Anda di halaman 1dari 3

Perspektif Kesehatan Mental Saat ini: Paradigma Biopsikososiospiritual

Oleh:
Maria Helena Suprapto, S. Psi, M. Psi, Psikolog

Selama ini kesehatan mental individu hanya dipandang dari sudut


pandang biopsikososial. Seorang individu yang sehat diartikan sebagai
orang yang secara biologis sehat, atau dapat dikatakan sehat jasmani;
secara psikologis sehat; dan secara sosial sehat, artinya ia mampu
bergaul, berelasi, atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Namun, ketentuan kesehatan mental sekarang mengalami perubahan,
individu yang sehat mental tidak hanya dipandang dari sudut pandang
biopsikososial, tetapi dipandang dari sudut pandang
biopsikososiospiritual. Sebuah sudut pandang yang baru yang
menekankan pentingnya aspek spiritual seseorang dalam menentukan
kesehatan mental individu.
Spiritualitas adalah suatu konsep yang tidak terikat dengan ajaran agama
tertentu. Spiritualitas menandakan hubungan individu dengan pribadi
yang lebih tinggi daripada individu tersebut. Pribadi yang lebih tinggi
tersebut dalam agama Kristiani adalah Tuhan. Konsep spiritualitas sering
kali dihubungkan dengan pencarian makna hidup, bagaimana cara hidup
individu, dan bagaimana individu merasa terhubung dengan Tuhan.
Konsep spiritualitas ini berbeda dengan agama, dan religiusitas. Agama
menentukan ritual-ritual, praktek-praktek ibadah, kebaktian yang harus
diikuti, sedangkan religiusitas lebih pada bagaimana individu hidup sesuai
dengan ajaran agamanya. Konsep religiusitas diutarakan oleh Glock dan
Stark (1962) sebagai konsep multi-dimensional yang terdiri dari lima
dimensi. Lima dimensi itu adalah: Dimensi keyakinan (belief dimension),
dimensi ritual (ritual dimension), dimensi intelektual (intelectual
dimension), dimensi pengalaman (experiential dimension), dan dimensi
konsekuensial (consequential dimension).

Paradigma biopsikososiospiritual menekankan pentingnya keseimbangan


dalam diri manusia yang terkait dengan segi biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual. Menurut Meier, Minirth, dan Wichern (1985), kesehatan
individu dapat dicapai apabila tercipta relasi yang sehat antar individu
dengan dirinya, individu dengan orang lain, dan individu dengan Tuhan.
Berdasarkan Alkitab dan sejarah manusia, hanya tiga orang yang betul-
betul memiliki kesehatan mental yang utuh yaitu sehat, normal, dan tidak
berdosa yaitu Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh ke dalam dosa, dan
Yesus sendiri. Namun, sejak manusia jatuh ke dalam dosa, kesehatan
mental menurut psikologi modern adalah suatu kondisi di mana individu
memiliki kapasitas fisik, intelektual, dan emosional yang prima; mampu
beradaptasi dengan lingkungan, memiliki rasa percaya diri; rasa humor;
memiliki tujuan hidup; mampu berelasi dengan baik dengan beragam
orang; serta mampu menyeimbangkan berbagai aspek hidupnya. Definisi
ini melupakan pentingnya aspek spiritualitas dalam diri individu.
Paradigma biopsikososiospiritual kembali menekankan akan pentingnya
keseimbangan kondisi spiritual dan aktivitas keagamaan dalam diri
individu. Keseimbangan antara membaca sabda Tuhan, berdoa, bersaksi,
dan terlibat aktif dalam Christian fellowship, perlu dikelola dengan baik
untuk mencapai kondisi sehat mental. Selain itu, paradigma ini juga
menekankan akan pentingnya relasi individu dengan Tuhan sebagai salah
satu indikator kesehatan mental. Salah satu contohnya, kebiasaan
membaca Alkitab selain diartikan sebagai usaha untuk menjalin relasi
yang lebih dekat dengan Tuhan, kebiasaan itu juga mampu membuat
individu lebih sehat mental. Mengapa demikian? Sabda Tuhan apabila
dibaca dan direnungkan setiap hari, dapat menciptakan rasa damai,
tenteram, sukacita di dalam hati individu tersebut, seperti yang dikatakan
dalam Filipi 4:7 “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” . Dengan adanya
rasa damai di dalam hati individu, ia dapat mengembangkan relasi yang
sehat dengan sesama, dan dengan dirinya sendiri.

Aspek lain yang juga menentukan kesehatan mental individu adalah


sejauhmana individu tersebut berserah kepada Tuhan, atau memilih
untuk hanya bersandar pada kemampuannya sendiri. Dalam menghadapi
permasalahan, individu yang lebih memilih untuk bersandar pada dirinya
sendiri, sering kali menemukan jalan buntu, atau mengambil keputusan
yang salah. Kegagalan dalam menyelesaikan permasalahan ini dapat
mengakibatkan individu merasa semakin frustrasi, merasa gagal, dan
mulai menyesali apa saja tindakan yang telah ia lakukan. Individu yang
sehat mental mampu berserah dan bersandar kepada Tuhan, dan
mempersilahkan Tuhan untuk menuntun jalan hidupnya.
Kepasrahan kepada Tuhan ini tidak serta-merta muncul begitu saja.
Individu perlu belajar untuk bersandar pada Tuhan sebagai satu-satunya
pegangan hidupnya, dan tidak mengandalkan dirinya, atau bergantung
kepada orang lain. Individu yang sehat adalah individu yang mampu
menyerahkan hidupnya dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya, dalam
mengatasi segala permasalahannya. Kepercayaan dan kepasrahan kepada
Tuhan nampak seperti Daud yang menyerahkan segala persoalannya ke
dalam tangan Tuhan dalam Mazmur 59:10 “Ya kekuatanku, aku mau
berpegang padaMu, sebab Allah adalah kota bentengku.” Sabda Tuhan
kepada umat Israel dalam Keluaran 19:5 mengingatkan kita akan janji
Tuhan untuk menjadikan kita harta kesayangannya, apabila kita selalu
setia dan menjalin relasi yang intim dengan Tuhan, “Jadi sekarang, jika
kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada
perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari
antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.” Akhir
kata, ingatlah ketika Anda sedang memiliki masalah, ingatlah untuk
mencoba berserah kepada Tuhan, sebab jika Tuhan sendiri berada di
pihak kita siapakah lawan kita?

Sebagai penutup, semoga artikel ini dapat mulai membantu Anda untuk
mengevaluasi kembali apakah arti dan kriteria sehat mental saat ini. Hal
yang terpenting adalah apakah Anda sudah sehat mental? Apa saja
usaha-usaha Anda untuk menjadi sehat mental? Selamat berjuang untuk
menjadi individu yang sehat mental.

Anda mungkin juga menyukai