Anda di halaman 1dari 12

Pemberlakukan Kebijakan Harga Output

Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap


Distorsi Tingkat Kemakmuran (Welfare)

Oleh:
Agus Supriono
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian – Universitas Jember Ki Loerah Oetoen
KEBIJAKAN HARGA DASAR (FLOOR PRICE):
 Kebijakan penetapan harga terendah yang dilakukan (dikeluarkan) oleh
pemerintah diatas tingkat harga keseimbangan pasar, dengan tujuan untuk
membantu para produsen mendapatkan tingkat harga jual yang lebih baik (lebih
tinggi dari harga keseimbangan pasar).
Gambar 10.a
P

Tereduksinya (menurunnya) nilai pembelian konsumen,


dan digantikan dengan meningkatnya nilai penjualan
produsen.
S0 Ada tambahan nilai penjualan produsen karena
dirangsang oleh harga yang meningkat, akan
E1 tetapi kelebihan ini dibeli oleh pemerintah
P1 = Pfloor (lembaga buffer stock)

Hilangnya peluang konsumen membeli (meminta) lebih


P0 = PE0 E0 banyak dari pasar, karena stok dibeli oleh pemerintah
(lembaga buffer stock).

Hilangnya peluang produsen untuk lebih


-ΔQS1 +ΔQS2 banyak ikut berpartisipasi dalam pasar, karena
D0 stok dibeli oleh pemerintah (lembaga buffer
stock).
0 Q
QE1 QE0 QS2
(QS1 = QD1) (QS0 = QD0)

Supaya ada peningkatan harga dari P0 menjadi P1, maka kuantitas yang ada di pasar
harus dikurangi dengan cara dibeli oleh pemerintah (lembaga buffer stock) sebesar ΔQS1.

Tercipta keseimbangan pasar baru, yaitu E1. Ki Loerah Oetoen

Akan tetapi karena harga meningkat, maka akan merangsang produsen untuk menambah penawaran
sebesar ΔQS2, akan tetapi tambahan penawaran ini dibeli pemerintah (lembaga buffer stock).
Gambar 10.b
P

Tereduksinya (menurunnya) surplus


konsumen, dan digantikan dengan
A meningkatnya surplus produsen.
S0
Ada tambahan surplus produsen.
B E1 I J
P1 = Pfloor

D Bagian dari surplus konsumen


P0 = PE0 C
E0 hilang (dead weight loss/DWL).

F
Bagian dari surplus produsen
-ΔQS1 +ΔQS2 hilang (dead weight loss/DWL).
G
D0

0 Q
QE1 QE0 QS2
(QS1 = QD1) (QS0 = QD0)

Supaya ada peningkatan harga dari P0 menjadi P1, maka kuantitas yang ada di pasar
harus dikurangi dengan cara dibeli oleh pemerintah (lembaga buffer stock) sebesar ΔQS1.

Tercipta keseimbangan pasar baru, yaitu E1.

Akan tetapi karena harga meningkat, maka akan merangsang produsen untuk menambah penawaran
sebesar ΔQS2, (akan tetapi tambahan penawaran ini dibeli pemerintah (lembaga buffer stock).

Ki Loerah Oetoen
Surplus konsumen semula = Bidang: A.C.E0.
Surplus konsumen tereduksi = Bidang: B.C.D.E1.
Surplus konsumen sekarang = Bidang: A.B.E1.
Surplus konsumen hilang (DWL) = Bidang: E1.D.E0.

Surplus produsen semula = Bidang: G.C.E0.


Surplus produsen baru = Bidang: G.F.E1.B.
Tambahan surplus produsen ke-1 = Bidang: B.C.D.E1.
Tambahan surplus produsen ke-2 = Bidang: I.E0.J.
Surplus produsen hilang (DWL) ke-1 = Bidang: F.E0.D.
Surplus produsen hilang (DWL) ke-2 = Bidang: E1.E0.I.

Tabahan surplus produsen ke-2 = Surplus produsen (DWL) ke-2


Bidang: I.E0.J. = Bidang: E1.E0.I.
Total surplus produsen = Bidang: (G.F.E1.B.) + (I.E0.J.)

Total DWL = Bidang: (E1.D.E0.) + (F.E0.D.)

Ki Loerah Oetoen
Gambar 10.c
P

Tereduksinya (menurunnya) surplus


konsumen, dan digantikan dengan
A meningkatnya surplus produsen.
S0

B E1
P1 = Pfloor Bagian dari surplus konsumen
hilang (dead weight loss/DWL).
C D
P0 = PE0 E0
Bagian dari surplus produsen
F hilang (dead weight loss/DWL).

G -ΔQS1
D0

0 Q
QE1 QE0
(QS1 = QD1) (QS0 = QD0)

Supaya ada peningkatan harga dari P0 menjadi P1, maka kuantitas yang ada di pasar
harus dikurangi dengan cara dibeli oleh pemerintah (lembaga buffer stock) sebesar ΔQS1.

Tercipta keseimbangan pasar baru, yaitu E1.

Total surplus konsumen = Bidang: A.B.E1.


Total surplus produsen = Bidang: (G.F.E1.B.) + (I.E0.J.)
Total DWL = Bidang: (E1.D.E0.) + (F.E0.D.)

Ki Loerah Oetoen
 Kesimpulan:
 Kebijakan penetapan harga dasar (floor price) yang dilakukan pemerintah
menyebabkan adanya gangguan pada mekanisme pasar (market failure).
 Pada dasarnya kebijakan ini akan menambah surplus produsen (producer
surplus), akan tetapi juga menyebabkan adanya bagian dari surplus
produsen yang hilang (dead weight loss/DWL).
 Dampak kebijakan ini selain mereduksi (menurunkan) surplus konsumen
(consumer surplus), juga menyebabkan hilangnya sebagian dari
surplus konsumen (dead weight loss/DWL).
 Dijumpai adanya dead weight loss/DWL , berarti dapat menunjukkan bahwa
ketika kebijakan ini diimplementasikan oleh pemerintah, maka akan ada
sebagian dari kemakmuran (walfare) yang tercipta di pasar akan hilang.
 Keberadaan in-efisiensi dari diimplementasikannya kebijakan ini oleh
pemerintah, terletak pada: (a) tereduksinya surplus konsumen (consumer
surplus), dan (b) ada bagian dari kemakmuran (welfare) yang hilang.

Ki Loerah Oetoen
KEBIJAKAN HARGA TERTINGGI (CEILLING PRICE):
 Kebijakan penetapan harga tertinggi yang dilakukan (dikeluarkan) oleh
pemerintah dibawah tingkat harga keseimbangan pasar, dengan tujuan untuk
membantu para konsumen mendapatkan tingkat harga beli yang lebih murah
(lebih rendah dari harga keseimbangan pasar).

Gambar 12.a P
Tereduksinya (menurunnya)
nilai penjualan produsen, dan
digantikan dengan S0
meningkatnya nilai
pembelian konsumen . Tereduksinya (menurunnnya) nilai penjualan
produsen karena sejumlah produsen mundur
sebagai dampak dari menurunnya harga pasar.
E0
P0 = Pe0 Tambahan nilai pembelian konsumen sebagai
dampak adanya operasi pasar oleh pemerintah
E1 (lembaga buffer stock).
P1 = Pceilling Ki Lurah
Oetoen
Peluang nilai permintaan konsumen yang
- ΔQS1 + ΔQS1 tidak dapat terlayani (loss).
D0
0 Q
QS2 QE0 QS1
(QS0 = QD0)

Supaya ada penurunan harga dari Pe0 menjadi P1, kuantitas di pasar harus ditambah dengan cara
pemerintah (lembaga buffer stock) melakukan operasi pasar, sehingga stok dipasar menjadi
bertambah, yaitu dari QE0 menjadi QS1)

Akan tetapi karena harganya sekarang menjadi rendah, maka sejumlah produsen mengundurkan
diri dari pasar, sehingga penawaran menjadi berkurang sebesar – ΔQS2
Gambar 12.b P
Surplus produsen tereduksi,
akan tetapi digantikan
dengan meningkatnya S0
A surplus konsumen.
Surpus produsen hilang (dead weight loss/DWL)
karena sejumlah produsen mundur sebagai dampak
B dari menurunnya harga pasar.
E0
D C Tambahan surplus konsumen sebagai dampak adanya
P0 = Pe0
operasi pasar oleh pemerintah (lembaga buffer stock).
F G H E1
P1 = Pceilling

- ΔQS1 + ΔQS1 Surplus konsumen hilang (dead weight


loss/DWL) karena peluang nilai permintaan
I D0 konsumen yang tidak dapat terlayani.
0 Q
QS2 QE0 QS1
(QS0 = QD0)

Supaya ada penurunan harga dari Pe0 menjadi P1, kuantitas di pasar harus ditambah dengan cara
pemerintah (lembaga buffer stock) melakukan operasi pasar, sehingga stok dipasar menjadi
bertambah, yaitu dari QE0 menjadi QS1)

Akan tetapi karena harganya sekarang menjadi rendah, maka sejumlah produsen mengundurkan
diri dari pasar, sehingga penawaran menjadi berkurang sebesar – ΔQS2

Ki Loerah Oetoen
Surplus konsumen semula = Bidang: A.D.E0.
Tambahan surplus konsumen ke-1 = Bidang: C.D.F.G.
Tambahan surplus konsumen ke-2 = Bidang: E0.H. E1.
Surplus konsumen hilang (DWL) ke-1 = Bidang: B.C.E0.
Surplus konsumen hilang (DWL) ke-2 = Bidang: G.H.E0.

Surplus produsen semula = Bidang: D.E0.I


Surplus produsen tereduksi = Bidang: C.D.F.G.
Surplus produsen sekarang = Bidang: F.G.I
Surplus produsen hilang (DWL) = Bidang: C.G.E0.

Tambahan surplus konsumen ke-2 = Surplus konsumen hilang (DWL) ke-2


Bidang: E0.H. E1. = Bidang: G.H.E0.

Total surplus konsumen = Bidang: (A.B.C.D) + (C.D.F.G.)


Total produsen surplus = Bidang: F.G.I
Total DWL = Bidang: (B.C.E0.) + (C.G.E0.)

Ki Loerah Oetoen
Gambar 12.c P
Surplus produsen tereduksi,
akan tetapi digantikan
dengan meningkatnya S0
A surplus konsumen.

B
E0 Surplus konsumen hilang (dead weight
D C
P0 = Pe0 loss/DWL) karena peluang nilai permintaan
B
konsumen yang tidak dapat terlayani.
F G
P1 = Pceilling Surpus produsen hilang (dead weight loss/DWL)
E1 karena sejumlah produsen mundur sebagai dampak
dari menurunnya harga pasar.
- ΔQS1
I D0
0 Q
QE1 QE0
(QS1 = QD1) (QS0 = QD0)

Supaya ada penurunan harga dari Pe0 menjadi P1, kuantitas di pasar harus ditambah dengan cara
pemerintah (lembaga buffer stock) melakukan operasi pasar, sehingga stok dipasar menjadi
bertambah, yaitu dari QE0 menjadi QS1)

Tercipa keseimbangan baru, yaitu E1 .

Total surplus konsumen = Bidang: (A.B.C.D) + (C.D.F.G.)


Total produsen surplus = Bidang: F.G.I
Total DWL = Bidang: (B.C.E0.) + (C.G.E0.)

Ki Loerah Oetoen
 Kesimpulan:
 Kebijakan penetapan harga tertinggi (ceilling price) yang dilakukan pemerintah
menyebabkan adanya gangguan pada mekanisme pasar (market failure).
 Pada dasarnya kebijakan ini akan menambah surplus konsumen (consumer
surplus), akan tetapi juga menyebabkan tereduksinya (menurunnya) surplus
produsen.
 Dampak kebijakan ini selain mereduksi (menurunkan) surplus produsen
(producer surplus), juga menyebabkan sebagian potensi permintaan
konsumen yang tidak dapat terlayani (dead weight loss/DWL).
 Dijumpai adanya dead weight loss/DWL , berarti dapat menunjukkan bahwa
ketika kebijakan ini diimplementasikan oleh pemerintah, maka akan ada
sebagian dari kemakmuran (walfare) yang tercipta di pasar akan hilang.
 Keberadaan in-efisiensi dari diimplementasikannya kebijakan ini oleh
pemerintah, terletak pada: (a) tereduksinya surplus produsen (produser
surplus), dan (b) ada bagian dari kemakmuran (welfare) yang hilang.

Ki Loerah Oetoen
Terimakasih-- Ki Loerah Oetoen

Anda mungkin juga menyukai