Anda di halaman 1dari 23

Jurnal 1

No Kerangka Penyusun Jurnal

1. Judul The application of guided discovery learning model to


improve students concepts understanding

2. Penulis Kasmiana , Yusrizal and M. Syukri

3. Nama Jurnal Journal of Physics

4. Tahun 2019

5. No 1460 (2020) 012122

6. ISSN AICMSTE 2019

7. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan


pemahaman konsep siswa antar kelas menggunakan
model pembelajaran guided discovery dan non-guided
discovery materi dan mengetahui respon siswa di SMP
Negeri 8 Banda Aceh. Itu populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas 7 dengan pemilihan
menggunakan purposive sampling, jadi siswa dari kelas
tujuh-satu dan tiga diperoleh sebagai sampel. Tes
pemahaman konsep siswa menggunakan pertanyaan
pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Tes
digunakan untuk menentukan nilai siswa pada kelas
penemuan terbimbing dan kelas penemuan tidak
terbimbing. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji-t
untuk pemahaman konsep dan statistik deskriptif untuk
tanggapan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: ada signifikan perbedaan peningkatan
pemahaman konsep antar kelas yang diajarkan
penemuan terbimbing dan yang diajarkan dengan model
penemuan tidak terbimbing. Penerapan model
penemuan terbimbing meningkatkan hasil belajar siswa,
terutama dalam memahami konsep.
8. Pendahuluan Fisika adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan yang lahir
dan berkembang berdasarkan pengamatan terhadap
fakta-fakta di alam dan menghasilkan konsep, prinsip,
teori dan hukum fisika. Fisika juga merupakan salah
satu mata pelajaran dari Ujian Nasional (UN). Dalam
banyak kasus, selalu menjadi subjek yang dikeluhkan
banyak pihak, khususnya siswa, sebagai salah satu mata
pelajaran yang sulit dan menakutkan. Persepsi siswa
mempengaruhi persepsi mereka memahami dan
mempelajari mata kuliah tersebut. Banyak siswa yang
berpikir dan berkata “fisika itu sulit”. Mereka dikatakan
sulit karena fisika berkaitan dengan begitu banyak
rumus dan angka yang harus dihafal. Lainnya kesulitan
datang dari konsep fisika, cara kursus fisika diajarkan
dan fisika masalah yang terkadang sangat samar.
Wawancara dengan seorang guru fisika di SMP Negeri
SMA Negeri 8 Banda Aceh, menjelaskan bahwa materi
fisika tergolong sulit, sehingga pembelajarannya hanya
menggunakan metode ceramah. Pembelajaran terfokus
pada guru, sedangkan siswa hanya mendengarkan
apapun kata guru. Faktor lain, siswa merasa bosan,
karena pembelajaran hanya diterapkan di kelas, dan
guru jarang menggunakan laboratorium IPA karena
fasilitas dan infrastruktur. Padahal, siswa dikerahkan
untuk memecahkan masalah agar dapat berkembang
kemampuan mereka dalam mengkritisi masalah yang
dihadapi dan mampu menemukan solusi yang
memungkinkan untuk memecahkannya masalah.
Pembelajaran penemuan terbimbing adalah
pembelajaran yang melatih dan membimbing siswa
untuk belajar, memperoleh pengetahuan, dan
membangun konsep yang mereka temukan sendiri .
Model penemuan terbimbing adalah model yang
digunakan untuk membangun pemahaman konsep siswa
di bawah pengawasan guru yang merupakan
pembelajaran kognitif model yang menuntut guru untuk
lebih kreatif dalam menciptakan situasi yang dapat
membuat siswa menjadi
aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri
sehingga dapat memecahkan konsep-konsep yang rumit
dan abstrak. Dalam pembelajaran penemuan
terbimbing, siswa diarahkan untuk menemukan konsep.
Dalam proses pembelajaran ini, siswa didorong untuk
berpikir dan menganalisis sendiri, sehingga dapat
menemukan konsep berdasarkan materi atau data yang
telah disediakan. Dengan demikian, model ini sangat
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
motivasi belajar siswa. Ada perbedaan pemahaman
konsep yang signifikan antara siswa yang diajar dengan
terbimbing model penemuan dan mereka yang diajar
melalui pembelajaran penemuan tidak terbimbing pada
materi panas.
9. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Quasi Guided discovery, dengan bentuk
Nonequivalent Desain Grup Kontrol. Penelitian
penemuan terpandu kuasi melibatkan dua kelas atau dua
kelompok belajar, khusus sebagai kelas penemuan
terbimbing dan penemuan non-terpandu di mana sampel
keduanya kelas tidak dipilih secara acak. Penelitian ini
dilaksanakan di SMPN 8 Banda Aceh tahun ajaran
2018/2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas 7, dan sampel dipilih dari kelas tujuh-satu
dan tiga dengan teknik purposive. Pemilihan sampel
dilakukan dengan memilih kelas yang memiliki
kemampuan yang relatif homogen pada kedua kelas
dengan melihat hasil tes awal yang dilakukan di semua
kelas. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan silabus, RPP, LKS, pretest dan
pertanyaan posttest tentang pemahaman konsep. Tes
tersebut digunakan untuk mengetahui nilai siswa di
kelas penemuan terbimbing dan penemuan tidak
terbimbing, dan diberikan kepada siswa sebelum dan
sesudah kegiatan pembelajaran dengan soal yang sama
berdasarkan topik yang diajarkan yaitu suhu dan kalor.

10. Pembahasan Perbandingan nilai pretest dan posttest dari kelas


penemuan tak terbimbing dan kelas penemuan
terbimbing Hasil perbandingan nilai pretest dan posttest
pembelajaran penemuan terbimbing dan non terbimbing
kelas discovery learning dapat dilihat pada diagram
pada Gambar 1.

Indikator pemahaman konsep yang dinilai antara

penemuan tak terbimbing dan penemuan Eksperimen

adalah menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan. Tabel perbandingan

indikator pemahaman konsep nonguided discovery dan

kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2 menunjukkan bahwa dari 7 indikator yang
dinilai; hanya indikator ringkasan yang sama
nilai antar kelas yang diajarkan dalam non-guided
discovery learning dan guided discovery learning.
Indikator tersebut disebabkan karena proses
pembelajaran selama ini banyak siswa yang
menghabiskan waktu dengan mencatat. Ini karena guru
hanya melibatkan siswa dengan menjawab pertanyaan
“ya” atau “tidak”, mencatat dan mereka tidak diberi
kesempatan untuk berdiskusi. Besarnya persentase nilai
Pemahaman konsep siswa kelas penemuan terbimbing
tentunya tidak lepas dari pembelajaran model yang
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, pendekatan
pembelajaran yang cocok diterapkan di kelas akan
mampu menjadi salah satu faktor keberhasilan belajar
siswa baik secara individu dan berkelompok.
Tingginya nilai pemahaman konsep siswa pada kelas
penemuan terbimbing disebabkan karena
dengan proses belajar penemuan terbimbing yang
mereka alami yaitu pengalaman mental dan sosial
pengalaman. Pengalaman mental diperoleh dari indera
pendengaran dan penglihatan, informasi diperoleh
berdasarkan apa indera pendengaran yang diperoleh
dari penjelasan yang diberikan oleh guru sedangkan
indra pendengarannya?
penglihatan datang dari penemuan siswa itu sendiri.
Selanjutnya, peningkatan pemahaman konsep dan
kemampuan berpikir kritis pada kelas penemuan
terbimbing disebabkan karena model pembelajaran
yang digunakan yaitu model pembelajaran penemuan
terbimbing yang berdampak positif terhadap siswa.
Model pembelajaran penemuan terbimbing mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
selama proses pembelajaran.

11. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
perbedaan peningkatan pemahaman konsep antar kelas
tempat siswa diajar terbimbing penemuan dengan kelas
yang diajarkan oleh kelas penemuan non-terpandu pada
materi panas. Rata-rata posttest pemahaman konsep
siswa non-guided discovery sebesar 70,3% dan kelas
penemuan terbimbing adalah 85%. Berdasarkan
penelitian ini dapat dinyatakan bahwa penerapan model
penemuan terbimbing meningkat hasil belajar siswa,
terutama dalam memahami konsep. Selain itu, ada
beberapa saran bagi guru untuk menerapkan model
penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran
fisika, karena sudah ada beberapa penelitian yang
membuktikan bahwa model dapat meningkatkan hasil
belajar. Juga, penelitian berdasarkan model penemuan
terbimbing dapat dilakukan oleh peneliti lain untuk
mengkaji hal-hal lain.
Jurnal 2

Identitas jurnal

1. Judul : Virtual Physics Laboratory Application Based on the Android


Smartphone to Improve Learning Independence and Conceptual
Understanding

2. Nama Journal : International Journal of Instruction

3. Edisi terbit : January 2018. Vol.11, No.1

4. Pengarang : Fitra Suci Arista, Heru Kuswanto

5. Kota terbit : Yogyakarta, Indonesia

6. Nomor ISSN : e-ISSN: 1308-1470

7. Alamat Situs : https://eric.ed.gov/?id=EJ1165233

Ringkasan Jurnal

Pendahuluan

Konsep-konsep dalam dinamika rotasi memiliki peran yang penting untuk


dipahami siswa karena penerapannya sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam
dinamika rotasi.

Kesulitan mereka adalah dalam menggambar diagram gaya bebas penyebab rotasi,
menginterpretasikan besaran dalam fisika, dan memahami konsep gerak menggelinding
(Syahrul & Setyarsih, 2015) dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam menyelesaikan
kegiatan praktikum di sekolah (Saltanat, et al. , 2016). Keterbatasan waktu guru untuk
pelaksanaan praktikum. Kesulitan yang mereka alami dalam menggunakan peralatan
praktikum juga menjadi kendala dalam pembelajaran fisika.

Masalah kesulitan dalam belajar dan melakukan kegiatan praktikum dinamika


rotasi di sekolah menuntut siswa mandiri dalam belajar fisika di rumah. Pada jenjang
pendidikan tinggi, siswa masih belum cukup mandiri dalam belajar fisika sehingga prestasi
belajarnya di bawah standar minimal.

Berdasarkan temuan tersebut, dapat diasumsikan bahwa kemandirian dalam belajar


merupakan hal yang memerlukan perhatian khusus dalam pembelajaran fisika. Guru dapat
memanfaatkan teknologi untuk mengatasi permasalahan praktikum yang tidak dapat
dilakukan di laboratorium konvensional dan untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam
belajar. Media pembelajaran berbasis komputer dapat menunjang kemandirian siswa dalam
belajar. Pembelajaran berbasis komputer yang dapat digunakan oleh guru berupa teknologi
simulasi berbasis smartphone (Arun, & Mohit, 2016).

Smartphone merupakan produk teknologi yang dimiliki oleh sebagian besar


masyarakat. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, hampir setiap siswa SMA di kota
Pekanbaru memiliki smartphone. Oleh karena itu, smartphone berbasis Android memiliki
potensi yang baik jika dimanfaatkan sebagai media pembelajaran interaktif bagi siswa
SMA. Pemanfaatan smartphone untuk kegiatan pembelajaran fisika memberikan
kemudahan bagi siswa dalam melakukan pembelajaran (Gonzalez & Martin, 2015).
Kemudahan tersebut mencakup keleluasaan dalam mengakses pembelajaran di tingkat
yang lebih tinggi. Siswa dapat membangun pemahamannya melalui kegiatan simulasi dan
evaluasi secara terus menerus dan mandiri.

Maka tujuan dari penelitian yang bersangkutan di sini adalah untuk menghasilkan
aplikasi ViPhyLab tentang materi dinamika rotasi yang fleksibel dan interaktif, dengan
tingkat kesesuaian dan kualitas yang tinggi, serta mampu meningkatkan kemandirian siswa
dalam belajar dan pemahaman konseptual materi dinamika rotasi.

Tinjauan Pustaka

Materi tentang dinamika rotasi bersifat kompleks dan berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk memudahkan siswa dalam
memahami konsep Pemanfaatan smartphone untuk kegiatan pembelajaran fisika
memberikan kemudahan bagi siswa dalam melakukan pembelajaran (Gonzalez & Martin,
2015). Kemudahan tersebut mencakup keleluasaan dalam mengakses pembelajaran di
tingkat yang lebih tinggi. Siswa dapat membangun pemahamannya melalui kegiatan
simulasi dan evaluasi secara terus menerus dan mandiri. Kegunaan smartphone, menurut
penjelasan yang disajikan dalam kasus di sini, adalah sebagai solusi keterbatasan dalam
mempelajari materi seperti menampilkan simulasi gaya yang menyebabkan benda berputar.
Oleh karena itu, smartphone berbasis Android memiliki potensi yang baik jika
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran interaktif bagi siswa SMA. dalam materi
dinamika rotasi adalah metode praktikum.

Simulasi dapat diterapkan pada materi pelajaran dinamika rotasi yang melibatkan
perangkat makroskopik seperti roda yang berputar pada bidang miring. Agar siswa dapat
melihat konsep rotasi tersebut, sebaiknya siswa difasilitasi dengan sebuah roda dalam
gerak rotasi dan apa yang menyebabkan roda tersebut berputar. Laboratorium virtual
dengan simulasi dapat digunakan sebagai media untuk memahami konsep-konsep dalam
dinamika rotasi.
Guru dapat melatih kemandirian belajar siswa melalui media pembelajaran yang
fleksibel dari segi waktu dan tempat sehingga siswa tertarik untuk mengkaji ulang
pembelajaran tersebut nantinya. Multimedia dengan basis smartphone Android dapat diatur
untuk menjalankan fungsi fleksibilitas dalam ruang dan waktu sesuai dengan kebutuhan
siswa. Pemanfaatan pembelajaran dengan sarana mobile sebagai basis (disebut juga m-
Learning) memberikan kontribusi positif bagi akses siswa terhadap materi pembelajaran
dan kesempatan bagi mereka untuk belajar secara mandiri (Rogozin, 2012).

Belajar adalah kemampuan siswa untuk melakukan kontrol diri dan pengamatan
diri serta mengevaluasi proses kognitif mereka secara pribadi (Schunk, 2012).
Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai suatu bentuk kesadaran yang muncul dari
dalam diri untuk ingin menerima informasi, mengelolanya, dan menghubungkan informasi
yang satu dengan yang lainnya.

 Peningkatan Kemandirian

Kemandirian belajar siswa merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang
efektivitas dalam kegiatan pembelajaran. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan siswa
yaitu mengontrol, memantau, dan mengatur kognisinya secara pribadi akan membantu
guru mengajar (Lee, 2010). Artinya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dilihat dari
kemampuannya dalam membangun pengetahuannya dengan pendampingan supervisi oleh
guru sehingga transfer pengetahuan mudah dilakukan.

 Peningkatan Pemahaman Konseptual Siswa

Memahami konsep adalah proses berpikir yang dilakukan oleh individu manusia
untuk benar-benar memahami suatu objek atau suatu peristiwa (Arends, 2012). Dalam
suatu kegiatan pembelajaran, konsep merupakan generalisasi pemikiran tentang sesuatu
sehingga diperlukan fakta dan persepsi untuk membangun suatu konsep. Memahami
konsep adalah bagian terpenting dari pembelajaran fisika. Adaptasi dilakukan untuk
mendapatkan model pengembangan yang sesuai dengan karakteristik penelitian dan
pengembangan aplikasi ViPhyLab. Konsep dalam fisika meliputi prinsip, hukum, dan teori
fisika beserta penerapannya dalam kehidupan. Pembelajaran yang baik adalah ketika guru
dapat membangun pemahaman konsep siswa melalui kegiatan dan materi yang diberikan
(Moss & Brookhart, 2012).

Metodel

 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikenal sebagai R&D (Research & Development). Jenis tersebut
dipilih karena tujuannya adalah untuk mengembangkan produk aplikasi pembelajaran yang
memperoleh tingkat kesesuaian dan kualitas yang baik melalui proses validasi dan kegiatan
uji lapangan. Produk aplikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa sebuah
perangkat lunak dengan basis sistem operasi Android yang dapat dioperasikan pada
smartphone berbasis Android dengan ekstensi (.apk), inisiasi program aplikasi Android.

 Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan merupakan hasil adaptasi dan kerjasama


dengan model penelitian dan pengembangan Borg and Gall (2003), model desain
pembelajaran Dick, dkk. (2001), dan model pengembangan multimedia Lee dan Owens
(2004).

 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian meliputi tahapan-tahapan yang


disesuaikan dengan model pengembangan. Tahapan tersebut antara lain meliputi kegiatan
analisis, perancangan, dan pengembangan, validasi, dan evaluasi produk. Analisis
kebutuhan dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru dan siswa.

 Instrumen Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan angket dan tes pemahaman


konseptual. Angket digunakan di validasi oleh ahli dan evaluasi oleh guru, rekan, dan
siswa. Selain itu, angket juga digunakan untuk mendapatkan data terkait tingkat
kemandirian belajar siswa di kelas fisika. Tes pemahaman konsep diberikan untuk
memperoleh data mengenai tingkat pemahaman konsep siswa terhadap materi dinamika
rotasi. Soal tes objektif yang diberikan kepada siswa pada saat pre-test yaitu pada saat
siswa belum menggunakan aplikasi ViPhyLab, dan pada saat post-test yaitu pada saat
siswa sudah menggunakan aplikasi ViPhyLab.

 Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis data validasi produk dan peningkatan kemandirian belajar
dan pemahaman konsep. Analisis inferensial digunakan untuk menganalisis adanya
peningkatan kemandirian belajar dan pemahaman konsep siswa secara keseluruhan. Dalam
analisis data yang dihasilkan dari aplikasi validasi dan evaluasi kualitas, data kualitatif
diubah dan diklasifikasikan ke dalam kategori yang menunjukkan tingkat kesesuaian dan
kualitas aplikasi.

Temuan dan Pembahasan

Aplikasi ViPhyLab merupakan aplikasi laboratorium virtual yang


dikembangkan dengan menggunakan tool bernama Adobe AIR for Android yang
merupakan sub program dari Adobe Flash CS 6, ActionScript 3.0. Langkah-
langkah pengembangan aplikasi dimulai dengan perancangan flowchart dan
storyboard. Komponen hasil pengembangan yang terdapat pada aplikasi meliputi
instruksi, kompetensi, materi, praktikum virtual, dan item latihan. Secara tampilan,
aplikasi ViPhyLab hasil dari kegiatan perancangan seperti terlihat pada Gambar 1
dan 2.

 Kesesuaian dan Kualitas Aplikasi ViPhyLab

Tingkat kesesuaian dan kualitas produk hasil pengembangan sebagai multimedia


pembelajaran kemudian diukur. Tingkat kesesuaian diukur melalui validasi oleh ahli
materi dan media pembelajaran sedangkan tingkat kualitas diukur melalui evaluasi oleh
rekan sejawat, guru, dan siswa.

Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan bahwa aplikasi ViPhyLab ditinjau dari
materinya dinyatakan valid. Dengan dasar hasil validasi materi, terdapat beberapa catatan
perbaikan yang perlu diperhatikan terkait tata bahasa dan kesesuaian nilai dan ukuran
gambar. Semua aspek dikategorikan sangat sesuai dengan total skor yang diperoleh sebesar
87 yaitu 94,56% dari nilai maksimal.

Hasil validasi ahli media menunjukkan bahwa aspek yang dievaluasi semuanya
dinyatakan valid. Dengan dasar hasil validasi media, terdapat beberapa catatan perbaikan
terkait dengan tanggapan siswa terhadap komponen praktikum torsi dan dengan
tersedianya home page navigation button pada komponen latihan. Berdasarkan hasil
validasi media, seluruh aspek aplikasi ViPhyLab yang dievaluasi dikategorikan sangat
sesuai dengan total skor yang diperoleh sebesar 92, yaitu 95,83% dari skor maksimal.

Kualitas media diukur dengan evaluasi oleh guru fisika dan rekan sebagai dasar.
Evaluasi mereka terhadap aspek-aspek berikut: pembelajaran, materi, dan media.
Rekapitulasi nilai rata-rata evaluasi tiga guru fisika dapat dilihat pada Tabel 5. Secara
keseluruhan, evaluasi ketiga guru fisika dikategorikan sangat baik. Rerata skor total adalah
82,33 yaitu 93,56% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori sangat baik.

Kesesuaian dan Kualitas Aplikasi ViPhyLabTerdapat perbedaan skor kemandirian


belajar siswa yang diperoleh sebelummenggunakan aplikasi ViPhyLab dengan yang
diperoleh setelahnya. Selisih antara skortertinggi di awal sesi dan di akhir sesi adalah
11,25. Selisih antara skor terendah di awal sesi dan di akhir sesi adalah 16,25. Nilai rata-
rata kemandirian belajar keempat puluh siswa tersebut mengalami peningkatan sebesar
14,03.
Aspek kemandirian belajar yang memperoleh skor gain tertinggi (yaitu 0,46) adalah
perencanaan. Aspek dengan gain score terendah adalah kepercayaan diri. Peningkatan
kemandirian belajar dari pada saat awal sesi menjadi pada saat akhir sesi untuk aspek
secara keseluruhan berada pada kategori sedang.

Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa aplikasi ViPhyLab dapat meningkatkan


pemahaman konsep siswa. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
teknologi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Kesimpulan

Aplikasi ViPhyLab adalah seperangkat media pembelajaran fisika, dengan basis


praktikum virtual dalam materi dinamika rotasi, yang dikembangkan dalam sistem operasi
Android. Ciri khas dari aplikasi ViPhyLab adalah dapat dioperasikan di perangkat
smartphone dan digunakan pada saat pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan penyajian materi, praktikum virtual, item latihan, dan
media dengan tampilan yang menarik dan interaktif. ViPhyLab cukup layak dan cukup
baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran, menurut penilaian para ahli dan
pengguna. Berdasarkan hasil uji lapangan, aplikasi ViPhyLab dapat meningkatkan
kemandirian belajar dan pemahaman konsep siswa.

Rekomendasi

Guru dapat menggunakan ViPhyLab sebagai media untuk melatih kemandirian


belajar siswa dan meningkatkan pemahaman konseptual mereka tentang materi
pembelajaran dinamika rotasi.
Jurnal 3
Identitas jurnal
1. Judul : Web-Enhanced Course Based On Problem-Based Learning (Pbl):
Development Of Interactive Learning Media For Basic Physics Ii

2. Nama Journal : Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi


3. Edisi terbit : April 2018. Vol.07, No.1
4. Pengarang : Rahma Dian, Yuberti dan M.Ridho Syarlisjiswan
5. Kota terbit : Lampung, Indonesia
6. Nomor ISSN : p-ISSN : 2503-1832
e-ISSN : 2503-023X
Ringkasan Jurnal

Pendahuluan

Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat. Salah satu bidang yang terkena
dampak signifikan adalah bidang pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan teknologi yang
begitu pesat, pendidikan harus memiliki kepentingan yang besar untuk mengikuti perkembangan
teknologi (Asyhari & Diani, 2017) Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah proses untuk membantu
manusia. mengembangkan potensinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan
menjadikan siswa berpikir aktif dan kreatif (Amri, 2014). Jika siswa mampu berpikir kreatif maka
mereka akan mampu memecahkan masalah dengan tepat (Antomi Saregar, Latifah, & Sari, 2016).

Bersama dengan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya produksi dan pemanfaatan
informasi dan teknologi, konsepsi penyelenggaraan pembelajaran telah bergeser ke arah upaya
mewujudkan pembelajaran modern. Pada dasarnya karakteristik modern sebelumnya telah dicapai
dalam pengembangan pendidikan dan pembelajaran, namun masih dalam taraf kecerdasan
perangkat lunak (Habibi & Kurniawan, 2014), dunia pendidikan selalu bergerak maju secara
dinamis terutama untuk menciptakan, media, metode, dan materi pendidikan yang interaktif, dan
komprehensif. Oleh karena itu dunia pendidikan kita harus mampu memanfaatkan informasi dan
teknologi untuk mengembangkan pendidikan berbasis media elektronik atau yang dikenal dengan
eeducation (Habibi & Kurniawan, 2014).

Tinjauan Pustaka

Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media
merupakan wahana penyebaran informasi pembelajaran atau penyalur pesan (Arsi & Febrianti,
2014; Gunawan, 2014.
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar
pengembangan sistem pembelajaran dengan menggunakan internet, yaitu web course, web centric
course, dan web enhanced. Ellianawati, & Sukisno, 2013). Web course adalah penggunaan internet
dalam kegiatan pendidikan. Semua kegiatan pendidikan dilakukan melalui internet seperti bahan
ajar, diskusi, tugas, dll sehingga tidak perlu lagi melakukan kegiatan tatap muka. Kursus web-
centric mirip dengan kursus web. Namun, pada mata kuliah web-centric, terdapat kegiatan tatap
muka antara dosen dan mahasiswa. Kegiatan tatap muka berisi diskusi tentang materi yang telah
dipelajari melalui internet. Kursus web-enhanced juga dikenal sebagai kursus web lite dimana
aktivitas utamanya adalah tatap muka. Internet hanyalah sarana untuk memberikan pengayaan.
Dalam hal ini dosen harus memiliki kemampuan merekomendasikan sumber materi pembelajaran
yang relevan dan dituntut menguasai teknik pencarian informasi (Alfath et al., 2013).

Perkembangan teknologi yang pesat dapat direspon dengan memperbaharui pemanfaatan


teknologi dalam proses pembelajaran (Antomi Saregar, 2016) dan penguasaan konsep-konsep
ilmiah, termasuk Fisika. Fisika merupakan disiplin ilmu yang memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya (S.Ramos, B.Dolipas, & B.Villamor, 2013). Dalam
pembelajaran Fisika, pemahaman konsep sangat ditekankan (Ulya, 2013). Penguasaan konsep dan
kemampuan memecahkan masalah pembelajaran Fisika merupakan salah satu aspek dalam
mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas yang dapat didukung dengan menggunakan bantuan komputer (Doyan & Sukmantara,
2014). Oleh karena itu, pemecahan masalah dalam disiplin ilmu memerlukan metode ilmiah (A.
Saregar & Sunarno, 2013).

Metode Penelitian

 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikenal sebagai R&D (Research & Development), dengan
tujuan untuk untuk mengembangkan produk yang dapat digunakan secara efektif.

 Model Pengembangan

Prosedur Penelitian dan Pengembangan berpedoman pada desain pengembangan media


pembelajaran oleh Borg and Gall. Produk akhir berupa media pembelajaran Fisika interaktif
berbasis web atau web-enhanced course dengan model Problem Based Learning (PBL) pada mata
kuliah Fisika Dasar II.

 Prosedur Pengembangan

Pengembangan dilakukan melalui metode Research and Development. Model


pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari model Borg and Gall dalam
Sugiyono, yaitu: 1). Potensi dan Masalah, 2). Pengumpulan data, 3). Desain produk, 4). Validasi
desain, 5). Revisi desain, 6). Pengujian produk, 7). Revisi produk, 8). Uji coba lapangan, 9). Revisi
produk, 10). Penyebaran. Akan tetapi, