Makalah Kel. 3 Audit-Dikonversi
Makalah Kel. 3 Audit-Dikonversi
Makalah Ini Ditulis dan Disajikan Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
S-1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PALOPO
2019/2020
1
PRA KATA
Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas kasih
dan sayangnya memberikan pengetahuan,kemampuan dan kesempatan kepada
penyusun sehingga mampu meyelesaikan penyusunan makalah ini.makalah ini
ditulis sebagai tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Penyusun
meyadari,dalam penulisan makalah ini masih ada kemukinan kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun,untuk itu,masukan yang
bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk semakin membebenih
kekuragannya
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini serta teman teman dan semua pihak yang telah membantu,kami
ucapkan terimakasih,semoga makalah ini dapat berguna,sebagai karya dari kita dan
untuk semua amin.
PENYUSUN
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….......... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1) Apa yang dimaksud dengan pengendalian tindakan beserta uraiannya?
2) Apa yang dimaksud dengan pengendalian personel beserta uraiannya?
3) Apa yang dimaksud dengan pengendalian budaya beserta uraiannya ?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang pengendalian tindakan beserta uraiannya.
2. Memahami tentang pengendalian personel beserta uraiannya.
3. Mengetahui tentang pengendalian budaya dan uraiannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Pembatasan Perilaku
Merupakan bentuk pengendalian tindakan yang bersifat “negatif” atau
“memaksa”. Pembatasan dapat dilakukan secara fisik atau administratif.Pembatasan
fisik, termasuk mengunci meja, memasang kata sandi dalam komputer, membatasi
akses karyawan ke daerah tertentu dan lain-lain. Pembatasan ini lebih diperlukan dalam
kegiatan sehari-hari seperti pada penjualan eceran.Pembatasan administratif mencakup
pembatasan otoritas dalam pengambilan keputusan. Manajer senior biasanya
melakukan ini untuk meminimalkan risiko sumber daya yang akan ditanggung oleh
karyawan yang tidak dapat melakukan pekerjaan secara efektif. Bentuk umum lain
dalam pembatasan administratif merujuk pada pemisahan tugas. Hal ini meliputi
pemisahan tugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang perlu penanganan
khusus.Terkadang pembatasan fisik dan administratif dapat dikombinasikan dengan
istilah poka-yokes yang dirancang menjadi foolproof. Poka-yoke adalah tahapan yang
dibagun ke dalam sebuah proses untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari urutan
tahapan yang benar.
2. Penilaian Pratindakan
Penilaian pratindakan mencakup adanya penyelidikan kritis terhadap rencana
tindakan dari para karyawan yang dikendalikan. Bentuk umum dari penilaian ini
berlangsung selama proses perencanaan dan penganggaran yang ditandai oleh
berbagai level penilaian terhadap tindakan dan anggaran pada level organisasi yang
lebih tinggi.
7
3. Akuntabilitas Tindakan
Akuntabilitas tindakan adalah meminta karyawan untuk bertanggungjawab
atas tindakan yang mereka lakukan. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Mendefinisikan tindakan yang dapat diterima maupun tidak diterima
2) Mengomunikasikan definisi kepada karyawan
3) Observasi terhadap apa yang terjadi
4) Memberikan imbalan kepada tindakan yang baik.
4. Redundasi
Redudansi meliputi penugasan lebih banyak karyawan untuk melakukan
sesuatu tugas dibandingkan jumlah yang sesungguhnya dibutuhkan atau menyediakan
karyawan cadangan untuk meningkatkan terselesaikannya tugas dengan memuaskan.
Redudansi biasa terjadi di fasilitas komputer, fungsi keamanan dan operasi penting
lainnya. Redudansi jarang dipakai karena biayanya mahal.Pengendalian dapat
berjalan baik karenna sama halnya dengan tipe pengendalian lainnya. Pengendalian
tindakan berhubungan dengan satu atau lebih dari tiga masalah dasar pengendalian.
Tabel di bawah menunjukan tipe-tipe masalah yang di akibatkan oleh masing masing
pengedalian tindakan.
8
2.2 Pengendalian Tindakan Dan Masalah Pengendalian
Pengendalian tindakan dapat berjalan baik karena, sama halnya dengan
tipe pengendalian lain, pengendalian tindakan berhubungan dengan satu atau lebih
dari tiga masalah dasar pengendalian. Berikut masalah pengendalian yang
disebabkan oleh jenis pengendalian tindakan, yaitu :Pembatasan perilaku mulanya
efektif untuk menghilangkan masalah motivasional. Karyawan yang mungkin
sempat tergoda untuk terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan dapat
terhindar untuk berbuat demikian.
9
Penerapan redundansi relatif terbatas. Redundansi awalnya efektif dalam
membantu menyelesaikan tugas khusus jika terdapat keraguan mengenai apakah
karyawan yang ditugaskan untuk pekerjaan tersebut benar-benar termotivasi untuk
melakukan pekerjaan secara memuaskan, ataukah ia memang mampu untuk
melakukannya.
10
Sebagian besar pengendalian tindakan bertujuan untuk mencegah perilaku
yang tidak diinginkan, kecuali pengendalian akuntabilitas tindakan. Walau
pengendalian akuntabilitas tindakan di desain untuk memotivasi karyawan agar
berperilaku dengan pantas, tapi tidak dapat dipastikan apakah tindakan yang
pantas itu terus dilakukan hingga bukti dari tindakan tersebut telah terkumpul.
Namun, jika pengumpulan bukti dilangsungkan bersamaan dengan kegiatan, sama
halnya dengan pengawasan langsung, maka pengendalian akuntabilitas tindakan
dapat mendekati keadaan hal-hal tak diinginkan tersebut sesuai dengan yang
diharapkan dapat dicegah.
11
2.4 Kondisi Menentukan Efektivitas Pengendalian Tindakan
Kurangnya pemahaman mengenai tindakan apa yang diinginkan
merupakan kendali yang paling membatasi dilangsungkannya pengendalian
tindakan. Pemahaman mengenai perilaku yang diinginkan dapat dicari atau
dipelajari dengan dua cara. Pertama dengan menganalisis pola tindakan dalam
situasi khusus atau situasi yang mirip sepanjang waktu untuk mengetahui tindakan
apa yang memberikan hasil yang terbaik. Yang kedua atau cara lain perusahaan
untuk dapat mengetahui tindakan apa yang diinginkan adalah dengan
mendapatkan informasi dari orang lain, khususnya untuk keputusan strategis.
Tentu saja, ini merupakan peran utama yang dimainkan oleh konsultan dengan
pengetahuan mendetail akan cara pelaksanaan yang terbaik.
12
Jika beberapa kualitas pengukuran ini tidak dapat dicapai, pengendalian
akuntabilitas tindakan tidak akan efektif dalam membangkitkan perilaku yang
diinginkan. Namun, seperti pengendalian hasil, pengendalian tindakan biasanya
tidak dapat dibuat sempurna, atau setidaknya memerlukan biaya yang cukup besar
untuk membuatnya mendekati sempurna. Akibatnya, perusahaan menggunakan
pengendalian personel dan budaya untuk membantu mengisi kesenjangan yang
ada. Pengendalian ini memotivasi karyawan untuk mengendalikan perilaku
mereka sendiri (pengendalian personel) maupun untuk mengendalikan perilaku
orang lain (pengendalian budaya).
13
Pengendalian personal dapat diimplementasikan melalui seleksi dan
penempatan, pelatihan, dan desain pekerjaan dan resourcing. Dengan kata lain,
menemukan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan tertentu, melatih
mereka, dan memberikan mereka lingkungan kerja yang baik serta sumber daya
yang dibutuhkan, cenderung dapat meningkatkan kemungkinan akan
dilakukannya pekerjaan dengan baik.
14
2) Pelatihan
Adalah cara umum lainnya untuk meningkatkan kemungkinan karyawan
melakukan pekerjaan dengan baik. Pelatihan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat mengenai tindakan atau hasil seperti apa yang diharapkan
oleh perusahaan dan cara terbaik untuk melaksanakan suatu tugas.
Pelatihan dapat juga memberi dampak motivasional yang positif sebab
karyawan dapat diberikan rasa profesionalisme yang lebih besar, dan
mereka sering kali lebih terpancing untuk melakukan pekerjaan dengan
baik jika pekerjaan tersebut mereka pahami.
15
Budaya dibangun di atas tradisi, norma, kepercayaan, nilai, ideologi, sikap,
dan cara berperilaku bersama. Norma budaya mirip sekali dengan peraturan
tertulis dan tidak tertulis yang mengatur perilaku karyawan. Budaya perusahaan
relatif tetap dari waktu ke waktu, meski tujuan dan strategi beradaptasi seperlunya
terhadap perubahan kondisi bisnis. Budaya perusahaan yang kuat dan fungsional
memengaruhi karyawan untuk bekerja sama dalam model yang sinergis. Namun,
hal ini juga menunjukkan bahwa meski pengarahan dan kekompakan memberikan
manfaat tertentu, budaya yang kuat terkadang dapat menjadi sumber terjadinya
inersia yang dapat menghalangi perubahan dan adaptasi yang diperlukan dalam
lingkungan yang berkembang cepat. Budaya perusahaan dapat dibentuk dalam
banyak cara, baik lewat kata maupun contoh, meliputi kode etik, penghargaan
kelompok, transfer antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial, dan tone at the
top.
1) Kode Etik
Kebanyakan perusahaan dengan ukuran di atas minimal berupaya untuk
membentuk budaya perusahaan mereka melalui kode tingkah laku, kode
etik, kredo perusahaan, atau pernyataan visi misi, ataupun filosofi
manajemen. Dokumen tertulis yang formal tersebut memberikan
pernyataan umum akan nilai perusahaan, komitmen kepada pemegang
kepentingan, dan keinginan pihak manajemen mengenai bagaimana
seharusnya perusahaan berfungsi.
16
diperkuat melalui sesi pelatihan formal dan melalui diskusi informal atau
pertemuan pendampingan antara karyawan dan pengawasnya.
atau lebih buruk lagi, memberikan contoh buruk dengan melakukan
tindakan yang tidak tepat.
2) Imbalan Kelompok
Penyediaan imbalan atau insentif yang didasarkan pada pencapaian
kolektif juga mendukung pengendalian budaya. Rencana insentif yang
berdasarkan pada pencapaian kolektif tersebut bisa berwujud dalam
berbagai bentuk. Contoh umumnya adalah bonus, pembagian laba (profit
sharing) atau pembagian keuntungan (gain sharing) yang memberikan
kompensasi berdasarkan pada kinerja perusahaan atau entitas secara
keseluruhan (alih-alih secara individu) berkenaan dengan, keuntungan atau
reduksi biaya (cost reductions).
3) Pendekatan Lain Untuk Membentuk Budaya Perusahaan
Pendekatan umum lain untuk membentuk budaya perusahaan meliputi
transfer antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial, serta tone at the top.
Transfer antarperusahaan atau rotasi karyawan membantu menyebarkan
budaya dengan memperbaiki sosialisasi karyawan dalam perusahaan,
memberikan mereka apresiasi terhadap masalah yang lebih yang dihadapi
oleh berbagai bagian dalam perusahaan, dan menghambat terciptanya
tujuan dan pandangan yang saling bertentangan.
Pengaturan fisik, seperti rencana kantor, arsitektur, dan dekor interior,
serta pengaturan sosial seperti kode penggunaan baju, kebiasaan yang
dilembagakan, perilaku, dan kosa kata, dapat pula membantu membentuk
budaya perusahaan.
17
2.7 STUDY KASUS
Axeon N.V berpusat di Heerlen, Belanda. Axeon memproduksi
lini produkbahan-bahan kimia industri di 24 pabrik. Pada sejarahnya Axeon
mengakuisisi sejumlah perusahaan asing, yang diantaranya termasuk,
Hollandsworth, LTd., di London. Guname manfaatkan keahlian geografis dari
perusahaan yang diakuisisi ini, setiap cabang diminta untuk bertanggung jawab
atas penjualan semua produk Axeon yang berada dalam wilayah tanggung
jawabnya: Eropa Selatan untuk Saraceno, Inggris untuk Hollandsworth
dan Skandinavia berturut-turut, menyumbang 8%, 14% dan 6% dari
totalpenjualan Axeon. Penjualan lain ditangani oleh perusahaan Axeon di
Belanda.
Gaya manajer tingkat atas di Axeon ialah menekankan pada tingginya
tingkatdesentralisasi. Untuk produk-produk yang dibuat di Belanda,
perusahaan penjualanAxeon Belanda akan menetapkan harga yang sama untuk
perusahaan cabang, samahalnya dengan yang mereka tetapkan pada semua agen
di seluruh Negara.
Ian Wallingford, seorang pria 39 tahun dengan gelar universitas di bidang
teknikdan perdagangan, dipekerjakan. Ian memiliki pengalaman sebagai insinyur
manufaktur,sebagai seorang manajer pemasaran untuk kantor cabang suatu
perusahaan di Inggris dariperusahaan yang berpusat di Amerika dan sebagai
seorang manajer laba pusat padasebuah perusahaan industri besar di Inggris.
Masalah :
19
✓ PEMECAHAN MASALAH
20
2. Pengendalian budaya dan personel dalam perusahaan Axeon sudah
sesuai dengan sistem yang ada
a. Sistem yang dianut oleh perusahaan Axeon.N.V.
Axeon.N.V. adalah perusahaan yang menekankan sistem desentralisasi.
Oleh sebabitu, manajer cabang memiliki otonomi yang besar untuk
memutuskan kelangsunganhidup perusahaan cabang masing-
masing.Desentralisasi adalah pembuatan keputusan tidak hanya dimonopoli
oleh pimpinanpuncak saja melainkan dengan cara melibatkan seluruh
elemen yang ada dalam organisasi (melibatkan manajer dan
bawahannya sesuai dengan keterkaitannya dengan masalah yang akan
diputuskan).Dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi perusahaan adalah
Sebuah perusahaan yang terdesentralisasi, yang mana wewenang pengambilan
keputusannya tidak diserahkan pada beberapa orang eksekutif puncak,
melainkan disebarkan diseluruh perusahaancabang terkait.Pada pengambilan
keputusan terdesentralisasi memperkenankan manajer padajenjang yang
lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan
penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban
merekadengan mempertimbangkan pendapat dari seluruh pihak terkait.
b. Pengendalian personel dalam perusahaan Axeon.N.V.
Perusahaan Axeon.N.V. dengan sistemnya desentralisasi terbilang
sukses dalammenciptakan suatu pengendalian personel. Hal tersebut
tergambarkan padatercapainnya tiga tujuan dari pengendalian personel di
tengah-tengah sistem tersebu
21
Pertama adalah dalam hak otonomi yang diberikan pada perusahaan
cabang, beberapapengendalian personel membantu mengklarifikasikan
harapan. Membantumemastikan bahwa setiap karyawan memahami apa yang
diinginkan perusahaan.Kedua adalah dengan sistem desentralisasi
tersebut juga perusahaan-perusahaancabang menghasilkan karyawan-
karyawan yang berkualitas.
Mempunyai kemampuan seperti kepandaian, pengalaman dalam
menjalakan pekerjaan dalam cabang.Kemampuan terus meningkat akibat
dari tanggung jawab yang dibebani langsungpada cabang untuk mengurusi
dirinya sendiri.Ketiga adalah setiap karyawan akan terlibat pada self-
monitoring control. Dengankata lain, sistem desentralisasi melatih mereka,
dan memberikan mereka lingkungankerja yang baik serta sumber daya yang
dibutuhkan, cenderung dapat meningkatkan kemungkinan akan dilakukannya
pekerjaan yang baik.
c. Pengendalian Budaya dalam perusahaan Axeon.N.V.
Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan
bersama (mutualmonitoring); sebuah tekanan kuat dari suatu
kelompok terhadap individu yang menyimpang dari peraturan dan nilai
perusahaan. Budaya perusahaan relatif tetap dariwaktu ke waktu, meski tujuan
dan strategi beradaptasi seperlunya terhadap perubahankondisi bisnis. Budaya
perusahaan dapat dibentuk dalam banyak cara, contoh, meliputi kode etik,
pengharagaan kelompok, transferantarperusahaan, pengaturan fisik dan
sosial dan tone at the top. Pada perusahaan Axeon.N.V. sendiri sangat kental
budaya yang terjadi, sehingga kemajuan harapan,kemampuan dan saling
memonitoring antar karyawan sangat terjaga di dalam sistem desentralisasi ini.
22
3 Keputusan terbaik yang seharusnya diambil oleh Van Leuven
Perusahaan dapat memperluas produksi di Belanda untuk mengoptimalkan
profit danmengurangi biaya. Ini bisa lebih menguntungkan dalam jangka
panjang daripadamembangun pabrik baru di Inggris. Selain lebih
menguntungkan, solusi tersebut jugamerupakan solusi terbaik demi
kepentingan perusahaan dari Axeon.NV.Sebagai peran seorang Direktor
Manajemen, Mr Van Leuven adalah seseorang yang memegang penuh
kekuasaan dalam menentukan keputusan yang dilaksanakan olehperusahaan.
dalam kasus proposal ini, terdapat dua hal yang harus dipertimbangkansecara
serius. . Mr Van Leuven harus benar-benar menghitung secara
mendetail danmembandingkannya, mana diantara kedua pilihan tersebut
yang dapat mencapai tujuan biaya yang paling efektif sekaligus efisien
waktu.Maka keputusan yang terbaik adalah bahwa Hollandworth membeli
produk AR-42dari Belanda daripada investasi pabrik sendiri, karena tidak
efektif dan efisien.. Memimpin otonomi dan moral manajemen anak
perusahaan dengan cara yang baik dan bijaksana, agar tidak melanggar dari
sistem yang ada.Untuk hal yang kedua, komunikasi yang baik adalah hal
penting yang harus dijagaoleh Mr Van Leuven. Hal ini menjadi satu-satunya
cara terbaik untuk meminimalkan dampak negatif dari kasus yang terjadi.
Otonomi yang bermoral sangat penting puladalam perusahaan cabang dalam
mencapai keuntungan ekobnomi.
Dari hasil pembahasan yang kami paparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa Axeonsebagai perusahaan yang menekankan sistem desentralisasi
sangat perlu dijalankanpengendalian tindakan, personel, dan budaya. Dalam
kasus yang terjadi di perusahaan iniadalah menggambarkan bagaimana
pentingnya sebuah analisis dan perhitungan yangmatang dalam mengambil
sebuah keputusan atau kebijakan. Kesampingkan sikap optimisme
berlebihan serta egoistik, namun dahulukan kematangan perhitungan tersebutagar
tercapainya tujuan perusahaan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian tindakan memiliki sejumlah bentuk yang berbeda, yaitu
pembatasan perilaku, penilaian pratindakan, akuntabilitas tindakan, dan
redundansi. Pengendalian tindakan merupakan tipe pengendalian manajemen
paling langsung, sebab pengendalian tindakan memastikan perilaku tepat yang
ditampilkan oleh orang-orang yang harus diandalkan oleh perusahaan dengan
berfokus langsung pada tindakan mereka.
Pengendalian personel dan budaya, yakni mendorong manajer salah satu
atau kedua kekuatan positif yang biasanya terdapat dalam perusahaan, yaitu
pemantauan diri dan pemantauan bersama. Kekuatan-kekuatan ini dapat
ditingkatkan dengan berbagai cara, termasuk seleksi dan penempatan personel
yang efektif, pelatihan, desain pekerjaan, dan penyediaan sumber daya yang
dibutuhkan, kode etik, imbalan kelompok, transfer antarperusahaan, pengaturan
fisik dan sosial, dan tone at the top.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca bisa memahami dan menerapkan
pengendalian tindakan, pengendalian personel, dan pengendalian budaya di
kehidupan sehari-hari. Baik itu dikehidupan berorganisasi, kelompok, komunitas,
dan individu.
24
DAFTAR PUSTAKA
Merchant, K. A., & Van der Stede, W. A. (2014). Sistem Pengendalian Manajemen
Pengukuran Kinerja, Evaluasi, dan Insentif Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
https://www.academia.edu/34931804/PENGENDALIAN_TERHADAP_TINDAKN_
BUDAYA_DA [dikutip pada tanggal 20 Oktober 2021 Pukul 10.12 WITA]
https://jurnalmanajemen.petra.ac.id
[dikutip pada tanggal 20 Oktober 2021 pukul 12.03 WITA]
https://www.scribd.com/doc/264709364/Pengendalian-Budaya-3
25