Bab 2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan BCB
Bab 2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan BCB
Laporan Akhir
METODOLOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
1
Laporan Akhir
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
2
Laporan Akhir
b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem katalog perpustakaan yang bersangkutan.
B. Kritik Sumber
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern
dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan. Apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu.
Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas
(sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.
C. Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan
makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal
tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah
yang benar atau mendekati kebenaran.
D. Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan
sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian
dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat
ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk
menggunakan kalimat efektif.
b) Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan penujukan sumber.
c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
3
Laporan Akhir
d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar
sumber. Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada
masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
4
Laporan Akhir
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
5
Laporan Akhir
keaslian, kelangkaan, keterawatan, keluarbiasaan, dan memperkuat citra kawasan. Untuk lebih jelasnya mengenai makna kultural yang akan
dinilai.
Tabel 2.1.
Kriteria Penilaian Bangunan Kuno
No Kriteria Definisi Tolak ukur
Terkait dengan nilai estetika dan Corak pada bangunan
arsitektural dalam hal bentuk, (asli kolonial atau ada
1 Estetika
struktur, tata ruang, dan percampuran Cina-
ornament. Kolonial)
Terkait dengan perubahan yang Perubahan bangunan
2 Keaslian terjadi terhadap bentuk asli (perombakan atau sebatas
bangunan dan fasade bangunan perbaikan)
Terkait bangunan sebagai
peninggalan terakhir atau jarang
Bangunan merupakan
sekali terdapat tipe bangunan
3 Kelangkaan bangunan satu-satunya di
yang masih ada (beserta
kawasan
keunikan dan kemewahan
visualnya)
Berkaitan dengan kondisi fisik Terawat, kurang terawat,
4 Keterawatan
bangunan ataukah terabaikan
Memeliki kekhasan yang bisa Menjadi landmark kota,
5 Keluarbiasaan diwakili oleh faktor usia atau kawasan dan atau
ukuran lingkungan
Memiliki nilai signifikan
Memiliki peran yang signifikan pada aspek estetika,
Memperkuat
6 dalam pembentukan citra kelangkaan, dan
citra kawasan
kawasan keluarbiasaan serta peran
sejarah
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
6
Laporan Akhir
Masing-masing kriteria pada Tabel 1 dibagi atas tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang dan rendah, yang disesuaikan dengan kondisi bangunan
dilihat dari aspek kriteria makna kultural. Penilaian masing-masing kriteria makna kultural dibagi ke dalan tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut:
a. Tinggi= 3; b. Sedang= 2; dan c. Rendah= 1. Penentuan bobot berdasarkan pertimbangan keberadaan rentang yang cukup antara tiap
tingkatan namun tetap menjaga reliabilitas pengukuran (Pamungkas, 1998:78). Penilaian terhadap makna kultural masing-masing bangunan
kuno dilakukan oleh empat responden yang mewakili beberapa elemen, yaitu pemerintah, budayawan, dan masyarakat.
1. Pedoman Teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah ini dalam bentuk ketentuan
teknis pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi.
2. Pelestarian adalah upaya perawatan, pemugaran dan pemeliharaan bangunan gedung untuk memperpanjang usia, serta untuk
mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki,
serta memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung yang mencakup persyaratan kelaikan fungsi dan
keandalan bangunan gedung serta sebagai bagian dari upaya perlindungan dan Peringkat BCB Arsitektur dan Lingkungan Bangunan
gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dapat berbeda peringkat dari segi nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, yaitu berdasarakan kepentingannya yang dapat berskala nasional ataupun internasional/dunia; berskala provinsi; dan
berskala lokal.
Untuk peringkat nasional pengusulannya diajukan oleh Menteri yang terkait kepada Presiden dengan pertimbangan karena bangunan
gedung dan lingkungan atau kawasan tersebut penting dari nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berskala nasional.
Bangunan dan lingkungan cagar budaya berperingkat dunia, bersyarat bahwa bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan
dilestarikan tersebut sudah bernilai sebagai cagar budaya berperingkat nasional dan diusulkan oleh Presiden/Pemerintah Indonesia ke
UNESCO melalui ICOMOS (International Council for Monuments and Sites) untuk diakui dan terima untuk masuk daftar sebagai
kekayaan budaya dunia (World Heritage List) sesuai prosedur pencalonan dan penetapan yang berlaku. Persyaratan lainnya yang
harus dipenuhi adalah bahwa dari segi nilai sejarah, ilmu pengetahuan atau kebudayaannya, cagar budaya tersebut merupakan
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
7
Laporan Akhir
bagian yang signifikan dari peradaban dunia, dan yang sistem pengelolaannya pun sepadan dengan standar pengelolaan bangunan
dan lingkungan cagar budaya yang direkomendasikan badan kebudayaan dunia tersebut.
Untuk peringkat provinsi pengusulannya diajukan oleh kepala dinas terkait kepada Pemerintah Provinsi serta penetapannya dilakukan
Gubernur dengan pertimbangan karena bangunan gedung dan lingkungan tersebut penting dari segi nilai sejarah, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan, atau signifikan sebagai mewakili citra budaya kawasan etnik atau berskala wilayah provinsi atau lintas kabupaten.
Untuk peringkat lokal pengusulannya diajukan oleh kepala dinas terkait kepada Pemerintah Kabupaten atau Kota, serta penetapannya
dilakukan oleh Bupati atau Walikota dengan pertimbangan karena bangunan gedung dan lingkungan tersebut penting dari segi nilai
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan lokal.
Kriteria yang dipenuhi dalam klasifikasi kawasan cagar budaya yang dilindungi. Klasifikasi kawasan cagar budaya yang dilindungi ditentukan
oleh jumlah kriteria yang dapat dipenuhi antara semua atau separuh dari 6 (enam) kriteria seperti diuraikan di atas, Lingkungan di kawasan
cagar budaya berklasifikasi utama, memenuhi ke enam kriteria tersebut di atas dan yang secara fisik mengalami sedikit perubahan terhadap
bentuk lingkungan aslinya.
Lingkungan di kawasan cagar budaya berklasifikasi madya, memenuhi 3 (tiga) kriteria dari 6 (enam) dengan pilihan alternatif dan berciri bahwa
lingkungan telah mengalami perubahan terhadap keadaan aslinya tetapi masih memiliki beberapa unsur aslinya.Lingkungan di kawasan cagar
budaya berklasifikasi pratama, memenuhi 3 (tiga) kriteria dari 6 (enam) dengan pilihan alternatif namun secara fisik banyak mengalami
perubahan tanpa memiliki lagi unsur keaslian.
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
8
Laporan Akhir
2.5. HAL-HAL YANG DIANJURKAN DAN TIDAK DIANJURKAN DALAM KEGIATAN PEMUGARAN BANGUNAN GEDUNG DAN
LINGKUNGAN YANG DILINDUNGI
2.5.1. Lingkungan/Kawasan Cagar Budaya
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
9
Laporan Akhir
diperlukan saja.
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
11
Laporan Akhir
Mengganti atau menambah kembali unsur arsitektur yang khas, yang hilang atau Menghilangkan dengan sengaja unsur arsitektur yang khas seperti kornis,
rusak berat, seperti kornis, list, railling dan penutup jendela (krapyak). list, railling, penutup jendela, arkitraf jendela dan pendimen pintu.
Mengembalikan warna asli atau warna semula dan tekstur dari permukaan dinding Menghilangkan atau mengganti warna permukaan dinding tembok tanpa
tembok. Permukaan dinding bata atau batu kemungkinan dicat atau di kapur demi pertimbangan yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bangunan
kepraktisan atau keindahan. gedung atau mengubah penampilannya.
b. Dinding Kayu dan Sejenis
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Menghilangkan atau mengganti unsur bangunan yang terbuat dari kayu yang memberi
Mempertahankan dan memelihara sedapat mungkin unsur arsitektur
ciri khas atau karakter thd bangunan tsb, seperti susunan papan pelapis, kornis,
yang terbuat dari kayu dan memberi ciri khas dari bangunan ybs.
arkitraf jendela, pediment pintu dan penopang pada dinding.
Perbaiki atau mengganti bila sangat diperlukan bahan kayu yang rusak Melapisi bangunan konstruksi rangka kayu dengan pelapis bahan baru yang tidak
atau lapuk dengan cara duplikasi sedekat mungkin dengan aslinya dari sejaman atau ada ketika bangunan tsb. Terbuat dari batu buatan, asbestos, ubin aspal
segi ukuran, bentuk dan tekstur unsur kayu tersebut atau alumunium.
Menghilangkan atau mengganti unsur bangunan yang terbuat dari kayu yang justru
Mempertahankan sedapat mungkin bahan kayu yang orisinal atau telah menjadi ciri atau yang menentukan karakter dari bangunan tsb, serta
seaslinya menunjukkan perkembangan atau urutan perubahan dari bangunan tersebut dimasa
lampau.
Bersihkan bangunan dengan cara setepat mungkin. Bahan logam Mengekspos bahan logam yang seaslinya dimaksudkan terlindungi dari keadaan
harus dibersihkan dengan cara yang tidak merusak atau mengasarkan lingkungan. Jangan menerapkan cara pembersihan logam yang dapat merubah
permukaan. warna, tekstur dan kekhasan nuansa warnanya.
c. Atap dan Penutup Atap
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Mengubah bentuk dasar atap dengan penambahan unsur bangunan yang
Mempertahankan bentuk atap seaslinya. tidak sesuai dengan penambahan jendela atap, lubang angin atau lubang
cahaya/skylight.
Menjaga agar atap memiliki cara pembuangan air yang baik dan yang menjamin
tidak menimbulkan kerusakan terhadap struktur bangunan sebagai akibat bocor
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
12
Laporan Akhir
atau rembes.
Mengganti penutup atap yang rusak dengan bahan yang baru yang sesuai Mengganti penutup atap yang memburuk dengan bahan baru yang begitu
dengan penutup atap yang asli dari segi komposisi, ukuran, bentuk, warna dan beda dengan aslinya dari segi komposisi, ukuran, bentuk, warna dan
tekstur. teksturnya sehingga mengubah penampilan dari bangunan tersebut.
Mempertahankan atau memelihara sedapat mungkin semua ciri atau kekhasan
unsur arsitektur yang menentukan bentuk atap bangunan tersebut seperti jendela, Menghilangkan semua unsur atap yang menjadi ciri khas dari bentuk atap
atap, kupola, kornis, penopang, lubang asap, lubang angin, atau hiasan atap tersebut, sehingga atap bangunan berubah karakternya.
lainnya.
d. Jendela dan Pintu
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Mempertahankan dan membetulkan semua unsur bukaan jendela dan pintu, seperti Mengubah atau mengganti bentuk, ukuran atau letak dari bukaan jendela
rangka, bingkai, kaca, awning dan penutupnya yang bersifat menentukan gaya dan pintu yang menghilangkan karakter arsitektur dan sejarah dari
arsitektur dari segi sejarah dan karakter bangunan tsb. bangunan tersebut.
Mengganti unsur jendela dan pintu pada tampak bangunan utama yang
memiliki penentu bagi sejarah gaya dan karakter arsitektur bangunan
tersebut dengan bahan baru yang tidak serasi/asing.
e. Emperan/Teras
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Mempertahankan dan memelihara sedapat mungkin ciri atau
kekhasan unsur arsitektur seperti balustrade, cornice, entablature,
kolom, lampu dan tangga
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
13
Laporan Akhir
Pekerjaan Inventarisasi Kawasan Dan Bangunan Cagar Budaya Dan Pembuatan Peta Digital Di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2012
14