Anda di halaman 1dari 17

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PENGOLAHAN LINDI MENGGUNAKAN METODE KOAGULASI


FLOKULASI DENGAN KOAGULAN FeCl3 (Ferric Chloride) DAN
AOPs (Advanced Oxidation Process) DENGAN Fe-H2O2
Studi Kasus : TPA Jatibarang
Mia Yutika Wirandani*), Sudarno**), Purwono**)
Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: *) mia.yutika@gmail.com

Abstrak
Lindi TPA Jatibarang umumnya memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi dan
keberadaannya yang melebihi baku mutu dapat mencemari lingkungan sekitar apabila tidak
dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan lindi menggunakan metode koagulasi
flokulasi dan teknologi Advanced Oxidation Processes (AOPs) dapat dijadikan sebagai
alternatif pengolahan lindi TPA Jatibarang.Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
koagulasi flokulasi dengan koagulan FeCl3 dan teknologi AOPs dengan Fenton (Fe-H2O2)
dengan tujuan untuk mengetahui dosis optimum dari koagulan FeCl3 dan menganalisis hasil
serta effisiensi pengolahan pada parameter BOD, COD, TSS dan warna. Penelitian
dilakukan dalam skala laboratorium dengan memvariasikan dosis FeCl3 dan memvariasikan
FeSO4 untuk proses AOPs. Hasil penelitian menunujukkan bahwa dosis optimum koagulan
FeCl3 berada pada dosis 12 gram/L, pada dosis tersebut nilai COD dapat tersisihkan
sebesar 36,8 %, nilai BOD dapat tersisihkan sebesar 40,9, nilai TSS dapat tersisihkan
sebesar 94,8 %, dan nilai warna dapat tersisihkan sebesar 87,0 %. Pada proses Fenton
variasi yang paling efektif adalah dengan perbandingan 1,14 FeSO4:H2O2=1,14 gram: 3,8
ml, efisiensi COD terbaik adalah 62,1 %, efisiensi TSS terbaik adalah 51,1 %, dan efisiensi
warna terbaik mencapai 81,9 %. Sedangkan nilai BOD mengalami peningkatan setelah
melalui AOPs ini. Namun jika dilihat rasio BOD5/COD pada dosis 1,14 FeSO4:3,8 ml
H2O2, rasio BOD5/COD mengalami peningkatan dari 0,3 menjadi 0,6. Hal ini menandakan
bahwa kemampuan biodegradibilitas lindi TPA Jatibarang meningkat.

Kata Kunci: Lindi, Koagulasi, Flokulasi, FeCl3, AOPs, Fenton, COD, BOD, TSS, pH

Abstract
[Leachate Treatment Method Using Coagulation Flocculation with FeCl3(Ferric Chloride)
and AOPs (Advanced Oxidation Process) with Fe-H2O2 Case Study : Jatibarang Landfill].
Landfill leachate Jatibarang generally have a high organic matter content and presence that
exceeds quality standards can pollute the environment if not done processing beforehand.
Leachate treatment using flocculation and coagulation technology Advanced Oxidation
Processes (AOPs) can be used as an alternative treatment of landfill leachate Jatibarang.
This research was conducted using the method of coagulation-flocculation with FeCl3
coagulant and technology AOPs with Fenton (Fe / H2O2) in order to determine the optimum
dose of coagulant FeCl3 and analyze the results and efficiency of processing on the
parameters BOD, COD, TSS and color. The study was conducted in a laboratory scale with
varying doses varying FeCl3 and FeSO4 to AOPs process. The results of the study indicate
that the optimum dose of coagulant FeCl3 is at a dose of 12 g / L, at the dose may be
excluded COD value of 36,8%, a value of 40,9 BOD can be excluded, the value of TSS can be
excluded by 94,8 %, and the value colors can be excluded by 87,0%. In Fenton process
variations are most effective with a ratio of 1,14 FeSO4: H2O2 = 1,14 g: 3,8 ml, the best
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

COD efficiency is 62,1%, best TSS efficiency is 51,1%, and the efficiency of achieving the
best color 81.9%. While the BOD value increase after going through this AOPs. However, if
viewed ratio BOD5 / COD at a dose of 1,14 FeSO4: 3,8 ml H2O2, the ratio of BOD5 / COD
increased from 0,3 to 0,6. This indicates that the biodegradability of Jatibarang increased
landfill leachate

Key Words: Leachate, Coagulation, Flocculation, FeCl3, AOPs, Fenton, COD, BOD, TSS,
pH

PENDAHULUAN mengindikasikan bahwa bahan organik


Latar belakang yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit
Masalah utama yang dijumpai untuk didegradasi secara biologis.Angka
dalam aplikasi penimbunan/pengurugan perbandingan yang semakin rendah
sampah atau limbah padat lainnya ke mengindikasikan bahan organik sangat
dalam tanah adalah kemungkinan sulit terurai (Alaerts, 1984). Namun,
pencemaran air tanah oleh lindi kondisi tempat pembuangan sampah yang
(Damanhuri, 2008).Berbagai penelitian sudah tua membuat dekomposisi limbah
telah dilakukan untuk mengetahui cukup sulit diolah dengan proses biologi,
karakteristik lindi, pada umumnya hasil karena kehadiran zat yang beracun dan zat
yang diperoleh menunjukkan bahwa yang sulit terurai. Oleh karena itu
parameter lindi yaitu mengandung BOD penerapan proses fisika-kimia di tempat
dan COD jauh lebih besar dari air buangan pembuangan sampah yang sudah tua wajib
(Ali, 2011). Lindi yang berasal dari diterapkan menurut Carlos yang dikutip di
timbunan sampah yang masih baru (S.K & Tang, 2013).
biasanya ditandai oleh kandungan asam Pengolahan fisika-kimia yang
lemak volatile dan rasio BOD dan COD dipilih adalah menggunakan proses
yang tinggi, sementara lindi dari timbunan koagulasi flokulasi kemudian dilanjutkan
sampah yang lama akan mengandung menggunakan proses AOPs. Perlakuan
BOD dan COD dan konsentrasi awal lindi adalah melalui proses koagulasi
pencemaran lebih rendah (Ali, 2011) flokulasi karena pengendapan dengan
TPA Jatibarang merupakan pusat koagulan tidak cukup untuk menurunkan
dari pembuangan sampah Kota Semarang. kadar COD, BOD, TSS dan warna dalam
Lindi yang dihasilkan TPA (Tempat limbah. Proses koagulasi flokulasi
Pemrosesan Akhir) Jatibarang Kota dilakukan dengan penambahan koagulan
Semarang hingga saat ini masih belum FeCl3, karenaFe3+ dan produk Fe3+lainnya
terolah dengan baik, hal ini dapat dilihat dapat bereaksi dengan koloid negatif (Rui,
dari peninjauan kondisi lapangan di TPA Daud, & Abdul Latif, 2012) dan bila
Jatibarang. Besarnya volume sampah yang koagulan ditambahkan ke dalam air atau
masuk setiap harinya sangat berpotensi air limbah akan terjadi destabilisasi koloid
menghasilkan lindi dalam jumlah yang dan terbentuk partikel flokulen(Masduqi &
besar. Lindi yang tidak terolah dapat Slamet, 2000) sedangkan proses AOPs
meresap ke dalam tanah dan memiliki dengan Fenton akan menghasilkan radikal
potensi bercampur dengan air tanah bebas yang berfungsi untuk memotong
sehingga menimbulkan pencemaran tanah, (menyederhanakan) zat organik yang
air tanah dan air permukaan. Pada terdapat di lindi. Berdasarkan uraian latar
umumnya lindi memiliki nilai rasio belakang tersebut, maka dijadikan
BOD5/COD sangat rendah (<0,4). Nilai pertimbangan untuk melakukan penelitian
rasio yang sangat rendah ini tentang pengolahan lindi menggunakan

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

metode koagulasi flokulasi dengan 1. Mengetahui dosis optimum koagulan


koagulan FeCl3 (Ferric Chloride) dan FeCl3 berdasarkan variasi dosis yang
AOPs (Advanced Oxidation Process) ditentukan untuk pengolahan lindi di
dengan Fe-H2O2 (Fenton). TPA Jatibarang.
Tujuan Penelitian 2. Menganalisis hasil serta effisiensi
Tujuan penelitian ini, antara lain : pengolahan pada parameter BOD,
3. COD, TSS, dan warna dengan Alat-alat yang digunakan dalam
teknologi AOPs (Advanced Oxidation penelitian ini adalah sebagai berikut :
Process) kombinasi Fe-H2O2 pada 1. Jar test dengan merk FC4S Velp
lindi TPA Jatibarang. Scientifica
2. Gelas beker 1000mL (4buah) untuk
METODOLOGI proses koagulasi flokulasi dan AOPs
Metodologi penelitian ini meliputi : dengan merk Iwaki.
Waktu dan Tempat Penelitian 3. Cawan petri
Dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 4. Timbangan dengan merk Ohaus
2016 dengan lokasi penelitian di 5. Labu Erlenmayer dengan merk Iwaki
Laboratorium Teknik Lingkungan 6. FeCl3 dengan merk Merck
Universitas Diponegoro dengan sampel 7. FeSO4 dengan merk Merck
lindi yang diambil di titik outlet TPA 8. H2O2 PA 30% dengan merk Merck
Jatibarang pada koordinat 7O 01’ 39,04” S 9. Lindi
dan 110O 21’ 35,4” T. Diagram Alir Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN 14


Karakteristik Lindi TPA Jatibarang 13
12
Semarang 11
Berdasarkan hasil uji karakteristik awal 10 8.4
9 7.05
lindi TPA Jatibarang dengan batasan 8 6.54 6.21 6.07
7
parameter yang digunakan Peraturan 6
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor: 5 5
4
Tahun 2012 Lampiran IX (Baku Mutu Air 3
Limbah Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan 2
1
Yang Belum Ditetapkan Baku Mutunya) 0 4 8 12 16
golongan I dan untuk parameter warna Dosis FeCl3 (gram/L)
yang tidak tercantum maka digunakan
Gambar 2 : Grafik Penurunan pH
Kepmenkes No 907/Menkes/SK/VII/2002
Pengukuran pH dilakukan sebelum
telah didapatkan data seperti pada tabel 1
dan sesudah diberi perlakuan dengan
di bawah ini:
penambahan dosis koagulan FeCl3.
Tabel 4.1
Penurunan pH menjadi asam yang terjadi
Karakteristik Lindi TPA Jatibarang
pada setiap perlakuan dengan koagulan
Kota Semarang
FeCl3 disebabkan oleh FeCl3 yang bersifat
No Parameter Satuan Hasil Baku
asam dan dapat menetralkan pH yang
Analisis Mutu
tadinya basa. Semakin tinggi penambahan
1. pH - 8,4 6-9
2. Suhu o
C 29,3 38 dosis koagulan FeCl3 maka semakin besar
3. COD (mg/L) 3635 100 pula persentase menjadi asam yang terjadi.
4. BOD5 (mg/L) 1250 50 Seperti yang disebutkan (Asmadi &
5. TSS (mg/L) 746 100 Suharno, 2012) penambahan koagulan
6. Warna Pt Co 1143 15 yang semakin tinggi akan menyebabkan
Hasil Pengukuran pH Lindi TPA penurunan pH dalam kondisi asam yang
Jatibarang Pada Proses Koagulasi semakin tinggi pula.
Flokualsi FeCl3 merupakan garam logam
pH atau derajat keasamaan yang biasa digunakan sebagai koagulan.
digunakan untuk menyatakan tingkat FeCl3 digunakan sebagai koagulan karena
keasaman atau basa yang dimiliki oleh sifatnya yang akan mengion di dalam air
suatu zat, larutan atau benda. Tujuan menjadi kation. Pada gambar 2 di atas
pengukuran pH sebelum dilakukan proses dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pH
koagulasi flokulasi adalah untuk pada setiap penambahan dosis koagulan.
mengetahui pH lindi TPA Jatibarang agar Penurunan pH tersebut terjadi karena
pemilihan koagulan dapat tepat, sehingga alkalinitas yang ada dipakai untuk
proses koagulasi flokulasi dapat berjalan menghidrolisis kation besi menjadi
dengan optimum, reaksi koagulan FeCl3 padatan Fe(OH)3(Wulan P. , Dianursanti,
berlangsung pada pH optimum yaitu 4-12. Gozan, & Nugroho, 2010). Koagulan
Sedangkan pengukuran pH setelah proses FeCl3 bersifat asam dan memiliki rentang
koagulasi flokulasi bertujuan untuk pH yang lebih besar dibandingkan dengan
mengetahui seberapa besar pengaruh koagulan lainnya (Pernitsky, 2003).
perubahan nilai pH lindi TPA Jatibarang Penurunan nilai pH disebabkan
berdasarkan variasi dosis penambahan berdasarkan reaksi hidrolisis FeCl3 adalah
FeCl3 yang diberikan di sampel lindi TPA sebagai berikut:
Jatibarang. Gambar 4.3 adalah grafik Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + H+ (1)
penurunan pH setelah proses koagulasi
flokulasi:
4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Hasil Pengukuran Suhu Lindi TPA FeCl3 tidak mempengaruhi perubahan


Jatibarang suhu secara signifikan. Rentang suhu
Pengukuran suhu sebelum proses tersebut masih memenuhi baku mutu yang
koagulasi flokulasi bertujuan untuk telah ditetapkan menurut Peraturan Daerah
mengetahui kondisi awal suhu yang Provinsi Jawa Tengah Nomor: 5 Tahun
terdapat pada lindi TPA Jatibarang, 2012 lampiran IX Golongan 1 dengan
sedangkan pengukuran suhu setelah proses kadar maksimum suhu di dalam air limbah
koagulasi flokualsi bertujuan untuk sebesar 38 OC.
mengetahui pengaruh yang ditimbulkan Hasil Pengukuran Ketinggian Flok
dari proses koagulasi flokulasi dengan Lindi TPA Jatibarang
variasi dosis FeCl3. Berikut dapat dilihat Proses koagulasi flokulasi
pada gambar 3 yang menggambarkan menjelaskan mengenai sifat FeCl3 yang
mengenai perubahan suhu setelah proses akan mengion di dalam air menjadi Fe3+,
koagulasi flokulasi dengan variasi dosis kation ini nantinya akan bereaksi dengan
FeCl3: alkalinitas dan terhidrolisis menjadi
padatan hidroksida logam (2Fe(OH)3(s)).
29.5 29.3 Dengan adanya padatan hidroksida logam
29 28.5 28.5
ini, mekanisme destabilisasi partikel
28.5 28.1 koloid, khususnya mekanisme
27.7 pemerangkapan partikel koloid dalam
28
C

endapan akan dapat terjadi (flok).


O

27.5
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah
27
dilakukan dosis koagulan mempunyai
26.5
peran penting dalam menentukan ukuran
0 4 8 12 16 flok yang akan dihasilkan.
gram/L gram/L gram/L gram/L gram/L 4 gram/L
Dosis FeCl3 6
8 gram/L
Gambar 3 : Grafik Penurunan Suhu 5
Suhu lindi TPA Jatibarang setelah 12 gram/L
perlakuan berada pada rentang 28,5 OC – 4 16 gram/L
Ketinggian Flok (cm)

27,7 OC yang mana penambahan koagulan


3
pada penelitian ini tidak mempengaruhi
suhu lindi TPA Jatibarang secara 2
signifikan. Jika dilihat dari gambar 4.3
yang menjelaskan grafik perubahan suhu 1
lindi setelah proses koagulasi flokulasi
0
dengan variasi dosis koagulan FeCl3 pada
dosis 4 gram/L dan 8 gram/L penurunan 10 20 30 40 50 60
suhu berada pada titik yang sama. Jika Waktu pengendapan (menit)
koagulan FeCl3 dilarutkan dalam air
Gambar 4 : Grafik Pengukuran
mengalami hidrolisis yang merupakan
Ketinggian Flok
reaksi eksotermis, reaksi eksotermis
Jika dilihat dari grafik di atas
ditandai dengan meningkatnya suhu.
pemberian dosis koagulan FeCl3
Namun pada proses ini suhu mengalami
mempengaruhi dalam terbentuknya flok.
penurunan setelah mendapat perlakuan
Pada pemberian dosis koagulan 4 gram/L,
koagulasi flokulasi, penurunan suhu yang
8 gram/L, dan 12 gram/L terjadi
terjadi diduga karena terjadinya pelepasan
peningkatan ketinggian flok yang
panas oleh gas CO2. Sehingga dapat
terbentuk, hal tersebut dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa penambahan koagulan
5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

bahwa semakin besar dosis yang diberikan penurunan kadar COD disebabkan oleh
maka semakin tinggi flok yang terbentuk. penambahan FeCl3 sebagai koagulan pada
Namun hal tersebut tidak terjadi ketika proses koagulasi flokulasi. Pada proses
pemberian dosis 16 gram/L, ketinggian koagulasi flokulasi pada sampel lindi
flok pada dosis ini menurun jika dengan penambahan variasi konsentrasi
dibandingkan dengan dosis 8 gram/L dan koagulan FeCl3 yang disertai dengan
12 gram/L. Pada dosis 16 gram/L peran pengadukan cepat 150 rpm selama 3 menit
koagulan pada proses koagulasi flokulasi menghasilkan dispersi seragam dan
menjadi semakin menurun, dan meningkatkan kontak serta tumbukan antar
menyebabkan fungsi koagulan tidak partikel-partikel koloid, zat organik, dan
berjalan sehingga menimbulkan sifat suspended solid . Tumbukan-tumbukan
koagulan yang dapat menjadi pengotor tersebut menghasilkan reaksi kimia,
pada sampel yang akan diujikan. Hal dimana muatan negatif partikel-partikel
tersebut disebabkan oleh dosis koagulan koloid yang saling tolak menolak dalam
yang melebihi dosis optimum dapat lindi ternetralisasi oleh ion-ion positif
menyebabkan restabilisasi dari zat larutan koagulan dan akhirnya partikel-
tersuspensi (Reynold, 1996). partikel koloid saling tarik-menarik dan
Hasil Penurunan Konsentrasi COD menggumpal membentuk flok. Pengolahan
Setelah Melalui Proses Koagulasi lindi TPA Jatibarangmenggunakan metode
Flokulasi koagulasi flokulasi dengan koagulan
Nilai COD tinggi mengindikasikan FeCl3dapat menurunkan nilai COD dengan
semakin besar tingkat pencemaran air yang adanya hasil samping yaitu pembentukan
terjadi oleh bahan-bahan organik. Tujuan koloidal (2Fe(OH)3(s)) yang dapat dilihat
penyisihan nilai COD dalam lindi adalah pada reaksi (4.1) dari bahan organik yang
untuk mengurangi pencemaran air oleh bergabung menjadi partikel yang lebih
zat organik yang dapat menyebabkan besar dan kemudian mengendap. Dari
berkurangnya oksigen terlarut dalam air. penelitian ini dapat diketahui bahwa
Berikut gambar 4.5 dan tabel 4.4 berupa pengolahan lindi TPA
hasil penyisihan COD dengan variasi dosis Jatibarangmenggunakan metode koagulasi
FeCl3 flokulasi dengan koagulan FeCl3 dengan
variasi dosis dapat menyisihkan nilai COD
4000 yang dihasilkan namun nilai COD tersebut
3635
3500 3368 masih belum sesuai persyaratan Peraturan
3000 2883 Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor: 5
COD (mg/L)

2500
2297
Tahun 2012 Lampiran IX Golongan 1
2000 1846 sebesar 100mg/L. Oleh sebab itu maka
1500 akan dilakukan pengolahan lindi TPA
1000 Nilai Tertinggi Jatibarang lebih lanjut dengan metode
500 Nilai Terendah AOPs dengan Fe-H2O2.
0 Rata-rata Hasil Penurunan Konsentrasi BOD
0 4 8 12 16 Setelah Melalui Proses Koagulasi
gram/L gram/L gram/L gram/L gram/L Flokulasi
Dosis FeCl3
Nilai BOD yang tinggi dalam lindi
Gambar 5 : Grafik Penurunan COD TPA Jatibarang menunjukkan bahwa
Penggunaan keempat variasi kadar jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
FeCl3 telah dapat menurunkan kadar COD mikroorganisme untuk mengoksidasi
yang bervariasi, penurunan nilai COD bahan organik dalam air tersebut tinggi,
yang paling tinggi adalah pada pemberian berarti dalam air sudah terjadi defisit
dosis FeCl3 pada dosis 16 gr/L. Adanya
6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang larutan koagulan dan akhirnya partikel-


tumbuh dalam air disebabkan banyaknya partikel koloid saling tarikmenarik dan
makanan yang tersedia (bahan organik), menggumpal membentuk flok.
oleh karena itu secara tidak langsung Hasil Penurunan Konsentrasi TSS
BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan Setelah Melalui Proses Koagulasi
organik dalam air. Grafik penyisihan BOD Flokulasi
dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini: TSS (Total Suspended Solid) atau
1350
total padatan tersuspensi adalah padatan
1200 1250 yang tersuspensi di dalam air berupa
1050 1023 bahan-bahan organik dan anorganik yang
900 909 dapat disaring dengan kertas milipore
750 739
BOD (mg/L)

600 Nilai Tertinggi 625 berpori-pori 0,45 µm. Materi yang


450 tersuspensi mempunyai dampak buruk
300 Nilai Terendah
terhadap kualitas air karena membatasi
150 Rata-rata
0 penetrasi matahari ke badan air. Gambar 7
0 4 8 12 16
merupakan grafik penyisihan nilai TSS
gram/L gram/L gram/L gram/L gram/L dengan variasi dosis koagulan FeCl3:
Dosis FeCl3
Gambar 6 : Grafik Penurunan BOD 800
746
FeCl3 sebagai koagulan 700
mempunyai peran penting dalam 600
558
penyisihan BOD pada lindi TPA 500 503
461
Jatibarang. Penggunaan variasi dosis 400
TSS (mg/L)

353
koagulan yakni 4 gram/L, 8 gram/L, 12 300
Nilai Tertinggi
gram/L, dan 16 gram/L, penyisihan BOD 200
Nilai Terendah
pada pada dosis 16 gram/L memiliki nilai 100
Rata-rata
penyisihan terbesar yakni dapat 0
menurunkan nilai BOD dari 1250 mg/L 0 4 8 12 16
hingga 625 mg/L. gram/L gram/L gram/L gram/L gram/L
Pengolahan lindi TPA Dosis FeCl3
Jatibarangmenggunakan metode koagulasi
flokulasi dengan koagulan FeCl3dapat Gambar 7 : Grafik Penurunan TSS
menurunkan nilai BOD, hal ini disebabkan Pada gambar 7 di atas
adanya Adanya penurunan kadar BOD menunjukkan perubahan TSS akibat
disebabkan oleh penambahan FeCl3 variasi dosis FeCl3 sebagai koagulan pada
sebagai koagulan pada proses koagulasi proses koagulasi flokulasi. Perubahan ini
flokulasi. Pada proses koagulasi-flokulasi terjadi pada dosis 4 gram/L, 8 gram/L, 12
lindi dengan penambahan variasi gram/L, dan 16 gram/L. Total Suspended
konsentrasi koagulan FeCl3 yang disertai Solid (TSS) merupakan parameter penting
dengan pengadukan cepat 150 rpm selama dalam kualias air minum untuk
3 menit menghasilkan dispersi seragam keberlangsungan hidup manusia dan
dan meningkatkan kontak serta tumbukan kehidupan air (Ginting & Mamo, 2006).
antar partikel-partikel koloid, zat organik, Pada dosis FeCl3 12 gram/L TSS memiliki
dan suspended solid. Tumbukan-tumbukan nilai penyisihan yang paling besar yaitu
tersebut menghasilkan reaksi kimia, sebesar 353 mg/L , sedangkan pada dosis
dimana muatan negatif partikel-partikel 16 gram/L terjadi kenaikan nilai TSS dari
koloid yang saling tolak menolak dalam dosis sebelumnya mencapai sehingga
lindi ternetralisasi oleh ion-ion positif mengalami peningkatan menjadi 503
mg/L. Adanya penurunan kadar TSS
7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

disebabkan oleh penambahan FeCl3 1400


sebagai koagulan pada proses koagulasi Nilai Tertinggi
1200 1142
flokulasi yang melebih batas optimum. 1000 Nilai Terendah
Hal tersebut disebabkan oleh dosis Rata-rata

Warna (Pt Co)


800
koagulan FeCl3 yang diberikan sudah tidak 731
600
optimal, sehingga peran dosis yang 461
400
awalnya sebagai penyisihan TSS dapat 262
200
menjadi pengotor dari sampel yang 149
diujikan. Hal tersebut disebabkan oleh 0
dosis koagulan yang melebihi dosis 0 4 8 12 16
gram/L gram/L gram/L gram/L gram/L
optimum dapat menyebabkan restabilisasi Dosis FeCl3
dari zat tersuspensi (Reynold, 1996). Dari
penelitian ini dapat diketahui bahwa Gambar 8 : Grafik Penurunan Warna
pengolahan lindi TPA Gambar merupakan hasil dari
Jatibarangmenggunakan metode koagulasi penyisihan warna melalui metode
flokulasi dengan koagulan FeCl3 dengan koagulasi flokulasi menggunakan FeCl3
variasi dosis dapat menyisihkan nilai TSS sebagai koagulan dengan nilai penyisihan
yang dihasilkan namun nilai COD tersebut terbesar yaitu pada dosis 12 gram/L
masih belum sesuai persyaratan Peraturan mampu menyisihkan 1142 Pt Co menjadi
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor: 5 149 Pt Co, sedangkan pada variasi dosis
Tahun 2012 Golongan 1 sebesar 100 16 gram/L hanya mampu menyisihkan
mg/L. Oleh sebab itu maka akan dilakukan 1142 Pt Co menjadi 461 Pt Co. Pada dosis
pengolahan lindi TPA Jatibarang lebih 16 gram/L kemampuan dari koagulan
lanjut dengan metode AOPs dengan Fe- FeCl3 tidak dapat berjalan dengan baik
H2O2. sehingga menurunkan fungsi dari koagulan
Hasil Penurunan Nilai Warna Setelah tersebut dalam menyisihkan menurunkan
Melalui Proses Koagulasi Flokulasi nilai warna.
Warna sebenarnya (true colour) Pada gambar 8 terlihat bahwa
biasanya disebabkan oleh adanya seiring betambahnya dosis koagulan dalam
kehadiran zat organik terlarut dan koloid. proses koagulasi flokulasi, maka nilai
Sebelum pengukuran warna sebenarnya warna setelah proses semakin menurun
dilakukan penghilangan padatan dan efisiensi penurunan warna semakin
tersuspensi dengan penyaringan. Pengujian besar. Penurunan warna disebabkan oleh
warna skala laboratorium menggunakan adanya pembentukan muatan positif
metode pengujian duplo (metode hidroksida akibat reaksi hidrolisis oksida
pengujian dengan pengulangan, atau dengan air sehingga yang menyerap zat
pengujian sebanyak dua kali pada sampel organik penyebab warna (zat asam humat
yang sama. Tujuan dari penyisihan warna dan fulvat) sebelum hidroksida
adalah untuk mengurangi kehadiran zat mengendap(Hendricks, 2005). Namun, ada
organik terlarut dan koloid dalam lindi beberapa terjadinya peningkatan nilai
TPA Jatibarang. Grafik penyisihan warna warna setelah proses resirkulasi, hal
berdasarkan variasi dosis koagulan tersebut disebabkan oleh adanya muatan
FeCl3dapat dilihat pada gambar 4.8 di positif hidroksida berlebih (Amir &
bawah ini: Isnaniawardhana, 2009).
Penentuan Dosis Optimum Pada Proses
Koagulasi Flokulasi
Penentuan dosis optimum pada
proses koagulasi flokulasi berdasarkan

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

pada hasil penyisihan nilai COD, BOD, sebesar 353 mg/L dari nilai TSS lindi
TSS, dan warna yang terdapat pada lindi. sebesar 746 mg/L, sedangkan pada dosis
Grafik nilai COD, BOD, TSS, dan warna FeCl3 16 gram/L mampu menyisihkan
berdasarkan pada variasi dosis FeCl3 TSS mencapai 503 mg/L. Pada dosis
terdapat pada gambar 4.10 di bawah ini: koagulan FeCl3 12 gram/L mampu
4000 1200 menurunkan nilai warna sebesar 149 Pt Co
COD dari nilai warna lindi sebesar 2856 Pt Co,
3500 BOD
TSS 1000 sedangkan pada dosis FeCl3 16 gram/L
3000 Warna mampu menurunkan warna mencapai 461
800 Pt Co.
2500 Pada pemberian dosis FeCl3 4
gram/L, 8 gram/L, 12 gram/L, dan 16
(mg/L)

(Pt Co)
2000 600
gram/L ke lindi TPA Jatibarang mulai
1500 terbentuk buih. Dilihat pada gambar 9
400
semakin banyak dosis FeCl3 yang
1000
ditambahkan maka akan semakin banyak
200
500 buih yang dihasilkan, buih yang paling
banyak dihasilkan sehingga mengurangi
0 0
volume lindi sampai tumpah ke luar gelas
0 4 8 12 16
Dosis FeCl3 (mg/L) beaker adalah ketika penambahan FeCl3
sebesar 16 gram/L. Terbentuknya buih
Gambar 9 :Grafik Nilai COD, BOD, yang adalah hasil reaksi dari koagulan
TSS, dan Warna dengan Variasi Dosis sesuai dengan reaksi di bawah ini:
FeCl3
2FeCl3 + 3 Ca2+(HCO3-)2 2 Fe(OH)3(s)
Lindi TPA Jatibarang yang + 3CaCl2 + 6 CO2 (2)
digunakan berwarna hitam kecoklatan.
Lindi tersebut mengalami penurunan COD Dari reaksi 2 dimana hasil samping
terbaik pada dosis koagulan FeCl3 sebesar proses koagulasi flokulasi menggunakan
16 gram/L, pada dosis tersebut COD yang FeCl3 adalah terbentuknya CO2. Apabila
terkandung pada lindi sebesar 3635 mg/L dosis FeCl3 yang diberikan terlalu kecil
mampu tersisihkan hingga mencapai 1846 maka akan mengakibatkan rendahnya
mg/L, sedangkan pada dosis 12 gram/L pemerangkapan partikel koloid sehingga
mampu menyisihkan nilai COD hingga menurunkan efisiensi mekanisme sweep
mencapai 2297 mg/L. Sedangkan untuk floc, jika dosis FeCl3 yang diberikan
nilai BOD mengalami penurunan terbaik terlalu besar makan akan mengakibatkan
pada dosis koagulan FeCl3 sebesar 16 kelebihan (Fe3+) pada suspensi yang
gram/L, pada dosis tersebut BOD yang menyebakan restabilisasi muatan partikel
terkandung pada lindi sebesar 1250 mg/L koloid karena terjadinya adsorpsi counter
mampu tersisihkan hingga mencapai 625 ion dalam kasus ini adalah kation besi, bila
mg/L, sedangkan pada dosis 12 gram/L counter ion berlebih maka muatan partikel
mampu menyisihkan nilai BOD hingga koloid akan menjadi + dan partikel-
mencapai 739 mg/L. pratikel ini justru akan saling menjauh
Namun dalam penyisihan TSS dan sehingga mengakibatkan gaya van der
warna dosis koagulan FeCl3 sebesar 16 waals tidak terbentuk (Wulan P. ,
gram/L tidak dapat menyisihkan lebih baik Dianursanti, Gozan, & Nugroho, 2010).
jika dibandingkan dengan dosis koagulan Pada dosis 16 gram/L FeCl3 koagulan
12 gram/L. Pada dosis koagulan FeCl3 12 tidak berfungsi secara optimal, sehingga
gram/L mampu menyisihkan nilai TSS menjadi pengotor untuk lindi yang diberi
9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

dosis tersebut. Pernyatan tersebut pengolahan lebih lanjut. Untuk pengolahan


dibuktikan dengan meningkatnya nilai lebih lanjut akan menggunakan proses
TSS dan warna. Oleh sebab itu, dosis AOPs dengan Fe-H2O2. Proses AOPs
optimum yang dipilih pada penilitian ini menggunakan Fe-H2O2 mempunyai
adalah sebesar 12 gram/L. kelebihan dalam mereduksi kontaminan
secara signifikan, efisiensi tinggi,
meningkatkan biodegradibilitas, dapat
menghilangkan warna, COD, BOD, TSS,
minyak dan bau dari limbah yang
sederhana serta kemampuan pengolahan
berbagai zat (Tisa, 2014).
Pengaruh Waktu Kontak Terhadap
Nilai pH Pada AOPs dengan Variasi
FeSO4
Nilai pH proses AOPs dengan
Gambar 10: Penambahan Dosis FeCl3 variasi dosis dapat dilihat pada gambar 11
untuk Lindi TPA Jatibarang di bawah :
Karakteristik Lindi TPA Jatibarang
Setelah Proses Koagulasi Flokulasi 7.1
7.01 7.01 7.01
dengan Dosis FeCl3 yang Optimum 7 6.94
Karakteristik lindi TPA Jatibarang
6.9
setelah mendapatkan dosis optimum dapat 6.78 6.78 6.8
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: 6.8 6.73 6.72
6.69
Tabel 2: Data Hasil Uji Karakteristik 6.7 6.65 6.67 6.65
Lindi Setelah Koagulasi Flokulasi
dengan Dosis Optimum 6.6
6.51
No Parameter Satuan Hasil Hasil Baku 6.5 6.46
* ** Mutu 6.39 0.38 gr : 3.8 ml
1. pH - 8,3 6,3 6-9 6.4
o 6.3 0.76 gr : 3.8 ml
2. Suhu C 29,2 28,1 38
6.3 1.14 gr : 3.8 ml
3. COD (mg/L) 3468 2398 100
4. BOD5 (mg/L) 1193 625 50 0 gr : 3.8 ml
6.2
5. TSS (mg/L) 696 393 100
6. Warna Pt Co 2963 589 15 0 30 60 90 120 150 180 210 240
menit
*= Analisis Lindi
Gambar 11: Grafik Perubahan pH
**= Analisis Setelah Koagulasi Flokulasi
dengan Dosis Optimum Melalui Proses AOPs dengan Variasi
Efisiensi penyisihan yang dibahas FeSO4
dalam penelitian ini adalah COD, BOD, Pada proses AOPs nilai pH
TSS, dan warna setelah lindi TPA cenderung mengalami peningkatan dari
Jatibarang memperoleh dosis optimum kondisi sebelumnya dan masih dalam baku
dari proses koagulasi flokulasi yakni mutu yang disyaratkan. Seperti yang
sebesar 12 gram/L. Karakteristik limbah ditunjukkan pada gambar 11 nilai pH
setelah proses koagulasi flokulasi belum mengalami kenaikan setelah diberi
memenuhi baku mutu limbah sesuai perlakuan AOPs. Menurut
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa (Babuponnusami & Karrupan, 2013) pH di
Tengah Nomor: 5 Tahun 2012 Lampiran bawah 3 dapat menurunkan efisiensi
IX Golongan 1 dan Kepmenkes No degradasi karena terdapat senyawa besi
907/Menkes/SK/VII/2002, sehingga lindi kompleks yang dapat bereaksi lebih lambat
TPA Jatibarang masih membutuhkan dengan hidrogen peroksida daripada
senyawa lainnya serta dapat menghasilkan
10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

ion oxonium yang membuat hidrogen Sesuai dengan gambar 12 maka


peroksida lebih stabil dan mengakibatkan nilai suhu mengalami senderung
reaktifitas dengan ion Fe(II) berkurang. mengalami penurunan yang signifikan.
Potensial oksidasi radikal hidroksil juga Proses AOPs dengan Fenton merupakan
dapat menurun dengan bertambahnya pH. gabungan dari katalis berupa FeSO4 dan
Pada pH 5-9 proses Fenton tidak efektif oksidator kuat berupa H2O2. Pada saat
dilakukan untuk limbah cair karena pada H2O2 mengalami dekomposisi maka akan
pH basa tersebut akan semakin banyak terurai menjadi air dan gas oksigen,
terbentuk endapan/lumur (Fe3+) yang dapat dengan mengikuti reaksi eksotermis.
mengganggu efisiensi penyisihan warna Reaksi eksotermis ditandai dengan
(Mukaromah, Ana, Yusrin, & Endah, meningkatnya suhu, namun pada proses ini
2012).Pada proses degradasi senyawa suhu mengalami penurunan setelah
organik, pH larutan sangat menentukan, mendapat perlakuan AOPs dengan Fenton,
karena reaksi pembentukkan radikal bebas penurunan suhu yang terjadi diduga karena
dipengaruhi oleh pH larutan. Pembentukan terjadinya transfer panas secara konveksi
ion Ferrous dan dekomposisi H2O2 akan (transfer panas yang terjadi melalui aliran
terjadi pada kondisi asam (Wardiyati, gas maupun cair), hal tersebut diduga
2012) . Kenaikan nilai pH disebabkan oleh menjadi salah satu faktor dalam terjadinya
reaksi (2) karena menghasilkan OH- yang penurunan suhu.
dapat menekan nilai pH pada lindi TPA Pengaruh Waktu Kontak Terhadap
Jatibarang sehingga mengalami Efisiensi Penyisihan COD pada Variasi
peningkatan, reaksi terbentuknya OH- Fe-H2O2
dilihat pada reaksi di bawah ini: Hasil penyisihan COD dengan
Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH• + OH- (3) variasi dosis FeSO4 pada AOPs dapat
H2O2 → H+ +HOO• (4) dilihat pada gambar 12 di bawah ini:
Sesuai reaksi (2) tertuliskan bahwa
hasil reaksi antar Fe2+ dan H2O2 adalah 0.38 gr : 3.8 ml
2400
terbentuknya OH-. Dengan terbentuknya 2200 0.76 gr : 3.8 ml
OH- tersebut maka dapat menjadi faktor 2000 1.14 gr : 3.8 ml
nilai pH dapat mengalami peningkatan dari 1800 0 gr : 3.8 ml
1600
nilai sebelumnya. 1400
COD (mg/L)

Pengaruh Waktu Kontak Terhadap 1200


Nilai Suhu pada Variasi Fe-H2O2 1000
800
Nilai suhu dengan variasi dosis 600
dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini: 400
28.2 200
0.38 gr : 3.8 ml 0
0.76 gr : 3.8 ml
28 1.14 gr : 3.8 ml 0 30 60 90 120 150 180 210 240
menit
0 gr : 3.8 ml
27.8 Gambar 13:Grafik Penyisihan COD
Melalui Proses AOPs dengan Variasi
OC

27.6 FeSO4
27.4 Pada proses AOPs ini juga
0 60 120
menit 180 240 memungkinkan terjadinya radikal
scavanger, dimana OH● yang sudah
Gambar 12:Grafik Perubahan Suhu terbentuk dari reaksi hidrogen peroksida
Melalui Proses AOPs dengan Variasi (H2O2) dapat bereaksi kembali dengan
FeSO4 konsentrasi H2O2 yang berlebih sehingga
membentuk oksidator lain yaitu
11 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

HO2●(hidroperoxyl radical). HO2● ini ion bikarbonat dan karbonat dapat


memiliki sifat yang kurang reaktif menghambat pendekomposisian senyawa
sehingga tidak dapat bereaksi cepat dengan organik. Pada pH basa dapat terjadi
senyawa organik atau komponen- pembentukan ion karbonat yang lebih
komponen lain. Reaksi yang terjadi adalah cepat. Ion karbonat 20-30 kali lebih kuat
sebagai berikut : daripada bikarbonat dalam menghilangkan
OH• + H2O2 HO2• + H2O (5) radikal bebas. Oleh karena itu, pada pH >
Penggunaan H2O2 berlebih 10 perlu dihindari karena ion bikarbonat
berbahaya bagi banyak organisme dan akan berubah menjadi ion karbonat
akan mempengaruhi efisiensi degradasi (Salama, 2000) , sesuai dengan persamaan
keseluruhan secara signifikan. Jumlah berikut :
hidrogen peroksida yang berlebih sehingga HCO3_ H+ + CO32- (7)
tidak terpakai selama proses pengolahan Setelah melalui proses pengolahan
tidak dianjurkan (Babuponnusami & AOPs dengan variasi Fenton, terjadi
Karrupan, 2013). penurunan COD. Hal ini tidak lepas dari
Data hasil pengolahan juga adanya radikal hidroksil yang berikatan
menunjukkan bahwa secara keseluruhan dengan senyawa organik sesuai reaksi
dari masing-masing perlakuan, penyisihan berikut (Munter, 2001) :
COD mengalami fluktuasi. Nilai COD RH + OH• H2O + R• (8)
yang fluktuatif diduga disebabkan oleh Hasil penelitian menunjukkan
radikal hidroksil yang berkerja sebagai bahwa proses Fenton dengan penambahan
pemotong/penyederhana rantai organik Fe 1,14 gr menit ke-180 menunjukkan
bekerja belum optimal, sehingga proses efisiensi penyisihan COD tertinggi yaitu
dekomposisi rantai organik belum berjalan mencapai 64,2 %. Belum maksimalnya
dengan sempurna (Munter, 2001). Contoh pengolahan lindi pada proses ini
proses dekomposisi organik (methanol) disebabkan oleh lindi TPA Jatibarang
oleh radikal hidroksi adalah sebagai setelah proses koagulasi flokulasi dengan
berikut: FeCl3 tidak berada dalam kondisi pH
asam. Sehingga kemampuan radikal
hidroksil yang terbentuk sulit untuk
mendegradasi senyawa organik secara
keseluruhan.
(6) Seperti studi yang dilakukan
Menurut (Snoeyink & D., 1980), (Kurniawan & A, 2006) menyebutkan
dalam pH asam menghasilkan CO2 yang dalam proses Fenton keadaan asam yaitu
akan bereaksi dengan air meghasilkan dengan pH optimum, kehadiran ion H+
asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat dibutuhkan untuk proses dekomposisi
akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion H2O2 sehingga menghasilkan radikal
bikarbonat. Ion bikarbonat akan terurai hidroksil yang banyak untuk
menjadi ion hidrogen dan ion karbonat. meningkatkan efisiensi oksidasi. Ketika
Ion bikarbonat dan karbonat berperan pH 5-9 kecepatan dekomposisi H2O2
sebagai inhibitor dimana radikal hidroksil menurun karena pada pH basa tersebut
akan berikatan dengan ion tersebut dan akan semakin banyak terbentuk
membentuk karbonat radikal yang dapat endapan/lumur (Fe3+) yang dapat
bereaksi pula dengan senyawa organik. mengganggu penyisihan (Mukaromah,
Pada kondisi ini dapat terjadi persaingan Ana, Yusrin, & Endah, 2012). Reaksi
pengikatan senyawa oleh radikal hidroksil hanya dengan H2O2 saja tidak efektif
yaitu persaingan antara ion bikarbonat, untuk mendegradasi kontaminan dengan
karbonat dan senyawa organik. Kehadiran
12 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

kandungan organik tinggi dan akan 2014) disebutkan bahwa senyawa H2O2
berjalan lambat untuk dekomposisi diduga dapat berperan sebagai senyawa
(Kurniawan & A, 2006). pengganggu terhadap pengukuran BOD.
Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Jika sampel BOD mengandung zat racun,
Efisiensi Penyisihan BOD pada Variasi maka pertumbuhan bakeri rendah dan
Fe-H2O2 mengakibatkan angka BOD tinggi.
Hasil pengolahan BOD melalui Namun, hal ini tidak mempengaruhi
AOPs dengan variasi FeSO4 dapat dilihat analisi COD yang tidak tergantung dari
pada gambar 14 berikut: pertumbuhan bakteri. Peningkatan nilai
biodegradibilitas pada lindi TPA
900 0.38 gr : 3.8 ml Jatibarang akan memudahkan limbah
800 0.76 gr : 3.8 ml untuk diolah secara biologis pada proses
1.14 gr : 3.8 ml
700 0 gr : 3.8 ml 568 selanjutnya.
600 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap
500 Efisiensi Penyisihan TSS pada Variasi
BOD (mg/L)

341
400 Fe-H2O2
300 284 Hasil pengolahan TSS pada lindi
200
227 TPA Jatibarang dapat dilihat pada gambar
100
15 berikut:
0
700
0 30 60 90 120 150 180 210 240
menit
600
Gambar 14 :Grafik Penyisihan BOD
Melalui Proses AOPs dengan Variasi 500
FeSO4
TSS (mg/L)

Jika dilihat terhadap waktu kontak 400


pengolahan, efisiensi penyisihan BOD
300
pada AOPs kombinasi Fenton variasi
FeSO4 dengan waktu kontak pengolahan 200 0.38 gr : 3.8 ml
60 menit efisiensi penyisihan berkisar 18,2 0.76 gr : 3.8 ml
% sampai dengan 45,5 %, pada waktu 100 1.14 gr : 3.8 ml
kontak pengolahan 120 menit efisiensi 0 gr : 3.8 ml
0
penyisihan berkisar 9,1 % sampai dengan
0 30 60 90 120 150 180 210 240
45,5 %, pada waktu kontak pengolahan menit
180 menit efisiensi penyisihan berkisar
18,2 % sampai dengan 54,5 %, sedangkan Gambar 15 :Grafik Penyisihan TSS
pada waktu kontak pengolahan 240 menit Melalui Proses AOPs dengan Variasi
efisiensi penyisihan berkisar 9,1 % sampai FeSO4
dengan 63,6 %. Pada dosis 1,14 gram Pada proses AOPs Fe-H2O2
FeSO4 : 3,8 ml H2O2 menit ke-180 dan ke- penyisihan TSS dengan penambahan 0,38
240 nilai BOD mengalami peningkatan gram FeSO4 mengalami peningkatan pada
yang cukup tinggi, hal ini menunjukkan menit ke-60 yaitu sebesar 620 mg/L, pada
bahwa proses AOPs menghasilkan radikal menit ke-120 mengalami penurunan
hidroksil yang mampu meningkatkan hingga mencapai 495 mg/L untuk menit
biodegradibilitas lindi TPA Jatibarang. ke-180 mengalami penurunan mencapai
Kehadiran H2O2 bebahaya bagi 321 mg/L, dan pada menit ke-240
kehidupan organisme, ketika jumlah H2O2 mengalami penurunan mencapai 313
berlebih (Kurniawan & A, 2006). Menurut mg/L. Pada penambahan 0,76 gram FeSO4
studi yang dilakukan (Sururi & Mohamad, mengalami peningkatan pada menit ke-60

13 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

yaitu sebesar 608 mg/L, pada menit ke-120 berwarna merah. Pada proses Fenton,
mengalami penurunan hingga mencapai Penyisihan TSS terbaik terjadi pada menit
443 mg/L untuk menit ke-180 mengalami ke-240 dengan penambahan Fe 1,14 gr
penurunan mencapai 297 mg/L, dan pada yaitu mencapai 192 mg/l. Jika
menit ke-240 mengalami penurunan dibandingkan dengan penambahan Fe 0,38
mencapai 233 mg/L. Pada variasi gr dan Fe 0,76 gr, nilai penyisihan TSS
penambahan 1,14 gram FeSO4 mengalami dosis Fe 1,14 gr seiring waktu proses
peningkatan pada menit ke-60 yaitu pengamatan selama 4 jam. Pada
sebesar 589 mg/L, pada menit ke-120 penambahan Fe 1,14 gr menghasilkan
mengalami penurunan hingga mencapai penyisihan organik yang paling besar. Hal
426 mg/L untuk menit ke-180 mengalami ini dikarenakan telah terjadi peningkatan
penurunan mencapai 203 mg/L, dan pada ion Fe2+ dengan konsentrasi H2O2 yang
menit ke-240 mengalami penurunan digunakan sehingga mampu meningkatkan
mencapai 192 mg/L. Sedangkan untuk degradasi. Ion Fe2+ yang dioksidasi akan
proses AOPs tanpa penambahan FeSO4 menghasilkan ion Fe3+. Jika jumlah ion
nilai TSS mengalami peningkatan sebesar garam besi tidak digunakan akan
615 mg/L pada menit ke-60, kemudian memberikan kontribusi bagi total padatan
mengalami penurunan pada menit ke-120 terlarut dalam limbah (Babuponnusami &
yaitu sebesar 432 mg/L, untuk menit ke- Karrupan, 2013). Peningkatan nilai TSS
180 mengalami penurunan mencapai 216 pada menit ke-60 dan ke-120 dapat
mg/L dan pada menit ke-240 mengalami dikaitkan juga dengan keadaan pH,
penurunan hingga mencapai 208 mg/L, semakin basa keadaan suatu pH maka
menurut (Mukaromah, Ana, Yusrin, & jumlah TSS akan semakin meningkat. Hal
Endah, 2012) pada pH 5-9 proses Fenton ini dikarenakan pada saat keadaan pH basa
tidak efektif dilakukan untuk limbah cair dapat mempercepat reaksi oksidasi hingga
karena pada pH basa tersebut akan terbentuk Fe3+ yang mengendap dan
semakin banyak terbentuk endapan/lumur menghasilkan semakin banyak endapan
(Fe3+) yang dapat mengganggu efisiensi lumpur.
penyisihan warna dan TSS. Pada proses Pengaruh Waktu Kontak Terhadap
kombinasi Fe-H2O2 dengan variasi FeSO4 Efisiensi Penyisihan Warna pada
1,14 gr menit ke-240 nilai TSS mengalami Variasi Fe-H2O2
penurunan yang signifikan terhadap TSS, Hasil penyisihan warna lindi TPA
hal tersebut sebanding dengan nilai COD Jatibarang dapat dilihat pada tabel 4.14
yang mengalami penurunan terbaik pada dan gambar 16 di bawah ini:
menit ke-240 dengan nilai FeSO4 1,14 gr. 700
630 0.38 gr : 3.8 ml
Berdasarkan penelitian (Isyuniarto, 560 0.76 gr : 3.8 ml
2006) penurunan partikulat TSS 490 1.14 gr : 3.8 ml
dikarenakan radikal hidroksil langsung 420 0 gr : 3.8 ml
Warna (Pt Co)

bertumbukan dengan zat organik dalam air 350


280
limbah sehingga dapat mengoksidasi 210
parameter pencemar dalam air limbah. 140
Terbentuknya Fe3+ dihasilkan melalui 70
0
reaksi (3), hasil samping dari Fe2+ dan
0 30 60 90 120 150 180 210 240 menit
H2O2 adalah terbentuknya Fe3+. Fe3+
merupakan kation golongan IIIA yang
mudah larut dalam suasana asam, jika Gambar 16:Grafik Penyisihan Warna
laurtan tidak berada dalam suasana asam Melalui Proses AOPs dengan Variasi
maka Fe3+ akan membentuk endapan FeSO4

14 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Jika dilihat terhadap waktu kontak dosis koagulan FeCl3 sebesar 16


pengolahan, efisiensi penyisihan warna gram/L tidak dapat menyisihkan lebih
pada AOPs kombinasi Fenton variasi baik jika dibandingkan dengan dosis
FeSO4 dengan waktu kontak pengolahan koagulan 12 gram/L. Pada dosis 16
60 menit efisiensi penyisihan berkisar 33,7 gram/L FeCl3 koagulan tidak
% sampai dengan 67,5 %, pada waktu berfungsi secara optimal, sehingga
kontak pengolahan 120 menit efisiensi menjadi pengotor untuk lindi yang
penyisihan berkisar 43,4 % sampai diberi dosis tersebut. Pernyatan
dengan 72,3 %, pada waktu kontak tersebut dibuktikan dengan
pengolahan 180 menit efisiensi penyisihan meningkatnya nilai TSS dan warna.
berkisar 53,0 % sampai dengan 81,9 %, Oleh sebab itu, dosis optimum yang
sedangkan pada waktu kontak pengolahan dipilih pada penilitian ini adalah
240 menit efisiensi penyisihan berkisar sebesar 12 gram/L.
57,8 % sampai dengan 81,9 %. Pada 3. Setelah penentuan dosis optimum dari
waktu pengamatan ke-180 menit dan ke- proses koagulasi flokulasi,
240 menit dengan penambahan dosis 0,76 karakteristik lindi TPA Jatibarang
gr dan 1,14 FeSO4, perubahan warna masih berada di atas baku mutu sesuai
mengalami stabil. Pemberian Fe-H2O2 Peraturan Daerah Provinsi Jawa
pada kondisi lindi yang tidak berada pH Tengah Nomor: 5 Tahun 2012
disekitar 3 mengakibatkan terbentuknya Lampiran IX Golongan I dan
endapan lumpur, sehingga proses Kepmenkes No
penyisihan warna kurang optimal. 907/Menkes/SK/VII/2002. Oleh sebab
Terbentuknya Fe3+ dihasilkan melalui itu diperlukan AOPs sebagai proses
reaksi (4.3), hasil samping dari Fe2+ dan lanjutannya. Hasil penelitian
H2O2 adalah terbentuknya Fe3+. Fe3+ menunjukkan bahwa efisiensi COD,
merupakan kation golongan IIIA yang TSS, dan warna terbaik terjadi pada
mudah larut dalam suasana asam, jika proses Fenton dengan penambahan
laurtan tidak berada dalam suasana asam 1,14 gr FeSO4 : 3,8 ml H2O2 pada
maka Fe3+ akan membentuk endapan menit ke-240. Sedangkan nilai BOD
berwarna merah. Endapan berwarna merah mengalami peningkatan setelah
yang dihasilkan oleh Fe3+ mengakibatkan melalui AOP ini. Namun jika dilihat
terganggunya AOPs dalam proses rasio BOD/COD maka setelah AOPs
penyisihan warna penyisihan warna. mengalami peningkatan dari 0,3
menjadi 0,6. Hal ini menandakan
bahwa kemampuan biodegradibilitas
KESIMPULAN DAN SARAN lindi TPA Jatibarang meningkat.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini Saran
adalah sebagai berikut: Saran yang dapat diberikan dalam
1. Karakteristik awal lindi TPA penelitian ini adalah:
Jatibarang yang akan diolah 1. Sebaiknya dilakukan penelitian
mempunyai nilai COD, BOD, TSS, lebih lanjut mengenai buih yang
dan warna yang tinggi dan memiliki dihasilkan pada setiap variasi FeCl3
pH yang bersifat basa. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian
2. Dosis optimum koagulan FeCl3 untuk lebih lanjut mengenai pH
pengolahan lindi di TPA Jatibarang adjustment untuk lindi yang akan
adalah sebesar 12 gram/L. Pada dosis diberi perlakuan AOPs dengan
16 gram/L penyisihan TSS dan warna Fenton

15 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

3. Sebaiknya dilakukan penelitian Turbidimeter Method. Surface


lebih rinci untuk pengolahan di Water Quality Volume, 815-823.
menit ke-0 sampai dengan menit ke-
60 pada AOPs untuk mendapatkan Hendricks, D. (2005). Water Treatment
waktu optimum pendegradasi Unit Processes: Physical and
parameter Chemical. USA: Taylor and
4. Sebaiknya setelah AOPs dengan
Francis Groups.
Fenton (Fe-H2O2) dilakukan
pengolahan tambahan secara biologi Isyuniarto. (2006). Aplikasi Ozon Hasil
agar lindi TPA Jatibarang dapat
Lucutan Plasma untuk
memenuhi baku mutu yang ditetapkan
Menurunkan nilai pH, COD, BOD,
dan Jumlah Bakteri Limbah Cair
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit. Serpon: 2006.
Alaerts, G. (1984). Metode Penelitian Air.
Surabaya: Usaha Nasional. Kurniawan, T., & A. (2006). Radicals-
Catalyzed Oxidation Reactions For
Ali, M. (2011). Rembesan Air Lindi Degradation Of Recalcitrant
Dampak Pada Tanaman Pangan Compounds From Landfill
dan Kesehatan. Surabaya: UPN Leachate. Hong Kong: Hongkong
Press. Polytechnic University.

Amir, R., & Isnaniawardhana, J. (2009). Masduqi, A., & Slamet, A. (2000). Satuan
Penentuan Dosis Optimum Proses. Surabaya: ITS.
Alumunium Sulfat Dalam
Pengolahan Air Kali Cileulueur Mukaromah, Ana, H., Yusrin, & Endah,
Kota Ciamis dan Pemanfaatan M. (2012). Degradasi Zat Warna
Resirkulasi Lumpur dengan Rhodamin B secara Advanced
Parameter pH, Warna, Kekeruhan, Oxidation Processes Metode
dan TSS. 10. Fenton Berdasarkan Variasi
Konsentrasi H2O2. LPPM
Asmadi, & Suharno. (2012). Dasar-Dasar UNIMUS.
Teknologi Pengolahan Air Limbah
. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Munter, R. (2001). Advanced Oxidation
Processes – Current Status and
Babuponnusami, A., & Karrupan. (2013). Prospects. Estonia: Tallinn
Review on Fenton and Technical University.
Improvements to the Fenton
Process for Wastewater Treatment. Pernitsky, D. (2003). Coagulant. Alberta:
Associated Engineering Calgary.
Damanhuri, E. (2008). Diktat Landfilling
Limbah. Bandung: FTSL ITB. Reynold. (1996). Unit Operation and
Processes in Environmental
Ginting, D., & Mamo, M. (2006). Engineering. Monterey:
Measuring Runoff-Suspended Brooks/Cole Engineering Division.
Solids Using an Improved

16 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Rui, M. L., Daud, Z., & Abdul Latif, A. A. Tisa, F. (2014). Applicability of Fluiized
(2012). Treatment of Leachate by Bed Reactor in Recalcitrant
Coagulation-Flocculation using Compound Degradation Through
Different Coagulants and Polymer: Advanced Oxidation Processes : A
A Review. 2. Riview.

S.K, S., & Tang, W. (2013). Statistical Wardiyati, S. (2012). Dekolorisasi Limbah
Analysis of Optimum Fenton Industri Batik Menggunakan
Oxidation Conditions for Landfill Proses Fenton dan Foto Fenton.
Leachate Treatment. Mature Serpong: BATAN.
Landfill Leachate Treatment by
Coagulation/Flocculation Wulan, P., Dianursanti, Gozan, M., &
Combined with Fenton and Solar Nugroho, W. (2010). Optimasi
Photo-Fenton Process, 81-88. Penggunaan Koagulan Pada
Pengolahan Air Limbah Batubara.
Salama, A. (2000). Ozone Oxidation Prosiding Seminar Nasional
Capabilites. Ozonmax Ltd. Teknik Kimia, F06-3.

Snoeyink, V., & D., J. (1980). Water Wulan, P., Dianursanti, Gozan, M., &
Chemistry. United States of Nugroho, W. A. (2010). Optimasi
America: John Wiley & Sons Inc. Penggunaan Koagulan Pada
Pengolahan Air Limbah Batubara.
Sururi, & Mohamad, R. (2014). Prosiding Seminar Nasional
Pengolahan Lindi dengan Proses Teknik Kimia "Kejuangan", (pp.
Oksidasi Lanjut Berbasis Ozon. F06-3). Yogyakarta.
Bandung: Institut Teknologi
Nasional.

17 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai