Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif untuk memaparkan variabel penelitian dalam bentuk

tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Variabel-variabel dalam

penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1.1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat

mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja

keuangan juga dijadikan sebagai tolak ukur yang dapat menujukkan kondisi

perusahaan tersebut dalam keadaan baik atau buruk. Kinerja manajemen yang baik

mencerminkan kinerja keuangannya yang baik pula. Kinerja keuangan diukur dengan

data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja

keuangan dalam penelitian ini diukur dengan Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran

penelitian pasar yang diukur dengan membandingkan harga penutupan saham diakhir

tahun buku dikali banyaknya saham biasa yang beredar ditambah utang lancar

dikurangi aktiva lancar ditambah nilai buku sediaan ditambah utang jangka panjang

dibagi dengan total aktiva perusahaan. Kondisi kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

70
71

Tabel 4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009


TOBIN’S Q Rata-
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 1.38 0.75 0.88 1.00
2 ASII Astra International Tbk 0.88 1.90 2.60 1.80
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 3.70 3.39 4.70 3.93
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.45 0.43 0.34 0.41
5 BRNA Berlina Tbk 0.28 0.25 0.34 0.29
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.37 0.40 0.52 0.43
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 1.47 1.26 1.37 1.36
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.56 0.53 0.53 0.54
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.28 -0.14 0.47 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.65 0.20 0.34 0.40
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 1.24 1.48 1.13
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.34 0.18 0.37 0.30
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.59 -0.02 0.40 0.32
14 KAEF Kimia Farma Tbk 1.14 0.27 0.44 0.62
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.48 0.43 0.55 0.48
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.19 0.33 -0.06 0.15
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 0.40 0.26 0.45 0.37
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.49 0.58 0.48 0.52
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.49 0.54 0.54 0.53
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.29 0.20 0.20 0.23
21 NIPS Nipress Tbk 0.34 0.31 0.39 0.34
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 1.10 0.94 0.75 0.93
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.34 0.66 0.73 0.58
24 STTP Siantar TOP Tbk 1.06 0.58 0.73 0.79
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 1.85 0.90 1.39 1.38
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.81 0.77 0.74 0.77
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 1.58 1.36 1.03 1.32
Rata-Rata 0.82 0.68 0.84 0.78
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 4)

Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui

rata-rata kinerja keuangan sebesar 0,82 sedangkan tahun 2008 sebesar 0,68 atau

mengalami penurunan sebesar 16,8%. Pada tahun 2009 kinerja keuangan yang

terdaftar di BEI sebesar 0,84 atau mengalami peningkatan sebesar 22,95%.

Sedangkan secara keseluruhan nilai rata-rata kinerja keuangan dari tahun 2007-2009

sebesar 0,78. Nilai minimum dari kinerja keuangan sebesar -0,14 yang dimiliki
72

perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2008 sedangkan nilai maksimalnya

sebesar 4,70 yang dimiliki oleh perusahaan Astra Otoparts Tbk pada tahun 2009.

4.1.1.2. Kepemilikan Institusional (X1)

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah,

institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian

serta institusi lainnya pada akhir tahun. Kondisi kepemilikan institusional pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal

ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kepemilikan Institusional Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009


KI Rata-
NO EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKR Corporindo Tbk 71.24 71.11 70.82 71.06
2 Astra International Tbk 50.11 50.11 50.11 50.11
3 Astra Otoparts Tbk 86.72 93.91 95.65 92.09
4 Indo Kordsa Tbk 89.74 89.74 89.74 89.74
5 Berlina Tbk 51.42 51.42 51.42 51.42
6 Betonjaya Manunggal Tbk 54.31 54.31 54.31 54.31
7 Citra Tubindo Tbk 75.29 76.9 80.92 77.70
8 Dynaplast Tbk 69.2 74.7 74.37 72.76
9 Sumi Indo Kabel Tbk 93.06 93.06 93.06 93.06
10 Indofarma (Persero) Tbk 80.66 80.66 80.66 80.66
11 Indofood Sukses Makmur Tbk 51.53 50.05 50.05 50.54
12 Intraco Penta Tbk 86.51 86.5 86.5 86.50
13 Jaya Pari Steel Tbk 67.62 67.62 68.42 67.89
14 Kimia Farma Tbk 90.03 90.03 90.03 90.03
15 Kabelindo Murni Tbk 80.99 81.33 81.76 81.36
16 Lion Metal Works Tbk 57.7 57.7 57.7 57.70
17 Langgeng Makmur Plastik Industry 77.53 77.53 77.53 77.53
18 Lion Mesh Prima Tbk 32.2 32.2 32.22 32.21
19 Lautan Luas Tbk 63.03 63.03 63.03 63.03
20 Metrodata Electronics Tbk 12.93 12.93 12.93 12.93
21 Nipress Tbk 37.11 37.11 37.11 37.11
22 Pelangi Indah Canindo Tbk 94.22 92.22 94.01 93.48
23 Pyridam Farma Tbk 53.85 53.85 53.85 53.85
24 Siantar TOP Tbk 60.39 56.76 56.76 57.97
25 Mandom Indonesia Tbk 79.5 79.23 79.23 79.32
26 Tira Austenite Tbk 96.46 96.43 96.43 96.44
27 Ultra Jaya Milk Tbk 49.08 46.82 46.82 47.57
Rata-Rata 67.13 67.31 67.61 67.35
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 5)
73

Pada tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui

rata-rata kepemilikan institusional sebesar 67,13%, tahun 2008 sebesar 67,31% atau

mengalami peningkatan sebesar 0,27%. Pada tahun 2009 kepemilikan institusional

yang terdaftar di BEI sebesar 67,61% atau mengalami peningkatan sebesar 0,45%.

Nilai minimum dari kepemilikan institusional sebesar 12,93% yang dimiliki

perusahaan Metrodata Electronics Tbk dan nilai maksimalnya sebesar 96,46% yang

dimiliki oleh perusahaan Tira Austenite Tbk. Sedangkan secara keseluruhan nilai

rata-rata kepemilikan institusional dari tahun 2007-2009 sebesar 67,35%. Artinya

kepemilikan institusional pada periode 2007-2009 sudah dapat dikatakan besar

karena sudah melebihi 50% dari seluruh kepemilikan saham yang ada pada

perusahaan, maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahan.

Karena semakin besar kepemilikan institusional semakin besar pula kekuatan untuk

mengawasi kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

4.1.1.3. Kepemilikan Manajerial (X2)

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen

perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh

manajemen. Kondisi kepemilikan manajerial pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:
74

Tabel 4.3 Kepemilikan Manajerial Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009


KM Rata-
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.13 0.24 0.5 0.29
2 ASII Astra International Tbk 0.02 0.03 0.04 0.03
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.04 0.07 0.04 0.05
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 1.48 1.48 1.48 1.48
5 BRNA Berlina Tbk 23.34 23.34 23.34 23.34
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 35.14 35.14 35.14 35.14
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.65 0.6 0.03 0.43
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.69 0.69 0.69 0.69
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.09 0.1 0.1 0.10
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.02 0.02 0.02 0.02
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.05 0.06 0.05 0.05
12 INTA Intraco Penta Tbk 3.93 5.43 5.76 5.04
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 15.53 15.53 15.53 15.53
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.27 0.27 0.27 0.27
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 8.93 8.93 8.93 8.93
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.18 0.18 0.23 0.20
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 0.02 0.02 0.02 0.02
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 25.6 25.6 25.61 25.60
19 LTLS Lautan Luas Tbk 3.64 3.64 3.64 3.64
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 1.71 6.42 10.07 6.07
21 NIPS Nipress Tbk 18.35 18.35 24.26 20.32
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.13 0.08 0.08 0.10
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 23.08 23.08 23.08 23.08
24 STTP Siantar TOP Tbk 12.51 0.02 7.4 6.64
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.75 0.19 0.18 0.37
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.024 0.012 0.012 0.02
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 5.72 8.08 14.72 9.51
Rata-Rata 6.74 6.58 7.45 6.92
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 6)

Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui

rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 6,74% sedangkan tahun 2008 sebesar 6,58%

atau mengalami penurunan sebesar 2,43%. Pada tahun 2009 kepemilikan manajerial

yang terdaftar di BEI sebesar 7,45% atau mengalami peningkatan sebesar 13,3%.

Nilai minimum dari kepemilikan manajerial sebesar 0,01% yang dimiliki perusahaan

Tira Austenite Tbk pada tahun 2008 dan 2009 dan nilai maksimalnya sebesar 35,14%

yang dimiliki oleh perusahaan Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2007-2009.
75

Sedangkan secara keseluruhan nilai rata-rata kepemilikan manajerial dari tahun

2007-2009 sebesar 6,92%. Dari rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan,

karena fungsi ganda manajemen yaitu selain memiliki saham mereka juga memiliki

posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak eksternal

perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan pengawasan terhadap

kinerja manjemen tersebut. Sehingga hasil yang didapat kadang tidak sesuai dengan

kenyataan yang ada.

4.1.1.4. Komisaris Independen (X3)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi

dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan. Kondisi komisaris independen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:
76

Tabel 4.4 Komisaris Independen Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009

DKI (KOM
INDEPENDEN) Rata-
Rata
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
2 ASII Astra International Tbk 0.45 0.45 0.45 0.45
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.43 0.40 0.40 0.41
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.29 0.29 0.29 0.29
5 BRNA Berlina Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.20 0.20 0.20 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.30 0.30 0.30 0.30
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.60 0.60 0.60 0.60
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.25 0.25 0.25 0.25
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
21 NIPS Nipress Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
24 STTP Siantar TOP Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.40 0.40 0.40 0.40
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.33 0.33 0.25 0.31
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
Rata-Rata 0.38 0.38 0.38 0.38
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 7)

Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga

tahun 2009 dapat diketahui nilai minimum dari komisaris independen sebesar 0,20

yang dimiliki perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk sedangkan nilai maksimalnya

sebesar 0,60 yang dimiliki oleh perusahaan Kimia Farma Tbk. Rata-rata komisaris
77

independen selama 3 tahun sebesar 0,38. Nilai rata-rata tersebut secara keseluruhan

menunjukkan bahwa komisaris independen telah memenuhi standar yang dianjurkan,

yaitu sebesar 30%.

Tabel 4.5 Deskripsi Komisaris Independan dalam Perusahaan


Keterangan Jumlah Persentase
Sampel yang memiliki komisaris independen < 30% 3 11.1%
Sampel yang memiliki komisaris independen > 30% 24 88.9%
Jumlah 27 100%
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 7)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 sampel atau 11.1% sampel memiliki

proporsi komisaris independen < 30%, sedangkan 24 sampel atau 88.9% memiliki

proporsi komisaris independen diatas atau sama dengan 30%. Dapat disimpulkan

bahwa mayoritas sampel memiliki komisaris independen lebih besar atau sama

dengan 30%, yang berarti mayoritas sampel sudah memiliki komisaris independen

diatas batas minimal dari peraturan yang telah ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya

30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

4.1.1.5. Komite Audit (X4)

Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang

lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas

khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung

jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari

manajemen. Kondisi komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
78

Tabel 4.6 Komite Audit Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2009

KOMITE AUDIT Rata-


NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 3 3 3 3.00
2 ASII Astra International Tbk 3 3 3 3.00
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0 0 0 0.00
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 3 3 3 3.00
5 BRNA Berlina Tbk 3 3 3 3.00
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 3 3 3 3.00
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 4 4 4 4.00
8 DYNA Dynaplast Tbk 3 3 3 3.00
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 3 3 3 3.00
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 3 3 3 3.00
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 4 4 4 4.00
12 INTA Intraco Penta Tbk 0 0 0 0.00
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 3 3 3 3.00
14 KAEF Kimia Farma Tbk 3 3 3 3.00
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 3 3 3 3.00
16 LION Lion Metal Works Tbk 3 3 3 3.00
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 3 3 3 3.00
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 3 3 3 3.00
19 LTLS Lautan Luas Tbk 3 3 3 3.00
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 3 3 3 3.00
21 NIPS Nipress Tbk 3 3 3 3.00
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 3 3 3 3.00
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 3 3 3 3.00
24 STTP Siantar TOP Tbk 3 3 3 3.00
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 4 4 4 4.00
26 TIRA Tira Austenite Tbk 3 3 3 3.00
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 3 3 3 3.00
Rata-Rata 2.89 2.89 2.89 2.89
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 8)

Pada tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga tahun

2009 dapat diketahui nilai minimum dari komite audit sebesar 0, dimana perusahaan

tidak memiliki komite audit yaitu Astra Otoparts Tbk dan Intraco Penta Tbk

sedangkan nilai maksimalnya sebesar 4, artinya perusahaan mempunyai 4 orang

komite audit yaitu Citra Tubindo Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk dan Mandom
79

Indonesia Tbk. Rata-rata komite audit selama 3 tahun sebesar 2,89. Nilai rata-rata

secara keseluruhan menunjukkan bahwa komite audit tidak memenuhi standar yang

dianjurkan, bahwa komite audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, namun sebagian

besar perusahaan sampel memenuhi standar yang ditetapkan.

Tabel 4.7 Deskripsi Komite Audit dalam Perusahaan


Keterangan Jumlah Persentase
Sampel yang memiliki komite audit < 3 orang 2 7.4%
Sampel yang memiliki komite audit > 3 orang 25 92.6%
Jumlah 27 100%
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 8)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki komite audit < 3

orang hanya berjumlah 2 sampel atau 7.4%, sedangkan 25 sampel atau 92.6%

lainnya adalah yang memiliki komite audit > 3 orang. Dapat disimpulkan bahwa

mayoritas sampel sudah memenuhi peraturan yang ditetapkan yaitu memiliki komite

audit minimal 3 orang anggota.

4.1.2. Hasil Analisis Regresi

4.1.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk melihat adanya

normalitas residual adalah dengan melihat histogram, berikut ini uji normalitas akan

disajikan dalam bentuk grafik normal plot:


80

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: TOBINSQ


1.0

0.8

0.6
Expected Cum

0.4
Prob

0.2

0.0

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Gambar 4.1
Diagram Normalitas dengan Diagram P-P Plot

Pada Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa tampilan grafik normal P-Plot terlihat

memenuhi asumsi uji normalitas, karena data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal. Selain itu dapat dilakukan pengujian menggunakan

statistik Kolmogorov – Smirnov. Berikut pengujian normalitas yang dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


One -Sa mple Kolmogorov-Smirnov Te st

Unstandardi
z ed
N 81
a ,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .70885886
Most Extreme Absolute .117
Differenc es Positive .117
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov 1.055
Z Asy mp. Sig. (2- .216
tailed)
a. Test dist ribut ion is
Normal. b. Calc ulated from
data.

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai asymp sig sebesar 0,216 lebih

besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara

normal.
81

4.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.1.3.1. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu

model regresi maka dilakukan pengujian Durbin – Watson (DW test). Berdasarkan

hasil uji autokorelasi didapatkan nilai DW sebagai berikut:


Tabel 4.9 Uji Autokorelasi
Model Summa ryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate W
1 .441a .194 .152 .72727 1.697
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI
b. Dependent Variable: TOBINSQ

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Berdasarkan hasil uji didapatkan nilai DW sebesar 1,697. Dengan nilai N

sebanyak 81 observasi dan jumlah variabel bebas sebanyak 4 variabel maka

didapatkan nilai dl sebesar 1,390 dan du sebesar 1,595. Hasil uji dapat dilihat pada

gambar berikut:

Bebas
Positif Ragu-ragu Ragu-ragu Negatif

DL DU 4-DU 4-DL
0
1,697
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Gambar 4.2
Pengujian Autokorelasi

Pada gambar diatas, koefisien D-W diantara DU dengan 4-DU, sehingga

disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah autokorelasi.


82

4.1.3.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat perolehan nilai

Variance Inflance Faktor (VIF) dan nilai tolerance dari model regresi untuk masing-

masing variabel bebas. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih

dari 0,1 maka disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut tidak mempunyai masalah

dengan multikolinearitas, artinya tidak mempunyai hubungan dengan variabel bebas

lain. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas


Coe fficie
ntsa

Collinearit y Statis tic s


Model Toleranc e VIF
1 KI .634 1.577
KM .653 1.532
DKI .911 1.098
KOMITE .919 1.089
a. Dependent V ariable: TOBINSQ

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas

kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, sehingga disimpulkan bahwa

seluruh variabel bebas tidak mempunyai masalah dengan multikolinearitas.

4.1.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai variance

kesalahan pengganggu atau residual bersifat konstan. Untuk mengetahui ada

tidaknya heteroskedastisitas dilakukan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan

uji Park dengan hasil sebagai berikut:


83

Tabel 4.11 Hasil Uji Park


Coe fficie ntsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.071 .845 -.084 .934
KI .016 .007 .201 1.161 .085
KM DKI .009 .015 .083 .606 .546
KOMIT -1.157 1.330 -.101 -.870 .387
E -.036 .143 -.029 -.249 .804
a. Dependent Variable: lnres2

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat diketahui nilai signifikan masing-

masing variabel bebas (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen dan komite audit) lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

model regresi bebas terjadi gejala heteroskedastisitas.

4.1.4. Hasil Uji Hipotesis

4.1.4.1. Hasil Pengujian dengan Regresi Berganda

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS regresi linear berganda menunjukkan

hasil analisis regresi berganda antara kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


Tabel 4.12 Regresi Berganda
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.748 .568 3.079 .003
KI -.002 .005 -.063 -.484 .629
KM -.024 .010 -.305 -2.393 .019
DKI .730 .894 .088 .816 .417
KOMITE .317 .096 .354 3.291 .002
a. Dependent Variable: TOBINSQ

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)


84

Adapun persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :

TOBIN’S Q = 1,748 - 0,002 KI - 0,024 KM + 0,730 DKI + 0,317 KOMITE + e

Persamaan di atas dapat dimaknai bahwa:

1. Nilai konstanta sebesar 1,748 menyatakan bahwa apabila semua variabel bebas

(kepemilikan institusional (X1), kepemilikan manajerial (X2), komisaris

independen (X3) dan komite audit (X4)) dianggap konstan atau bernilai 0, maka

kinerja keuangan perusahaan (Y) akan sebesar 1,748.

2. Koefisien regresi kepemilikan institusional (X1) sebesar -0,002 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,629 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional

(X1) tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Y).

3. Koefisien regresi kepemilikan manajerial (X2) sebesar -0,024 menyatakan bahwa

apabila kepemilikan manajerial (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan

sedangkan variabel lainnya (kepemilikan institusional (X1), komisaris

independen (X3), dan komite audit (X4)) dianggap konstan maka kinerja

keuangan perusahaan (Y) mengalami penurunan sebesar -0,024.

4. Koefisien regresi komisaris independen (X3) sebesar 0,730 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,417 yang menyatakan bahwa komisaris independen

(X3) tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Y).

5. Koefisien regresi komite audit (X4) sebesar 0,317 menyatakan bahwa apabila

komite audit (X4) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan sedangkan variabel

lainnya (kepemilikan institusional (X1), kepemilikan manajerial (X2), dan


85

komisaris independen (X3)) dianggap konstan maka kinerja keuangan

perusahaan (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,317.

4.1.4.2. Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:
Tabel 4.13 Uji F
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.683 4 2.421 4.577 .002a
Residual 40.198 76 .529
Total 49.882 80
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI
b. Dependent Variable: TOBINSQ

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Berdasarkan hasil parameter pada tabel diatas diperoleh nilai F hitung sebesar

4,577 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan

yaitu 0,05. Dengan demikian, secara simultan hipotesis alternatif yang menyatakan

bahwa “kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan

komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan” diterima,

artinya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan

komite audit meningkat, maka kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin

meningkat.
86

4.1.4.3. Uji t

1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan

Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar

0,484 dengan arah negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,629 lebih besar

dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis alternatif

Ha2 yang menyatakan bahwa “kepemilikan institusional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan” ditolak, artinya kepemilikan

institusional tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan

Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar

2,393 dengan arah yang negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,019 lebih

kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis

altematif Ha3 yang menyatakan bahwa “kepemilikan manajerial berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan” diterima, artinya semakin

banyak kepemilikan manajerial akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Pengaruh komisaris independen terhadap kinerja keuangan

Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar

0,816 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,417 lebih besar dari taraf signifikan

yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha4 yang menyatakan

bahwa “komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan” ditolak, artinya komisaris independen tidak mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan.


87

4. Pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan

Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar

3,291 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan

yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha5 yang menyatakan

bahwa “Komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan” diterima, artinya semakin banyak komite audit maka akan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis


KODE HIPOTESIS HASIL
Ha1 Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, Ho = ditolak
komisaris independen dan komite audit berpengaruh Ha = diterima
positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh positif Ho = diterima
terhadap kinerja keuangan perusahaan Ha = ditolak
Ha3 Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif Ho = ditolak
terhadap kinerja keuangan perusahaan Ha = diterima
Ha4 Komisaris independen berpengaruh positif terhadap Ho = diterima
kinerja keuangan perusahaan Ha = ditolak
Ha5 komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja Ho = ditolak
keuangan perusahaan Ha = diterima

2
4.1.4.4. Koefisien Determinasi (R )

Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Model


Model Summa ry

Adjusted Std. Error


Model R R Square R Square of the
1 .441a .194 .152 .72727
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI

Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang

ditimbulkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris


88

independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil

2
output regresi diperoleh nilai Adjusted R square (R ) sebesar 0,152. Nilai ini

menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

adalah sebesar 0,152 atau 15,2%. Dengan demikian masih ada variabel lain yang

turut mempengaruhi besarnya kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebesar 84,8%

(diperoleh dari 100% - 15,2%=84,8%).

4.2. Pembahasan

Pada penelitian dapat ditemukan bukti empiris mengenai kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit

terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2007-2009 dengan obyek

penelitian adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa dari empat variabel independen, hanya dua variabel

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur, yaitu variabel

kepemilikan manajerial dan komite audit.

4.2.1. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan

Hipotesis pertama menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komisaris independen, dan komite audit secara bersama-sama

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dan hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen dan komite audit secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap


89

kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 4,577 ,

dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari

0,05 (0,002 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis pertama diterima.

Arah hubungan yang terjadi antara: kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komisaris independen dan komite audit dengan kinerja keuangan

perusahaan adalah positif, artinya apabila terjadi peningkatan kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit maka

kinerja keuangan perusahaan akan mengalami peningkatan dan apabila terjadi

penurunan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen

dan komite audit maka kinerja keuangan perusahaan akan mengalami penurunan.

Besarnya pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat

dilihat dari nilai koefisien determinasi Adjusted R square yang menunjukkan angka

0,152. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komisaris independen dan komite audit mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan

sebesar 15,2% dengan demikian masih ada variabel lain yang turut mempengaruhi

besarnya kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebesar 84,8%.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Darmawati, dkk. (2004), namun

sejalan dengan Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menemukan bukti empiris

bahwa secara bersama-sama kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komisaris independen, dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan.
90

4.2.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan

Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan

institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hasil pengujian

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,002

dengan nilai t sebesar -0,484 dan nilai signifikansi sebesar 0,629, nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari 0,05 (0,629 > 0,05). Koefisien penelitian yang bernilai

negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka kinerja

keuangan perusahaan akan semakin turun. Koefisien kepemilikan institusional

menunjukkan arah negatif yang berlawanan dengan hipotesis penelitian yang

menunjukkan arah positif. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan

kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan

ditolak.

Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori yang ada bahwa semakin besar

kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan

dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan

memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan

sehingga kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat.

Menurut Wening (2009), kepemilikan institusional merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Adanya kepemilikan

oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih

optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu


91

sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap

kinerja manajemen. Hasil penelitian ini menyatakan kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan investor

institusional mayoritas tidak melakukan pengawasan terhadap pengelolaan

perusahaan secara optimal melainkan berkompromi atau berpihak kepada

manajemen dan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas. Anggapan

bahwa manajemen sering mengambil tindakan atau kebijakan yang non-optimal dan

cenderung mengarah pada kepentingan pribadi mengakibatkan strategi aliansi antara

investor institusional dengan pihak manajemen ditanggapi negatif oleh pasar. Hal ini

tentunya berdampak pada penurunan harga saham perusahaan dipasar modal

sehingga dengan kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme yang

dapat meningkatkan nilai perusahaan (Pound dalam Permanasari, 2010).

Menurut Lee, et al. dalam Permanasari, (2010), investor institusional adalah

pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang

(current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan

investor institusional. Jika perubahan ini dirasakan tidak menguntungkan oleh

investor, maka investor dapat menarik sahamnya. Karena investor institusional

memiliki saham dengan jumlah besar, maka jika mereka menarik sahamnya akan

mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan

institusional belum mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai

perusahaan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Kusumawati dan Riyanto

(2005), namun sejalan dengan Lastanti (2004), Wahyudi dan Pawestri (2006), dan
92

Permanasari (2010) yang menemukan bukti empiris bahwa kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4.2.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif kepemilikan

manajerial terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hasil pengujian menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,024 dengan

nilai t sebesar -2,393 dan nilai signifikansi sebesar 0,019, nilai signifikansi tersebut

lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis ketiga diterima.

Koefisien penelitian yang bernilai negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi

kepemilikan manajerial maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin turun.

Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa kinerja keuangan perusahaan

sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Seperti manajer yang juga

sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang

saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sebab

kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan

keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang

dikelola. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham

manajerial. Hal ini terjadi karena tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan

dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan memilih metode akuntansi yang

meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan

ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena manajer ikut
93

merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula

menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Gunarsih (2001) menyatakan kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi, dapat

berdampak buruk terhadap perusahaan karena dapat menimbulkan masalah

pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi

yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham

eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini

disebabkan tingginya hak voting yang dimiliki manajer.

Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4.2.4. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan

Hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif komisaris

independen terhadap kinerja keuangan perusahaan dan hasil penelitian menunjukkan

bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,730 dengan nilai t

sebesar 0,816 dan nilai signifikansi sebesar 0,417, nilai signifikansi tersebut lebih

besar dari 0,05 (0,417 > 0,05) yang berarti bahwa hipotesis keempat ditolak.

Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori keagenan, peran komisaris

adalah meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan

pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi

kinerja pihak manajemen sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan


94

kepentingan pemegang saham. Komisaris independen memegang peranan penting

dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan

bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sebagai

bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu, komisaris independen

dipandang lebih baik dibanding dewan komisaris berasal dari dalam perusahaan

karena dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan menetapkan

kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif sehingga akan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini menyatakan komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sylvia dan Sidharta (2005) menyatakan

bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya

dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan

Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Kondisi ini juga

ditegaskan dari hasil survei Asian Development Bank dalam Gideon (2005) yang

menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham

mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang

seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif.

Keberadaan komisaris independen ini tidak dapat meningkatkan efektifitas

monitoring yang dijalankan oleh komisaris.

Berdasarkan data yang ada, sebagian besar komisaris independen terdiri dari

pejabat publik ataupun tokoh masyarakat, yang belum tentu memiliki keahlian dalam

kontek manajemen perusahaan. Sebagian besar anggota komisaris ternyata juga

menjabat sebagai komisaris dan direksi di perusahaan lain (cross-directorships), baik


95

perusahaan yang berkaitan maupun perusahaan lain. Mantan pejabat pemerintahan

ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris suatu

perusahaan dengan tujuan agar mempunyai akses ke instansi pemerintah yang

bersangkutan. Dalam hal ini integritas dan kemampuan Dewan Komisaris seringkali

menjadi kurang penting. Pada gilirannya independensi Dewan Komisaris menjadi

sangat diragukan karena hubungan khususnya dengan pemegang saham mayoritas

ataupun hubungannya dengan Dewan Direksi ditambah kurangnya integritas serta

kemampuan Dewan Komisaris (Herwidayatmo, 2004 dalam Purwati, 2006).

Persoalan independensi juga muncul dalam hal penggajian Dewan Komisaris

didasarkan pada persentase gaji Dewan Direksi. Kepemilikan saham yang terpusat

dalam satu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab

lemahnya posisi Komisaris Independen, karena pengangkatan posisi anggota

komisaris independen diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun

berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat.

Berdasarkan fenomena tersebut, diduga menyebabkan komisaris independen

tidak dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap kinerja. Dengan

demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kusumawati dan Riyanto (2005) yang menyatakan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4.2.5. Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Hipotesis kelima menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dan hasil

penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan


96

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien

sebesar 0,317 dengan nilai t sebesar 3,291 dan nilai signifikansi sebesar 0,002, nilai

signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (0,002 > 0,05) sehingga terbukti bahwa adanya

komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena

dapat menekan terjadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering

dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, hipotesis kelima

yang menyatakan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan diterima.

Keberadaan komite audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya komite

audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi GCG. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori keagenan, yang menyatakan bahwa adanya komite

audit akan dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham

dan manajemen. Dengan adanya komite audit yang bertanggung jawab untuk

mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem

pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic

manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dan hal-hal

lain yang merugikan perusahaan dengan cara mengawasi laporan keuangan

dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Dengan berjalannya fungsi

komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik,

sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk

meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi.


97

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah (2004), namun

sesuai dengan hasil penelitian Veronica dan Bachtiar (2004) dan Wedari (2004) yang

menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai