (192303101005)
4. Vina Rizki Nur Rachmawati (192303101018)

Visi Prodi D3 Kep. UNEJ : Menjadi pusat pendidikan vokasi keperawatan yang unggul dalam penenrapan sains, teknologi dan seni
berwawasan Agronursing
Latar Belakang
01

Konsep Teori
02

Fenomena Kasus atau Berita


03

Opini Penulis
04

Kesimpulan
05
Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014 sudah dijelaskan


bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan,
baik didalam maupun diIuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Disebutkan dan dijelaskan pada BAB III tentang “Pendidikan Tinggi
Keperawatan” jenis perawat yang terdiri atas perawat profesi dan perawat
vokasi serta pendidikan keperawatan yang terdiri atas :
1. Pendidikan Vokasi (Diploma Keperawatan),
2. Pendidikan Akademik (Program Sarjana, Magister dan Doktor) dan
3. Pendidikan Profesi (Profesi Keperawatan dan Spesialis Keperawatan).
Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan
kualitas tenaga perawat, oleh karena itu sebagian besar tenaga
kesehatan Indonesia adalah perawat.
Menurut Setjen DPR RI (2011) Di Indonesia, selama ini
pengaturan mengenai pendirian dan penyelenggaraan pendidikan
keperawatan masih belum tegas dan jelas, sehingga banyak sekali
berdiri institusi pendidikan keperawatan yang kualitasnya masih
diragukan. Selain itu standardisasi dalam penyelenggaraan uji
kompetensi masih belum ada, sehingga hasil yang dicapai juga
beragam kualitasnya. Di sisi lain, penjenjangan pendidikan tidak
berpengaruh banyak terhadap kompetensi, pengakuan, dan
kesejahteraan perawat di tempat kerja di dalam melakukan asuhan
keperawatan.
Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia
Secara umum Pendidikan Keperawatan di Indonesia mengacu kepada Undang-Undang (UU) Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mencakup tiga tahap, yaitu :
1. Pendidikan Vokasional,
yaitu jenis Pendidikan Diploma Tiga (D3) Keperawatan yang diselenggarakan oleh
pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai
pelaksana asuhan keperawatan;
2. Pendidikan Akademik,
yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
Marketing

penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu;


3. Pendidikan Profesi,
yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (program spesialis dan doktor
keperawatan).
Text Here Text Here Text Here
Pendidikan Keperawatan diselenggarakan berdasarkan
kebutuhan akan pelayanan keperawatan, seperti yang
tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 1 Ayat (6), yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Adapun sebutan gelar untuk jenjang pendidikan tinggi keperawatan
adalah :
1. Pendidikan jenjang D3 keperawatan dengan sebutan Ahli Madya Keperawatan
(AMD.Kep);
2. Pendidikan jenjang S1 + Ners (Nurse) yaitu (level Sarjana plus Profesi),
lulusannya mendapat sebutan Ners (Nurse) atau (Ns) dan (S.Kep);
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan (M.Kep);
4. Pendidikan jenjang spesialis keperawatan, terdiri dari:
• Spesialis Keperawatan Medikal Bedah (Sp.KMB);
• Spesialis Keperawatan Maternitas (Sp.Kep.Mat);
• Spesialis Keperawatan Komunitas (Sp.Kep.Kom);
• Spesialis Keperawatan Anak (Sp.Kep.Anak);
• Spesialis Keperawatan Jiwa (Sp. Kep.Jiwa);
5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan (Dr. Kep).
Pendidikan Keperawatan profesional minimal harus melalui dua
tahapan, yaitu:
1. tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep.) dan
2. tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns).
Kedua tahapan tersebut wajib diikuti, karena merupakan tahap pendidikan
yang terintegrasi, sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Program Pendidikan Ners merupakan program pendidikan akademik profesi yang
bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat
profesional jenjang pertama (first professional degree).
Program magister keperawatan, merupakan program pendidikan
akademik pasca sarjana yang bertujuan menghasilkan magister yang
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengembangkan dan memutakhirkan Iptek dengan menguasai dan
memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan
penerapannya;
2) Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah; dan
3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan, ketercakupan tinjauan, kepaduan
pemecahan masalah atau profesi yang serupa.
Program spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan
yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengembangkan dan memutakhirkan Iptek dengan
menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah
ilmiah disertai keterampilan penerapannya;
2) Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah
ilmiah; dan
3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan
dengan ketajaman analisis permasalahan, ketercakupan
tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang
serupa
Program doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan
yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengembangkan konsep ilmu, teknologi/atau kesenian
baru di dalam bidang keahliannya melalui penelitian,
2) Mengelola, memimpin dan mengembangkan program
penelitian; dan
3) Pendekatan interdisipliner dalam berkarya di bidang
keperawatan.
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI,
adalah sebagai berikut:
1. Diploma tiga Keperawatan – Level KKNI 5
2. Ners (Sarjana+Ners) – Level KKNI 7
3. Magister keperawatan – Level KKNI 8
4. Spesialis Keperawatan – Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan – Level KKNI 9
Dengan adanya KKNI
ini diharapkan akan
mengubah cara melihat
kompetensi seseorang, tidak
lagi semata Ijazah tapi
dengan melihat kepada
kerangka kualifikasi yang
disepakati secara nasional
sebagai dasar pengakuan
terhadap hasil pendidikan
seseorang secara luas
(formal, non formal, atau in
formal) yang akuntanbel dan
transparan.
Fenomena Kasus atau Berita
1. Dilema Penghapusan Pendidikan Keperawatan Jenjang D-3
Bentuk-bentuk institusi pendidikan keperawatan ini menciptakan perawat dengan
jenjang diploma, sarjana, ners, spesialis, magister, dan doktor dan sudah diatur dalam
undang-undang dan keputusan menteri kesehatan dan ditetapkan sebagai pendidikan
vokasi paling rendah sesuai dengan UU No 38 Tahun 2014 pasal 6 ayat 2.
Dalam proses pembelajarannya program vokasi lebih menekankan pada praktik
lapangan, sedangkan program sarjana lebih kepada pemahaman teori, dimana nantinya
mereka perlu menempuh pendidikan profesi yang menitikberatkan pada pengalaman
belajar praktikum klinik / pengalaman klinik dan pratikum lapangan / pengalaman praktik
lapangan.
Hal ini membuat sejumlah pihak pun menghimbau pemerintah agar menghapus
program D-3 lantaran dianggap tidak efektif. Sebab lulusan D-3 nantinya dituntut untuk
melanjutkan pendidikan S1 yang bersifat teori bukan melanjutkan pendidikan ke D-4 yang
bertujuan menjadi sarjana terapan. Hal ini sejalan apabila melihat prospek kerja lulusan S1
khususnya perawat yang lebih banyak dari pada lulusan D-3.
2. Perkembangan Karir Perawat

Karir perawat di Indonesia masih stagnan. Penyebabnya antara belum


optimalnya perhatian terhadap dunia keperawatan yang masih dianggap pekerjaan
kelas 2 dibawah dokter. Perawat masih berada pada posisi inferior, masih
dipandang sebelah mata di rumah sakit. Berbeda dengan iklim keperawatan di luar
negeri, profesi perawat cukup dihargai. Upah jerih payah perawat masuk grade
‘cukup layak’. Dibeberapa negara maju seperti di Eropa, perawat diberi kesempatan
untuk peningkatan jenjang karir (capacity building) yang cukup terbuka untuk
peluang-peluang terbuka lainya.
Opini Penulis
Diharapkan perawat harus mengikuti jadwal pelatihan dan meningkatkan
jenjang pendidikan untuk peningkatan profesional diri, dukungan dari tempat kerja
sangat diperlukan dalam memberikan dampak positif kepada perawat dalam
pelatihan staf sebagai bentuk professional serta membantu perawat dalam
mempertahankan praktik keperawatan terbaik dan juga dalam kemajuan karir.
Oleh karena itu hal yang dapat pemerintah lakukan saat ini adalah dengan
merevitalisasi program D-3 dan meningkatkan kualitas lulusannya khususnya
pendidikan keperawatan agar menciptakan lulusan perawat yang kompeten dan
untuk program S1 keperawatan tetap menjalankan pendidikannya sesuai ranahnya
dan menjadi pendidikan lanjutan bagi lulusan vokasi agar lebih memperdalam
mengenai konsep teori.
KESIMPULAN
Dalam memenuhi standar pendidikan profesi keperawatan, untuk
kedepannya selain kualitas institusi Pendidikan Keperawatan, seorang perawat
minimal wajib menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan
UU Sisdiknas yaitu dengan mengikuti program pendidikan sarjana keperawatan
selama empat tahun yang lulusannya bergelar S.Kp. dan program pendidikan
profesi keperawatan selama satu setengah tahun yang lulusannya bergelar Ns.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan penelitian
keperawatan. Sebab melalui penelitian konsep keperawatan yang ada dapat
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rini, Tri Puji Lestari. 2014. PENDIDIKAN KEPERAWATAN: UPAYA MENGHASILKAN TENAGA PERAWAT
BERKUALITAS. Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta. Nursing Education: Effort to Produce Quality Nurses
Personnel
Devafiani, senalda. 2019. “Dilema Penghapusan Pendidikan Keperawatan Jenjang D-3”.
https://www.kompasiana.com/senaldadefa/5ce2c3d73ba7f740cd791fe2/dilema-penghapusan-pendidikan-
keperawatan-jenjang-d-3. Diperbarui: 21 Mei 2019 16:07
Admin, 2013. Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi Mengacu pada KKNI.
http://baa.unas.ac.id/2013/04/kurikulum-nasional-berbasis-kompetensi-mengacu-pada-kkni/. Diakses
pada Apr. 29, 2013
Fitri, 2013. Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi Mengacu Pada Kkni.
Https://Lldikti12.Ristekdikti.Go.Id/2013/04/28/Kurikulum-nasional-berbasis-kompetensi-mengacu-pada-
kkni.Html. Diakses pada Apr 28, 2013
Admin, 2020. Perkembangan Karir Perawat. https://stikesmni.ac.id/blog/2020/04/05/786/. April 5, 2020
Admin. 2016. Pendidikan Tinggi Keperawatan – HMPSIK UIN JAKARTA.
https://hmpsik.fkik.uinjkt.ac.id/index.php/2016/10/05/tanpa-kata/.
Mindyarina. Standar Profesional dalam Praktek Keperawatan. Dalam http://regional.kompasiana.
com/2011/05/12/standar-profesional-dalampraktek-keperawatan/, diakses 14 Juli 2011.
THANK YOU FOR ATTENTION 
Standart Praktik
Keperawatan
Kelompok 9
Nama : Bella Aprilia Latif P.(192303191143)
Jumak Ismawati (192303101144)
Rotib Haddad S.(192303101154)
Muhammad Akhsal D.S (192303101097)
Latar Belakang
• Perawat sebagai profesi pelayanan kesehatan mempunyai tanggung
jawab utama yaitu melindungi masyarakat / publik, profesi
keperawatan dan praktisi perawat.

• Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi


dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang –
undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu
bekerja. ( PPNI, 2000).
Pengertian Standar Praktek
Keperawatan
 Standar praktek keperawatan adalah : ekspektasi minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif, dan etis.standar
praktek keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam
melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota
profesi. (Alim 2011)

 Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan


untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang
diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan
Faktor yang Mempengaruhi
Standar Praktik Keperawatan
 Kecakapan intelektual
 Ilmu pengetahuan
 Percaya diri perawat
 Sarana
 Komunikas
 Pengalaman kerja perawat
 Motivasi pasien untuk sembuh
 Kedisiplinan
Langkah-Langkah Penyusunan
Standar Praktik Keperawatan
1. Menetukan komite (tim khusus)
• Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak,
untuk itu perlu dibentuk tim penyusun.
2. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.
• Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi
seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan interpersonal,
agama, pendidikan dan lingkungan.

3. Menghubungkan standar dan teori keperawatan.


• Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien untuk dapat melakukan
perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan yang dimiliki klien.
4. Menentukan topik dan format standar
• Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek penyusunan standar
misalnya, aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan kelompok klien atau yang bersifat
umum yaitu menggunakan pendekatan meliputi standar struktur, standar proses dan standar
hasil.
Fenomena kasus
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu. Kejadian ini bermula
saat An. B menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat. An. B dibawa
orang tuanya berobat di klinik dr. F yang baru setahun buka dengan mengontrak salah satu
rumah warga di Kampung Krompol, Desa Paya Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara. Pada saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar
sebesar telur puyuh di bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dr. F menyarankan agar benjolan itu sebaiknya dioperasi.
Orang tua pasien pun menyetujui dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada
tanggal 12 September 2004. Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan
tindakan operasi bukan dirinya karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan
sejawatnya, dokter bedah di RSUD Kumpulan Pane Kota Tebing tinggi yang ternyata adalah
seorang perawat. Perawat berinisial Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai.
Pada saat operasi berlangsung, dr.F tidak ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan bersama
dengan keluarga pasien. Operasi berlangsung sekitar 30 menit.
Lanjutan kasus
Benjolan yang ada di punggung An. B akhirnya diangkat dan dibuang, tetapi luka bedah pada
benjolan yang telah dibuang itu mengalami perdarahan, sehingga penyembuhan luka cukup
lama sampai memakan waktu enam bulan.
Beberapa bulan setelah operasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku, bahkan kedua kakinya
lumpuh tidak bisa digerakkan. An. B hanya dapat berbaring dan duduk di rumahnya sambil
menjalani proses pengobatan. Setelah 6 bulan melakukan operasi kepada An.B, klinik dr. F
ditutup dan tidak beroperasi lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2
kali, tetapi setelah itu sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An. B tidak bisa lagi
bermain dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang, kedua kaki An. B lumpuh, timbul
tulang di telapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan susah buang
air besar. Pihak keluarga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr. F dan rekannya ke
Mapolres Tebing Tinggi, karena dugaan telah melakukan malpraktek terhadap anaknya. Proses
hukum atas kasus ini sedang diproses dan masih dalam tahap pemanggilan saksi (Sumber:
Posmetro Medan & KPK Pos).
Analisa penulis
Berdasarkan Konsep Malpraktik Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktik
keperawatan, karena telah memenuhi keempat kriteria (duty, breach of the duty, injury,
causation), yaitu :

A. Perawat Ag berkewajiban melakukan tugasnya sebagai seorang perawat sesuai dengan


kewenangannya. Perawat tersebut melakukan hal di luar kewenangan profesinya dan
melakukan kewenangan profesi lain (dokter).
B. Perawat Ag gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standar profesi perawat dimana
kewajiban perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik.
C. Perawat Ag membuat pasien menderita cedera fisik dan perdarahan
D. Tindakan operasi mandiri Perawat Ag mendatangkan akibat yang buruk bagi pasien yaitu
pasien harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang lama serta mengalami
kelumpuhan.
Lanjutan...
Berdasarkan Kajian Hukum :
A. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, BAB III Hak dan Kewajiban dalam Pasal 4 bahwa
setiap orang berhak atas kesehatan. Dalam hal ini klien berhak mendapatkan pengobatan
guna mendapatkan kesehatan dan setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, serta terjangkau. Pada kasus An. B klien tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau karena klien
mengalami luka yang mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Hal ini membuat pengobatan
klien semakin lama dan biaya yang dikeluarkan semakin besar.
B. UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
1. Pasal 32 ayat 2 menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang tindakan medis kepada perawat
dapat dilakukan secara delegatif dan mandat. Selanjutnya, pada penjelasan ayat 4 dapat
diketahui bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif adalah menyuntik,
memasang infus, dan memberikan imunisasi sedangkan secara mandat yaitu pemberian
terapi parenteral dan penjahitan luka. Berdasarkan kasus diatas, Perawat Ag telah melakukan
tindakan pembedahan, tindakan tersebut di luar kewenangan yang diperbolehkan dalam UU
Keperawatan.
Lanjutan ...
2. Pasal 36 menjelaskan bahwa perawat melaksanakan praktek keperawatan, berhak menolak
keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, profesi,
SPO, atau ketentuan peraturan perundang undangan. Sesuai dengan kode etik keperawatan (PPNI,
2005), perawat juga berhak menolak tindakan operasi secara mandiri yang bertentangan dengan
kode etik keperawatan antara perawat dan teman sejawat. Perawat harus bertindak melindungi
klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak
etis dan ilegal.
3. Pasal 37 poin (f) menjelaskan bahwa perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berkewajiban melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi perawat. Pelayanan keperawatan berdasarkan standar kompetensi
perawat Indonesia merupakan rangkaian tindakan yang dilandasi aspek etik legal dan peka budaya
untuk memenuhi kebutuhan klien. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan prosedural, pengambilan
keputusan klinik yang memerlukan analisi kritis serta kegiatan advokasi dengan menunjukkan
perilaku caring. Berdasarkan kasus diatas, perawat tidak melakukan pelayanan keperawatan sesuai
ranah kompetensi praktik profesional, etis, legal dan peka budaya (PPNI, 2005).
Malprakek yang dilakukan oleh perawat Ag akan memberikan dampak
yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada institusi
pemberi pelayanan keperawatan, individu perawat pelaku malpraktek dan
terhadap profesi. Secara hukum Perawat Ag dapat dikenakan gugatan
hukum pidana dan perdata, sedangkan secara profesi Perawat Ag dapat
dikenakan sanksi disiplin profesi perawat yang akan dikeluarkan oleh
Konsil Keperawatan.
Terima
Kasih
Tantangan profesi
keperawatan
Kelompok 13
Kelompok 3

1. Galuh Kirana (192303101043)


2. Ayu Dyah Maharani (192303101180)
3. Wildani Shofil R (192303101093)
4. Rulli Aditya Febiansa (192303101157)
TABLE OF CONTENTS

01 02 03
Fenomena
Latar Belakang
Konsep Teori kasus / berita

04 05
Kesimpulan
Opini Penulis
01
Latar
Belakang
Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan sendiri perawat memiliki peran yang penting, karena
perawat merupakan profesi dimana memiliki posisi berpengaruh terhadap
kesembuhan klien. Perawat di dalam pelayanannya memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien tanpa memandang latar belakang dari pasien
tersebut.

Di era yang sudah maju seperti sekarang perawat memiliki tuntutan yaitu
perawat lebih siap dalam menghadapi segala aspek dan tantangan yang ada di
dunia kesehatan. Perawat memiliki tuntutan untuk selalu mengembangkan skill
atau keteramplian, pengetahuan dan juga sikap atau etikauntuk menjadi perawat.
Latar Belakang
Bekerja secara profesional harus mampu dilakukan oleh perawat untuk selalu
memberikapn pelayanan dan penangan yang maksimal sehingga pasien
mengalami peningkatan kesehatan atau kesembuhan. Hal tersebut jika
dilakukan maka akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Di masa ini perawat memiliki banyak tantangan terutama dalam peran perawat
yaitu edukasi dimana di Indonesia saat ini terdapat pola pergeseran masyarakat.
02

Konsep teori
Tantangan profesi keperawatan adalah profesi yang
sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain,
dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk
berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan
agar keberadaannya mendapat pengakuan dari
masyarakat.
PEMBANGUNAN BERWAWASAN KESEHATAN
• Terkait dengan peningkatan IPKM,perawat sangat jelas memiliki peran yang
sangat penting. Meskipun dari segi kuantitas masih kurang,namun perannya
sangat dirasakan, terutama saat tenaga medis dokter atau tenaga ahli dan
Teknis lainnya tidak berada di tempat karena sedang tugas lapangan atau
tugas luar. Kondisi tersebut dimungkinkan karena perawat sudah memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan Praktik Keperwatan Mandiri dengan
pemenuhan kriteria tertentu, sehingga langsung atau tidaklangsung
berperan dalam meningkatkan IPKM.
• Perawat bertanggungjawab dalam penyelenggaraan penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan terutama bertanggungjawab
melakukan kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
berdasarkan masalah kesehatan yang timbul berdasarkan faktor resiko
yang teridentifikasi.
PEMBANGUNAN BERWAWASAN KESEHATAN
• Beberapa fakta menunjukkan, bahwa perawat sudah mampu berperan
memberikan atau mensosialisasikan pentingnya kesehatan kepada
masyarakat agar mampu memelihara kesehatan diri dan lingkungannya
secara mandiri. Namun beberapa fakta juga menunjukkan, bahwa perawat
belum mampu sepenuhnya berperan dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada masayrakat dan keluarganya. Oleh karena itu, setiap
perawat diwajibkan melakukan edukasi yang merupakan perannya.
MISI INDONESIA SEHAT
• Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 ± 2019 (Kementerian
Kesehatan, 2016).
• Tercapainya Program Pembangunan Kesehatan. Salah
satu upaya agar derajat kesehatan masyarakat lebih
optimal adalah peningkatan kemampuan masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri, terutama untuk
masalah kesehatan yang tidak berat dalam bentuk
pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri hanya boleh
menggunakan obat yang termasuk golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas dan sesuai keterangan
yang tercantum pada kemasannya.
MISI INDONESIA SEHAT
• Penyelenggaraan kota sehat (Healthy City)
• Rumah Sehat BAZNAS yang fokus programnya ialah
peningkatan layanan kesehatan gratis bagi
masyarakat miskin (Arsip Baznas D.I Yogyakarta,
2016).
• Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh
Presiden RI yang lebih mengutamakan upaya
preventif dan promotif, tanpa menghilangkan upaya
kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan seluruh
komponen bangsa dalam memasyarakatkan
paradigma sehat.
POLA PERGESERAN MASYARAKAT
• Terjadinya pergeseran pola penyebab penyakit di Indonesia untuk semua
umur dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Beberapa
permasalahan yang terjadi di puskesmas di Indonesia diantaranya kematian
ibu, masalah gizi maupun masalah penyakit menular dan PTM (penyakit
tidak menular).
• Pergeseran pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah
terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular
yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis
adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum
alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan
pencemaran lingkungan. Sehingga Indonesia menanggung beban ganda
penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit infeksi masih merajalela dan
ditambah lagi dengan penyakitpenyakit kronik degeneratif.
POLA PERGESERAN MASYARAKAT
• Pergeseran pola hidup,seperti di Jawa - Bali di mana pada kehidupan
daerah urban terjadi perubahan di segala aspek meliputi sosial, ekonomi,
budaya dan politik. Kurangnya lapangan kerja, penghasilan yang tidak
mencukupi, status perkawinan, pendidikan yang semakin mahal, kawasan
tempat tinggal dan sebagainya, dapat memengaruhi kondisi kesehatan
seseorang. Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan emosional
berupa stres psiko-sosial.
• Perubahan pola makan banyak mengkonsumsi makanan instant dan
keadaan lingkungan dengan banyaknya pencemaran yang dapat
bermanifestasi pada gangguan kesehatan. Selain kepadatan penduduk
karena arus urbanisasi yang mengakibatkan buruknya sanitasi lingkungan
menyebabkan tetap tingginya penyakit infeksi.
03
Fenomena
kasus /
berita
Perawat mesti tingkatkan edukasi untuk cegah PDP minta
pulang paksa dari rumah sakit
Penulis : Apfria Tioconny Billy
Kasus pasien dalam pengawasan (PDP) terkait virus corona
minta pulang paksa dari rumah sakit. Padahal seharusnya
mereka menjalani isolasi. itu terjadi karena pasien belum
teredukasi. Seharusnya mereka tahu tidak boleh keluardari
ruang isolasi untuk mencegah penularan virus ke banyak orang.

Sumber :
Billy, A. T. (10 April 2020). Perawat Mesti Tingkatkan Edukasi untuk Cegah PDP Minta Pulang Paksa dari
Rumah Sakit. Tribunnews.Com.
https://www.tribunnews.com/nasional/2020/04/10/perawat-mesti-tingkatkan-edukasi-untuk-cegah-pdp-
minta-pulang-paksa-dari-rumah-sakit
04
Opini penulis
Perlu komunikasi yang baik teman tenaga
kesehatan di rumah sakit memberikan pengertian
kalau ada pasien yang berperilaku seperti ini harus
dikomunikasikan dengan pemeritah sehingga bisa
dilakukan pemantauan yang ketat. Kepada pasien
yang terpapar virus corona, persatuan perawat
meminta untuk mengikuti prosedur isolasi dan
perawatan covid-19 dengan baik sampai
dinyatakan negatif covid-19.
05
Kesimpulan
Kesimpulan
Memberikan pendidikan tentang pola perilaku dan pola hidup
sehat dengan gizi seimbang kepada seluruh masyarakat baik
melalui pendidikan formal maupun informal sejak dini (sejak
balita) secara berkesinambungan dan juga perawat dituntut lebih
siap dalam menghadapi segala aspek dan tantangan baik
sekarang maupun di masa depan dalam dunia kesehatan.
Sehingga selalu diperlukannya dalam pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar dapat mencapai
pelayanan yang profesional dalam kondisi apapun sebagaimana
peran dan fungsi perawat.
Referensi
• Wahyudi, I. (2020). PENGALAMAN PERAWAT MENJALANI PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT DI PUSKESMAS KABUPATEN GARUT. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(01),
36-43.
• Handajani, A., Roosihermatie, B., & Maryani, H. (2010). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola kematian pada penyakit degeneratif di Indonesia. Buletin
penelitian sistem kesehatan, 13(1), 21301.
• Permana, G. G. S. (2016). Wewenang Perawat Dalam Meningkatkan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Garut Dihubungkan Dengan UU
Keperawatan No 38 Tahun 2014. Jurnal Medika Cendikia, 3(02), 70-80.
• Rahmawaty, E., Handayani, S., Sari, M. H. N., & Rahmawati, I. (2019). Sosialisasi dan
harmonisasi gerakan masyarakat hidup sehat (germas) dan program indonesia
sehat
• Sukendar, H. B. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Peningkatan
Layanan Kesehatan Oleh Rumah Sehat BAZNAS Yogyakarta di Desa
Wukirsari. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 1(2), 132-142.dengan
pendekatan keluarga (pis-pk) di Kota Sukabumi. LINK, 15(1), 27-31.
REGRISTRASI KEPERAWATAN SIPP
NAMA KELOMPOK
1. Rizki Candra Pamungkas (192303101103)
2. Hanib Miftakhul Janah (
3. Adinda Febrianti (
4. Fatkur Rossi (
Bahasan
01 Latar Belakang

02 Konsep Teori

03 Fenomena Kasus

04 Opini Penulis

05 Kesimpulan
Pada tahun 2010 telah dikeluarkan Permenkes Nomor 148

Latar Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, namun
proses registrasi perawat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1796 Tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

Belakang Sebelumnya, registrasi perawat diatur dalam Kepmenkes RI Nomor


1239 Tahun 2001, dimana kewajiban registrasi perawat dimulai ketika
perawat baru lulus dari proses pendidikan. Kewajiban registrasi
perawat sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1239 Tahun 2001 adalah
lisensi Surat Izin Perawat (SIP), Surat Izin Kerja (SIK), dan Surat Izin
Praktik Perawat (SIPP). Sementara peraturan tentang SIPP diatur
secara terpisah 4 sejak dikeluarkannya Permenkes RI Nomor 148
Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Namun sejak keluarnya Pemenkes RI Nomor 161 Tahun 2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan yang kemudian diganti dengan
Permenkes RI Nomor 1796 Tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, acuan dalam Kepmenkes RI Nomor 1239 tersebut dicabut,
yang mana perawat sudah tidak menggunakan SIP lagi melainkan
diganti dengan Surat Tanda Registrasi (STR).

Jano Demen, 2002, Hubungan Antara Insentif dan Kinerja Perawat Rawat Jalan
di Lima Puskesmas Kota Palangkaraya, Tesis Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Dalam SK Menkes No 674/Menkes/SK/IV/2000 14 April 2000
tentang Registrasi dan Praktik Mandiri Perawat setiap perawat diwajibkan
Konsep selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilan bidang keperawatan melaui
pendidikan atau pelatihan baik yang diadakan pemerintah atau organisasi
profesi. Menurut Permenkes No. HK. 02. 02/ MENKES/ 148/ I/2010, SIPP
Teori adalah surat izin praktik perawat dalam bentuk tertulis yang diberikan kepada
perawat untuk melakukan praktik mandiri perawat secara perorangan dan/atau
berkelompok. Setiap perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.
Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagiperawat yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri. SIPP berlaku selama
Surat Tanda Registrasi (STR) masih berlaku.Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Untuk memperoleh
SIPP perawat harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Kota dengan melampirkan :
(1) Fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisir
(2) Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
(3) Surat pernyataan memiliki tempat praktik
(4) Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 X 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar, dan
(5) Rekomendasi dari Organisasi Profesi
SIPP hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat praktik. Dalam
menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama
praktik keperawatan. SIPP dinyatakan tidak berlaku karena :

Lanjutan (1) Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP


(2) Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
(3) Dicabut atas perintah pengadilan
(4) Dicabut atas rekomendasi organisasi profesi
(5) Yang bersangkutan meninggal dunia
Perawat asal Dusun Sumberasri, Desa/ Kecamatan Songgon tersebut didakwa
telah melanggar pasal pasal 197 Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang
Fenomena kesehatan. Keputusan majelis hakim yang dibacakan Purnomo Amin Tjahjo itu
lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menuntut terdakwa dengan hukuman lima
bulan penjara. Dalam putusannya, majelis hakim Purnomo Amin Tjahjo,
Kasus menyatakan terdakwa Harsono Eko Saputro telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana tanpa izin mengedarkan sediaan
farmasi, dan atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dalam dakwaan alternatif kesatu.
Kasus ini bermula pada hari Rabu tanggal 6 Desember 2017 sekitar pukul
20.00. Awalnya saksi Iwan Sugianto, saksi Dieka Octaria, dan saksi Fitrian Adi
Wibowo (ketiganya adalah petugas kepolisian satuan narkoba Polres
Banyuwangi), mendapat informasi dari masyarakat yang menjelaskan jika di
Dusun Sumberasri, Rt.01 Rw.01, Desa/ Kecamatan Songgon, ada seseorang
laki-laki yang mengaku sebagai perawat sedang melakukan praktik. Dilaporkan
juga bahwa si perawat tersebut memberikan obat-obatan kepada pasien tanpa
disertai SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat) dan obat-obat tersebut semuanya
termasuk dalam obat keras. (ddy)

Artikel ini telah tayang diJPNN.comdengan judul


"Buka Praktik Tanpa SIPP, Perawat Divonis 3 Bulan Penjara",
https://www.jpnn.com/news/buka-praktik-tanpa-sipp-perawat-divonis-3-bulan-
penjara?page=4
Menurut kelompok kami, kasus atau berita tersebut merupakan sebuah
pelanggaran malpraktikadministratif yaitu menjalankan praktik tanpa izin.
Opini Ketentuan tentang izin praktik dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat (pasal 8,9,10 ayat (1),(2),(3), dan Peraturan
Penulis Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1769 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan Pasal 2 ayat (1), serta Permenkes RI. Nomor
2052/Menkes/PER/X/2011. Ketentuan Praktik Keperawatan olehPerawat
berdasarkan ketiga Peraturan Menteri Kesehatan RI. diatas, yaitu : Pada
Praktik Mandiri, Perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) dan
Surat Tanda Registrasi (STR).
Berdasarkan kenyataan yang ada, Meskipun telah diatur tentang praktik
perawat, masih saja terjadi pelanggaran oleh perawat. Sehingga ketentuan
hukum dimaksud, belum menjadi acuan dalam pelaksanaan praktik perawat.
Juga penegakan sanksi administrasi belum maksimal sebagai alat pemaksa dan
pemberi efek jera. Hal tersebut disebakan karena substansi hukum itu sendiri,
Sosialisasi hukum, Penegak hukum, fasilitas dan masyarakat. Untuk
pelaksanaan peraturan perundangan diatas. Apabila Ketentuan praktik perawat
sebagai acuan yang responsif dalam pelaksanaan praktik perawat dengan
penerapan sanksi yang maksimal, serta faktor penghambat dapat dihindari,
maka akan menghasilkan pelaksanaan praktik perawat yang optimal.
Pada tahun 2010 telah dikeluarkan Permenkes Nomor 148
Tah

Kesimpulan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai