Anda di halaman 1dari 7

ASKEB kegawatdaruratan Maternal Dan

Perinatal

CISILIA HILDA
PO713211191.014
TINGKAT 2A DIII KEBIDANAN
1.perdarahan

Penjelasan: Ialah Keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak, baik di dalam maupun di luar tubuh.

Pengertian Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah keluarnya darah dari jalan lahir
segera setelah melahirkan. Perdarahan setelah melahirkan dengan jumlah wajar merupakan hal yang
normal terjadi, hal ini disebut lochia.Kondisi ini terjadi ketika kehilangan darah yang sangat banyak
hingga lebih dari 500cc dalam 24 jam setelah melahirkan merupakan suatu kondisi yang abnormal.

Faktor Risiko Perdarahan Postpartum

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian perdarahan postpartum, yaitu:

1. Persalinan lama.
2. Bayi dalam janin lebih dari satu
3. Episiotomi (tindakan membuka jalan lahir dengan memberikan potongan di sekitar jalan lahir)
4. Bayi besar lebih dari 4000 gr
5. Riwayat perdarahan sebelumnya
6. Anemia saat hamil.
7. Usia kehamilan terlalu tua (lebih dari 38 tahun).

Penyebab Perdarahan Postpartum

Penyebab perdarahan postpartum secara umum dibagi menjadi empat penyebab, yaitu:

1. Tonus/kekuatan otot, keadaan ketika uterus tidak dapat berkontraksi atau disebut atonia uteri,
menyebabkan darah yang keluar dari uterus tidak dapat berhenti secara alamiah. Hal ini
menyebabkan darah yang keluar semakin banyak dan harus mendapatkan pertolongan.
2. Trauma/cedera, adanya robekan jalan lahir karena bayi terlalu besar, atau karena penggunaan
obat pacu persalinan yang tidak sesuai dengan aturan dapat menyebabkan kontraksi terlalu kuat
dan robeknya jalan lahir.
3. Jaringan, sisa jaringan plasenta yang masih menempel pada uterus dapat menyebabkan sumber
perdarahan dari jalan lahir.
4. Faktor pembekuan darah, perdarahan yang banyak dapat menyebabkan hilangnya faktor-faktor
yang dibutuhkan darah untuk membantu penutupan luka. Selain itu, pengidap kelainan
hemofilia, yaitu ketika darah sukar membeku menyebabkan kelainan perdarahan pasca
melahirkan.

Gejala Perdarahan Postpartum


Gejala yang timbul berupa perdarahan dari jalan lahir yang keluar segera setelah persalinan. Di dalam
darah yang keluar biasanya mengandung darah, beberapa bagian dari jaringan otot uterus, mukus atau
lendir, dan sel darah putih.

Pada keadaan yang normal darah yang keluar segera setelah melahirkan kurang dari 500cc. Namun,
pada keadaan ketika perdarahan postpartum merupakan sebuah kelainan, darah yang muncul lebih dari
500cc. Keadaan tersebut disertai gejala lain:

 Darah berwarna merah segar.


 Nyeri pada perut bawah.
 Demam.
 Pernapasan cepat.
 Keringat dingin.
 Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan.

Diagnosis Perdarahan Postpartum

Diagnosis perdarahan postpartum ditegakkan oleh dokter dengan melihat gejala klinis dari pasien.
Dokter menentukan diagnosis perdarahan postpartum jika menemukan perdarahan lebih dari 500cc
dalam 24 jam pasca persalinan.

Untuk mencari penyebab perdarahan dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter meliputi:

 USG, untuk melihat bagian dalam uterus apakah ada sisa plasenta yang tertinggal
 Pemeriksaan faktor pembekuan, untuk melihat adanya kelaina inin pembekuan atau tidak.

Pengobatan Perdarahan Postpartum

 Pada keadaan akut, yaitu ketika kehilangan darah sangat banyak, tindakan pertama yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan cairan pengganti melalui infus. Tindakan memperbaiki
keadaan umum pengidap merupakan prioritas utama pengobatan. Selanjutnya, pengobatan
dilakukan dengan memperbaiki penyebab dari perdarahan postpartum, seperti:
 Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
 Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam
uterus.
 Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan masif pada
pengidap.

Pencegahan Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum mengenai pada kelompok yang tidak berisiko sekalipun, sehingga tindakan
pencegahan aktif harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Identifikasi dan koreksi anemia pada ibu hamil sebelum persalinan.
2. Pemeriksaan tanda vital sebelum persalinan juga penting untuk mengidentifikasi kemungkinan
perdarahan yang terjadi.
3. Untuk petugas kesehatan, manajemen aktif saat persalinan dan tindakan persalinan yang
menghindarkan dari terjadinya perdarahan pascapersalinan.

Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/perdarahan-postpartum

2. Preeklamsia

Penjelasan: ialah Komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah
tinggi.

Pre-eklampsia biasanya dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang tekanan
darahnya telah normal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal, bagi ibu maupun
bayi.

Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine.
Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Preeklamsia harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan mencegahnya berkembang
menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin. Salah satu faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun atau di bawah
20 tahun.

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan muncul seiring dengan
perkembangan preeklamsia adalah:

 Tekanan darah tinggi (hipertensi)


 Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
 Sakit kepala berat atau terus-menerus
 Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
 Nyeri di perut kanan atas
 Sesak napas
 Pusing, lemas, dan tidak enak badan
 Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
 Mual dan muntah
 Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
 Berat badan naik secara tiba-tiba
Kapan harus ke dokter

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala preeklamsia yang telah disebutkan di
atas. Hal ini karena preeklamsia perlu secepatnya ditangani oleh dokter agar tidak terjadi komplikasi dan
tidak berkembang menjadi eklamsia.

Pada kehamilan yang normal, jadwal pemeriksaan rutin ke dokter adalah sebagai berikut:

 Minggu ke-4 sampai ke-28: sebulan sekali


 Minggu ke-28 sampai ke-36: 2 minggu sekali
 Minggu ke-36 sampai ke-40: seminggu sekali

Jika didiagnosis mengalami preeklamsia, ibu hamil akan diminta untuk lebih sering melakukan
pemeriksaan kehamilan ke dokter, agar kondisinya dan kondisi janinnya dapat terus terpantau.

Jika ibu hamil memiliki kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, seperti
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, diabetes, gangguan darah, atau pernah mengalami
preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, pemeriksaan kehamilan ke dokter juga perlu lebih sering
dilakukan untuk memantau kondisi ibu hamil.

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada dugaan bahwa kondisi
ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.

Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari
tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada ibu hamil dan janin.

Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat memicu gangguan
pada plasenta:

 Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, dan
gangguan darah
 Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
 Baru pertama kali hamil
 Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
 Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
 Mengandung lebih lebih dari satu janin
 Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2
 Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro fertilization)
 Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga

Diagnosis Preeklamsia
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta riwayat kesehatan ibu hamil
dan keluarganya.Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan
darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan,
serta kondisi kandungan.

Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan jeda waktu 4
jam, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis preeklamsia:

 Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine


 Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah
 Ultrasonografi (USG), untuk melihat pertumbuhan janin
 USG Doppler, untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta
 Nonstress test (NST) dengan cardiotocography atau CTG, untuk mengukur detak jantung janin
saat bergerak di dalam kandungan

Pengobatan Preeklamsia

Preeklamsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu hamil yang mengalami preeklamsia akan
diberikan beberapa penanganan berikut untuk mengatasi keluhan dan mencegah komplikasi:

Obat-obatan

Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan berikut
pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:

-Obat antihipertensi

Obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil sangat tinggi. Umumnya jika
tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada 140/90 mmHg, tidak diperlukan pemberian obat
antihipertensi.

-Obat kortikosteroid

Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom HELLP. Selain itu, obat ini dapat
mempercepat pematangan paru-paru janin.

-Obat MgSO4

Pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan MgSO4 untuk mencegah komplikasi, seperti
kejang.

Sumber: https://www.alodokter.com/preeklamsia
3. Infeksi

Penjelasan:Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan oleh patogen
pada tubuh makhluk hidup.[1] Patogen penyebab infeksi di antaranya mikroorganisme seperti virus,
prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme uniseluler juga dapat
menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi dipakai bergantian untuk
menyebut serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen tersebut, maupun racun yang mereka
hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
dihasilkan oleh infeksi.

Individu terinfeksi dapat melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka. Mamalia yang terinfeksi
bereaksi dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan peradangan, dan kemudian diikuti
oleh sistem imun adaptif.[2]

Obat-obatan khusus yang digunakan untuk mengobati infeksi termasuk antibiotik, antivirus, antijamur,
antiprotozoa, dan antelmintik. Penyakit infeksi mengakibatkan 9,2 juta kematian pada tahun 2013
(sekitar 17% dari semua kematian).[3] Cabang kedokteran yang berfokus pada infeksi juga disebut
penyakit infeksi.

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Infeksi

Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai