keuangan juga dijadikan sebagai tolak ukur yang dapat menujukkan kondisi
perusahaan tersebut dalam keadaan baik atau buruk. Kinerja manajemen yang baik
mencerminkan kinerja keuangannya yang baik pula. Kinerja keuangan diukur dengan
data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja
keuangan dalam penelitian ini diukur dengan Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran
penelitian pasar yang diukur dengan membandingkan harga penutupan saham diakhir
tahun buku dikali banyaknya saham biasa yang beredar ditambah utang lancar
dikurangi aktiva lancar ditambah nilai buku sediaan ditambah utang jangka panjang
dibagi dengan total aktiva perusahaan. Kondisi kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat
70
71
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kinerja keuangan sebesar 0,82 sedangkan tahun 2008 sebesar 0,68 atau
mengalami penurunan sebesar 16,8%. Pada tahun 2009 kinerja keuangan yang
Sedangkan secara keseluruhan nilai rata-rata kinerja keuangan dari tahun 2007-2009
sebesar 0,78. Nilai minimum dari kinerja keuangan sebesar -0,14 yang dimiliki
72
perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2008 sedangkan nilai maksimalnya
sebesar 4,70 yang dimiliki oleh perusahaan Astra Otoparts Tbk pada tahun 2009.
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
serta institusi lainnya pada akhir tahun. Kondisi kepemilikan institusional pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal
Pada tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kepemilikan institusional sebesar 67,13%, tahun 2008 sebesar 67,31% atau
yang terdaftar di BEI sebesar 67,61% atau mengalami peningkatan sebesar 0,45%.
perusahaan Metrodata Electronics Tbk dan nilai maksimalnya sebesar 96,46% yang
dimiliki oleh perusahaan Tira Austenite Tbk. Sedangkan secara keseluruhan nilai
karena sudah melebihi 50% dari seluruh kepemilikan saham yang ada pada
Karena semakin besar kepemilikan institusional semakin besar pula kekuatan untuk
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
74
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 6,74% sedangkan tahun 2008 sebesar 6,58%
atau mengalami penurunan sebesar 2,43%. Pada tahun 2009 kepemilikan manajerial
yang terdaftar di BEI sebesar 7,45% atau mengalami peningkatan sebesar 13,3%.
Nilai minimum dari kepemilikan manajerial sebesar 0,01% yang dimiliki perusahaan
Tira Austenite Tbk pada tahun 2008 dan 2009 dan nilai maksimalnya sebesar 35,14%
yang dimiliki oleh perusahaan Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2007-2009.
75
karena fungsi ganda manajemen yaitu selain memiliki saham mereka juga memiliki
posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak eksternal
kinerja manjemen tersebut. Sehingga hasil yang didapat kadang tidak sesuai dengan
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
76
DKI (KOM
INDEPENDEN) Rata-
Rata
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
2 ASII Astra International Tbk 0.45 0.45 0.45 0.45
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.43 0.40 0.40 0.41
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.29 0.29 0.29 0.29
5 BRNA Berlina Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.20 0.20 0.20 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.30 0.30 0.30 0.30
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.60 0.60 0.60 0.60
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.25 0.25 0.25 0.25
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
21 NIPS Nipress Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
24 STTP Siantar TOP Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.40 0.40 0.40 0.40
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.33 0.33 0.25 0.31
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
Rata-Rata 0.38 0.38 0.38 0.38
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 7)
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga
tahun 2009 dapat diketahui nilai minimum dari komisaris independen sebesar 0,20
yang dimiliki perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk sedangkan nilai maksimalnya
sebesar 0,60 yang dimiliki oleh perusahaan Kimia Farma Tbk. Rata-rata komisaris
77
independen selama 3 tahun sebesar 0,38. Nilai rata-rata tersebut secara keseluruhan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 sampel atau 11.1% sampel memiliki
proporsi komisaris independen < 30%, sedangkan 24 sampel atau 88.9% memiliki
proporsi komisaris independen diatas atau sama dengan 30%. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas sampel memiliki komisaris independen lebih besar atau sama
dengan 30%, yang berarti mayoritas sampel sudah memiliki komisaris independen
diatas batas minimal dari peraturan yang telah ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung
manajemen. Kondisi komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
78
Pada tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga tahun
2009 dapat diketahui nilai minimum dari komite audit sebesar 0, dimana perusahaan
tidak memiliki komite audit yaitu Astra Otoparts Tbk dan Intraco Penta Tbk
komite audit yaitu Citra Tubindo Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk dan Mandom
79
Indonesia Tbk. Rata-rata komite audit selama 3 tahun sebesar 2,89. Nilai rata-rata
secara keseluruhan menunjukkan bahwa komite audit tidak memenuhi standar yang
dianjurkan, bahwa komite audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, namun sebagian
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki komite audit < 3
orang hanya berjumlah 2 sampel atau 7.4%, sedangkan 25 sampel atau 92.6%
lainnya adalah yang memiliki komite audit > 3 orang. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas sampel sudah memenuhi peraturan yang ditetapkan yaitu memiliki komite
Uji normalitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk melihat adanya
normalitas residual adalah dengan melihat histogram, berikut ini uji normalitas akan
0.8
0.6
Expected Cum
0.4
Prob
0.2
0.0
Gambar 4.1
Diagram Normalitas dengan Diagram P-P Plot
Pada Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa tampilan grafik normal P-Plot terlihat
memenuhi asumsi uji normalitas, karena data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Selain itu dapat dilakukan pengujian menggunakan
Unstandardi
z ed
N 81
a ,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .70885886
Most Extreme Absolute .117
Differenc es Positive .117
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov 1.055
Z Asy mp. Sig. (2- .216
tailed)
a. Test dist ribut ion is
Normal. b. Calc ulated from
data.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai asymp sig sebesar 0,216 lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara
normal.
81
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
model regresi maka dilakukan pengujian Durbin – Watson (DW test). Berdasarkan
didapatkan nilai dl sebesar 1,390 dan du sebesar 1,595. Hasil uji dapat dilihat pada
gambar berikut:
Bebas
Positif Ragu-ragu Ragu-ragu Negatif
DL DU 4-DU 4-DL
0
1,697
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)
Gambar 4.2
Pengujian Autokorelasi
Variance Inflance Faktor (VIF) dan nilai tolerance dari model regresi untuk masing-
masing variabel bebas. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 0,1 maka disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut tidak mempunyai masalah
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, sehingga disimpulkan bahwa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.071 .845 -.084 .934
KI .016 .007 .201 1.161 .085
KM DKI .009 .015 .083 .606 .546
KOMIT -1.157 1.330 -.101 -.870 .387
E -.036 .143 -.029 -.249 .804
a. Dependent Variable: lnres2
independen dan komite audit) lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.748 .568 3.079 .003
KI -.002 .005 -.063 -.484 .629
KM -.024 .010 -.305 -2.393 .019
DKI .730 .894 .088 .816 .417
KOMITE .317 .096 .354 3.291 .002
a. Dependent Variable: TOBINSQ
1. Nilai konstanta sebesar 1,748 menyatakan bahwa apabila semua variabel bebas
independen (X3) dan komite audit (X4)) dianggap konstan atau bernilai 0, maka
independen (X3), dan komite audit (X4)) dianggap konstan maka kinerja
5. Koefisien regresi komite audit (X4) sebesar 0,317 menyatakan bahwa apabila
4.1.4.2. Uji F
variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Uji F
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.683 4 2.421 4.577 .002a
Residual 40.198 76 .529
Total 49.882 80
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan hasil parameter pada tabel diatas diperoleh nilai F hitung sebesar
4,577 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara simultan hipotesis alternatif yang menyatakan
komite audit meningkat, maka kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin
meningkat.
86
4.1.4.3. Uji t
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
0,484 dengan arah negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,629 lebih besar
dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis alternatif
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
2,393 dengan arah yang negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,019 lebih
kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
0,816 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,417 lebih besar dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha4 yang menyatakan
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
3,291 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha5 yang menyatakan
bahwa “Komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
2
4.1.4.4. Koefisien Determinasi (R )
independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil
2
output regresi diperoleh nilai Adjusted R square (R ) sebesar 0,152. Nilai ini
adalah sebesar 0,152 atau 15,2%. Dengan demikian masih ada variabel lain yang
4.2. Pembahasan
hipotesis menunjukkan bahwa dari empat variabel independen, hanya dua variabel
Perusahaan
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 4,577 ,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari
0,05 (0,002 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis pertama diterima.
dan komite audit maka kinerja keuangan perusahaan akan mengalami penurunan.
komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari nilai koefisien determinasi Adjusted R square yang menunjukkan angka
sebesar 15,2% dengan demikian masih ada variabel lain yang turut mempengaruhi
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Darmawati, dkk. (2004), namun
sejalan dengan Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menemukan bukti empiris
perusahaan.
90
Perusahaan
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,002
dengan nilai t sebesar -0,484 dan nilai signifikansi sebesar 0,629, nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 (0,629 > 0,05). Koefisien penelitian yang bernilai
negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka kinerja
ditolak.
Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori yang ada bahwa semakin besar
kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
bahwa manajemen sering mengambil tindakan atau kebijakan yang non-optimal dan
investor institusional dengan pihak manajemen ditanggapi negatif oleh pasar. Hal ini
pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang
memiliki saham dengan jumlah besar, maka jika mereka menarik sahamnya akan
mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan
perusahaan.
(2005), namun sejalan dengan Lastanti (2004), Wahyudi dan Pawestri (2006), dan
92
Perusahaan
keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,024 dengan
nilai t sebesar -2,393 dan nilai signifikansi sebesar 0,019, nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis ketiga diterima.
Koefisien penelitian yang bernilai negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi
sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Seperti manajer yang juga
sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang
saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sebab
dikelola. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham
manajerial. Hal ini terjadi karena tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan
dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan memilih metode akuntansi yang
ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena manajer ikut
93
merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula
pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi
yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham
eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini
Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Perusahaan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,730 dengan nilai t
sebesar 0,816 dan nilai signifikansi sebesar 0,417, nilai signifikansi tersebut lebih
besar dari 0,05 (0,417 > 0,05) yang berarti bahwa hipotesis keempat ditolak.
Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori keagenan, peran komisaris
adalah meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi
dipandang lebih baik dibanding dewan komisaris berasal dari dalam perusahaan
karena dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif sehingga akan
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
ditegaskan dari hasil survei Asian Development Bank dalam Gideon (2005) yang
Berdasarkan data yang ada, sebagian besar komisaris independen terdiri dari
pejabat publik ataupun tokoh masyarakat, yang belum tentu memiliki keahlian dalam
ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris suatu
bersangkutan. Dalam hal ini integritas dan kemampuan Dewan Komisaris seringkali
didasarkan pada persentase gaji Dewan Direksi. Kepemilikan saham yang terpusat
dalam satu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab
demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
sebesar 0,317 dengan nilai t sebesar 3,291 dan nilai signifikansi sebesar 0,002, nilai
signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (0,002 > 0,05) sehingga terbukti bahwa adanya
komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena
perusahaan diterima.
keuangan perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya komite
audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi GCG. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori keagenan, yang menyatakan bahwa adanya komite
audit akan dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham
dan manajemen. Dengan adanya komite audit yang bertanggung jawab untuk
komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik,
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah (2004), namun
sesuai dengan hasil penelitian Veronica dan Bachtiar (2004) dan Wedari (2004) yang