Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

( IPTEK Dan Islam Dalam Islam )

Dosen pengampau : Dr. Mawardi,S.Ag. M.Si

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Debi Eka Saputri ( 2105134685 )
Najha Nabila ( 2105111828 )
Vivi Fari Sofianingsih ( 2105112127 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini diharapkan mampu membantu kita dalam memperdalam mata kuliah Pendidikan
Agama Islam dalam kegiatan belajar. Selain itu, makalah ini diharapkan agar dapat menjadi
referensi para pembaca agar bisa mengetahui dan mendalami tentang IPTEK Dan Seni Dalam
Islam.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mawardi,S.Ag. M.Si
selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membantu kami dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi perbaikan makalah ini.

Pekanbaru, 17 maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian IPTEK dan Seni.............................................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
3.1 SIMPULAN....................................................................................................................19
3.2 SARAN..........................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dan seni, sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek dalam kehidupan
manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni tidak pernah lepas dengan
keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari berkembangnya ilmu pengetahuan itu
sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pula teknologi dan
seni.

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala
ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima
dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam
boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.

3
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat pada pembahasan makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian IPTEK dan seni dalam pandangan Islam?
2. Bagaimana pengembangan dan pelaksanaan IPTEK dan seni dalam kehidupan umat
Islam?
3. Bagaimana Penerapan IPTEK dan seni dalam Islam?
4. Seberapa pentingnya IPTEK dan seni dalam Islam?
5. Siapa sajakah tokoh-tokoh IPTEK dan seni dalam Islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari IPTEK Dan Seni dalam islam.
2. Untuk mengetahui perkembangan IPTEK dan Seni dalam kehdupan umat islam.
3. Untuk mengetahui penerapan IPTEK Dan Seni dalam islam.
4. Untuk mengathui pentinya IPTEK Dan Seni dalam islam.
5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh IPTEK Dan Seni dalam islam.

4
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian IPTEK dan Seni

a. Pengertian iptek
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda
maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
panca indra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologis kata ilmu berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses
pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab
itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan
orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (Q.S. Al-A’laq;1-5). Istilah teknologi merupakan produk ilmu
pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur
budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya
teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi
tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah
letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan
pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis”.
Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa
5
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat
kehancuran alam semesta. Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan
wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunah rasul. Atas
dasar itu ilmu dalam pemikiran islam ada yang bersifat abadi (mutlak) karena bersumber
dari allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal
pikiran manusia.

2. Pengertian Seni
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini.
Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya
dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka
tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan
menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.”
Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal
bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan.
Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”
(HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah,
sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan
dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur
bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita
dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama
tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda :

6
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, Darimi).
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai
keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.
Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari
nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh
sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-
anak.Sebaiknya di kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-
Qur’an diseButkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang
menghinakan.” (QS. Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian
tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal
yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.

2.2 integrasi iman, ilmu, dan seni

Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dan anugerah yang luar biasa
bagi kehidupan umat manusia. Namun disisi lain, iptek telah mendatangkan “petaka” yang pada
gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek telah
menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan uamt manusia. Perubahan ini, selain
sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang
tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran
nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan
kemanusiaan.

Dalam pandangan islam, antara agama islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu system yang disebut

7
Dinul Islam. Didalamnya terdapat tiga unsur pokok, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak dengan
kata lain iman, ilmu dan amal saleh. Didalam Al-Qur’an surat Ibrahim, Allah SWT telah
memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal :

Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat


yang baik (Dinul Islam)seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh menghujam ke
bumi dan cabangnya menjulang kelangit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
agar mereka selalu ingat. (QS.Ibrahim;24-25).

Secara lebih spesifik, integrasi Imtaq dan iptek ini diperlukan karena empat alasan. Pertama,
sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar
bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada
Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas Imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang
bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya
absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola
dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan
jasmani), tetapi juga membutuhkan Imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang
dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia
dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar Imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat,
iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan.
Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan
mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar,
yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak

8
mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya”. (Q.S. An-Nur:39).

Maka integrasi Imtaq dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat
kita panjatkan kepada Tuhan:

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (Q.S. Al-Baqarah :201).

Integrasi Imtaq dan iptek, berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang selama
ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang
menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan Imtaq dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah
SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer. Selain pada pada
aspek filsafat, orientasi, tujuan, dan epistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di atas,
integrasi Imtaq dan iptek itu perlu dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat.
Pendidikan Imtaq pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan agama (Islam) di berbagai
sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikan Imtaq dan iptek
dalam sistem pendidikan nasional kita, maka pendidikan agama Islam disemua jenjang
pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan yang bersifat holistik, integralistik dan
fungsional.

Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, tidak parsial dan
partikularistik. Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman,
ibadah dan akhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam
dan kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana keislaman,
tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan dari agama
itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini harus melahirkan budaya “berilmu amaliah
dan beramal ilmiah”. Integrasi ilmu dan amal, Imtaq dan iptek haruslah menjadi ciri dan
sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam.

9
Secara pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh terpisah dan dipisahkan dari
pendidikan sains dan teknologi. Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari pusat kesadaran
keagamaan dan keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidak berkurang dan lebih rendah
nilainya dari belajar agama. Belajar sains merupakan perintah Tuhan (Al -Quran), sama dan
tidak berbeda dengan belajar agama itu sendiri. Penghormatan Islam yang selama ini hanya
diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus pula diberikan kepada kaum ilmuan (Saintis) dan
intelektual.

Secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagi kemaslahatan umat dan mampu
menjawab tantangan dan pekembangan zaman demi kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dalam
perspektif Islam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untuk pendidikan semata.
Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukan untuk kemaslahatan umat manusia yang seluas-
luasnya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.

Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama disemua jenjang
pendidikan tersebut, tidak cukup dengan metode rasional dengan mengisi otak dan kecerdasan
peserta didik semata-mata, sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong dan hampa.
Pendidikan agama perlu dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek afektif melalui
praktik dan pembiasaan, serta melalui pengalaman langsung dan keteladanan prilaku dan amal
sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik, pada saat mana Islam mencapai puncak
kejayaannya, aspek pemikiran teoritik (al aql al nazhari) tidak pernah dipisahkan dari aspek
pengalaman praksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas mencari dan menemukan
kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugas mewujudkan kebenaran yang ditemukan itu
dalam kehidupan nyata sehingga tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak pernah
terpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam paradigma ini, ilmu dan pengembangan
ilmu tidak pernah bebas nilai. Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan
dan nilai Imtaq), sejalan dengan semangat wahyu pertama, iqra’ bismi rabbik. Ini berarti
pengembangan iptek tidak boleh dilepaskan dari Imtaq. Pengembangan iptek harus dilakukan
untuk kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah
kepada Allah SWT.

10
“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat
dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan ilmu” (Al-
Hadist).

Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada siswa akan
kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat. Jika
hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan
melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya serta
memperburuk citra kepelajarannya. Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan
keimanan dan ketakwaan (Imtaq) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain
ikut mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia
ujung tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter
siswa.

2.3 keutamaan orang yang berilmu

Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, dan Allah telah memberikan akal
yang sehat pada manusia untuk membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Dan dengan
akal tersebut manusia diwajibkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan memiliki ilmu
pengetahuan dalam segala hal agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan. Ilmu pengetahuan
ibarat sebuah cahaya yang akan menuntun manusia hingga mencapai tujuan penciptaan manusia
menurut Islam.

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu bekal abadi bagi manusia untuk mencapai sukses
dunia akhirat menurut Islam. Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian yang dimiliki seseorang,
baik mengenai soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan lainnya. Memillilki ilmu pengetahuan
sesungguhnya sangatlah penting bagi manusia, karena tanpa ilmu pengetahuan hidup seseorang
akan seperti tanpa arah dan berada dalam kegelapan atau kejahiliyahan.

Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib. Seperti yang dikatakan dalam sebuah
hadits: “Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin ataupun muslimah).” (HR. Ibnu
Majah) Bagi seorang muslim ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena di dalam Islam, orang

11
yang berilmu akan diangkat derajatnya dan dihormati. Ada beberapa keutamaan berilmu dalam
Islam yang perlu di ketahui oleh seorang muslim.

Berikut ini beberapa keutamaan orang yang berilmu :

1. Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda : “Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju
surga.” (HR. Muslim).
Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan dimudahkan
oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang muslim dapat beribadah
dengan benar dan sesuai dasar hukum Islam. Dari hadits tersebut dapat kita lihat, bahwa
ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan memiliki manfaat dalam kehidupan dunia
akhirat.

2. Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir


Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda : “Jika seseorang meninggal
dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.” (HR. Muslim).
Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan oleh
seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan pahala yang mengalir
kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal dunia.

3. Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman : “Dan demikian pula diantara manusia,
makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam
warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah
para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui dan
mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan lebih
memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan tersebut seseorang
akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha pencipta,, dan orang

12
berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan akan kuasa dan kebesaran
Allah SWT.

4. Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu


Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11] : 58), Allah SWT. berfirman : “Wahai orang-
orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan meninggikan derajat
orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Dan derajat orang yang
berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT. ataupun dimata manusia.

5. Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah akan
memahamkan dia tentang ilmu agama.” Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah
SWT. berfirman : “Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan
kearifan) kepada siapa saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-
Hikmah itu, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.”

6. Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi


Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan : “Ilmu adalah warisan para Nabi, dan
para Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi mereka mewariskan
ilmu. Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang mecari ilmu dan
menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang para Nabi berikan.

13
7. Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman : “Allah menyatakan bahwasannya tidak
ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu setara dengan
para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layakk disembah selain Allah SWT.

8. Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu


Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman : “Apakah kamu orang musyrik
yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan
berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima
pelajaran. Dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dan ilmu
pengetahuan memiliki keterkaitan dan Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu
untuk semakin taat kepada Allah SWT.

2.4 Tanggung jawab ilmuan terhadap lingkungan

Ilmuwan merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam
menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat
harkat dan martabat ilmuan tersebut tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara
sehingga mereka disanjung dan dihormati serta menjadi sumber solusi dari situasi-dan
kondisi lingkungan hidup manusia. Karena ilmuwan tersebut telah diberi penghargaan
oleh Tuhan maka peanaghargaan tersebut membawasa kedalam posisi yang tinggi
disbanding dengan manusia yang lain.

14
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai ‘abdun (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah
tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.
Dalam kontek ‘abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur dan anugrah yang diberikan Sang Pencipta berupa
potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu potensi akal.
Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa
nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan diri kepada Allah akan mencegah
penghambaan manusia kepada sesama manusia, termasuk pada dirinya. Manusia
diciptakan Allah dengan dua kecenderungan, yaitu kecenderungan pada ketaqwaan dan
kecenderungan kepada perbuatan fasik. Dengan ke dua kecenderungan tersebut Allah
berikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya
kepada keimanan dan ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu
amarah.
Fungsi yang ke dua sebagai khalifah yaitu wakil Allah di muka bumi, ia
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya
tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali
sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena
alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para intelektual yang
sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Akan tetapi para ilmuwan itu harus sadar
bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup
manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya.
Oleh sebab itu tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada para ilmuwan dan
cendikiawan. Mereka mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding dengan
manusia-manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang memiliki

15
ilmu pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi ala mini secara berlebihan, paling
hanya sekedar kebutuhan primernya bukan untuk pemenuhan kepuasan hawa nafsunya,
karena mereka tidak memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengeksploitasi
secara besar-besaran terhadap sumber alam ini. Demikian pula mereka tidak akan
sanggup menjaga keseimbangan dan kelestariannya secara sistematis.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia
sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah.
Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga
kelestarian ala mini sebagaimana firman Allah dalam QS. 30 (Al-Rum): 41.
Dua fungsi di atas merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh terpisah. Dan
simbul dari ke dua fungsi itu adalah zikir dan piker. Untuk melaksanakan tanggung
jawabnya, manusia diberi keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi
sekaligus menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psiko-fisik.
Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan
terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara
langsung (fungsi sebagai ‘abdun) maupun dalam konteks ketaatan terhadap sunnatullah,
hokum alam di ala mini (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara tugas ibadah dan
khalifah ini akan mewujudkan manusia yang ideal, yakni manusia yang selamat di dunia
dan di akhirat.
Manusia diberi akal pikiran dan nafsu, dimana tidak diherikan pada makhluk
lainnya. Dengan bekal akal pikiran itulah Allah memberikan mandat sebagai khalifah di
bumi agar mengurusi (mempergunakan dan memeliharanya) alam mini sebaik baiknya
sebagai mana temaktub dalam AlQuran pada (QS: 2:30: QS:7:129: QS:27:62: QS:35:39:
QS:38:26).
Kewenangan manusia untuk mempergunakan alam bukanlah hak mutlaknya tapi
merupakan hak yang telah direkomendasikan oleh Allah SWT. Dan suatu saat akan
diminta pertanggungjawaban oleh pemilik sejatinya. Oleh karenanya manusia
berkewajiban memelihara keseimbangan dan keselarasan alam agar tidak rusak seperti
pertama kali Allah meminjamkan pada manusia. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-
Qhashash (28) ayat 77 : "Dan carilah pada apa yang Allah karuniakan kepada kamu
negeri akhirat. tetapi janganlah engkau melupakan nasibmu di dunia ini. Berbuatlah

16
kebaikan sebagai mana Allah telah berbuat kebaikan kepada kamu: dan janganlah kamu
berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan".

