Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KAIDAH AGAMA DALAM PRAKTIK KESEHATAN DALAM KASUS

ABORSI
Pengertian Aborsi menurut kesehatan, Pandangan Agama Islam, Kristen
dan Katholik tentang Aborsi, Video tentang kasus aborsi, Upaya yang
dilakukan oleh mahasiswa keperawatan untuk menghindari kasus aborsi

Dosen Pembimbing: Dr. Muntaha, SS., M.Pd.I

Oleh :

CINDY NOVITASARI RAHAYU (201214201747)


ARDA CAKRA BIRAWA (201214201785)
MASNUNAH RAHMAWATI (201214201760)
STEFANNY FLORENSA CRISTIANA HUNHAN (201214201774)
KARISMA MEILIA PUTRI (201214201755)

KEPERAWATAN IA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “KAIDAH
AGAMA DALAM PRAKTIK KESEHATAN DALAM KASUS ABORSI, pengertian
Aborsi menurut kesehatan, pandangan Agama Islam, kristen dan katholik
tentang Aborsi, video tentang kasus aborsi, upaya yang dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan untuk menghindari kasus aborsi”. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang “KAIDAH AGAMA DALAM PRAKTIK
KESEHATAN DALAM KASUS ABORSI, pengertian Aborsi menurut kesehatan,
pandangan Agama Islam, kristen dan katholik tentang Aborsi, video tentang
kasus aborsi, upaya yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan untuk
menghindari kasus aborsi”. Saya mohon maaf apabila makalah ini mempunyai
banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun
kami.

Malang, 12 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................4
BAB II TIJAUAN KONSEP.............................................................................................5
2.1. Aborsi................................................................................................................5
2.2. Jenis – jenis Aborsi.........................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................7
3.1.Kaidah Agama Dalam Praktik Kesehatan Dalam Kasus Aborsi...................7
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................16
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menjalani kehamilan adalah suatu yang sangat di idam-idamkan oleh
kebanyakan perempuan diseluruh dunia, namun ada juga wanita
yang menjalani kehamilan bukan dijadikan sebagai anugerah tetapi
sebagai cobaan seperti kehamilan yang tidak dikehendaki karena
perkosaan. Seperti terjadinya kehamilan di usia remaja karena faktor
pergaulan bebas, yang pada akhirnya bagi calon ibu tersebut melakukan
aborsi karena ketidaksiapannya Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan remaja melakukan aborsi, diantaranya adalah tidak ingin
memiliki anak karena mengganggu sekolah dan belum siap, tidak
mempunyai cukup uang untuk merawat anak,sudah banyak anak, tidak ingin
memiliki anak tanpa ayah, masih terlalu muda, dan menjadi aib bagi
keluarga. Terlepas dari alasan apapun yang menyebabkan terjadinya
kehamilan tersebut, aborsi dilakukan karena kehamilan tidak
diiinginkan. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara
prematur dariuterus─embrio, atau fetus yang belum dapat hidup. Dengan
kata lain, aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Dalam dunia
kedokteran, aborsi dibagi menjadi dua Pertama, Spontaneous abortion:
gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami. Kedua, induced abortion atau procured abortion:
pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:-
Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan
tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani Dorland. Kamus
Kedokteran, Edisi 29, (Jakarta : EGC, 2002),
sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya, tetapi ini
semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.-
Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang
cacat.-Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-
alasan lain. Aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual

1
dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja
dilakukan oleh berbagai kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh
remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa
yang tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan
kelahiran bayi ke dunia ini. Kelahiran anak yang seharusnya dianggap
sebagai suatu anugerah yang tidak terhingga dari Allah Swt, justru dianggap
sebagai suatu beban yang kehadirannya tidak diinginkan. Ironis sekali
memang, karena di satu sisi terdapat sekian banyak pasangan suami istri
yang mendambakan kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun
masa perkawinan belum mendapatkannya, namun di sisi lain terdapat
pasangan yang membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam
kandungan tanpa pertimbangan nurani kemanusiaan. Aborsi pada dasarnya
adalah fenomena yang hidup dalam masyarakat indonesia. Aborsi dapat
dikatakan sebagai fenomena "terselubung" karena praktik aborsi sering tidak
tampil ke permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku ataupun
masyarakat, bahkan negara.
dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai sosial, budaya, agama
yang hidup dalam masyarakat serta politik. Secara hukum, aborsi diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 283, 299, 346,
348, 349, 535 dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1, 2 dan
1363. Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa tuntutan dikenakan bagi
orang-orang yang melakukan aborsi ataupun orang-orang yang membantu
melakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
intinya hukum formal tersebut mengatur masalah aborsi menyatakan
bahwa pemerintah Indonesia menolak aborsi. Pengecualian diberikan
jika ada indikasi medis sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 dan Pasal 80. Selain itu,masalah
aborsi juga terkait dengan Sumpah Dokter Indonesia yang antara lain
menyatakan bahwa dokter akan menghormati setiap kehidupan. Keberadaan
praktik aborsi kembali mendapat perhatian dengan disyahkannya
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan pada
akhirnya tahun 2014 pemerintahan Indonesia kembali mengeluarkan
PP No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi yang isinya bahwa
aborsi legal di Indonesia. Lahirnya PP No. 61 Tahun 2014 ini kembali
menimbulkan kontroversi diberbagai lapisan masyarakat karena

2
adanya pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi dalam praktek medis
mengandung berbagai reaksi. Sebagaimana Pasal 31 menegaskan bahwa
larangan praktik aborsi tersebut dikecualikan apabila:(1)Tindakan aborsi
hanya dapat dilakukan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis; atau b.
kehamilan akibat perkosaan.Hasyim, S
Terlepas dari hukum formal yang mengatur, aborsi merupakan
fenomena yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial budaya agama yang
hidup dalam masyarakat. Dalam konteks Indonesia aborsi lebih condong
sebagai aibsosial dari pada manifestasi kehendak bebas tiap individu. Aborsi
merupakan masalah yang sarat dengan nilai-nilai sosial, budaya, agama,
dan politik. Aturan normatif legal formal menolak aborsi meski masih ada
ruang untuk hal-hal khusus. Aturan normatif sosial-budaya-agama yang
"informal" pada umumnya juga menolak aborsi, meski terdapat variasi dan
kelonggaran di sana-sini.Persoalan aborsi penting untuk dibahas karena
fenomena ini berkaitan erat dengan persoalan hukum dan kesehatan
reproduksi perempuan. DiIndonesia, seperti diketahui bahwa legalisasi
aborsi melalui PP. No 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi
mendapat tanggapan yang berbeda ditengah-tengah masyarakat.
Sebagaimana menurut Muhammadiyah, pengurus Pusat (PP)
Muhammadiyah secara tegas menolak PP No. 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi berdasarkan syariat atau pandangan ajaran
Agama Islam bahwa aborsi tanpa alasan kesehatan(medis) dilarang.
Aborsi menurut sebagian masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) sebagian setuju
terhadap peraturan yang melegalkan aborsi, namun sebagian lain tidak,
sementara sejauh ini NU Kota Medan belum mengeluarkan
rekomendasi khusus tentang Peraturan Pemerintahan tersebut. Sedangkan
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 mengenai pelegalan aborsi bagi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
TentangKesehatan Reproduksi.
perempuan korban pemerkosaan sesuai fatwa Majelis Ulama
Indonesia(MUI) mengenai tindakan aborsi.

3
1.2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pengertian aborsi ?
B. Bagaimana pandangan agama islam tentang aborsi ?
C. Bagaimana pandangan agama kristen tentang aborsi ?
D. Bagaimana pandangan agama katolik tentang aborsi ?
E. Bagaimana pandangan agama hindu tentang aborsi ?
F. Bagaimana resiko aborsi ?
G. Bagaimana tindakan aborsi?

1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian aborsi
B. Untuk mengetahui pandangan agama islam tentang aborsi
C. Untuk mengetahui pandangan agama kristen tentang aborsi
D. Untuk mengetahui pandangan agama katolik tentang aborsi
E. Untuk mengetahui pandangan agama hindu tentang aborsi
F. Untuk mengetahui resiko aborsi
G. Untuk mengetahui tindakan aborsi

BAB II
TIJAUAN KONSEP

4
2.1. Aborsi
A. Definisi Aborsi
aborsi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri
masa kehamilan atau pengguguran kandungan dengan cara
mengeluarkan janinnya (embrio) sebelum memiliki kemampuan utuk
bertahan hidup di luar rahim ibu.
Aborsi adalah menghentikan kehamilan sebelum janin berusia 20
minggu. Secara medis janin tidak bisa bertahan hidup di luar kandungan.
Sebaliknya bila penghentian kehamilan dilakukan saat sudah
memasuki usia di atas 20 minggu maka hal tersebut adalah pembunuhan
janin atau disebut infanticide.
perlu dilakukan pencegahan atau penanggulangannya (Triutomo,
Widjaja, & Amri, 2007).
Bencana adalah gangguan serius yang berdampak langsung
terhadap hidup suatu komunitas atau masyarakat seperti kerugian secara
material, kerusakan lingkungan dan kejadian bencana tersebut
mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengatasi hal tersebut
sesuai dengan sumber daya sendiri(Asian Disaster Reduction,
2009).Fenomena bencana muncul karena adanya komponen pemicu
(trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerability) yang saling
berkaitan sehingga menyebabkan munculnya risiko terhadap komunitas
dalam suatu wilayah (United Nations Development Programme and
Government of Indonesia , 2012).
2.2. Jenis – Jenis Aborsi
1. Abortus Provocatus (Buatan)
Adalah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan secara sengaja.
2. Abortus Artifikalis Therapicus
adalah abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi tentang
medis, yakni apabila tidakan Abortus tidak di ambil maka bisa
membahayakan jiwa seorang ibu.

3. Abortus Provocatus Kriminalis

5
adalah abortus yang dilakukan untuk menyelamatkan janin dalam
kandungan akibat hubungan seksual di luar nikah atau mengakhiri
kehamilan yang tidak di kehendaki seorang ibu.
4. Abortus Spontaneous (tidak disengaja)
Adalah apabila ibu mengalami trauma yang begitu berat akibat penyakit
menahun, kondisi patogolis, dan kelainan pada saluran reproduksi.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. KAIDAH AGAMA DALAM PRAKTIK KESEHATAN DALAM KASUS


ABORSI
a) Pengertian Aborsi Menurut Kesehatan
aborsi adalah keluarnya produk konsepsi (plasenta, selaput janin dan
janin) secara prematur dari rahim ibu.
Aborsi terjadi secara tidak spontan dan tidak disengaja ialah di sebut
dengan keguguran. Sedangkan aborsi yang terjadi dengan secara
sengaja di sebut dengan aborsi induksi tau nama lainnya adalah abortus
provocatus.
Dari segi medis menurut Sofoewan aborsi atas indikasi medis disebut
aborsi terapeutik, adalah aborsi yang dilakukan sebelum janin mampu
untuk hidup demi untuk kesehatan ibu tersebut.
 Klasifikasi Aborsi Dalam Dunia Kesehatan
1. Spontaneous Abortion
Gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma karena
kecelakaan dan sebab-sebam alami.
2. Induced abortion atau procured abortion
Adalah pengguguran kandungan yang disengaja
3. Therapeutic Abortion
adalah pengguguran yang dilakukan karena kehamilan dan
mengancam kesehatan jasmani atau rohani ibu, kadang dilakukan
dengan cara pemerkosaan.
4. Eugenic Abortion
Pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang mempunyai
janin yang cacat.
5. Elective Abortion
Pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan yang lain
 Penyebab Abortus
1. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat di kenal bahwa usia yang aman
untuk kehamilan dan persalinan seorang perempuan adalah usia 20-
30 tahun.

7
Kematian maternal seorang perempuan hamil dan melahirkan pada
usia di bawah umur 20 tahun. Ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada umur 20-29 tahun.
Kematian maternal kembali meningkat sesudah umur 30-35 tahun.
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
begitu matang, selain pendidikan pada umummnya rendah dan ibu
yang masih muda masih tergantung kepada orang lain.
Keguguran sebagaian dilakukan dengan cara sengaja untuk
menghilangkan kehamilan remaja yang tidak ingin dikehendaki.
Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tega nonprofesional dapat
menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi pada alat reproduksi yang akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan pada seorang perempuan.
Abortus yang terjadi pada remaja karena mereka belum matured dan
mereka juga memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita
dewasa.
Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah
berpengalaman, tetapi kondisi badannya dan kesehatannya sudah
mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi intra uterin.
2. Paritas ibu
Anak yang lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan yang ada pada
rahim biasanya sudah lemah.
Paritis 2-3 merupakan paritis yang paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka kematian
maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi juga
kematian materal.
Resiko pada paritas yang ke 1 dapat di tangani dengan asuhan
obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau di cegah dengan cara keluarga berencana. Sebagaian
kehamilan pada paritas yang tinggi adalah tidak di rencanakan.
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin yang kurang baik, persalinan yang lama dan

8
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik.
Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang berdekatan di bawah
dua tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester ke III, termasuk juga karena alasan
anemia, plasenta previa dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi yang beratnya rendah.
4. Riwayat kehamilan yang lalu
Menurut Easmant dan Malpas kemungkinan terjadi abortus lagi pada
seorang wanita adalah 73 % dan 83,6%. Sedangkan, warton,fraser,
dan liewellyn jones memberikan prognosis dengan lebih baik yaitu
25,9 % dan 39%.
 Dampak Dan Resiko Aborsi
1. Endometritis
Endometritis adalah kondisi dimana terjadi peradangan pada lapisan
rahim yang juga diakibatkan karena infeksi. Wanita yang masih
berada di usianya remaja dan melakukan aborsi akan lebih rentan
terkena endometritis.
2. Sepsis
Sepsis merupakan kondisi medis yang serius dimana terjadi
peradangan di seluruh tubuh yang disebkan oleh infeksi tersebut.
Sepsis atau septicaemia merupakan penyakit yang mengancam
kehidupan yang dapat terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap
infeksi tersebut.
3. Infeksi
Selain pendarahan, wanita yang melakukan aborsi juga dapat terjadi
infeksi dengan peluang lebih tinggi. Infeksi ini terjadi di leher rahim,
karena leher rahim yang melebar selama proses aborsi akibat
penggunaan obat yang diinduksikan.
Gejala infeksi setelah melakukan aborsi adalah nyeri otot, pusing,
sakit kepala, dan sensasi di badan tidak enak.
4. Pendarahan vagina berat
Dampak buruk dari aborsi adalah pendarahan vagina yang berat
disertai demam yang tinggi, serta gumpalan jaringan janin dari rahim
1 dari 1000 kejadian aborsi mengalami pendarahan yang berat.

9
Pendarahan yang hebat bisa berarti:
 Ada gumpalan darah atau jaringan yang lebih besar dari
bola golf.
 Berlangsung selama 2 jam bahkan lebih.
 Pendarahan berat selama 12 jam yang berturut-turut.
 Aliran darah yang deras sehingga membutuhkan anda
untuk mengganti pembalut yang lebih dari 2 kali.
5. Infeksi peradangan panggul
merupakan masalah yang dapat meningkatkan resiko kehamilan
ektopik ataau bisa mengurangi kesuburan seorang perempuan di
masa depan setelah melakukan tindakan aborsi.
Kondisi ini juga dapat berpotensi besar mengancam nyawa seorang
perempuan. Gejala dari infeksi peredangan panggul dapat dirasakan
dalam waktu 4 minggu setelah melakukan aborsi tersebut.
6. Kematian
Pendarahan yang hebat, infeksi yang parah, emboli paru, dan
kehamilan ektopik yang tidak terdiagnosis merupakan beberapa
contoh penyebabnya utama dari kematian ibu yang terkait aborsi
dalam seminggu setalah melakukannya.
Studi pada tahun 1997 di Negara Finlandia melaporkan bahwa
perempuan yang aborsi yang berisiko empat kali lipat lebih mungkin
untuk meninggal akibat kondisi kesehatan di tahun yang akan dating
daripada wanita yang melanjutkan kehamilan mereka yang cukup
umur.
Penelitian ini menemukan bahwa perempuan melakukan aborsi
mengalami peningkatan resiko kematian yang amat lebih besar dari
bunuh diri dan sebagai korban pembunuhan oleh anggota keluarga
maupun pasangan daripada perempuan yang melanjutkannya dengan
hamil hingga 9 bulan.
 Penyebab Tindakan Dalam Aborsi
1. Faktor janin
Kondisi janin yang mengalami kelainan saat berada dalam kandungan
merupakan salah satu penyebabnya mengapa seseorang melakukan
aborsi. Kelainan tersebut dianggap akan mengganggu kehidupan

10
sang anak, misalkan kelainan ginetik pada anak tersebut adalah cacat
fisik dan lain-lain.
2. Faktor kesehatan ibu hamil
Kondisi kesehatan ibu hamil juga merupakan faktor penyebab
dilakukannya tindakan aborsi tersebut. Misalkan ibu hamil memiliki
penyakit kandungan yang membahayakan nyawa ibu tersebut.
3. Faktor lainnya
Faktor lainnya merupakan menjadi penyebab dilakukannya tindakan
aborsi. Misalkan faktor sosial, ekonomi, faktor psikologis ibu hamil
akibat pemerkosaan dan lain-lain.
b) Pandangan Agama Islam Tentang Aborsi
1. Proses penciptaan manusia menurut islam
Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan
dua tahapan yang berbeda. Tahapan pertama adalah tahapan
primordial dan tahapan kedua adalah tahapan biologi.
1. Tahapan Primordial
Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan
pertama kali dari saripati tanah dan diberikan ruh hingga
bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini dijelaskan dalam
beberapa ayat berikut :
 QS Al An’am (6) : 2
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah,
sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-
Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya),
kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu).
 QS Shaad (38) : 71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.”
 QS Al-Hijr (15) : 28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari

11
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.
2. Tahapan Biologi
Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui
proses biologis yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia
beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini
membedakan hakikat manusia menurut islam dengan
makhluk lainnya yang tidak memiliki ruh dan akal untuk
mengambil keputusan saat dewasanya. Proses tersebut
adalah sebagai berikut :
 Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air
mani)
 Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
 Alaqah (darah yang beku menggantung di
rahim)
 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut
dengan tulang belulang)
 Ditiupkan ruh

 Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang


paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: “Kami
menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala
sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang
terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat
tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
 Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan
bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya,
banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam
kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang
membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

   Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan


Allah yang mulia.

12
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan.
Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan
hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya
Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)
 Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan
membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa
sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap
nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar.
Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan
hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)
 Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan
alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan
kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum
memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran
mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan
janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)
 Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti
melawan terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi
yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi
dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah
“abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan
kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-Quran

13
menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang
berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat
bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau
disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang,
atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia
dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS
5:36)
   Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah
mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah
sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih
mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur
tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS:
53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang
dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
 Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan
“kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk
adalah merupakan rencana Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi
segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi
secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah:
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut
kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami
keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5)
Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat
yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur
kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!
 Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah
menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar
nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi
kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam
sangat tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi

14
Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud
– tidak memerintahkan seorang wanita yang hamil diluar
nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah
kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan
berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.”.
Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia
berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku?
Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik
Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika
kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika
wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus)
kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi,
hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi
karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus dipertahankan
sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
c) Pandangan Agama Kristen Terhadap Aborsi
Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk
mengerti dengan jelas, betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas
pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
 Pertama : Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam
kandungan itu belum memiliki nyawa. 
Kej 16:11 dan Kej 25:21-26 ~ Selanjutnya kata Malaikat
Tuhan itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya
Ismael, sebab Tuhan telah mendengar tentang penindasan
atasmu itu. ~ Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya,
sebab isterinya itu mandul; Tuhan mengabulkan doanya,
sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-
anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata:
“Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?” Dan ia pergi
meminta petunjuk kepada Tuhan. Firman Tuhan kepadanya:
“Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa
akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu
akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan
menjadi hamba kepada anak yang muda.” Setelah genap

