Anda di halaman 1dari 12

1.

Rona Kesehatan Masyarakat

Komponen kesehatan masyarakat adalah salah satu kajian dalam melakukan

kegiatan kajian lingkungan. Komponen kesehatan masyarakat dalam kegiatan ini

diperoleh dari data sekunder dari pelayanan kesehatan disekitar rencana kegiatan dan

juga badan pusat statistik. Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan dasar yang

terdapat di Kecamatan dengan koordinasi langsung dari Dinkes Kesehatan

Kabupaten. Data pola penyakit dan sumber daya kesehatan di wilayah studi dapat

merepresentasikan kondisi awal status kesehatan masyarakat di sekitar lokasi rencana

kegiatan. Adapun data kesehatan masyarakat disekitar lokasi studi adalah sebagai

berikut

i. Pola Penyakit

Pola penyakit merupakan instrumen yang dapat menunjukkan kondisi

kesehatan masyarakat dengan menghubungkan antara penyakit dengan jumlah kasus.

Informasi pola penyakit dapat diketahui dari laporan di Puskesmas sekitar dan/atau

dari hasil wawancara keluhan masyarakat selama tiga bulan terakhir.

Tabel xxx. Keluhan masyarakat 3 Bulan Terakhir di lokasi studi


No Keluhan Kesehatan 6 bulan terakhir Jumlah Persentase
1 Demam 15 75
2 Batuk 1 5
3 Diare 0 0
4 Sakit sendi 0 0
5 Tidak ada keluhan 4 20
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan, diperoleh data keluhan

penyakit responden selama tiga bulan terakhir didominasi dengan terjadinya demam

akibat flu (75%), batuk (5%). Berdasarkan hasil wawancara, penyakit yang di alami

oleh warga dsebabkan oleh kondisi alami yang sering di alami oleh masyarakat.

ii. Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu parameter yang digunakan

untuk melihat tingkat kesehatan masyarakat pada suatu daerah. Ini dikarenakan

sumber daya kesehatan merupaka suatu kebutuhan mendasar dalam upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan ini menjadi salah satu perhatian utama

pembangunan dibidang kesehatan yang bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat

dapat menikmati pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan yang dimaksud ini

terdiri dari dua komponen, yakni fasilitas kesehatan dan sumber daya kesehatan.

1) Fasilitas Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan ketersediaan sarana kesehatan yang

dapat diakses oleh masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan, seperti ;

puskesmas, poskesdes, posyandu dll. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat jumlah

fasilitas kesehatan yang tersedia di Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten

Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.


Tabel xxx. Jumlah Fasiltas kesehatan di Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten
Morowali tahun 2019
No. Fasilitas Kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit 0
2. Puskesmas 1
3. Pustu 3
4. Posyandu 13
5. Polindes 0
6. Pos KB 10
7. Poskesdes 6
Total 33
Sumber: Data Sekunder, 2020

Fasilitas pelayanan kesehatan diwilayah studi, sesungguhnya telah cukup

memadai, ini dapat dilihat pada tabel diatas dimana terdapat, 1 puskesmas, 3 Pustu,

13 posyandu, 10 pos KB serta terdapat 6 poskesdes.

2) Tenaga kesehatan

Dengan adanya tersedianya tenaga kesehatan yang memadai tentu dapat

menunjang peningkatan derajat masyarakat secara efektif. Oleh sebab itu, tenaga

kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam penanggulangan penyakit

menular maupun tidak menular dalam upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Dari aspek lingkungan, keberadaan petugas pelayanan kesehatan dapat

menjadi salah satu indikator tingkat kesehatan masyarakat. Adapun data jumlah

tenaga kesehatan pada lokasi studi yakni sebagai berikut.


Tabel xxx. Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Bungku Pesisi, Kabupaten
Morowali tahun 2020
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Dokter 1
2. Paramedis 19
3. Bidan Desa 21
Total 41
Sumber: Data Sekunder, 2020

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan

Bungku Pesisir belum cukup memadai ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kesehatan

yang masih minim yakni Dokter hanya berjumlah 1 orang, 19 paramedis, serta Bidan

Desa sebanyak 21 orang. Hal ini perlu di perhatikan oleh pemerintah, agar

menyediakan Jumlah Tenaga Kesehatan yang memadai sesuai dengan ketersediaan

fasilitas kesehatan yang ada.

iii. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

kondisi perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya

(Notoadmojo, 2003). Dalam hal ini, kami melihat sanitasi lingkungan dilihat

berdasarkan beberapa hal, diantaranya adalah akses air bersih, jamban keluarga,

tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah pada wilayah studi

1) Sumber Air Warga

Sumber air bersih warga di wilayah studi ini memiliki akses ketersediaan air

bersih dan air minum yang cukup memadai. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus

Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Dinyatakan bahwa air minum yang aman bagi

kesehatan jika memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif

serta parameter tambahan yang terlampir dalam peraturan tersebut.

Tabel xxx. Sumber Air Warga di wilayah studi


Air Bersih
No. Sumber Air
Jumlah (KK) Persentse (%)
1 Sumur Gali 3 15
Mata Air (Perpiaan dari
2 17
gunung) 85
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer, 2020

Air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari beberapa sumber, ada yang

dari sumber mata air pegunungan dengan system perpipaan (85%) yang di kelolah

oleh desa, serta sumur gali (15%). Namun berdasarkan pengamatan masyarakat

dengan sumber air bersih yang berasal dari sumur gali memiliki kondisi sumur gali

yang masih terganggun dari segi kualitas fisik ini dapat dilihat pada kondisi air sumur

yang agak keruh.

2) Jamban Sehat

Buang air besar di jamban merupakan suatu cara untuk mencegah menularnya

penyakit, seperti cacingan, muntaber, kolera dan penyakit menular lainnya. Oleh

karena itu, jamban untuk lubang air besar harus mengikuti 7 (tujuh) syarat, yaitu:
 Tidak mencemari air

 Tidak mencemari tanah permukaan

 Bebas dari serangga

 Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

 Aman digunakan oleh pemakainya

 Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

 Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.

Berikut hasil observasi jamban yang memenuhi syarat di sekitar lokasi

kegiatan.

Tabel xxx. Persentase kepemilikan jamban sehat di wilayah studi


Persentase
No Jamban Keluarga Jumlah
(%)
1 Ada memenuhi syarat 3 15
2 Ada, Tidak memenuhi Syarat 17 85
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020

Kondisi jamban yang memenuhi syarat di lokasi studi sudah cukup baik.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh jamban yang memenuhi syarat (85%)

sedangkan sisanya tidak memenuhi syarat (15%). Berdasarkan hasil pegamatan

langsung pada kondisi jamban masyarakat, untuk yang tidak memenuhi syarat,

jamban menggunakan leher angsa namun pembuangan jamban langsung ke laut dan

bukan menggunakan septic tank.


3) Tempat Pembuangan Sampah

Sampah dapat menimbulkan bau dan penyakit. Untuk itu, sampah di dalam

rumah harus segera dibuang. Biasakan membuang sampah setiap pagi hari, terutama

sampah basah yang berasal dari sampah pengolahan makanan (dapur). Berdasarkan

hasil observasi, diperoleh angka kebiasaan penyimpanan sampah di lokasi studi yang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel xxx. Persentase kebiasaan penyimpanan sampah di wilayah studi


No Penyimpangan Sampah Jumlah Persentase (%)
1 Tempat sampah 2 10
2 Di Laut 12 60
3 Dibakar 3 15
4 Pekarangan 3 15
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan dari hasil survey lapangan, diperoleh angka bahwa masih ada

masyarakat yang membuang sampahnya langsung ke laut (60%). Untuk itu, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan soal tempat sampah yang baik.

 Tempat sampah harus kuat, tidak mudah bocor atau retak.

 Tempat sampah harus mempunyai penutup yang mudah dibuka dan ditutup

kembali, agar bau sampah tidak tercium/terlihat dari luar.

 Ukuran tempat sampah jangan terlalu besar, sehingga mudah dipindah-

pindahkan.
 Sebaiknya lapisi bagian dalam tempat sampah dengan kantung plastik agar

praktis, sehingga ketika mengosongkan tempat sampah, hanya kantung

plastiknya yang diangkat.

 Pisahkan sampah basah dengan sampah kering.

 Bila tempat sampah sudah penuh, segera buang ke bak sampah di luar rumah.

 Tempat sampah dibersihkan secara berkala.

Belum adanya pengelolan sampah terpadu di lokasi studi menyebabkan warga

dengan inisiatif sendiri melakukan tindakan pembuangan pengelolaan sampah yang

sayangnya belum memenuhi syarat sanitasi lingkungan yang berpotensi menjadi

sumber penyebab timbulnya vektor penyakit.

4) Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran Pembuangan Air limbah merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai

media untuk menyalurkan air limbah domestik. Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL) adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa

pemakaian dari kran / hidran umum, sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur, dan

lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah

dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan

sekitarnya. SPAL tidak menyalurkan air kotor dari peturasan/jamban). Pada tabel di

bawah ini menunjukkan tingkat kepemilikan SPAL masyarakat


Tabel xxx Persentase Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di
wilayah studi
No Saluran Pembuangan Air Limbah Jumlah Persentase (%)
1 SPAL ke drainase 18 90
2 SPAL tergenang 1 5
3 Tidak ada 1 5
Total 20 100
Sumber: Hasil Survey, 2020

Dari hasil observasi diperoleh bahwa rata – rata masyarakat memiliki SPAL

yang langusng ke drainase (90%) dan terdapat SPAL tergenang di sekitaran rumah

(5%).

iv. Perindukan Nyamuk

Tempat perindukan nyamuk umumnya disebut “Breeding

place” atau “breeding site”. Pada prinsipnya Nyamuk akan meletakkan telur-

telurnya di di genangan air bersih dan tidak kena polusi, hanya selera lokasi

berkembang-biak masing-masing spesies tidak sama. Misalnya  larva Anopheles

dapat kita temukan di air tawar maupun rawa-rawa berair payau, rawa mangrove

(bakau), sawah, selokan yang tertutup rumput, di tepian sungai, demikian pula

genangan air (sementara) akibat hujan.  Kebanyakan spesies lebih menyukai

habitat yang ada tumbuh-tumbuhannya, walau ada juga yang tidak. Ada yang

memilih genangan air terbuka dengan sinar matahari penuh, sementara yang lain

memilih  tempat-tempat terlindung di hutan-hutan. Ada juga  beberapa spesies

yang larvanya kita dapatkan di lubang-lubang pohon dan ketiak daun (CDC

Atlanta).
Tabel xxx. Persentase adanya perindukan nyamuk di sekitar rumah

No Perindukan Nyamuk Jumlah Persentase (%)

1 Adanya daerah tergenang 1 20


2 Tidak ada daerah tergenang 19 80
Total 20 100
Sumber: Hasil Survey 2020
Berdasarkan hasil survey, pada lokasi studi terdepat daerah
yang tergenang yang dapat menimbulkan terjadinya perindukan
nyamuk dan perkembangbiakan vector (20%) yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan akibat nyamuk, karena pada
umumnya pada lokasi studi memiliki tanah yang mudah meresap air.

v. Perokok dalam rumah

Ancaman rokok bagi kesehatan kian hari kian menakutkan. Kajian Badan

Litbangkes tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230 ribu

kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Sementara data

Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia,

kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian, yaitu sebesar 12,6

persen. Sementara, data dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

menyebutkan, 87 persen kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.

WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa di dunia setiap tahun terjadi kematian

dini akibat PTM pada kelompok usia di 30 – 69 tahun sebanyak 15 juta.

Sebanyak 7,2 juta  kematian tersebut diakibatkan konsumsi produk tembakau


dan 70% kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.

Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok, terlihat lebih besar pada usia

muda dibandingkan pada usia dewasa. Hasil pendataan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan keluarga ditemukan anggota keluarga yang merokok di

rumah sebesar 55,6%, hal ini menjadi dasar upaya pengendalian konsumsi

produk tembakau di Indonesia dilakukan melalui kebijakan kawasan tanpa rokok

untuk melindungi masyarakat dari paparan asap rokok.

Tabel xxx. Persentase adanya perokok dalam rumah

No Saluran Pembuangan Air Limbah Jumlah Persentase (%)

1 Ada perokok 17 85
2 Tidak ada perokok 3 15
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2020
Hasil survey lapangan menunjukan, tingginya angka perokok dalam
rumah (85%) sedangkan jumlah yang tidak merokok hanya (15%) dari total
responden yang di wawancarai.
Kepustakaan

………….. 2019. Kecamatan Bungku Pesisir dalam Angka tahun 2019. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Morowali. Kabupaten Morowali.

Anda mungkin juga menyukai