Para Ilmuwan mempunyai tugas penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.


Selain sebagai upaya pencapaian misi lingkungan yaitu mencegah atau memperbaiki
kerusakan lingkungan, dilihat dari segi ibadah, tentunya orang-orang yang berilmu juga
punya nilai lebih. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang berilmu. Kerusakan alam seperti banjir, kebakaran hutan, tanah
longsor, alih fungsi hutan, pencemaran lingkungan, polusi, dsb sebagai bentuk kiamat
kecil, tentunya bisa diminimalisir dengan memanfaatkan dan menerapkan IPTEK.
Karena adanya orang-orang yang berilmu setidaknya bisa “menunda” kiamat. Sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“ Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan
merebaknya kebodohan …” (Shahih Bukhari No. 78 dan Shahih Muslim No. 4.824).
Dihadapkan dengan masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak, para ilmuwan dapat dipilahkan ke dalam 2 golongan pendapat, yaitu :
1. Golongan yang berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini ilmuwan hanya menemukan
pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan
digunakan untuk tujuan yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk.
2. Golongan yang berpendapat bahwa netralisasi ilmu hanya terbatas pada metafisikia
keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya harus dilandaskan nilai-nilai moral.

Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi


ataukah kepentingan masyarakat akan membawa persoalan etika keilmuwan serta
masalah. Menurut Suriasumantri, (1984) dalam Adib (2010: 231) fungsi ilmuwan
tidak berhenti pada penelaah dan keilmuwan secara individual namun juga ikut
bertanggung jawab agar produk keilmuwannya sampai dan dapat dimanfaatkan
masyarakat. Implikasi penting dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan, adalah
bahwa setiap pencarian dan penemuan kebenaran secara ilmiah harus dengan

17
landasan etis yang kukuh yang diharapkan menjadi landasan tegaknya tanggung
jawab moral para ilmuwan. Hal ini mendorong lahirnya etika profesi dan aturan
hukum yang dapat dikatakan sebagai pedoman dari perwujudan tanggung jawab para
ilmuwan. Misalnya kode etik profesi kedokteran, kode etik peneliti, dan sebagainya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknologi merupakan
salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang obyektif.
Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan segala prosesnya. Seni
identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Apabila
manusia berlaku adil dengan semua makhluk hidup dialam ini, maka disinilah letak kebenaran
norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya untuk beribadah kepada Allah. Dalam
pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi danseni terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam.
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2
(dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah Islam-
lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah
serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusiadan alam lingkungannya. Allah
memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya
kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu dan
amarah. Karena pada dasarnya Manusia mendapat amanah dari Allah sebagai khalifah untuk
memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan potensinya untuk kepentingan umat manusia.
Oleh karena itu perlunya keimanan sebagai pelengkap ilmu dalam penerapannya bukan hanya
menghasilkan keuntungan satu sisi saja.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana sebenarnya
paradigma islam itu dalam menyaikapi Ilmu pengetahuan, Teknologi dan seni tersebut. Selain
itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi Imtaq (Iman dan
Taqwa) dalam Iptek dan seni tersebut.
Karena semakin berkembangnya zaman, keberadaan Iptek dan seni sangat berpengaruh
terhadap kepribadian hidup manusia. Untuk itu diperlukan pegangan yang berfungsi sebagai
pengendali akan adanya perubahan-perubahan tersebut.Akan tetapi makalah kami masih jauh
dari sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan
makalah kami berikutnya yang lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/document/y95rlndz-makalah-iptek-dan-seni-dalam-islam.html#:~:text=Umat
%20Islam%20boleh%20memanfaatkan%20iptek,sesaat%20untuk%20memenuhi%20kebutuhan
%20manusia

http://marlinara.blogspot.com/2013/04/iptek-dan-seni-dalam-islam.html

https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-berilmu-dalam-islam

https://id.scribd.com/document/525443907/tanggung-jawab-ilmuwan-terhadap-alam-
lingkungannya

http://syahruddinalga.blogspot.com/2011/10/tanggung-jawab-ilmuan-terhadap-alam-dan.html?
m=1

20

Anda mungkin juga menyukai