Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial. Semakin bertambahnya usia seseorang beberapa fungsi vital
dalam tubuh ikut mengalami kemunduran fungsional(Issn, 2020).
Lansia diseluruh dunia, berjumlah diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari
10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2
miliyar (Nugroho Wahjudi, 2012). Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk
tahun 1971 jumlah penduduk di Indonesia berusia 60 tahun keatas sebesar 5,3 juta
( 4,5% ) dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun 1980, jumlah ini meningkat
menjadi ± 8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini
meningkat menjadi ± 11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat
sekitar 15,3 juta (7,4%) dari juumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi ± 18,3 juta (8,5%)(Shanti Kakombohi, Ora I. Palendeng,
2017).
Sensus penduduk tahun 2010 jumlah lansia 18,1 juta jiwa. Tahun 2014 susenas
jumlah lansia 20,24 juta jiwa. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah lansia
terbanyak didunia. Meningkatnya jumlah lansia tentu akan menimbulkan berbagai
permasalahan yang kompleks bagi usia lanjut itu sendiri maupun bagi keluarga dan
masyarakat. Permasalahan yang sangat mendasar pada usia lanjut, salah satunya adalah
masalah kesehatan. Permasalahan khusus yang terjadi pada lanjut usia adalah proses
ketuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental
dan sosial, perubahan karena produktivitas yang mulai menurun, berkurangnya kesibukan
sosial dan interaksi dengan lingkungan, produktivitas yang menurun dengan akibat
terbatasnya kesempatan kerja karena kemampuan dan keterampilan menurun, namun
kebutuhan hidup terpenuhi, kebutuhan pelayanan kesehatan terutama kelainan degeneratif
pada lansia memerlukan biaya tinggi dan perubahan nilai sosial masyarakat yang
mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik pada lanjut usia kurang mendapat
perhatian sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar(Shanti
Kakombohi, Ora I. Palendeng, 2017).
Semakin bertambahnya usia, stimulasi pada lansia berkurang bahkan menurun
yang mengakibatkan lansia lupa kejadian baru dan mengingat kejadian yang lama
sehingga untuk bisa menyampaikan informasi pun harus dengan cara berulang-ulang.
Dalam segi persepsi sensori pun terjadi perubahan terutama dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti personal hygine, merokok, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, menggunakan jamban yang sehat, melakukan aktivitas fisik dan istirahat yang
seimbang, makan sayur dan buah setiap hari, dan menggunakan air bersih. Perkembangan
manusia mulai dari prenatal hingga lansia mempunyai periode yang berurutan. Setiap
masa yang dilalui tidak akan terulang kembali. Setiap individu pasti akan mengalami
masa lanjut usia atau lansia(Ressy Fusia Andhika, Lilis Lismayanti, 2019)
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah cara memberikan atau menciptakan
pengalaman belajar pada perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
memberikan informasi dan membuka jalan, membuka edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, dengan cara pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
membantu masyarakat dalam mengatasi masalahnya sendiri agar dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat, dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Ressy
Fusia Andhika, Lilis Lismayanti, 2019)
Perilau hidup bersih dan sehat merupakan perilaku kesehatan yang erat kaitannya
dengan perilaku individu. Pembentukan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan individu. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain dasar yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau overt behavior. Tingkat
pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan. Individu dengan tingkat pendidikan
yang tinggi akan mudah dalam menyerap informasi, sehingga pengetahuannya akan
tinggi. Selain pengetahuan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku PHBS, yaitu
sosial ekonomi (Ressy Fusia Andhika, Lilis Lismayanti, 2019).
Berdasarkan fenomena di atas, memberitahukan bahwa tingkat pengetahuan
sangat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang untuk hidup bersih dan sehat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas identifikasi merumuskan. Meneliti hubungan tingkat
pengetahuan lansia dengan perilaku hidup bersih dan sehat, alasan nya karena lansia itu
merupakan kelompok usia yang telah mengalami penurunan dari banyak aspek seperti
fisik, psikis, maupun yang sosial dan itu akan mempengaruhi kemampuan melaksankan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan oleh karena itu pentingnya edukasi terhadap lansia
karena pengetahuan berperan penting terhadap perilaku seseorang, dengan latar belakang
yang berbeda serta penyebaran informasi yang kurang merata pada lansia menyebabkan
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat juga tidak secara merata di dapatkan
oleh para lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Issn, E. (2020). JUARA : Jurnal Olahraga. Kebugaran Jasmani Bagi Lansia Saat Pandemi
Covid-19.

Ressy Fusia Andhika, Lilis Lismayanti, M. F. (2019). Healthcare Nursing Journal - vol. 1
no. 2 (2019). 1(2).

Shanti Kakombohi, Ora I. Palendeng, S. R. (2017). HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN


DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ( PHBS ) PADA LANJUT USIA
DI BALAI. 5, 0–5.

Anda mungkin juga menyukai