Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN OSTEOARTHRITIS

OLEH

KELOMPOK IV :
 ASRID Y NENOBAIS
 NAOMI M LAMALEI
 PUTRI L.M TANGPEN
 SITI NURBAITI
 WINDA N BAHAS
 OKTOVIANUS BUNGALOLON
 NORBERWAN PULU TATA
KELAS/SEMESTER :B/V
PRODI : S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun asuhan
keperawatan ” OSTEOARTHRITIS’’. Adapun maksud dari penyusunan asuhan keperawatan
ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan medikal bedah III. Disusunnya asuhan
keperawatan ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya askep ini. Penulis berharap semoga asuhan keperawatan ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kupang,23 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1.Latar Belakang...................................................................................................................5
1.2. Tujuan........................................................................................................................6
a. Tujuan umum.........................................................................................................6
b. Tujuan khusus........................................................................................................6
BAB II KONSEP TEORI........................................................................................................7
2.1. Definisi........................................................................................................................7
2.2. Etiologi........................................................................................................................7
2.3. Patofisiologi................................................................................................................9
2.4. Tanda dan Gejala....................................................................................................10
2.5. Penatalaksanaan......................................................................................................10
2.6. Komplikasi...............................................................................................................12
BAB IIIKONSEP ASKEP.....................................................................................................13
3.1. Diagnosis keperawatan...........................................................................................14
3.2. Intervensi Keperawatan..........................................................................................14
3.3. Implementasi Keperawatan....................................................................................16
3.4. Evaluasi keperawatan.............................................................................................17
BAB IVTINJAUAN KASUS.................................................................................................18
PENGKAJIAN...................................................................................................................18
4.1. ANALISA DATA.....................................................................................................20
4.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................21
4.3. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................21
4.4. IMPLEMENTASI...................................................................................................22
4.5. EVALUASI..............................................................................................................22
BAB V PENUTUP..................................................................................................................25
5.1. KESIMPULAN........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
OsteoArthritis(OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan
kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi
yang bersifat kronik dan progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga
usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian
tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan
biokimia pada tubuh (American College of Rheumatology, 2015).
Di Amerika, di laporkan bahwa terdapat lebih dari 60.000.000 penderita
osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut sebagai penyakit pasca pensiun. Sebagian
besar penderita osteoarthritis kelihatannya menderita obesitas.
Perempuan lebih banyak menderita Osteoarthritis daripada lelaki dan terutama
pada usia lanjut. Sendi yang sering dikenai Osteoarthritis adalah sendi lutut, panggul
dan beberapa sendi kecil di tangan dan kaki (Yatim, 2006). Dari aspek fisioterapi,
Osteoarthritis genue dapat menimbulkan berbagai tingkatan berbagai gangguan yaitu
impairment seperti menurunnya kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak
sendi,adanya nyeri,spasme otot, dan disability seperti ketidakmampuan melakukan
kegiatan tertentu contohnya bangkit dari duduk, jongkok, berlutut, berdiri lama.
Akibat dari menurunnya kemampuan gerak. Bahkan tingkat functional limitation
seperti gangguan berjalan, berlari, dan naik turun tangga (Fukuda, 2011).
Peran perawat dalam menangani penyakit dengan osteoarthritis,sebagai calon
perawat sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep Osteo
Arthritis (OA),dan konsep asuhan keperawatan pada pasien OsteoArthritis sehingga
kelak perwat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien
dengan OsteoArthritis.Maka asuhan keperawatan ini disusun selain itu juga untuk
memenuhi tugas dalam matakuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah menyusum asuhan keperawatan ini mahasiswa dapat memahami konsep
Osteo Arthtitis dan penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Osteo Arthritis mulai dari pengkajian,analisa data,diagnosa keperawatan,intervensi
keperawatan,implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
b. Tujuan khusus
Setelah menyusun asuhan keperawatan ini mahasiswa/ mahasiswi mampu :
1. menyebutkan definisi osteoarthritis
2. menyebutkan etiologi osteoarthritis
3. menyebutkan patofisiologi osteoarthritis
4. menyebutkan tanda dan gejala osteoarthritis
5. menebutkan penatalaksanaan osteoarthritis
6. menyebutkan hasil pengkajian pada klien dengan gangguan osteoarthritis
7. mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ganggua
osteoarthritis
8. mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
osteoarthirits
9. mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasian dengan gangguan
osteoarthritis
BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan progresif
biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan adanya
kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa
disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh (American College
of Rheumatology, 2015).
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoarthritis secara sederhana
didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo,
2007).
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi (CDC, 2014). Fungsi dari kartilago adalah untuk melindungi ujung tulang
agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada Osteoarthritis, kartilago
mengalami kerusakan bahkan bisa sampai terkelupas sehingga akan menyebabkan
tulang dibawahnya saling bergesekan, menyebabkan nyeri, bengkak, dan terjadi
kekakuan sendi. Semakin lama hal ini akan menyebabkan struktur sendi berubah
menjadi abnormal hingga dapat muncul pertumbuhan tulang baru yang dinamakan
Ostheophytes yang akan semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri
(National Institute of Arthritis and Muskuloskeletal and Skin Disease, 2015).
2.2. Etiologi
Hampir pada setiap aktivitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi, terutama
sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki, lutut, dan panggul.
Hal tersebut memiliki peranan yang penting dalam terjadinya OA. Banyak peneliti
percaya bahwa perubahan degeneratif merupakan hal yang mengawali terjadinya OA
primer (Carlos J Lozada et al, 2015). Sedangkan obesitas, trauma, dan penyebab lain
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya OA sekunder. Berikut beberapa
penyebab dan faktor predisposisi:
1) Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan
wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (Arthritis Rheumatoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
7) Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8) Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.
9) Deposit pada rawan sendi\
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.3. Pathway

2.4. Patofisiologi
Osteoarthritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang
tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar terbaru menyatakan bahwa OA
ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui.
Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial
sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.
Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain
karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan
sendi yang berlebihan, dan defek anatomik (Maya Yanuarti, 2014).
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA. Kartilago
sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi
bebasgesekankarenaterendamdalamcairan synovial dansebagai “shock absorber”,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi (Maya Yanuarti, 2014). Tulang
rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks ekstraseluler, yang
terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan jaringan kolagen. Kondrosit
berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe II untuk penguat sendi dan
proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Kartilago tidak
memiliki pembuluh darah sehingga proses perbaikan pada kartilago berbeda dengan
jaringan-jaringan lain. Di kartilago, tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat
kurangnya vaskularisasi dan respon inflamasi sebelumnya (Maya Yanuarti, 2014).
Etiopatogenesis Osteoarthritis (OA) dibagi menjadi 3 stage (tahap), yaitu stage
1, stage 2, dan stage 3. Pada stage 1 terjadi kerusakan proteolitik pada matrix cartilago.
Stage 2 melibatkan fibrilasi dan erosi pada permukaan kartilago dan pada stage 3
produk-produk yang dihasilkan oleh kerusakan kartilago menyebabkan suatu respon
inflamasi kronis. Setelah melalui tahap-tahap tersebut, maka akan terjadi
progressifitas lebih jauh dimana kejadian tersebut akan menyebabkan tubuh
melakukan kompensasi dengan cara terjadinya pertumbuhan tulangbaru dengan
tujuanmenstabilkan persendian, namun hal ini akan merubah struktur persendian.
Beberapa kelainan juga biasa dikategorikan sebagai subsets of primary Osteoarthritis
yang terdiri dari primary generalized Osteoarthritis, erosive Osteoarthritis, dan
condromalacia patellae. Tingkat keparahan Osteoarthritis dapat diklasifikasikan
berdasarkan gambaran radiologi yang didapat. Metode pengklasifikasian yang
digunakan secara universal saat ini adalah Sistem Kellgren-Lawrence yang terdiri
dari grade I, II, III, dan IV (Carlos J Lozada et al, 2015).

2.5. Tanda dan Gejala


OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai
sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
1) Nyeri: Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum
tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya
kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan
aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah
dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
2) Kekakuan sendi: kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika
setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3) Krepitasi: sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
4) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau
nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)).
Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan
sendi yang progresif.
5) Deformitas sendi: pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey, 2006).

2.6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta
memperlambat progresi Osteoarthritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi
fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.
a) Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat
badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan
seperti bersepeda, berenang).
b) Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse
friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c) Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang
bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).
d) Farmakoterapi
Analgesik/anti-inflammatory agents. 17 COX-2 memiliki efek anti inflamasi
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu
dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen: untuk efek
antiinflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400mg sehari. Naproksen: dosis untuk
terapi penyakit sendi adalah 2x250-375mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500mg
sehari. Glucocorticoids injeksi, glukokortikoid intra artikular dapat
menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon
asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg. Asam hialuronat,
Kondroitin sulfa-Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan
diabetes yang telah hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan
dengan plasebo, asam hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid
dipercaya secara signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah
penyuntikan (Nafrialdi dan Setawati, 2007).
e) Pembedahan
Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata infeksi
yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok 1
debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan
kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan
prosedur tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok 3 dari pada
kelompok 1 dan 2.
1) Khondroplasti: menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan
untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.
2) Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
3) Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010).

2.7. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila Osteoarthritis Lutut tidak ditangani dengan serius.
Terdapat dua macam komplikasi yaitu:
 Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadinya kelumpuhan.
 Komplikasi Akut
a. Osteonecrosis
b. Ruptur Baker cyst
c. Bursitis
d. Symptomatic Meniscal Tear

Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah:

 Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari akibat nyeri dan peradangan
 Gastropati AINS : gastritisdan gastroesofageal reflux disease(GERD)
 Nefropati AINS
 Efusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular
 Stenosis spina

BAB III
KONSEP ASKEP
3.1. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pada identitas klien akan didapatkan data-data terkait dengan identitas pasien, nama,
umur, alamat, jenis kelamin, status pekerjaan,status perkawinan, nama anggota
keluarga terdekat atau orang terdekat lainnya,agama, dan sumber asuransi kesehatan
2. Riwayat keluhan
a. Keluhan utama :
saat dikaji klien mengeluh nyeri pada sendi pinggul kiri, klien mengatakan nyeri akan
mereda dengan beristirahat
b. Riwayat keluhan utama :
tetapi tidak lagi melakukan olahraga tersebut sejak 6 bulan yang lalu ketika nyeri pada
pinggul kiri mulai terjadi
c. Keluhan saat dikaji :
saat dikaji klien mengatakan masih merasakan nyeri pada sendi pinggul kiri
1. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi :beruban dan bersih
Palpasi :tidak ada benjolan
2) Mata
Inspeksi :kedua mata terlihat simetris
Palpasi:tidak ada nyri tekan
3) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Mulut
Inspeksi : bentuk simetris atas dan bawah,tidak ada lesi dan luka
5) Dada
Inspeksi : bentuk simetris,pengembangan dada sewaktu ekspirasi dan inspirasi
simetris,tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada massa,tidak ada nyeri saat ditekan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler

6) Abdomen
Inspeksi : perut datar dan simetris
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Palpasi : tiddak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
Perkusi : timpani.
7) Ekstermitas
 Atas
Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering,
terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4.
 Bawah
Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi
refleks , terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.

8) Genetalia
Inspeksi : tidak ada nyeri,memar,dan pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri
3.2. Diagnosis keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan kondisi musculoskeletal akut
 gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
 defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
 resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

3.3. Intervensi Keperawatan


No Diagnosi Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
s
1 D.0077 L.08066 (tingkat I.03119( manajemen nyeri)
( nyeri nyeri) Observasi
akut)  Identivikasi
Nyeri Setelah dilakukan lokasi,karakteristik,durasi,fr
akut berh tindakan ekuensi,kualitas,intensitas
ubungan keperawatan selama nyeri
dengan k 1x24 jam diharapkan  Identifikasi skala nyeri
ondisi tingkat nyeri  Identifikasi faktor yang
musculos menurun dengan memperberat dan
keletal kriteria hasil : memperingan nyeri
akut  Keluhan nyeri Terapeutik
menurun (5)  Berikan teknik
 Meringis nonfarmakologis untuk
menurun (5) mengurangi rasa nyeri
 Gelisah menurun ( terapi pijat )
(5) Edukasi
Pola napas membaik  Jelaskan
(5) penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
2 Ganggua Citra tubuh Promosi citra tubuh (I.09305)
n citra (L.09067)
tubuh Observasi
(D.0083) Setelah dilakukan  Identifikasi harapan citra
Ganggua tindakan tubuh berdasarkan tahap
n citra keperawatan selama perkembangan
tubuh be 1x24 jam diharapkan  Identifikasi perubahan citra
rhubung citra tubuh tubuh yang mengakibatkan
an meningkat dengan isolasi sosial
dengan kriteria hasil :  Monitor apakah pasien bisa
perubaha  Verbalisasi melihat bagian tubuh yang
n fungsi kecacatan bagian berubah
tubuh tubuh meningkat Terapeutik
(5)  Diskusikan perubahan
 Melihat bagian tubuh dan fungsinya
tubuh meningkat  Diskusikan perbedaan
(5) penampilan fisik terhadap
 Verbalisasi harga diri
perasaan negatif  Diskusikan kondisi stres
tentang yang mempengaruhi citra
perubahan tubuh tubuh
menurun (5) Edukasi
 Verbalisasi  Jelaskan kepada keluarga
kekhawatiran tentang perawatan
pada penolakan perubahan citra tubuh
atau reaksi orang  Anjurkan mengunakan alat
lain menurun (5) bantu
 Respon  Latih fungsi tubuh yang
nonverbal pada dimiliki
perubahan tubuh  Latih peningkatan
membaik (5) penampilan diri
3 Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetah (L.12111) Observasi
uan Setelah dilakukan  Identifikasi kesiapan
(defisit tindakan dakemampuan menerima
pengetah keperawatan selama informasi
uan 1x24 jam diharapkan  Identifikasi faktor-faktor
berhubun tingkat pengetahuan yang dapat meningkatkan
gan meningkat dengan dan menurunkan motifasi
dengan kriteria hasil: peilaku hidup bersih dan
kurang  Perilaku sesuai sehat
terpapar anjuran Terapeutik
informasi meningkat(5)  Sediakan materi dan media
 Perilaku sesuai pendidikan kesehatan
dengan  Jadwalkan pendidikan
pengetahuan kesehatan sesuai
meningkat (5) kesepakatan
 Perilaku  Berikan kesempatan untuk
membaik (5) bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningktkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

3.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.Berdasarkan terminologi
SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2018).
3.5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan berdasarkan adalah fase kelima dan terakhir dalam suatu
proses keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan didokumentasikan dalam
SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing (Achjar, 2010)Evaluasi keperawatan
terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan pasien
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya (S.Andarmoyo, 2013)

BAB IV
TINJAUAN KASUS

Ny Serli berusia 53 tahun masuk rumah sakit dengan nyeri pada sendi pinggul kiri,klien
mengatakan nyeri akan mereda dengan beristirahat dan tidak terlalu terasa pada pagi
hari .Klien pernah menjadi atlet dayung ,tetapi tidak lagi melakukan olahraga tersebut sejak 6
bulan yang lalu ketika nyeri pada pinggul kiri mulai terjadi,hasil pemeriksaan fisik diketahui
pasien berjalan pincang,tidak terdapat pembengkakan atau deformitas ataupun eritema pada
pangkal paha kiri dan hanya terdapat nyeri tekan pada sendi yang sakit.Gerakan pada sendi
tersebut sangat sakit sehingga kisaran geraknya terbatas : suhu 36,70ºc, frekuensi nadi
78x/menit, frekuensi napas 17x/menit, TD 120/70 mmHg, pemeriksaan darah diketahui
WBC,1 15,7 x 101 u/L, pemeriksaan sinar X dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
antritis rheumatoid dengan hasil menunjukan tidak ada kelainan pada sendi pinggul
kiri.Pemeriksaan darah lengkap faktor rheumatoiddan protein c+ reaktif manunjukan nilai
yang normal.

4.1. PENGKAJIAN
A. Identitas pasien Pasien

a. Nama Pasien :Ny.Serli

b. Umur : 53tahun

c. Jenis Kelamin : perempuan

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : STM

f. Pekerjaan : Swasta

g. Suku / Bangsa : Jawa

h. Alamat : Nasipanaf

B. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utma : saat dikaji klien mengatakan nyeri pada sendi pinggul kiri,
klien mengatakan nyeri akan mereda dengan beristirahat.
2. Riwayat keluhan utama : tetapi tidak lagi melakukan olahraga tersebut sejak 6
bulan yang lalu ketika nyeri pada pinggul kiri mulai terjadi
3. Keluhan saat dikaji : saat dikaji klien mengatakan masih merasakan nyeri
pada sendi pinggul kiri

4. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan bahwa didala keluarganya


tidak ada yang mengidap penyakit osteoarthiritis.
C. Pemeriksaan fisik
9) Kesadaran umum :Composmentis
10) TTV
TD:120/70 mmHg
Nadi:78x/menit
Suhu:36,70ºc
RR:17x/menit
11) Kepala
Inspeksi :beruban dan bersih
Palpasi :tidak ada benjolan
12) Mata
Inspeksi :kedua mata terlihat simetris
Palpasi:tidak ada nyri tekan
13) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
14) Mulut
Inspeksi : bentuk simetris atas dan bawah,tidak ada lesi dan luka
15) Dada
Inspeksi : bentuk simetris,pengembangan dada sewaktu ekspirasi dan inspirasi
simetris,tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada massa,tidak ada nyeri saat ditekan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler

16) Abdomen
Inspeksi : perut datar dan simetris
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Palpasi : tiddak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
Perkusi : timpani.
17) Ekstermitas
 Atas
Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering,
terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4.
 Bawah
Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi
refleks , terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.

18) Genetalia
Inspeksi : tidak ada nyeri,memar,dan pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri

4.2. ANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab


1 DS : klien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Agen pencedera
sendi pinggul kiri fisiologis

 klien
mengatakan nyeri akan
mereda dengan beristirahat.

DO : hasil pemeriksaan fisik


diketahui pasien berjalan
pincang,tidak terdapat
pembengkakan atau
deformitas ataupun eritema
pada pangkal paha kiri

P : tidak rutin melakukan olahraga

Q :nyeri tersebut dirasakan seperti


tertusuk,tertikam

R : dibagian sendi piggul

S : skala nyeri 5

T : sejak 6 bulan yang lalu

TTV

TD:120/70 mmHg

Nadi:78x/menit
Suhu:36,70ºc

RR:17x/menit

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

4.4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


D.0077 ( nyeri L.08066 (tingkat I.03119
akut) nyeri) ( manajemen nyeri)
Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan  Identivikasi
dengan agen keperawatan selama lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kua
pencedera 1x24 jam diharapkan litas,intensitas nyeri
fisiologis d.d tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri
nyeri pada sendi. menurun dengan  Identifikasi faktor yang memperberat
kriteria hasil : dan memperingan nyeri
 Keluhan nyeri Terapeutik
menurun (5)  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Meringis mengurangi rasa nyeri ( terapi pijat )
menurun (5) Edukasi
 Gelisah menurun  Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu
(5) nyeri
 Pola napas  Jelaskan strategi meredakan nyeri
membaik (5)  Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
4.5. IMPLEMENTASI

N Hari/ Diagnosis ja Implementasi


o tanggal m
1 Selasa Nyeri Observasi
21,septem akut  Mengidentivikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
ber 2021 berhubun kualitas,intensitas nyeri
gan  Mengidentifikasi skala nyeri
dengan  Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
agen memperingan nyeri
penceder Terapeutik
a  Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
fisiologis mengurangi rasa nyeri ( terapi pijat )
d.d nyeri Edukasi
pada  Menjelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
sendi.
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

4.6. EVALUASI

No Hari/tanggal Diagnosis Catatan perkembangan


Selasa 21,september Nyeri akut berhubungan S: klien mengatakan masih
2021 dengan agen pencedera merasa nyeri pada sendi
fisiologis d.d nyeri pada O: hasil pemeriksaan fisik
sendi diketahui pasien berjalan
pincang,tidak terdapat
pembengkakan atau deformitas
ataupun eritema pada pangkal
paha kiri
TTV

TD:120/70 mmHg
Nadi:78x/menit

Suhu:36,70ºc

RR:17x/menit

A: masalah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

Rabu 22,september Nyeri akut berhubungan S: klien mengatakan rasa


2021 dengan agen pencedera nyerinya sudah berkurang
fisiologis d.d nyeri pada O: hasil pemeriksaan fisik
sendi diketahui pasien berjalan
pincang,tidak terdapat
pembengkakan atau
deformitas ataupun
eritema pada pangkal
paha kiri P : tidak rutin
melakukan olahraga

Q :nyeri tersebut dirasakan


seperti tertusuk,tertikam

R : dibagian sendi piggul

S : skala nyeri 5

T : sejak 6 bulan yang lalu

TTV

TD:120/70 mmHg

Nadi:78x/menit

Suhu:36,70ºc
RR:17x/menit

A: masalah belum teratasi

P:intervensi dilanjutkan

I: Menjelaskan penyebab periode


dan pemicu nyeri

Menjelaskan strategi meredakan


nyeri

Menganjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

E:Nyeri sudah berkurang,


tekanan darah normal,suhu
tubuh normal, nadi normal.

Kamis 23 september Nyeri akut berhubungan S:Klien tidak merasakan nyeri


2021 dengan agen pencedera lagi
fisiologis d.d nyeri pada O:Klien tampak segar dan sehat
sendi A:Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan

BAB V
KESIMPULAN

5.1. KESIMPULAN
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan
kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi
yang bersifat kronik dan progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga
usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian
tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan
biokimia pada tubuh (American College of Rheumatology, 2015).
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan
adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago
ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh
(American College of Rheumatology, 2015).

DAFTAR PUSTAKA (Placeholder1)

((American College of Rheumatology)


((Hamijoyo, 2007)(Sunarto)

Anda mungkin juga menyukai