Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRAVENTRIKULER HEMORAGI

1. Definisi
IVH adalah perdarahan intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem
ventrikel atau yang timbul di dalam atau pada sisi dariventrikel. (Donna, dkk, 2011).
Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kejadianIVH yang menimbulkan
serangan stroke merupakan salah satu dari jenis stroke (CVA) hemoragik yang berasal
dari intra cranial atau sumber permasalahannya adalah peredaran vaskuler otak.
Stroke juga dikenal sebagai Cerebrovaskuler Accident (CVA) atau serangan otak.
Persediaan darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari otak, menyebabkan sel otak
mati; ini mengakibatkan pasien kehilangan fungsi otak didalam area yang terpegaruh.
Gangguan pada umumnya disebabkan oleh suatu sumbatan

 pada aliran darah arterial (ishemic stroke), seperti pembentukan gumpalan


darah, tetapi dapat pula disebabkan oleh kebocoran atau pecahnya pembuluh
darah (hemorhagic stroke). Suatu gumpalan darah dapat berkembang dari
sepotong plak yang tidak stabil, atau suatu embolus yang berjalan dari bagian
lain tubuh dan berhenti dipembuluh darah. Pendarahan mungkin terjadi
sebagai hasil dari trauma atau secara spontan, seperti hipertensi tk terkendali
(Digilio et all, 2014).

Kejadian IVH memang sangat jarang. Hal ini menjadi alasan atas pemahaman yang
buruk terhadap gejala klinis, etiologi, dan prognosis jangka pendek maupun panjang
pada pasien IVH.

2. Etiologi
 Penyebab pasti terjadinya pecah pembuluh darah (perdarahan) pada ruangan
ventrikel pada otak belum diketahui, namun keadaan Hipertensi sering kali
disebut sebagai penyebab yang paling mungkin, walaupun abnormalitas arteri
vena otak dapat juga menyumbang kejadian perdarahan ini (Donna, dkk 2011).
Tekanan darah yang melebihi kapasitas elastisas vaskuler otak merupakan
pemicu terjadinya perdarahan pada otak, terutama bila memang bila memang pasien
adalah penderita hipertensi parah (Adria, luis dkk 2012).
Dari penjelasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan kecil bahwa penyebab yang
paling memungkinkan dari terjadinya IVH yang dapat menimbulkan serangan stroke
adalah

hipertensi yang bersifat kronik, selain itu abnormalitas formasi vaskuler juga turut
menyumbang kejadian IVH ini. Hipertensi abnormalitas formasi vaskuler otak.
Perdarahan yang terjadi menyebabkan penekanan pada area otak (desak ruang) TEK.
Maksimal vaskuler otak menyebabkan vaskuler mudah rupture karena formasi
vaskuler sendiri.

Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):

1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama.


2. Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari jantung).

3. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).

4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35


tahun dan kadar esterogen yang tinggi.

.5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat
menyebabkan iskhemia serebral umum.

6. Penyalahgunaan obat tertentu pada remaja dan dewasa muda.

7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah,
merokok kretek dan obesitas.

8. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke.

3. Manifestasi Klinik
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang
berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati
hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal
dengan hiiangnya fungsi batang otakdapat terjadi. Pasien yang selamat secara
bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan
perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba
yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral (Ropper, 2005 Dalam khoirul 2009).

Pasien usia tua dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS atau
perdarahan intraserebellar karena amyloid angiopathybiasanya telah menderita
penyakit Alzheimer atau demensia progresif tipe Alzheimer dan dalam
perjalanannnya perdarahan dapat memasukirongga subarakhnoid.(Gilroy, 2000,
Dalam khoirul 2009).

Secara mendetail gejala yang muncul diantaranya (Isyan, 2012) :

1. Kehilangan Motorik.
Disfungsi motor paling umum adalah :

a. Hemiplegia yaitu paralisis pada salah satu sisi yang sama seperti pada wajah, lengan dan kaki
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).

b. Hemiparesis yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang sama
seperti wajah, lengan, dan kaki (Karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan).

1. Kehilangan atau Defisit Sensori.


a. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi)
b. Kejadian seperti kebas dan kesemutan pada bagian tubuh dan kesulitan
dalam propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh).

c. Kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.

2. Kehilangan Komunikasi (Defisit Verbal).


Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :

a. Disartria adalah kesulitan berbicara atau kesulitan dalam membentuk kata.


Ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia adalah bicara detektif atau kehilangan bicara, yang
terutama ekspresif atau reseptif (mampu bicara tapi tidak masuk akal)

c. Apraksia adalah ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang


dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir

dan berusaha untuk menyisir rambutnya.


d. Disfagia adalah kesulitan dalam menelan.

3. Gangguan Persepsi.
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan
sensasi.Stroke dapat mengakibatkan :
a. Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer diantara
mata dan korteks visual.

b. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)


c. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau
lebih objek dalam area spasial).
4. Defisit Kognitif.
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.
b. Penurunan lapang perhatian.
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
d. Alasan abstrak buruk.
e. Perubahan Penilaian.
5. Defisit Emosional.
a. Kehilangan kontrol-diri.
b. Labilitas emosional.
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress.
d. Depresi.
e. Menarik diri.
f. Rasa takut, bermusuhan, dan marah.
g. Perasaan Isolasi.
4. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh
pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat
atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular)
atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pad-a otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008).

Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar

area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadangkadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.Oleh
karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat .menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin,
2008).

Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi


pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan


yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).

5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
sebagai berikut :

1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber


perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.

2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

3. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti.Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat
di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

4. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark

akibat dari hemoragik.


5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).

6. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan
otak.

6. Komplikasi

1. Berhubungan dengan immobilisasi o

Infeksi pernafasan

o Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan o Konstipasi o

tromboflebitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi o

Nyeri pada daerah punggung o

Dislokasi sendi
3. Berhubungan dengan kerusakan otak o

Epilepsi
o Sakit kepala o Kraniotomi
4. Hidrosefalus

7. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan umum
o Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus jika
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil

o Bebaskan jalan napas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu


berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah
o Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter o Kontrol tekanan
darah, dipertahankan normal o Suhu tubuh harus dipertahankan
o Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik,
bila terdapat gangguan o Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika
tidak ada kontraindikasi
2. Penatalaksanaan medis o
Trombolotik
o Anti platelet/anti trombolitik (asetol, ticlopidin, cilostazol,
dipiridamol)

o Antikoagulan (heparin) o Hemorhagea (pentoxyfilin) o Antagonis serotonin


(noftidruryl) o Antagonis calsium (nomopidin, piracetam)

3. Penatalaksanaan khusus o Atasi


kejang (antikonvulsan)
o Atasi tekanan intrkranial yang meninggi manitol, gliserol, furosemid, intubasi,

steroid

o Atasi dekompresi (kraniotomi)


o Untuk penatalaksanaan faktor resiko
Anti hipertensi, anti hiperglkemia, anti hiperurisemia
8. Pathway

hambatan Hambatan
mobilitas fisik kom.verbal

Devisit perawatan
diri
III. Daftar Pustaka

DiGiulio, M. Jackson. D. Keogh, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Rapha Publishing

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Wijaya, A. S. Putri, Y. M. (2013) KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperaawtan


Dewasa). Yogyakarta : Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai