Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DEMAM TYPHOID

MATA KULIA (Keperawatan anak)

Di Susun Oleh :

Nama : Klaudia Betrix Loke

NIM : 2108008

DPL : Ns. WAHYUNINGSIH, M.Kep

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PROFESI NERS

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam
thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016)
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika
sari, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen
O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob
dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat
celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
3. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil
kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
(igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus selsel epitel
(sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di
jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesenterika. (Lestari Titik, 2016)
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia)
melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari
usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan
sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).
(Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar
plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis
ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis
pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke tiga. selanjutnya,
dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella
thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan
melalui Feses. (Lestari Titik, 2016)
4. Pathways
Kuman salmonella typhi

Masuk melalui makanan/ Minuman, jari


tangan/kuku, muntuhan, lalat dan feses

Masuk ke mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Kuman mati Lambung Kuman hidup

Lolos dari asam lambung

Bakteri masuk ke dalam usus halus

Peredaran darah dan masuk ke retikulo


endothelia terutama hati dan limfa

Inflamasi pada hati


Masuk aliran darah
dan limfa

Endotoksi
Hematomega Spenomegali
li Mengakibatkan
komplikasi seperti
Nyeri tekan Penurunan mobilitas usus
neuropsikiatrik,
kardiovaskuler,
Penurunan peristaltik usus pernafasan, dll.
Nyeri akut

Peningkatan asam lambung Merangsang melepas sel perogen

Anoreksia, mual dan muntah Mempengaruhi


pusat
thermoregulerator
Defisit nutrisi di hipotalamus

Hipertermia
5. Manifestasi Klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul
gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)
a. . Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung.
Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit,
yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
d. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,
akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada
minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain:
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
1) ehnik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
5) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam
serum klien dengan demam typhoid juga terdapat pada orang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu:
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O
(berasal dari tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H
(berasal dari flagel kuman).
c) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI
(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut
hanya aglutinin 15 O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
d. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada
akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua
hingga minggu ketiga.
e. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella Typhoid karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
7. Komplikasi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi
melena yang dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan
terjadi pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013)
5. Penatalaksanaan
penatalaksaan pasien demam thypoid yaitu Menurut Suriadi (2010):
a. Isolasi, desinfeksi pakaian
b. Istirahat selama demam hingga dua minggu.
c. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat.
d. Pemberian antibiotik kloramfenikol, cotrimoxazole dengan dosis
tinggi.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian Fokus
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama,
alamat)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan
mual munta, demam, nyeri dan juga pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengeluh kepala terasa
sakit, demam,nyeri dan juga pusing, berat badan berkurang, klien
mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut
dan juga diare, klien mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah
menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya keluarga yang menderita
penyakit yang sama (penularan).
c. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor,
dankoma
b) Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
c) Tanda-tanda vital,normalnya: Tekanan darah : 95 mmHg Nadi : 60-
120 x/menit Suhu : 34,7-37,3 0C Pernapasan : 15-26 x/menit
2. Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut Kaji nilai warna, turgortekstur dari
kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan mulai darikepala, mata,
hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi,
maupun gangguan pada ndera
c) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas Palpasi :
kesimetrisan taktil fremitus Perkusi : suara paru (pekak, redup,
sono, hipersonor, timpani) Auskultasi : suara paru
2) Jantung Inspeksi : amati iktus cordis Palpalsi : raba letak iktus
cordis Perkusi : batas-batas jantung Auskultasi : bunyi jantung
d) Pemeriksaan abdomen Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk
abdomen, gerakan Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri
tekan Perkusi : suara peristaltic usus Auskultasi : frekuensi bising
usus
e) Pemeriksaan ekstremitas Kaji warna kulit, edema, kemampuan
gerakan dan adanya alat bantu
d. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
1. Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB
ibu tidak naik, pemantauan kehamilansecara berkala. Kehamilan dengan
resiko yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbanganak
2. Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus
lamadan anak yang lahirdengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu
tumbanganak
3. Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U),
lingkarkepala (49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar
kepala,
4. pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringanotot (cubitan tebal
untuk pada lengan atas, pantat dan juga paha mengetahui lemak subkutan),
keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular),
tebal/ tipis dan juga mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada
tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
5. Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) ,
kemampuan anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh,
memanjat, melompat, menaiki tangga,menendang bola dengan seimbang,
egosentris dan menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran,
mengerti dengan kata kata,bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan
keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
c. Riwayat imunisasi
d. Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
e. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12tahun Pertumbuhan merupakan
proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan
masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah
mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik
beratkan padaaspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan
sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan
bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan
masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali
sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
a) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
b) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan
c) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
d) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
f. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan Yang perlu dikaji
adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan, pengetahuan
tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen
kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
2. Pola nutrisi metabolik Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan
masukan cairan klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan /
penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
3. Pola eliminasi Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih,
penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan.
4. Pola aktivas latihan Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien,
latihan dan rekreasi, kemampuan untuk mengusahakanaktivitas sehari-
hari (merawat diri, bekerja), dan respon kardiovaskuler serta
pernapasan saat melakukan aktivitas.
5. Pola istirahat tidur Yang perludikaji adalah bagaimana pola tidur klien
selama 24 jam, bagaimana kualitas dan kuantitas tidurklien, apa ada
gangguan tidur dan penggunaan obatobatan untuk mengatasi gangguan
tidur.
6. Pola kognitif persepsi Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan
kemampuan persepsi klien.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri Yang perlu dikaji adalah bagaimana
sikapklien mengenai dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya,
pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran
diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional sepertitakut,
cemas karena dirawat di RS.
8. Pola peran hubungan Kaji kemampuan kliendalam berhubungan
dengan orang lain. Bagaimana kemampuan dalam menjalankan
perannya.
9. Pola reproduksi dan seksualitas Kaji adakah efek
penyakitterhadapseksualitas anak.
10. Pola koping dan toleransi stress Yang perlu dikaji adalah bagaimana
kemampuan klien dalam manghadapai stress dan juga adanya sumber
pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga
sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orangtua untuk selalu
mendukung anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan Kaji bagaimana kepercayaan klien.
Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan
yangdianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (D.0077)
2. defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
(D.0019)
3. hipertermi berhubungan deangan proses penyakit (D.0130)
3. Intervensi
Berikut ini adalah tujuan dan kriteria hasil serta intervensi keperawatan
menurut SLKI 2019 dan SIKI 2018 :

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi

Keperawatan Hasil

1 nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan
dengan agen tindakan keperawatan
Observasi
pencedera fisiologi
(D.0077) selama 3 X 24 jam
- lokasi, karakteristik,
maka diharapkan
durasi, frekuensi,
tingkat nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil :
- Identifikasi respon nyeri
- Kemampuan
non verbal
menuntaskan
- Identifikasi faktor yang
aktivitas meningkat
memperberat dan
- Keluhan nyeri
memperingan nyeri
menurun
- Identifikasi pengetahuan
- Meringis menurun
dan keyakinan tentang
- Sikap protektif
nyeri
menurun
- Identifikasi pengaruh
- Gelisah menurun
budaya terhadap respon
- Kesulitan tidur
nyeri
menurun
- Identifikasi pengaruh
- Menarik diri
nyeri pada kualitas hidup
menurun
- Monitor keberhasilan
- Berfokus pada diri
terapi komplementer yang
sendiri menurun
sudah diberikan
- Diaforesis menurun - Monitor efek samping
- Perasaan depresi penggunaan analgetik
menurun
Terapeutik
- Perasaan takut
mengalami cedera
- Berikan teknik
berulang menurun
nonfarmakologis untuk
- Anokresia menurun
mengurangi rasa nyeri
- Perineum terasa
(mis. TENS, hypnosis,
tertekan menurun
akupresur, terapi musik,
- Uterus teraba
biofeedback, terapi pijat,
membulat menurun
aroma terapi, teknik
- Ketegangan otot
imajinasi terbimbing,
menurun
kompres hangat/dingin,
- Pupil diatasi
terapi bermain)
menurun
- Control lingkungan yang
- Muntah menurun
memperberat rasa nyeri
- Mual menurun
(mis. Suhu ruangan,
- Frekuensi nadi
pencahayaan,
membaik
kebisingan)
- Pola napas membaik
- Fasilitasi istirahat dan
- Tekanan darah
tidur
membaik
- Pertimbangkan jenis dan
- Proses berpikir
sumber nyeri dalam
membaik
pemilihan strategi
- Focus membaik
meredakan nyeri
- Fungsi berkemih
-
membaik
Edukasi
- Perilaku membaik
- elaskan penyebab,
- Nafsu makan
periode, dan pemicu
membaik
nyeri
Pola tidur
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
membaik
- Anjurkan memonitor
(L.08066) nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(I. 08238)
2 defisit nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI (I.
berhubungan 03119)
dengan tindakan keperawatan
peningkatan Observasi
kebutuhan selama 3 X 24 jam
metabolism - Identifikasi status nutrisi
(D.0019) maka diharapkan - Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
pertukaran status - Identifikasi makanan yang
disukai
nutrisi membaik - Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
dengan kriteria hasil : - Identifikasi perlunya
penggunaan selang
- Verbalisasi nasogastrik
- Monitor asupan makanan
keinginan untuk
- Monitor berat badan
meningkatkan - Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
nutrisi meningkat
- Pengetahuan Terapeutik
tentang pilihan
- Lakukan oral hygiene
makn yang sehat sebelum makan, jika
perlu
meningkat
- Fasilitasi menentukan
- Pengetahuan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
tentang pilihan
- Sajikan makanan secara
minum yang sehat menarik dan suhu yang
sesuai
meningkat
- Berikan makan tinggi
- Penyiapan dan serat untuk mencegah
konstipasi
penyimpanan - Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
minuman yang
- Berikan suplemen
aman meningkat makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
- Nyeri abdomen
makan melalui selang
menurun nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Napsu makan
membaik Edukasi
- Bising usus
- Anjurkan posisi duduk,
membaik jika mampu
- Ajarkan diet yang
(L.03030)
diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

3 hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


berhubungan
tindakan keperawatan Observasi
deangan
selama 3 X 24 jam - Identifikasi penyebab
proses
penyakit maka diharapkan hipertermi (mis,
(D.0130)
termoregulasi dehidrasi, terpapar

membaik dengan lingkungan panas

kriteria hasil : penggunaan inkubator)

- Menggigil - Monitor suhu tubuh


menurun
- Monitor kadar elektrolit
- Kulit merah
menurun
- Kejang menurun - Monitor haluaran urine
- Akrosianosis
- Monitor komplikasi
menurun
akibat hipertermia
- Konsumsi
oksigen menurun Terapeutik
- Piloereksi
- Sediakan lingkungan
menurun
yang dingin
- Vasokonstriksi
perifer menurun - Longgarkan atauu
- Kutis memorata
lepaskan pakaian
menurun
- Basahi dan kipasi
- Pucat menurun
- Takikardi permukaan tubuh
menurun
- Berikan cairan oral
- Takipnea
- Ganti linen setiap hari
menurun
- Bradikardi atau lebih sering jika
menurun
mengalami hyperhidrosis
- Dasar kuku
(keringat berlebih)
sianotik menurun
- Hipoksia - Lakukan pendinginan
menurun
eksternal (mis, selimut
- Suhu tubuh
hipotermia atau kompres
membaik
- Suhu kulit dingin pada
membaik
dahi,leher,dad,abdomen)
- Kadar glukosa
- Hindari pemberian
darah membaik
- Pengisiaan antipiretik atau aspirin
kapiler membaik
- Beriakan oksigen, jika
- Ventilasi
membaik
- Tekanan darah perlu
membaik
Edukasi
(L.14134)
- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

cairan dan elektrolit

intravena, jika perlu

C. DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Susilaningrum, R., and Utami, S. 2005.Asuhan Keperawatan Bayi danAnak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika

Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :


CV. Sagung Seto
Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.
Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim.

Anda mungkin juga menyukai