U DENGAN BRONKOPNEUMONIA
TAHUN 2021
DISUSUN OLEH :
FEBRIA NALDI (2114901036)
JUMIVA (2114901032)
PUTI RANIA YULASTARI (2114901022)
CI AKADEMIK CI KLINIK
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus tentang Bronkopneumonia
diruang Anak RSUD. M. Natsir Solok. Studi kasus ini penulis sajikan secara sistematis serta
dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah di pahami.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan ilmu, arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati dan penuh penghargaan, penulis
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak/Ibu pimpinan RSUD M.Natsir Solok yang telah memberikan izin untuk penulis bisa
menuntut ilmu dirumah sakit.
2. Ibu Ns. Yance Mairiska, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk berbagi ilmu dengan penulis.
3. Ibu Ns. Rina Mariana, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi kasus ini.
4. Anak Ulfatul sebagai pasien yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan
pengkajian asuhan keperawatan.
5. Teman-teman yang telah bersedia ikut andil dan bekerjasama untuk menyelesaikan laporan
kasus.
Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan
kesempurnaannya. Semoga kasus seminar ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
A. Pengkajian……………………………………………………………………….. 25
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………… 30
C. Rencana Keperawatan…………………………………………………………… 36
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................46
B. Saran........................................................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan masa dimana organ-organ tubuhnya belum berfungsi secara
optimal sehingga anak lebih rentan terhadap penyakit.Salah satu penyakit yang sering
menyerang anak adalah bronkopneumonia (Marini,2014). Penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab
kesakitan dan kematian bayi dan balita (Sugihartono dalam Kaunang,2016). Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah (Putraprabu dalam Maramis, 2013).
Menurut WHO tahun 2008, insiden pneumonia anak-balita di Negara berkembang
adalah 151,8 juta kasus setiap tahun, 10% diantaranya merupakan pneumonia berat dan
perlu perawatan rumah sakit. Di Negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga
total insiden pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia anak balita setiap
tahun. Terdapat 15 negara dengan insiden pneumonia anak balita paling tinggi mencakup
74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terdapat di 6
negara , mencakup 44% populasi anakbalita di dunia (kemenkes RI dalam GASS,2014). Di
Indonesia kasus balita dengan bronkopneumonia pada tahun 2016 mencapai 50.378 kasus
(Kemenkes RI,2016).
Menurut (Hidayat dalam Novendiar,2017) bronkopneumonia merupakan
peradangan pada parenkim paru. Penyebab dari penyakit ini yaitu karena bakteri, virus,
jamur dan benda asing. Kemudian ditandai dengan gejala demam yang tinggi, dispnea,
napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. Proses
peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia mengakibatkan produksi sekret
meningkat sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul masalah dan
salah satu masalah tersebut adalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
iv
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengalami masalah
tersebut adalah dengan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips Breathing dapat
meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus paru sehingga tekanan alveolus
meningkat dan dapat mendorong sekret pada jalan nafas saat ekspirasi. PLB bisa digunakan
pada anak yang mau diajak kerjasama. Untuk dapat menarik minat anakanak, dibutuhkan
modifikasi intervensi yaitu dengan aktivitas bermain meniup mainan tiupan yang
mekanismenya mirip dengan PLB. (Sulisnadewi,2015)
Tujuan latihan pernafasan adalah untuk mengatur frekuensi dan pola nafas sehingga
mengurangi air trapping, memperbaiki fungsi diafragma, memperbaiki mobilitas sangkar
thoraks, memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa
meningkatkan kerja pernapasan, mengatur dan mengkoordianasikan kecepatan pernapasan
sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan. Menurut penelitian
(Sulisnadewi, 2015) penerapan teknik pursed lip breathing pada anak balita dilakukan
sebanyak 30 kali selama 10-15 menit. Anak yang mengalami pneumonia 46,7% laki-laki
dan 53,3% perempuan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi nafas responden setelah
diberikan mainan tiupan balon menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu Heart
Rate sesudah dilakukan PLB lebih tinggi daripada sebelumnnya.
B. Rumusan Masalah
v
1. Melakukan pengkajian Bronkopenumonia pada An. U di ruamg Anak RSUD M.
NATSIR di Solok.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan Bronkopenumonia pada An. U di ruamg Anak
RSUD M. NATSIR di Solok.
3. Menyusun intervensi keperawatan pada Bronkopenumonia pada An. U di ruamg
Anak RSUD M. NATSIR di Solok.
4. Melakukan implementasi Bronkopenumonia pada An. U di ruamg Anak RSUD M.
NATSIR di Solok.
5. Melakukan evaluasi keperawatan Bronkopenumonia pada An. U di ruamg Anak
RSUD M. NATSIR di Solok.
b. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan keperawatan yang baik sesuai
dengan asuhan keperawatan dengan Bronkopneumonia.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi sperti bakteri,
virus, jamur, dan benda-benda asing (Bennete, 2013).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (Sylvia A.Price
& Lorraine M, W 2007). Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan
juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan
tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak
dan orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infekksi
yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Bradley et.al., 2011). Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut
pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,
vii
virus, jamur, dan parasit (PDPI, 2014: Djojodibroto, 2009). Peradangan pada paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam
pneumonia (Dahlana, 2014).
B. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan da karena adanya penurunan mekanisme pertahanan
daya tahan tubuh terhadap ahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan
silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa,
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan mikoplasma,
dan riketsia. riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. Patofosiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk
ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
viii
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan danmenginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam
paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada dinasofaring dan
orofaring serta perluasan 9 langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen
( Nurarif dan Kusuma, 2013)
D. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,
Bronkopneumonia.
ix
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community
acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-
based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia virus
Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia atipikal.
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia persisten.
E. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak, orang
dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang-orang dengan kondisi
kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi
bronkopneumonia yang mungkin terjadi, termasuk :
1. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi organ
lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ.
2. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paruparu. Kondisi
ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-kadang diperlukan
pembedahan untuk menyingkirkannya.
3. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-paru
dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan jarum atau
tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi
bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.
4. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi pernapasan. Jika
tidak segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi
dan berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus menerima
bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).
x
Komplikasi yang terjadi pada bronchopneumonia adalah (Wijaya & Putri, 2013):
1. Atelektasis
Atekektasis merupakan pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru akibat kurangnya mobilasi atau reflek batuk hilang.
2. Empisema
Empisema merupakan keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau terdapat pada seluruh rongga pleura.
3. Otitis Media Akut.
4. Meningitis
Meningitis merupakan infeksi yang menyerang selaput otak.
5. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru, yang dikenal sebagai efusi pleura
6. Gagal ginjal
7. Gagal jantung, serangan jantung, dan ritme jantung yang tidak normal
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit pneumonia adalah
dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan vaksinasi (Pardede dalam Marni,
2014). Pengobatan suportif bila virus pneumonia , bila kondisi anak berat harus dirawat di
rumah sakit. Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan anak dan sesuai program
pengobatan , lakukan fisioterapi dada untuk membantu anak mengeluarkan dahak, setiap
empat jam atau sesuai petunjuk, berikan cairan intravena untuk mencegah dehidrasi. Untuk
mengatasi infeksi, berikan antibiotik sesuai program, misalnya amoxicillin,
clarithromycin/erythromycin dan ampicillin.
Ada dua golongan antibiotik yang dipakai untuk mengobati pneumonia yaitu
golongan penicillin dan golongan sefalosporin. Apabila pada pemeriksaan pewarnaan gram
terdapat organisme, dan cairan berbau tidak enak maka lakukan pemasangan chest tube.
Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak walaupun jika unutk
terapi zink kurang bermanfaat. Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif
terhadap pemulihan demam, sesak nafas, dan laju pernapasan (Riyadi,2012).
xi
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah
pemeriksaan leukosit, akan tetapi jika pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukopenia
sedangkan penyebabnya sudah diketahui adalah bakteri , maka keadaan ini merupakan
petunjuk prognosis yang semakin memburuk. Kultur darah positif pada sebagian kasus,
akan terjadi peningkatan laju endapan darah. Pemeriksaan foto thoraks akan terlihat
infiltrat lobar atau interstisial di parenkim paru, pada pewarnaan gram pada dahak terhadap
organisme dan pemeriksaan WBC (White Blood Cell) biasanya akan didapatkan kurang
dari 20.000 cells mm3.x (Marni, 2014).
H. Pathway Bronkopneumonia
Koping keluarga tidak efektif Proses sakit pada anak Jamur, virus, bakteri, protozoa
Proses sakit pada anak
Proses Peradangan
Saluran Pernafasan Atas
xiii
g. Pola perpsepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak
suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun
yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang
terdekat (orang tua).
i. Pola seksual-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara atau biasanya penundaan. j. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stres adalah anak sering menangis,
kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka
marah.
j. Pola nilai–keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
2. Diagnosa
Diagnosa yang sering muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
pada anak dengan bronkopneumonia menurut (Marni,2014) adalah :
a. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas.
b. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
c. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
d. (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.
xiv
e. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang asing,
ketidaknyamanan.
f. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua, keterbatasan
lingkungan.
g. (D.0037) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare
3. Intervensi
Perencanaan tindakan yang dapat diterapkan pada gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi menurut (Riyadi,2012) dan (Marni,2014) :
a. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan inflamasi
Hasil yang diharapkan : kesulitan bernapas pada anak berkurang yang ditandai
dengan periode istirahat yang cukup , tidak ada bising suara napas (crekles dan
ronkhi), frekuensi pernapasan dan jantung dalam batas normal.
Intervensi :
1) Auskultasi paru terhadap tanda peningkatan pembengkakan jalan napas,
kemungkinan obstruksi, termasuk dispnea, takipnea dan mengi.
2) Kaji pengeluaran liur.
3) Beri kebebasan anak untuk mengambil posisi yang menyenangkan, posisi
fowler/semi fowler.
4) Monitor status pernapasan dan tanda vital terus menerus.
5) Lakukan penghisapan lendir bila perlu.
6) Lakukan fisioterapi dada setiap empat jam , sebelum makan dan istirahat atau
sesuai petunjuk.
b. (D.0003)Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan terkumpulnya
eksudat dan meningkatnya produksi mukosa. Hasil yang diharapkan : pertukaran
gas pada anak akan meningkat yang ditandai oleh kemudahan bernapas, warna
kulit normal, dan berkurangnya kegelisahan.
Intervensi :
1) Kaji status pernapasan anak untuk mengetahui adanya dispnea, takipnea,
mengi, krakles, ronkhi, dan sianosis. Rasional :distress pernafasan yang
dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan
kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
xv
2) Atur posisi anak supaya nyaman. Rasionalnya meningkatkan rasa aman dan
nyaman dapat menurunkan komponen psikologis sehingga menurunkan
kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologi.
3) Berikan oksigen dengan sungkup wajah/ sungkup kepala.
4) Ajarkan dan anjurkan batuk efektif dan napas dalam setiap 2 jam.
5) Lakukan penghisapan lendir bila perlu.
6) Lakukan fisoterapi dada setiap empat jam, sebelum makan dan istirahat, atau
sesuai petunjuk.
7) Anjurkan pemberian asupan cairan peroral jika tidak ada kontradiksi.
8) Ubah posisi setiap dua jam.
9) Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi anak (buku, majalah, video
game, dan lain-lain).
c. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan). Rasional : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : Adanya
peningkatan berat badan sesuai, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak
ada tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi :
xvi
d. (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan. Rasional : Mampu melakukan
aktivitas fisik tanpa di sertai peningkatan tekanan darah, Mampu melakukan
kativitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri, Tanda-tanda vital normal, Mampu
berpindah dengan atau tanpa bantuan alat, Sirkulasi status baik
Intervensi :
1) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mamou dilakukan.
2) Monitor respon fisik, emosi,social, dan spiritual.
3) Sediakan penguatan yang positif.
4) Bantu pasien keluarga untuk mengidentifikasi kekuragan saat beraktivitas
5) Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
6) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
4. Implementasi
Implementasi Menurut (Wilkinson dalam Endang,2015)
a. Implementasi keperawatan dan rasional ketidakefektifan bersihan jalan napas yng
dilakukan adalah :
1) Monitor vital sign (suhu, nadi, RR) dengan rasional untuk mengetahui keadaan
umum klien.
2) Monitor respirasi dan oksigenasi dengan rasional penurunan bunyi napas dapat
menunjukkan atelectasis.
3) Auskultasi bunyi napas dengan rasional untuk mencatat adanya suara napas
tambahan.
4) Sajikan minum hangat atau air susu hangat dengan rasional dapat
mengeluarkan secret.
5) Kolaborasi dalam pemberian terpai nebulizer 2,5 mg dengan rasional
melancarkan jalan napas
b. Implementasi keperawatan dan rasional pola napas tidak efektif yang dilakukan
adalah :
1) Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan dengan rasional mengetahui
frekuensi kedalaman nafas.
2) Monitor vital sign dengan rasional mengetahui keadaan umum klien.
3) Auskultasi bunyi napas dengan rasional mengetahui suara napas tambahan.
4) Kolaborasi dalam pemberian oksigen 2 liter/menit dengan nasal kanul dengan
rasional memenuhi kebutuhan oksigenasi.
6. Evaluasi
xvii
Diharapkan pasien dapat melakukan teknik nafas dalam dengan baik dan benar.
Selain itu diharapkan agar pasien tidak sesak nafas lagi ditandai dengan RR yang
menurun, tidak adanya penggunaan otot-otot tambahan pernafasan.
BAB III
LAPORAN KASUS
DATA DEMOGRAFI :
Nama : An. U
Jenis kelamin : Perempuan
TTL : 29-07-2019 (2,5 tahun)
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Data Orang tua :
ALASAN MASUK RS :
Pada tanggal 14 Desember 2021 dilakukan pengkajian pada ibu An.A, ibu pasien
mengatakan An.A batuk berulang ulang tiap 1 jam/Hari SMRS, ketika batuk terdengar
ada dahak nya namun anak tidak bisa mengeluarkan dahak dan anak menangis
mengeluh sakit saat batuk, anak mengeluh nyeri dada karena batuk dan tampak anak
xviii
juga memegangi dada nya. 30 menit sebelum dibawa ke RS anak terus terusan batuk
hingga telapak tangan, ibu pasien juga mengatakan pasien sesak, sulit bernapas hingga
menggunakan otot bantu napas, kaki dan perut membiru kemudian dibawa ke
puskesmas terdekat untuk mendapatkan bantuan, di Puskesmas pasien mendapat O2 3
liter dan langsung dilarikan ke RSUD M. Natsir.
Tanda vital :
TD 110/70
Suhu 36’c
RR 50x/i
N 120x/i
RIWAYAT KESEHATAN :
xix
Riwayat alergi : tidak ada
PB : 49cm
LK : 35cm
APGAR Score :8
xx
h. Tonic Neck(memutar kepala saat tengkurap) : ada
i. Pola tidur : siang 3 jam, malam 7 jam, frekuensi tidur 2
kali/hari
j. Tengkurap usia : 7 bulan
k. Duduk usia : 8 bulan
l. Berdiri usia : 9 bulan
m. Berjalan usia : 9 bulan
n. Bicara usia : 11 bulan
o. Tumbuh gigi usia : 8 bulan
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
RIWAYAT IMUNISASI :
xxi
Usia 1 bulan BCG, Hepatitis B1.
Usia 2 bulan Polio 1, Hepatitis B2, DPT1
Usia 3 bulan DPT2, Polio2, Hepetitis B3
Usia 4 bulan DPT3, Polio3
Usia 6 bulan Influenza
Usia 9 bulan Campak, MMR
Usia 13 bulan Varisella
PEMERIKSAAN FISIK :
TD 110/70 mmHg
RR 50 x/i
S 37’c
SPO2 99%
BB 9,6 kg
PB 80 cm
LILA 15 cm
Rambut : hitam
Mulut : bersih
Kepala :Normosefali
GCS :E4 M6 V5
Kesadaran :CM
xxii
Mata
Dada :Simetris
Lingkar dada : 50 cm
Batuk : ya
Abdomen
Gastrointestinal
Mual : tidak
Asites : tidak
Distensi : tidak
Muskuloskeletal
xxiii
Kekuatan otot : normal
Postur : normal
Kulit : sianosis
Hematoma : tidak
Sianosis : tidak
Pucat : tidak
Pallor : tidak
CRT : <3detik
Akral : hangat
Integument
Eliminasi :
Vagina : normal
Kenyamanan fisik
xxiv
3. Selera makan Baik Menurun
4. Berat badan 11 kg 9,6 kg
5. tinggi badan 80 cm 80 cm
6. lingkar lengan atas 16 15
Bab : normal
xxv
2. pola tidur Normal Terganggu karena batuk, dan
susah mengeluarkan dahak
3.kebiasaan tidur memeluk ibu memeluk ibu
Aktivitas bermain
1. jenis bermain Bermin boneka Bermain HP
Kecemasan
1. pencetus keceman - -
2.reaksi cemas - -
3.penatalaksanan oleh pegasuh - -
Data Fokus
DO : DS :
Pola nafas pasien Takipneu -Ibu pasen mengatakan kan pasien minum sedikit
-Ibu pasien mengatakan pasien susah tidur karna
Suara paru pasien Rhonki
sering terbagun karna batuk
bantu nafas : kanul 3 liter -Ibu pasien mengatakan anak susah
mengeluarkan dahak
CRT : <3detik
Akral hangat
xxviii
menerus
-Faktor yang
mengurangi/menghilangkan
nyeri : minum air hangat
Analisa Data
susah mengeluarkan
dahak
Batuk berdahak
Do
TD 110/70 mmHg
N 120x/i Ketidak mampuan batuk
RR 50x/i efektif
S 37c
SPO2 99%
Irama nafas pasien
xxix
irregular
Sekret :ada warna
putih tetapi tidak
banyak
Pola nafas pasien
Takipneu
Suara paru pasien
Rhonki
Anak terlihat meme
Alat bantu nafas :
kanul 3 liter
Ibu pasien
Cairan menekan saraf
mengatakan anak
menangis mengeluh
sakit saat batuk
Nyeri
sambil memegangi
dada nya.
Ibu pasien
mengatakan pasien
susah tidur karna
sering terbagun
xxx
karna batuk
Do:
N 120x/i
RR 50x/i
Pasien tampak
menangis dan
gelisah
Nyeri : ( )Tidak
(√)Ya
Skala
FLACC/KCD : 5
Frekuensi Nyeri :
(√)Hilang timbul
Lama Nyeri : 30
mnt
xxxi
makan
Ibu pasien
Mukus bronkus meningkat
mengatakan anak
hanya makan ¼ dari
porsi biasanya
Bau mulut tdk sedap
Ibu pasien
mengatakan kan Anoreksia
pasien minum
sedikit
Intake berkurang
Do:
BB turun 1.4kg
(>10% BB Defisit nutrisi
sebelumnya)
Pasien tampak
menghabiskan
makan ¼ dari porsi
biasanya
Pasien terpasang
infus
Pasien tampak susah
minum air
Pasien tampak
menangis dan
gelisah
Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas b.d ketidak mampuan untuk batuk secara efektif
xxxii
b. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis
c. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
Rencana Keperawatan
xxxiii
atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
xxxiv
nyeri
Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
xxxv
analgetik
xxxvi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
xxxvii
08.24 dengan metode clapping Gelisah
maupun dengan fisiterapis Alat Bantu Nafas :
Kanul 3 Liter
7. Berikan oksigen
08.26
A : Masalah Belum
8. Ajarkan anak batuk efektif
Teratasi
08.28
P : Intervensi Dilanjutkan
Nyeri akut
(13-12-21) S:
Febria
1. Identifikasi lokasi,
14.00 Ibu Pasien anak Naldi
karakteristik, durasi, frekuensi,
Mengatakan Anak
kualitas, intensitas nyeri
Sulit Untuk Tidur
2. Identifikasi skala nyeri Siang Dan Malam
14.05 Dan Sering
3. Identifikasi respon nyeri non
14.10 Terbangun.
verbal
Ibu Pasien
4.Identifikasi faktor yang Mengatakan Anak
14.13
memperberat dan Memengang Dada
memperingan nyeri Ketika Batuk
xxxviii
7. Kolaborasi pemberian Rewel
14.20 analgetik Skala Nyeri 3-4
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
Defisit nutrisi
Jumiva
(13-12-21)
1. Identifikasi status nutrisi S:
20.30 2. Identifikasi alergi dan
Ibu Pasien Anak
20.34 intoleransi makanan
Mengatakan Pasien
3. Identifikasi makanan yang Makan ¼ dari porsi
20.37 disukai biasanya
4. Monitor asupan makanan
Ibu Pasenanak
20.39 5. Ubah cara pemberian makan
Mengatakan Kan
20.41 agar (beri makan sambil
Anak Tidak Mau
bermain dan nonton video)
Minum
6. berikan makanan dengan
O:
sajian menarik
20.43
7.Monitor berat badan harian Pasien Terpasang Infus
Pasien Tampak Susah
8. Kolaborasi pemberian
20.45 Minum Air
medikasi sebelum makan (mis.
20.47 Bb Pasien 9,6Kg Setelah
Pereda nyeri, antiemetik),
Dirawat Dirumah Sakit
P : Intervensi Dilanjutkan
xxxix
Therapy yang diberikan
1.Infus KN 1 B 14 tmp
5. O2 3 liter
xl
08.16 7. Berikan oksigen Kanul 3 Liter
08.19
8. Ajarkan anak batuk efektif A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
(Point 8 dilanjutkan)
Nyeri akut
(14-12-21)
S:
14.00 Febria
Ibu Pasien anak
1. Identifikasi lokasi, Naldi
Mengatakan Anak
karakteristik, durasi, frekuensi,
Masih Sulit Untuk
kualitas, intensitas nyeri
14.05 Tidur Siang Dan
2. Identifikasi skala nyeri Malam Dan Sering
14.07
Terbangun.
3. Identifikasi respon nyeri non
Ibu Pasien anak
verbal
14.09 Mengatakan Anak
4.Identifikasi faktor yang Menagis Ketika
memperberat dan Batuk Serta
memperingan nyeri Memegang Dada.
14.11
xli
14.16 terapi musik Skala Nyeri 3-4
P : Intervensi Dilanjutkan
xlii
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
1.Infus KN 1 B 10 tpm
5. O2 3 liter/
xliii
5. Berikan minum hangat Sedikit Gelisah
08.15
6. Lakukan fisioterapi dada A : Masalah teratasi
dengan metode clapping
P : Intervensi Dihentikan
maupun dengan fisiterapis
08.17
(Semua terapi sudah
7. Berikan oksigen
08.19 tercapai)
8. Ajarkan anak batuk efektif
(15-12-21)
Nyeri akut Jumiva
14.00 S:
14.05 Nyenyak .
2. Identifikasi skala nyeri
Anak Sudah Tidak
14.08
3. Identifikasi respon nyeri non Terlalu Sering Batuk
verbal Lagi
14.10
4.Identifikasi faktor yang O:
memperberat dan
Pasien Tampak
memperingan nyeri
14.13 Sudah Tidak Rewel
5. cipatakan lingkungan yang Pasien Tampak
nyaman bagi anak Sudah Bisa Bermain
14.15
Bersama Kaknya
6. Berikan teknik
Diruangan
nonfarmakologis untuk
Skala Nyeri 0
mengurangi rasa nyeri yaitu
dengan terapi bermain dan A : Masalah teratasi
terapi musik
14.17 P : Intervensi Dihentikan
7. Kolaborasi pemberian
(Semua terapi sudah
xliv
analgetik tercapai)
Defisit nutrisi
(15-12-21)
20.00 S:
1. Identifikasi status nutrisi
20.03 Ibu Pasien
2. Identifikasi alergi dan
Mengatakan Anak
intoleransi makanan
20.05 sudah makan 1 porsi
3. Identifikasi makanan yang
seperti biasanya
disukai
Dan Minum Air
20.07
4. Monitor asupan makanan Putih Meskipun
20.09
5. Ubah cara pemberian makan Belum Bnyak
agar (beri makan sambil
O:
bermain dan nonton video)
20.11
6. berikan makanan dengan Pasien Tampak Tenang
sajian menarik Dan Sudah Mau
20.14 Makan
7.Monitor berat badan harian
20.17 Nafsu Makan Pasien
8. Kolaborasi pemberian
Tampak Sudah
medikasi sebelum makan (mis.
Meningkat.
Pereda nyeri, antiemetik),
Pasien Tampak Tenang
Bb Pasien 10,3 Kg
Setelah Dirawat
Dirumah Sakit (pasien
sudah mau makan)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
A. Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi (Sylvia A.Price
& Lorraine M, W 2007). Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan
juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam - macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus Bronkopneumonia di RSUD M. Natsir. Pada kasus An.U
diagnose yang dapat diambil adalah :
1. Bersihan jalan nafas b.d ketidak mampuan untuk batuk secara efektif
2. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
B. Saran
1. Bagi perawat
Agar dapat mengindentifikasi tanda dan gejala Bronkopneumonia sehingga
dapat melakukan antisipasi atau tindakan segera, merencanakan asuhan
keperawatan dengan Bronkopneumonia.
2. Bagi RSUD M.Natsir Solok
Disarankan agar rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Bronkopneumonia secara optimal melalui
xlvi
penanganan yang cepat dan tepat.
3. Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini ini ,dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan,
dalam menangani khususnya ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
4. Bagi Pasien
Perlu pemahaman tentang tanda bahaya ketuban pecah dini, dan ibu diharapkan
segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan setempat jika ibu
mengalami tanda dan gejala ketuban pecah dini.
xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Andi Arniyanti,.Dkk, (2020) Penerapan Fisioterapi Dada Untuk Mengeluarkan Dahak Pada
Anak Yang Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif. 2Program Studi DIII
Keperawatan, Akademi Keperawatan Makassar
Alexander & Anggraeni (2017) ‘Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia Pada Anak Di Rumah
Sakit Abdul Moeloek’, Jurnal Kedokteran.
Bagaskara, Ida Bagus.(2016).Laporan Kasus Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas Pada Anak R Dengan Bronkopneumonia Di Ruang Edelweis RSUD
Pandan Arang Boyolali.Perpusmwu.We.Id
Elysa,Defi.(2015).Batuk Efektif. Http://Digilib.Esaunggul.Ac.Id
Fida & Maya (2012) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D-Medika.
GASS,Dewi.(2014).Bronkopneumonia. Www.E-Jurnal.Com
Marni.(2014).Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta:Gosyen Publishing
Moch. Bahrudin,.Dkk (2014) Efektifitas Clapping Dan Vibrating Terhadap Kebersihan Jalan
Nafas Klien Dengan Ventilasi Mekanik. Prodi D3 Keperawatan Sidoarjo
Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Ngemba, Hajar Rasmita, Nursalim & Rahmawati Habibu.(2015).Interferensi Sistem
Pendukung Pathway Klinik Asuhan Keperawatan
Bronchopneumonia.Seminar Nasional Informatika Medis(Snimed)P.2
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI
----------- (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
----------- (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Price, S. (2012) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Bronchopneumonia. Jakarta: EGC
Ridha, N. (2014) Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
xlviii
Riyadi, Sujono & Sukamin.(2012). Asuhan Keperawatan Pada Anak.Yogyakarta:Graha Ilmu
Somantri, Irman.(2008).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syaifuddin (2016) Anatomi Fisiologi. Edited By Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
WHO (2019) Pneumonia. Available At:
Https://Www.Who.Int/News-Room/Factsheets/Detail/Pneumonia.
Yuliastati & Amelia Arnis (2016) Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
xlix