Anda di halaman 1dari 4

“UNTUK KEADILAN”

DUPLIK TANGGAPAN PENASIHAT HUKUM ATAS REPLIK JAKSA PENUTUT UMUM

Yang Terhormat

Yang Mulia dan anggota Majelis Hakim

Sdr. Penasihat Hukum dan terdakwa yang kami hormati,

Hadirin yang berbahagia,

Sebelumnya kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa I. Subroto Bin SABAR (Alm) dan terdakwa
II.DAVID SIHOMBING SH B. Th Anak Dari PATAR SIHOMBING mengucapkan terima kasih
kepada semua yang hadir di Persidangan ini, terutama Majelis Hakim yang memeriksa
perkara ini, kami masih diberi kesempatan untuk mengajukan tanggapan atas Replik Jaksa
Penuntut Umum yang telah disampaikan pada sidang Senin tanggal 05 Juli 2021.

Dengan Duplik ini, kami sama sekali tidak bermaksud memperlambat atau mempersulit
jalannya Persidangan, namun kesempatan yang disediakan oleh prosedur Hukum Acara
Pidana ini kami tujukan semata-mata untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam
perkara ini.

Bahwa setelah mempelajari point-point Replik dari Jaksa Penuntut Umum, maka berikut ini
kami akan memberikan tanggapan point demi point sebagai berikut:

1. Bahwa Jaksa Penuntut Umum mengatakan bahwa Penasihat Hukum di dalam Nota
Pembelaanya hanya menyampaikan fakta-fakta yang bersifat menguntungkan
Terdakwa I.SUBROTO Bin SABAR (Alm) dan terdakwa II.DAVID SIHOMBING SH B.Th
Anak Dari PATAR SIHOMBING saja dan mengabaikan fakta-fakta yang sebenarnya
terungkap dalam pemeriksaaan di persidangan, tentulah tidak tepat dikarenakan
Penasihat Hukum mempertegas bahwa fakta-fakta persidangan sama sekali tidak
ada yang membuktikan bahwa unsur Pasal dalam Surat Tuntutan Jaksa tidak dapat
dibuktikan, seperti terjadinya kemacetan. Di dalam keterangan Saksi Hamsim Bin
Rojali dalam keterangannya menyebutkan bahwa terjadi kemacetan diruas jalan
Imam Bonjol tetapi keterangan saksi tersebut tidak lah didukung dengan bukti yang
menggambarkan suatu peristiwa kemacetan karena ketika Penasihat Hukum
mempertanyakan kepada saksi dalam video yang dijadikan alat bukti Jaksa tidak ada
yang menunjukkan suatu peristiwa kemacetan lalu lintas, lantas apakah kita dapat
melihat suatu peristiwa kemacetan berdasarkan perkataan saja tanpa melihat
keadaan macet yang sebenarnya? Padahal seluruh kegiatan dari sebelum
diturunkannya batu sampai saat penurunan batu terdapat rekaman video tapi
kenapa peristiwa yang dikatakan terjadi kemacetan tidak ada rekaman videonya.
Justru Penasihat Hukum memiliki bukti video yang berdurasi 7 menit 51 detik yang
telah diserahkan pada saat sidang pembacaan Pledoi Hari Kamis 01 Juli 2021 yang
menggambarkan keadaan pada saat batu telah diturunkan tidaklah terjadi
kemacetan bahkan dalam video tersebut terlihat petugas dishub yang membuka
blokir jalan Imam Bonjol dari arah Pesawaran menuju Bandar Lampung sehingga
tidak ada yang namanya kemacetan di lokasi tersebut, jadi berdasarkan keterangan
saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum bahwa telah terjadi kemacetan dan
jalan tidak dapat dilalui oleh kendaraan tidak dapat dibuktikan. Unsur menimbulkan
bahaya bagi keamanan lalu lintas seperti kecelakaan, dalam keterangan saksi
Bambang Bagus Susila Bin Sunoto mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan di
depan kuburan kemudian Penasihat Hukum mempertanyakan kepada Saksi siapa
korban kecelakaan tersebut? Jawab saksi ia hanya mendengar dari orang lain yang
mengatakan adanya peristiwa kecelakaan tanpa mengecek benar atau tidak ada
yang mengalami kecelakaan. Karena sepengetahuan Penasihat Hukum tidak ada
berita atau laporan bahwa adanya korban yang mengalami kecelakaan dikarenakan
adanya penrununan batu tersebut. Terlebih beberapa saksi yang menyangkal
keterangannya pada saat BAP Kepolisian sehingga Penasihat Hukum meyakini bahwa
saksi-saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum terkesan memberikan
keterangan yang mengada-ada dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Bahwa Jaksa Penuntut Umum meyakini bahwa fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan saling mendukung dan keterangan saksi yang dijadikan dasar oleh
Penuntut Umum untuk membuktikan telah terjadi peristiwa pidana sebagaimana
dakwaan Penuntut Umum tidak hanya keterangan 1 (satu) saksi, berdasarkan point 1
di atas keterangan saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak ada yang
dapat dibuktikan kebenarannya bahwa telah terjadi kemacetan dan kecelakaan
seperti pertanyaan yang dilontarkan kepada seluruh saksi terlebih tidak ada bukti
yang dimiliki Jaksa Penuntut Umum bahwa adanya peristiwa kemacetan dan
kecelakaan. Justru keseluruh saksi yang dihadirkan Penuntut Umum mengatakan
bahwa sebelum diturunkannya batu terjadi perdebatan antara Terdakwa I. Subroto
Bin SABAR (Alm) dan terdakwa II.DAVID SIHOMBING SH B. Th Anak Dari PATAR
SIHOMBING dengan Saksi dari Dishub mengenai alas hak, dimana peristiwa tersebut
menggambarkan suatu Peristiwa Keperdataan dimana Terdakwa I Terdakwa I.
Subroto Bin SABAR (Alm) mengklaim lokasi tersebut adalah tanah miliknya dan
Petugas Dishub mengklaim bahwa tanah tersebut milik Pemkot berdasarkan dan SK
Walikota. Senada dengan keterangan /pendapat Ahli Tri Andarisman, S.H., M.H.
bahwa terhadap Surat Edaran Jaksa Agung yang berkaitan dengan perkara tanah
tersebut sudah memerintahkan untuk memberhentikan terlebih dahulu, bahwa
Jaksa harus teliti serta pada point 3 Surat Edaran Jaksa Agung, jika sekiranya kasus
yang objeknya berupa tanah, dimana status hukum kepemilikan tanah berdasarkan
alasan hak yang dimiliki, jelas, kuat, dan sah menurut ketentuan undang-undang,
maka jika ada pihak yang melanggarnya, misal penyerobotan tanah, maka kasus
tersebut dapat dipidanakan. Namun sebaliknya, jika sekiranya kasus yang objeknya
berupa tanah yang belum jelas status hukum kepemilikiannya, sehingga menjadi
objek sengketa perdata, demikian juga sengketa-sengketa dalam transaksi jual beli
tanah dimana status hukum kepemilikan telah dimiliki oleh penjual, selanjutnya
terjadi sengketa dalam transaksi jual beli tanah yang bersangkutan, maka kasus
tersebut berada dalam ranah perdata dan merupakan perkara perdata murni
sehingga tidak selayaknya dipaksakan atau digiring masuk ke ranah pidum. Dalam
hal ini Terdakwa I Subroto Bin SABAR (Alm) memiliki alas hak atas tanah tersebut
berupa perjanjian Jual Beli tertanggal 23 Desember 2003 dengan penjual Machyudin
Harun yang diperkuat dengan Putusan Perkara Nomor: 25/Pdt.G/2020/PN.Tjk
tanggal 12 Agustus 2020 dalam Amar Putusannya point ke- 3(tiga) Menyatakan
Perjanjiian antara Penggugat dan Tergugat terkait biaya peningkatan status tanah
menjadi atas nama Penggugat tertanggal 28 Oktober 2015 sebagai kelanjutan/satu
kesatuan dengan Perjanjian Jual Beli tertanggal 23 Desember 2003 adalah sah
secara hukum. Sedangkan alas hak yang dimiliki korban berupa SK Gubernur Nomor:
G/191/Da/Hk/82 tanggal 14 September 1982 dan SK Walikota Nomor :
08/10/Hk/2002 tanggal 30 Januari 2002 yang dimana belum diketahui persis tanah
yang diperuntukan oleh pemerintah mana yang peruntukan Yayasan Budi Suci dalam
hal ini Ahli warisnya adalah Machyudin Harun.
3. Bahwa penuntut Umum tidak sepedapat dengan sebgaian besar dari
keterangan/Pedapat Ahli TRI Andrisman SH M.H yang telah diuraikan oleh penasihat
hukum terdakwa didalam pledoi/nota pembelaaan diantaranya yakni ahli yang pada
pokoknya menyatakan bawha Pasal 192 ayat (1) KUHP harus ada kecelakaan lalu
lintas sebagai akibat nata atau harus ada yang kecelakaaan.Kemudian ahli juga
menerangkan menutup jalan umum dalam pasal 192 KUHP tersebut harus menutup
total. Merupakan hak dari Jaksa Penuntut Umum untuk sepndapat atau tidak,
namun yang pasti Ahli menjelaskan mengenai teori Kausalitas dari Pasal 192 dimana
berlaku ketika suatu peraturan Pidana tidak berbicara tentang perbuatan atau tindak
pidananya (yang dilakukan dengan sengaja), namun menekankan pada hubungan
antara kesalahan atau ketidaksengajaan (Culpa) dengan akibat. Jadi Ahli
berpendapat bahwa dalam Pasal 192 adalah Suatu Peristiwa Pidana dan yang
menjadi Akibat nya adalah ayat (1) “dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun, jika karenanya timbul bahaya bagi keamanan lalu lintas” yaitu haruslah timbul
bahaya bagi pengguna lalu lintas dalam hal ini bisa kecelakaan atau luka-luka maka
dapat dipidana. Jaksa Penuntut Umum tidaklah memahami yang menjadi keberatan
kami dalam Nota Pembelaan adalah unsur di dalam ayat 1 Pasal 192 dimana
Penuntut Umum menggunakan kata “Dapat” di dalam surat dakwaan maupun Surat
Tuntutan sedangkan Penasihat Hukum meyakini tidak ada bunyi kata “Dapat” di
dalam ayat 1 Pasal 192 KUHP. Kata “dapat” yang dipahami oleh Penuntut Umum
adalah yang ada di Pasal 192 yang merupakan unsur Formil sedangkan unsur materil
dari Pasal ini adalah ayat (1) “dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,
jika karenanya timbul bahaya bagi keamanan lalu lintas” dan ayat (2) “dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karenanya timbul bahaya bagi
keamanan lalu lintas dan mengakibatkan matinya orang”. Yang sangatlah
mengherankan dalam Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
HANYA menyebutkan unsur formil dari Pasal 192 KUHP sedangkan tidak
menyebutkan Unsur Materil dalam Pasal 192 KUHP dikarenakan kami meyakini
bahwa Jaksa Penuntut Umum memang tidak dapat membuktikan terpenuhinya
unsur Materil dalam ayat (1) yaitu timbulnya bahaya lalu lintas.
4. Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan saksi A de
charge Anedi maupun Ahli Tri Andarisman,S.H., M.H. menurut Penuntut Umum
justru memberatkan untuk Terdakwa I.SUBROTO Bin SABAR (Alm) dan terdakwa
II.DAVID SIHOMBING SH B.Th Anak Dari PATAR SIHOMBING adalah hal yang sangat
“KONTRADIKTIF” karena di point nomor 3 Replik Jaksa Penuntut Umum tidak
sependapat terhadap sebagian besar dengan keterangan Ahli, tetapi di point nomor
4 mengatakan menambah/semakin memperkuat alat bukti Jaksa Penuntut Umum
padahal menurut fakta persidangan yang tertulis dalam Surat Tuntutan Jaksa
sangatlah Jelas keterangan Ahli mematahkan Pasal 192 KUHP yang ditulis Penuntut
Umum dalam Surat Dakwaan maupun Surat Tuntutannya.

Anda mungkin juga menyukai