Oleh:
Agus Supriono
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian – Universitas Jember Ki Loerah Oetoen
Kerelaan/Kesanggupan untuk Membayar (Willingnes to Pay) dan Surplus Konsumen
(Consumer Surplus):
Preferensi (kesukaan) masyarakat dalam mengkonsumsi produk-produk pertanian
organik, seperti halnya beras organik, dewasa ini semakin meningkat. Alkisah ada 4
(empat) orang pembeli (konsumen) beras organik, yaitu beras organik produksi
Desa Pertanian Organik Lombok Kulon Kabupaten Bondowoso, sebut saja namanya
Bu Agus, Bu Rondhi, Bu Ebban, dan Bu Aryo.
Bu Agus tidak akan membeli beras organik produksi Desa Lombok Kulon
tersebut apabila harganya sampai mencapai Rp 20 ribu per Kg.
Bu Rondhi tidak akan membeli beras organik tersebut jika harganya sampai Rp
25 ribu per Kg.
Adapun Bu Ebban tidak akan membeli beras organik tersebut jika harganya
sampai Rp 30 ribu per Kg.
Sedangkan Bu Aryo meskipun harga beras organik tersebut sampai Rp 35 ribu
per Kg, masih tetap membelinya.
Adapun selama ini diketahui harga beras organik paling tinggi (mahal) terjadi
di Jakarta. Di kota metropolitan ini, harga beras organik yang memiliki
kualitas sama dengan yang beras organik Lombok Kulon tersebut, harganya
mencapai Rp 40 ribu per Kg.
Ki Loerah Oetoen
Gambar 1.
P
Willingness to pay Bu Aryo
25.000
20.000
Q
Qd4 Qd3 Qd2 Qd1
Ki Loerah Oetoen
Ternyata harga beras organik yang ditetapkan oleh kelompok tani beras organik
Desa Lombok Kulon tersebut adalah Rp 27 ribu per Kg.
Gambar 2.
P
Willingness to pay Bu Aryo
20.000
Q
Qd4 Qd3 Qd2 Qd1
Gambar 3.
C
P0
B
Q
Qd0 Ki Loerah Oetoen
Mencermati Gambar 3:
Surplus konsumen adalah wilayah di atas harga yang sebenarnya dibayarkan oleh
konsumen (P0) dan di bawah kurva permintaan (D). Dimana surplus konsumen pada
harga P0 adalah seluas wilayah ABC.
Sekarang jika harga turun dari P0 menjadi P1, seberapa besar surplus
konsumennya ?
Gambar 4.
P0 C
B Surplus Konsumen untuk Konsumen Baru
P1 F
D E
D
Q
Qd0 Qd1
Ki Loerah Oetoen
Mencermati Gambar 4:
Surplus konsumen sekarang sama dengan ADE: semakin luas wilayahnya,
surplus konsumen semakin meningkat dengan turunnya harga (dari P0 ke P1).
Kenaikan surplus konsumen ini terdiri atas 2 (dua) sebab:
1 Para konsumen (pembeli) yang sudah membeli pada tingkat harga P0,
menikmati keuntungan karena mereka sekarang membayar lebih sedikit.
Kenaikan surplus konsumen dari pembeli yang ada adalah pengurangan
dalam jumlah yang mereka bayarkan (P1), dimana nilanya sama dengan luas
wilayah persegi panjang BCED.
2 Beberapa pembeli baru masuk ke pasar, karena mereka sekarang ingin
membeli barang pada harga yang lebih rendah. Pada akhirnya jumlah
permintaan meningkat, yaitu dari Qd0 menjadiQd1. Surplus konsumen dari para
pembeli baru ini, adalah luas wilayah segitiga CEF.
Bagi pembuat kebijakan (kebijakan ekonomi) yang lebih berpihak kepada
(membela) konsumen, surplus konsumen adalah ukuran yang relatif baik untuk
meningkatkan kesejahteraan (welfare) konsumen.
Dimana surplus konsumen semakin meningkat dengan turunnya harga.
Upaya yang dapat dilakukan pembuat kebijakan adalah dengan
menetapkan kebijakan penetapan harga tertinggi (ceiling price) di bawah
harga keseimbangan pasar (price equilibrium).
Ki Loerah Oetoen
Kerelaan/Kesanggupan untuk Berproduksi dan Surplus Produsen
(Produser Surplus):
Alkisah, Pak Djoko, Pak Sudarko, Pak Adam, dan Pak Mustapit adalah pengusaha
beras organik di Lombok Kulon – Kabupaten Bondowoso. Guna memproduksi
per Kg beras organik, rata-rata perusahaan mereka mengeluarkan biaya sebagai
berikut:
Perusahaan Biaya Produksi per Kg Harga di Penjual
Beras Organik (Rp per Kg) (Rp per Kg)
Pak Djoko 23.000 27.000
Pak Sudarko 24.000
Pak Adam 28.000
Pak Mustapit 29.000
Gambar 5.
Q
Qs1 Qs2 Qs3 Qs4 Ki Loerah Oetoen
Jadi, yang dimaksudkan dengan suplus produsen (producer surplus) adalah:
Nilai keuntungan yang diperoleh penjual dengan berpartisipasi dalam sebuah
pasar suatu barang dan/atau jasa.
Atau dapat juga dinyatakan sebagai, nilai yang diterima oleh penjual akan
suatu barang dan/atau jasa pada harga pasar yang berlaku, ‘dikurangi’ dengan
biaya produksi barang dan/atau jasa tersebut.
Gambar 6.
B C
P0
Surplus Kesejahteraan Ekonomi (Welfare Economics)
Podusen = yang Dapat Dinikmati Produsen
A
Q
Qs0
Ki Loerah Oetoen
Mencermati Gambar 6:
Surplus produsen adalah wilayah di bawah harga pasar yang berlaku di pasar
(P0) dan di atas kurva penawaran (S). Dimana surplus produsen pada harga P0
adalah seluas wilayah ABC.
Sekarang jika harga naik dari P0 menjadi P1, seberapa besar surplus
produsennya ?
Gambar 7.
S
D E F
P1
Surplus Produsen untuk Produsen Baru
P0
B C
Tambahan Surplus Produsen untuk Produsen Awal
Q
Qs0 Qs1
Ki Loerah Oetoen
Mencermati Gambar 7:
Surplus produsen sekarang sama dengan ADE: semakin luas wilayahnya, surplus
produsen semakin meningkat dengan naiknya harga (dari P0 ke P1). Kenaikan
surplus produsen ini terdiri atas 2 (dua) sebab:
1. Para produsen (penjual) yang sudah menjual sebanyak Qs0 pada harga
yang lebih rendah (P0), ketika harga meningkat menjadi P1, berada dalam
posisi lebih baik, karena memperoleh nilai lebih dari apa yang mereka jual.
Produsen yang telah ada (penjual awal) pada akhirnya menikmati kenaikan
surplus produsen seluas wilayah persegi panjang BCED.
2. Beberapa produsen (penjual) baru masuk ke pasar, karena mereka
sekarang bersedia untuk memproduksi dan menjual pada harga yang lebih
tinggi (P1) dari sebelumnya (P0) tersebut. Dampak dari hal ini maka terjadi
kenaikan jumlah penawaran dari Qs0 menjadi sebesar Qs1. Pada akhirnya
diperoleh surplus produsen dari para pendatang baru ini, yaitu seluas
wilayah segitiga CEF.
Bagi pembuat kebijakan (kebijakan ekonomi) yang lebih berpihak kepada
(membela) produsen, surplus produsen adalah ukuran yang relatif baik untuk
meningkatkan kesejahteraan (welfare) produsen.
Dimana surplus produsen semakin meningkat dengan naiknya harga. Upaya
yang dapat dilakukan pembuat kebijakan adalah dengan menetapkan
kebijakan penetapan harga terendah (floor price) di atas harga keseimbangan
pasar (price equilibrium).
S=supply
Surplus Konsumen
PE E
Ki Loerah Oetoen
Surplus Produsen
D=demand
C
Q
QE Jumlah Keseimbangan
Ki Loerah Oetoen
A
S=supply
PE E
D=demand
C
Q
QE
Ki Loerah Oetoen
Kesimpulan:
Pasar bebas menghasilkan jumlah barang dan/atau jasa yang memaksimalkan
jumlah suplus konsumen dan surplus produsen.
Keseimbangan penawaran dan permintaan memaksimalkan jumlah surplus
konsumen dan surplus produsen.
Hasil keseimbangan adalah alokasi sumberdaya yang efisien.
Penyebab-penyebab market failure:
Intervensi pasar oleh pemerintah
(government intervention).
Apabila mengalamami gangguan: Adanya unsur ketidak-sempurnaan
pasar (un-competitive market).
Informasi tidak lengkap (imperfect
information).
Gambar 9.B P
Barang publik (public goods).
A
Eksternalitas (externalities).
S=supply Biaya transaksi (transaction cost).
PE E
D=demand
C
Q
QE
Ki Loerah Oetoen