15
harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam
kandungannya. Keluarlah yang pertama, warnanya merah,
seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai
Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang
tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam
puluh tahun pada waktu mereka lahir.
 Hos 12:2-3 dan Rom 9:10-13~ Efraim menjaga angin, dan
mengejar angin timur sehari suntuk, memperbanyak dusta
dan pemusnahan; mereka mengadakan perjanjian dengan
Asyur, dan membawa minyak kepada Mesir. Tuhan
mempunyai perbantahan dengan Yehuda, Ia akan
menghukum Yakub sesuai dengan tingkah lakunya, dan akan
memberi balasan kepadanya sesuai dengan perbuatan-
perbuatannya. ~ Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang
lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari
Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum
dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, -
supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan,
bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilanNya – dikatakan kepada Ribka: “Anak yang tua
akan menjadi hamba anak yang muda.” Seperti ada tertulis:
“Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.”
   Kel 21-22 ~ pada Bab 21 dan 22 dibahas Tentang hak
budak Ibrani (Kel 21:1-11); Peraturan tentang jaminan nyawa
sesama manusia (Kel 21: 12-36) ; Peraturan tentang jaminan
harta sesama manusia (Kel 22:1-17); Peraturan tentang dosa
yang keji (Kel 22:18-20); Peraturan tentang orang-orang yang
tidak mampu (Kel 22:21-27); dan Berbagai-bagai peraturan
(Kel 22:28-31).
 Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim
ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau
keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
 Yes 7:14 ~ Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan
memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya,

16
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
 Yes 44:2,24 ~ Beginilah firman Tuhan yang menjadikan
engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan
yang menolong engkau: Janganlah takut, hai hambaKu
Yakub, dan hai Yesyurun, yang telah Kupilih! ….Beginilah
firman Tuhan, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak
dari kandungan; “Akulah Tuhan, yang menjadikan segala
sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang
menghamparkan bumi – siapakah yang mendampingi Aku?
d) Pandangan Agama Katolik Tentang Aborsi
 Dalam ensiklik Evangelium Vitae (EV) yang dipromulgasikan
pada tanggal 25 Maret 1995, Paus Yohanes Paulus II
menjelaskan bahwa perbuatan yang paling jahat adalah
aborsi karena melanggar kehidupan. Ia menjelaskan bahwa
segala kejahatan yang dapat dilaksanakan manusia melawan
kehidupan terutama aborsi. Tetapi dewasa ini banyak orang
mulai meredupkan penilaian beratnya kejahatan itu.
Kesadaran moral mulai menipis sehingga banyak orang tidak
mampu membedakan antara baik dan buruk. Hak manusiawi
pun mulai dipertaruhkan. Oleh karena itu, diperlukan
keberanian untuk menetapkan kebenaran sehingga keluarga-
keluarga Katolik tidak jatuh pada sikap kompromistis. Paus
mengutip teguran Nabi Yesaya: “Celakalah mereka yang
menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang
mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi
kegelapan” (Yes. 5:20).

 Paus Yohanes Paulus II kemudian menyebutkan adanya


hubungan yang dekat antara kontrasepsi dan aborsi.
Kontrasepsi menentang kebenaran sejati tentang hubungan
suami istri, sedangkan aborsi menghancurkan kehidupan
manusia. Kontrasepsi menentang kebajikan kemurnian di
dalam perkawinan, sedangkan aborsi menentang kebajikan
keadilan dan merupakan pelanggaran perintah “Jangan
membunuh” (EV 13). Aborsi dan kontrasepsi sebenarnya
berasal dari pohon yang sama, berakar dari mental hedonistik
yang tidak mau menanggung akibat dalam hal seksualitas,
berpusat pada kebebasan yang egois, yang menganggap

17
prokreasi sebagai sesuatu beban untuk pencapaian kepuasan
pribadi (personal fulfillment).
 Paus Yohanes Paulus II menyebutkan mentalitas sedemikian
mendorong bertumbuhnya “culture of death” di dalam
masyarakat, yang pada dasarnya menentang kehidupan (EV
24, 26, 28). Dalam mentalitas ini, janin, bayi, anak-anak, pun
orang tua yang sakit-sakitan dianggap sebagai ‘beban’
sehingga muncullah budaya aborsi dan euthanasia. Ini adalah
hal yang sangat memilukan. Seharusnya, manusia memilih
kehidupan seperti yang diperintahkan Allah, “Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan Allahmu,
mendengarkan suara-Nya dan berpaut kepada-Nya….” (Ul
30:19-20).
 Konsili Vatikan II dalam konstitusi Gaudium et Spes 27
mengatakan, “Selain itu apa saja yang berlawanan dengan
kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana
pun juga, penumpasan suku, pengguguran (aborsi),
eutanasia atau bunuh diri yang disengaja; apa pun yang
melanggar keutuhan pribadi manusia, …. apa pun yang
melukai martabat manusia, seperti kondisi-kondisi hidup yang
tidak layak manusiawi, pemenjaraan yang sewenang-wenang,
pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran,
perdagangan wanita dan anak-anak muda; begitu pula
kondisi-kondisi kerja yang memalukan, sehingga kaum buruh
diperalat semata-mata untuk menarik keuntungan…. itu
semua dan hal-hal lain yang serupa memang perbuatan yang
keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi,
perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang
melakukannya, dari pada mereka yang menanggung ketidak-
adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang
Pencipta.”
 Gaudium et Spes menyejajarkan tindakan aborsi dengan
tindakan yang melawan kehidupan seperti bunuh diri,
eutanasia, penumpasan suku. Secara tegas aborsi menjadi
tindakan yang jahat dalam dirinya sendiri karena mencoba
untuk meniadakan kehidupan yang berasal dari Allah.
Gaudium et Spes mengangkat pentingnya nilai hidup dalam
martabat manusia. Aborsi bertentangan dengan nilai hidup.
Maka dari itu aborsi juga tidak menghargai martabat manusia.
Maka konsekuensi dari aborsi yang dilegalkan adalah
terancamnya martabat manusia, hidup manusia, dan tentu
saja kemanusiaan itu sendiri.
 Pandangan Kitab Suci sangat kuat mengatakan bahwa sejak
dari kandungan, seseorang sudah sangat berharga dan
merupakan ciptaan yang dikasihi oleh Tuhan. Kitab Yesaya
mengatakan bahwa “Beginilah firman TUHAN yang
menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari
kandungan dan yang menolong engkau…”(Yes 44:22). Nabi
Yesaya bahkan mengatakan bahwa ia sudah dipanggil sejak
dikandung. “TUHAN telah memanggil aku sejak dari
kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku….

18
Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak
dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk
mengembalikan Yakub kepada-Nya…” (Yes 49:1.5). Refleksi
Yesaya akan eksistensi ‘manusia sebelum dilahirkan’ sangat
mendalam sehingga mengatakan bahwa tugas mulia yakni
panggilan untuk menjadi pewarta sudah ada sejak dari dalam
kandungan.
 Pengalaman yang hampir sama dialami oleh Yeremia.
Sebagai seorang yang masih sangat muda, ia merasa tidak
layak untuk menjadi pewarta. Namun ia diteguhkan oleh
Tuhan yang bersabda, “Sebelum Aku membentuk engkau
dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan
sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau
menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5)
 Dalam kekagumannya melihat segala misteri yang terjadi di
alam dan dalam dirinya, Sang Pemazmur dengan nada yang
agung berdoa, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku….
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan
di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-
bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku
bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”
(Mzm 139:13.15-16). Bagi Sang Permazmur sebelum
dilahirkan, manusia sudah sangat berharga di mata Allah.
 Dengan nada yang hampir sama, St Paulus mengatakan,
“Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan
ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan
menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi,
maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada
manusia” (Gal 1:15-16). Santo Paulus merefleksikan bahwa
penyertaan Allah tidak datang tiba-tiba, melainkan sejak
seseorang dibentuk dalam kandungan.
 Maka pada akhirnya, aborsi adalah tindakan melanggar cinta
Allah. Melakukan aborsi adalah membunuh manusia yang
dibentuk, dicintai, dan diinginkan oleh Allah. Dasar dari
kesalahan terbesar aborsi ada pada pembunuhan yang jelas
menjadi tindakan yang bertolak belakang dengan moral Kitab
Suci, “Jangan membunuh!” (Kel 20: 13; Ul 5:17; Mat 5:21-22;
19:18). Janin adalah juga manusia yang hidup. Moral Kitab
Suci mengajarkan kita untuk menghargai kehidupan dan
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat 22:36-40;
Mrk 12:31; Luk 10:27; Rom 13:9, Gal 5:14).
 Aborsi adalah dosa kesombongan yang paling besar. Dengan
aborsi, orang menempatkan diri lebih tinggi dari Allah.
Melakukan aborsi sama dengan mengambil-alih peranan
Allah yang berkuasa atas hidup dan mati manusia. Aborsi
melawan Allah, karena aborsi menggagalkan karya Allah.

e) Pandangan Agama Hindu Tentang Aborsi

19
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang
disebut “Himsa karma”yakni salah satu perbuatan dosa yang
disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh
dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan
nyawa”mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan
melekat pada jabang bayisekalipun masih berbentuk gumpalan yang
belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi
pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang
Widhi. Dalam“Lontar Tutur Panus Karma”, penciptaan manusia yang
utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya
sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”. Selanjutnya Lontar itu
menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I
Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian,
sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom. Ketika
cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama
menjadi masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen.
Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai :
Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya
“saudara yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang
Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan
membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang
jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau
roh dalam tubuh bayi.

Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan


menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda
1.114.7 menyatakan : “ Ma no mahantam uta ma no arbhakam”
artinya : Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi.
Atharvaveda X.1.29 :“ Anagohatya vai bhima” artinya : Jangan
membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29: “ Ma
no gam asvam purusam vadhih” artinya : Jangan membunuh
manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah
mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena
Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan
istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul
selamanya.

Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau
dalam falsafah Hindu sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan
dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun dalam
Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu
adalah “Dharmasampati” artinya perkawinan adalah sakral dan suci
karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain adalah re-
inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani
kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu
dengan Tuhan atau dalam istilah Theology Hindu disebut sebagai
“Amoring Acintya” .

Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda
dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan)
adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan
memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai

20
tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk
kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang
penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri
dalam bentuk pengekangan hawa nafsu. Pasangan suami-istri yang
mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya
melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata
bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang
baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam
Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya
direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih
dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu
Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi
dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus
dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh kasih
sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang
marah, sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku
anak yang lahir kemudian. Oleh karena hubungan sex terjadi melalui
upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk memperoleh
anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal
dan tidak dibenarkan.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu agama pun yang menyetujui
diadakannya aborsi. Karena aborsi merupakan suatu tindakan
pembunuhan yang menimbulkan dosa, melanggar perintah dari
Tuhan untuk menjaga dan memelihara anak –  anak karunianya.

f) Tindakan Aborsi

Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:

1. Aborsi dilakukan sendiri

Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan


obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan
perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan
janin.

2. Aborsi dilakukan orang lain


Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak.
Cara-cara yang digunakan juga beragam.
g) Membahas kasus aborsi

h) Upaya yang dilakukan mahasiswa keperawatan untuk


menghindari kasus aborsi
Yaitu dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat, remaja dan kesekolah-sekolah.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Aborsi merupakan perbuatan yang berkaitan dengan janin yaitu
pengguguran janin ibu hamil yang dikeluarkan secara paksa baik janin itu
sudah terbentuk sempurna maupun belum sempurna. Namun, pada pokok
inti pembahasan ini adalah mengenai aborsi yang dilakukan oleh perempuan
korban perkosaan. Pada dasarnya aborsi ini dilarang, namun didalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan
didalam pasal 75 yang pada intinya aborsi itu boleh dilakukan apabila
kehamilan tersebut mengancam keselamatan ibu atau janinnya dalam
keadaan darurat dan kehamilan bagi korban perkosaan menyebabkan
trauma psikologis. Akan tetapi hal tersebut harus benar-benar diperhatikan
bahwa kehamilan tersebut berbahaya bagi ibu yang hamil tersebut.
Khususnya mengenai aborsi yang dilakukan bagi korban perkosaan harus
memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan aborsi yangtelah dijelaskan
didalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi dengan jangka waktu yang ditetapkan yaitu 40
(empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

22
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.

Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi
di Indonesia. http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm, akses
tanggal 15 oktober 2008, 17:34.

Anik Listiyana. 2011. Aborsi Dalam Tinjauan Etika Kesehatan, Perspektif Islam,
dan Hukum di Indonesia. Jurnal Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki
Malang

23

Anda mungkin juga menyukai