Anda di halaman 1dari 2

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Tengah Pandemi Covid-19 (Muhammad Muhib

Alwi)
Al-Hikmah. Vol, 18 No. 1 April 2020
95 Manajemen Keuangan dan Kemandirian Ekonomi Masjid Masjid sebagai properti publik
membutuhkan pengelolaan (manajemen) dalam rangka pemeliharaan dan pelaksanaan fungsinya bagi
masyarakat. Semakin luas fungsi masjid bagi masyarakat, maka semakin dibutuhkan sumber daya manajerial
yang tinggi. Manajemen keuangan masjid yang dimaksud adalah aktivitas atau kegiatan untuk mengatur
kegunaan sumber daya bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dan proses yang sistematis sebagai alat
untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan menjalankan fungsi sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dengan
melibatkan orang lain secara efektif dan efesien yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan, penyusunan, penggerakan, pengendalian, pengawasan dan lain-lain sehingga apa
yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan maksimal menurut usaha dan potensi yang ada.
Artinya, aktivitas manajerial akan bergantung kepada tujuan, sistem, struktur dan sumber daya yang
dimililiki. Kepemimpinan, pengawasan dan pengendalian dalam organisasi kemasyarakatan akan mengikuti
struktur sosial dalam masyarakat tersebut. Sementara perencanaan merupakan gambaran dari usaha pencapaian
tujuan yang ingin diraih dalam organisasi. Penggerakkan dan pengaturan merupakan cara yang dipilih untuk
melaksanakan rencana.
96 Kegiatan organisasi kepengurusan masjid meliputi imarah (kegiatan memakmurkan masjid), ri’ayah
(pemeliharaan), dan idarah (administrasi). Manajemen administrasi masjid (idarah masjid) pada garis besar
dibagi menjadi dua bidang yaitu : 7
a. Idarah Binâil Mâdiy ( Physical Management ), yaitu manajemen secara fisik yang meliputi
kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fisik masjid; pemeliharaan, kebersihan, ketertiban
dan keindahan masjid (termasuk taman di lingkungan masjid); pemeliharaan tata tertib dan
keamanan masjid; pengaturan keuangan serta administrasi masjid.
b. Idarah Binâil Rûhiy ( Functional Management ), yaitu pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid
sebagai ruang pembinaan spiritual, pendidikan dan kemasyarakatan.
Manajemen masjid pada kedua bidang utama ini membutuhkan salah satu unsur penting dalam
manajemen, yaitu unsur finansial (money) 8 . Karena masjid merupakan milik publik dan dikelola secara
swadaya, maka sumber daya finansialnya tentu akan banyak bergantung pada upaya ekonomi dan adanya
partisipasi masyarakat dimana masjid itu didirikan. Masjid sebetulnya memiliki potensi untuk dapat mandiri
secara ekonomi hal ini disebabkan masjid memiliki modal ekonomi sosial (non-finansial capital) yang cukup
baik, yaitu modal institusional dan modal sosial yang tinggi.
Modal sosial adalah wujud partisipasi masyarakat terhadap persoalanpersoalan yang dihadapi bersama
yang digerakkan oleh adanya trust dan disokong oleh struktur sosial. Dalam konteks manajemen keuangan
masjid, modal sosial menjadi penting terutama keterkaitan dengan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat
dalam rangka menghidupkan fungsi masjid bagi masyarakat itu sendiri. Salah satu modal sosial yang terbentuk
dalam rangka kerjasama antar anggota masyarakat adalah sikap kedermawanan (Philanthropy) atau sikap
partisipatif dalam hal materi dan finansial. Sikap kedermawanan dapat tumbuh didorong oleh rasa kepercayaan
terhadap individu, tatanan dan struktur sosial atau juga disebabkan adanya aspek teologis yang memberikan
dorongan normatif (doktrin) atas perilaku individu dan dijalankan bersama-sama oleh sebuah komunitas
masyarakat untuk mencapai tujuan yang sama. Modal sosial ini jika dikelola dengan baik, akan menjadi
sumberdaya ekonomi yang bisa menguatkan masyarakat dalam kondisi sulit.

BADAN USAHA MILIK MASJID (BUMM) DALAM MEMPERDAYAKAN EKONOMI (Sarja)An-Nawa: Jurnal Studi Islam
Vol. 03 No. 02 (2021) : 11-27
23 Usaha-Usaha Yang Dimiliki Masjid at-Taqwa Pada beberapa negara Islam yang telah maju, masjid
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Dana masjid tidak hanya
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional masjid namun juga dikembangkan dengan adanya usaha masjid.
Sehingga jumlah dana masjid yang dimiliki dapat bertambah dan berpotensi dalam menyelesaikan masalah
sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Adapun komponen-komponen pemberdayaan ekonomi adalah:
1. Lembaga atau organisasi pemberdayaan yang berfugsi sebagai wadah yang dibentuk oleh masyarakat
sebagai organisasi dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemberdayaan masyarakat.
2. Partisipasi individu dalam bentuk kelompok pemberdayaan.hal ini sangat diperlukan untuk
mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif dan inovatif, karena pemberdayaan mengacu pada
kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memmanfaatkan akses dan pengendalian terhadap sumber
daya tertentu.
3. Pembiayaan Modal yang merupakan penyaluran dana. Menggunakan istilah pembiayaan karena
penyaluran dana yang dilakukan secara bertahap dan bersifat produktif.
4. Pendampingan yang merupakan fasilitator dalam proses pemberdayaan. Oleh karena itu proses
tersebut sangat penting karena anggota pemberdayaan terkadang memiliki rantai ketidakberdayaan sehingga
memerlukan pihak lain yang berfungsi sebagai pemberi solusi.
5. Pendidikan dan pelatihan. Dalam proses pemberdayaan proses belajar dibutuhkan untuk memupuk
pengetahuan kelompok pemberdayaan masyarakat (Suryanto & Saepulloh, 2016, hal. 11).
Adanya bangunan masjid di tengah-tengah masyarakat sudah dipastikan selalu melaksanakan kegiatan,
dengan keberadaan masjid bisa mendapatkan sumber dana yang berasal dari masyarakat antara lain, dari zakat,
infaq, sedekah, wakaf, donatur, sumbangan dari pemerintah, sumbangan dari instansi swasta, dan lain
sebagainya. Adanya Sumber dana tersebut harus dikelola oleh pengurus masjid untuk kesejahteraan masjid dan
jamaah. Namun dalam pemanfaatan dana masjid tersebut, seringkali tidak efektif dikarenakan sebagian besar
dana yang dimiliki masjid hanya diorientasikan untuk kegiatan operasional masjid, pembangunan fisik serta
pemeliharaannya. Sementara pemanfaatan untuk kegiatan selain itu jumlah dana yang dianggarkan sangat
minim sehinga tidak bisa berkembang dalam pembangunan ekonomi sosial umat Islam.

PERMASALAHAN PEMBERDAYAAN EKONOMI BERBASIS MASJID DI KOTA


SEMARANG Sunan Baedowi1 , Suwarno Widodo2 , Rasiman3 , Muhammad Prayito4 , Andi
Priyolistiyanto5 1Universitas PGRI Semarang
350 Masjid Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada di mana sajada berarti
sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan 349 dalam
sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat
sembahan". Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita
dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara
luas. Masjid pertama dibangun ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia memutuskan untuk
membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi.
Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid
Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw[1]. Masjid Nabawi menjadi
jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota, menentukan
strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat
tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin. a. Fungsi Masjid Masjid mempunya berbagai fungsi antara
lain sebagai berikut. 1) Sebagai tempat ibadah 2) Tempat kegiatan bulan Ramadhan 3) Tempat amal 4) Pusat
kegiatan masyarakat 5) Sebagai tempat Pendidikan 6) Kegiatan dan pengumpulan dana 7) Pemberi Bantuan 8)
Musyawarah konflik sosial

Fungsi dan Peran Masjid Saat Ini Menurut hemat penulis setidaknya terdapat 5 fungsi masjid
sebagaimana digambarkan pada masa awal Islam yang dapat dikembangkan saat ini, yaitu : 1. Masjid sebagai
Bait Allah, artinya masjid adalah rumah ibadah kepada Allah yang merupakan inti dari kegiatan ta’mir masjid.
Fungsi ini merupakan fungsi yang sudah tentu berjalan dibarisan terdepan dalam aktivitas yang dilakukan di
dalam masjid. 2. Masjid sebagai Bail al-Ta’lim, artinya masjid merupakan tempat penyelenggaraan pendidikan
keagamaan, pusat dakwah dan sebagai tempat transformasi pemahaman keagamaan baik itu berupa pengajian,
pengkajian, dan pendidikan formal yang dilakukan oleh masjid seperti pendirian Majlis Ta’lim, TPA dan
Madrasah Diniyah. 3. Masjid sebagai Bait al-Maal, yaitu masjid menjadi pusat pelaksanaan kegiatan sosial
keagamaan terutama dalam peranan mengorganisir terlaksananya ibadah maliyah seperti ZISWA bagi
kepentingan masyarakat di sekitar masjid yang berasal dari lingkungan masjid itu sendiri. 4. Masjid sebagai
Bait al-Ta’min, artinya masjid memiliki kemampuan dalam memberikan jaminan sosial bagi jama’ahnya. Pada
masyarakat awal Islam, nabi Muhammad memberikan tempat khusus bagi kaum suffah dan menjamin
kehidupan mereka melalui peran masyarakat yang aktif di masjid. 5. Masjid sebagai Bait Al-Tamwil, artinya
masjid memiliki kemampuan untuk menghasilkan dana dari kegiatan usaha yang dilakukannya. Sehingga
masjid dapat berkembang dan secara mandiri memenuhi kebutuhan keuangannya (idaroh almaliyah).

Dalam aspek sejarah, beragam aktivitas Nabi Muhammad SAW selalu menjadikan masjid sebagai
media, baik dalam bidang ekonomi, politik, dakwah dan lainnya.2 . Di masa Rasulullah SAW, masjid bukan
hanya semata-mata sebagai tempat shalat berjamaah, dzikir dan sejenisnya, tetapi pada zaman Rasulullah SAW
masjid merupakan pusat aktivitas sosial dan ekonomi bagi para jamaahnya, melalui dakwah-dakwahnya 3 Pada
masa Rasulullah Saw masalah sosial ekonomi tidak sedikit, karena itu banyak sekali sahabat yang memerlukan
bantuan sosial sebagai resiko dari keimanan yang mereka hadapi dan sebagai konsekuensi dari perjuangan. Oleh
karena itu, pada masa Rasulullah Saw masjid juga difungsikan sebagai baitul mal untuk mengumpulkan zakat,
infaq, sedekah, dan pendapatan publik lainnya, kemudian dari masjid diatur penyalurannya kepada pihak yang
membutuhkan.4 Masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi. Yang dimaksud kegiatan ekonomi, tidak berarti
sebagai pusat perdagangan atau industri, tetapi sebagai pusat untuk melahirkan ideide dan sistem ekonomi yang
islami, yang melahirkan kemakmuran dan pemerataan pendapatan bagi umat manusia secara adil dan berimbang

Anda mungkin juga menyukai