Padang, 2022
Penulis
LATAR BELAKANG
Jembatan merupakan salah satu konstruksi yang menghubungkan suatu jalan yang terputus
oleh rintangan seperti sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lainnya yang tidak sama
tinggi permukaanya. Di Indonesia perkembangan transportasi kiat pesat sehingga pembangunan
infrastruktur pendukung lainnya seperti jalan dan jembatan harus diperhatikan, dengan banyaknya
rintangan tersebut diperlukannya jembatan untuk memperlancar arus transportasi masyarakat
sehingga dapat lebih efisien dalam penggunaan waktu dalam beraktifitas. Dalam membangun
sebuah jembatan perlu dirancang dan direncanakan dengan sebaik mungkin agar pembangunan
jembatan tersebut dapat dilaksanakan dan tidak menimbulkan permasalahan baru lainnya.
Perencanaan ini berguna untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, efisien dan bentuknya
sesuai dengan lingkungan dan mempunyai nilai estetika yang sesuai dengan keinginan pemilik
proyek. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan harus mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis yang ada dan estetika yang meliputi aspek lalu lintas,
aspek teknis, dan aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
Untuk mengetahui konsep perencanaan sebuah jembatan perlunya dasar – dasarnya
yakni analisis pembebanan, analisis kekuatan,serta perencanaan yang mendukung bentuk
jembatan yang diinginkan. Sehingga diharapkan akan mendapatkan gambaran yang jelas
dan dapat memahami garis besar dari suatu perencanaan jembatan itu sendiri.
RUMUSAN MASALAH
1) Memahami apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan jembatan.
2) Mengetahui bagaimana konsep dasar dalam perencanaan jembatan.
3) Mengetahui bagaimana langkah – langkah perencanaan jemabatan.
4) Mengetahui dan memahami hal – hal yang harus di perhatikan dalam merancang
sebuah jembatan.
TUJUAN PENULISAN
Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yag
lebih besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas
cadangan ini disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban
yang berlebihan. Selain itu, kapasitas cadangan juga ditujukan untuk
memperhitungkan kemungkinan pengurangan kekuatan penampang struktur.
Penyimpangan pada dimensi penampang walaupun masih dalam batas toleransi
bisa mengurangi kekuatan. Terkadang penampang baja mempunyai kekuatan
leleh sedikit di bawah harga minimum yang ditetapkan, sehingga juga
mengurangi kekuatan.
Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang
direncanakan untuk struktur, penaksiran pengaruh beban yang terlalu rendah
dengan pnyederhanaan perhitungan yang berlebihan, dan variasi dalam prosedur
pemasangan. Biasanya perubahan pemakaian yang drastis tidak ditinjau secara
eksplisit atau tidak dicakup oleh faktor keamanan, namun prosedur pemasangan
yang diketahui menimbulkan kondisi tegangan tertentu harus diperhitungkan
secara eksplisit.
c. Perencanaan Plastis
Perencanaan plastis merupakan kasus khusus perencanaan keadaan batas yang
tercantum pada bagian 2 dari spesifikasi AISC. Kelakuan inelastis (tak elastis)
yang daktail bisa meningkatkan beban yang mampu dipikul bila dibanding
dengan beban yang bisa ditahan jika struktur tetap berada dalam keadaan elastis.
Batas atas dari kekuatan momen yang disebut kekuatan plastis diperoleh saat
seluruh tinggi penampang meleleh. Di sini, keadaan batas untuk kekuatan harus
berupa pencapaian kekuatan plastis, dan keadaan batas berdasarkan ketidak-
stabilan tekuk (buckling), kelelahan (fatigue), atau patah getas (brittle fracture)
dikesampingkan. Pada perencanaan plastis, sifat daktail pada baja dimanfaatkan
dalam perencanaan struktur statis tak tentu, seperti balok menerus dan portal
kaku. Pencapaian kekuatan plastis di satu lokasi pada struktur statis tak tentu
bukan berarti tercapainya kekuatan maksimum untuk struktur. Setelah salah satu
lokasi mencapai kekuatan plastis, beban tambahan dipikul dengan proporsi yang
berlainan di setiap bagian struktur hingga lokasi kekuatan plastis kedua tercapai.
Pada saat struktur tidak mempunyai kemampuan lebih lanjut untuk memikul
beban tambahan, struktur dikatakan telah mencapai “mekanisme keruntuhan”.
Setelah syarat kekuatan dipenuhi dengan perencanaan plastis, syarat daya layan
seperti lendutan pada kondisi beban kerja harus diperiksa.
4) Kondisi Trafik
6) Taksiran biaya
2. Landasan
3. Bangunan Bawah
4. Pondasi
5. Bangunan Pengaman
d) Penyelidikan Tanah
Cara pengujian dan pelaporan hasil penyelidikan tanah yang diperlukan
mencakup:
a. Sifat, urutan dan kedalam strata.
b. Kondisi air tanah.
c. Besaran fisik dan mekanik dari strata tanah dan batuan yang terletak di bawah
lokasi.
d. Potensi untuk liquifaksi yaitu proses kenaikan air pori pada tanah oleh beban
yang sifatnya berulang sehingga pada kondisi batas dapat menyebabkan
keambiasan pada tanah.
g) Tenaga Kerja
Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan konstruksi yang baik dan ekonomis
diperlukan adanya data-data tentang tenaga kerja, baik tenaga kasar maupun
profesional yang berpengalaman dalam perencanaan teknis jembatan maupun
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
h) Survey Topografi
Survey ini meliputi ;
1) Pengukuran poligon
2) Pengukuran situasi jembatan
3) Potongan melintang dan memanjang jalan atau rencana as jembatan
4) Potongan melintang dan memanjang sungai
5) Pemasangan patok ukur /CP (Control Point) dan patok titik tetap utama/BM
(Bench Mark)
f. Gaya Sentrifugal
Untuk jembatan yang mempunyai lengkung horizontal harus diperhitungkan
adanya gaya sentrifugal akibat pengaruh pembebanan lalu lintas seluruh bagian
bangunan.
g. Pejalan Kaki
Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyebrangan yang langsung
memikul pejalan kaki untuk beban nominal 5 kPa. Jembatan pejalan kaki dan
trotoar pada jembatan jalan raya harus direncanakan untuk memikul beban per m2
dari luas yang dibebani.
1. Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan adalah beban-beban akibat pengaruh temperatur, angin,
banjir, gempa, dan penyebab-penyebab alamiah lainnya. Besarnya beban rencana
yang diberikan dalam tata cara ini didasarkan pada analisa statistic dari kejadian-
kejadian umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal khusus yang mungkin
akan memperbesar pengaruh setempat.
a. Penurunan
Jembatan harus direncanakan untuk bisa menahan terjadinya penurunan yang
diperkirakan, termasuk perbedaan penurunan, sebagai aksi daya layan. Pengaruh
penurunan mungkin bisa dikurangi dengan adanya rangkak dan interaksi pada
struktur tanah.
b. Beban angin
Gaya nominal ultimate dan daya layan jembatan akibat angina tergantung
kecepatan angin rencana sebagai berikut :
TEW = 0,0006 CW (Vw)2 Ab .. kN
Dimana :
Vw = kecepatan angin rata-rata (m/dt) untuk keadaan batas yang ditinjau
CW = koefesien seret
Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2).
Angin harus dianggap secara merata pada seluruh bangunan atas. Apabila
suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah
horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan dengan rumus:
TEW = 0,0012 CW (Vw)2 ....... kN
Dimana :
CW = 1,2
c. Pengaruh Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimate.
V = Wt. C. I. K. Z
Dimana :
V = Gaya akibat pengaruh gempa
Wt = berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan gempa
C = koefisien geser dasar gempa, ditentukan berdasarkan gambar
T = waktu getar struktur (detik)
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
K = kekakuan pilar jembatan, untuk 1 pilar K = 3 EI / L3
E = modulus elastistas pilar
I = tinggi abutment (meter)
Z = faktor wilayah gempa
a. Umum
Aksi rencana ditentukan dari aksi nominal yaitu mengalikan aksi nominal dengan
faktor beban yang memadai. Seluruh pengaruh aksi rencana harus mengambil faktor
beban yang sama, apakah itu biasa atau terkurangi. Di sini keadaan paling berbahaya
harus diambil.
b. Pengaruh Umur Rencana
Faktor beban untuk keadaan batas ultimate didasarkan kepada umur rencana
jembatan 50 tahun. Untuk jembatan dengan umur rencana berbeda, faktor beban
ultimate harus diubah dengan menggunakan faktor pengali.
c. Kombinasi untuk Aksi Tetap
Seluruh aksi tetap untuk jembatan tertentu diharapkan bekerja bersama-sama.
Akan tetapi apabila aksi tetap bekerja mengurangi pengaruh total, kombinasi beban
harus diperhitungkan dengan memperhitungkan adanya pemindahan aksi tersebut,
apabila pemindahan tersebut bisa diterima.
d. Perubahan Aksi Tetap terhadap Waktu
Beberapa aksi tetap seperti beban mati tambahan, penyusutan dan rangkak,
pengaruh tegangan, dan pengaruh penurunan bisa berubah perlahan-lahan berdasarkan
pada waktu.
e. Kombinasi pada Keadaan Batas Daya Layan
Terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan
batas daya layan, lebih dari satu aksi transient bisa terjadi secara bersamaan.
f. Kombinasi Pada Keadaan Batas Ultimate
Terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan
batas ultimate, tidak diadakan aksi transient lain untuk kombinasi dengan aksi gempa.
Hanya satu aksi pada tingkat daya layan yang dimasukkan pada kombinasi
pembebanan.
Keterangan :
x = untuk kombinasi tertentu adalah memasukkan faktor daya layan dan beban
ultimate
secara penuh
o = memasukkan harga yang sudah diturunkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tahapan perencanaan dimaksudkan agar adanya cara kerja yang terarah sehingga
dapat menentukan fungsi struktur secara tepat, efisien, dan bentuk yang sesuai dengan
lingkungan atau mempunyai nilai estetika atau bentuk sesuai keinginan pemilik
proyek. Perencanaan merupakan proses uji coba atau berulang, yang berarti bahwa
mungkin perlu untuk kembali ke tahap pertama dan memperbaiki desain awal dan
kemudian menghitung kembali tahap-tahap berikutnya.
Dalam proses perencanaan jembatan sendiri diperlukan pemahaman terlebih
dahulu sebelum melakukan penghitungan dan pemilihan bentuk struktur sehingga
perencanaan yang dihasilkan dapat sesuai dengan tujuan, sehingga perlu untuk
mempelajari /melaksanakan proses perencanaan jembatan dengan mengunakan
standarisasi sesuai spesifikasi serencanaan teknik jembatan.
Secara umum perencanaan jembatan dibagi dalam enam tahap, yang
menunjukkan tentang suatu proses tahapan perencanaan yang perlu dilaksanakan,
antara lain:
1. Tahap Pengumpulan Data (Survey Data)
2. Tahap Evaluasi Data
3. Tahap Perencanaan Pendahuluan ( Prelimanary design )
4. Tahap akhir/ DED (Detail Engineering Design)
5. Tahap Perencanaan Akhir ( Final Design )
DAFTAR PUSTAKA
Konsep perencanaan jembatan , Politeknik Negeri Jakarta ; 2015
Perancangan Jembatan, Politeknik Negeri Samarinda, Nugroho ; 2016
Konsep dasar perencanaan jembatan, Dikerektorat Jendral Binamarga ; 2012
https://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2016/08/dasar-dasar-perencanaan-jembatan.html
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/
2018/01/42b00_1._kriteria_dan_pembebanan_jembatan.pdf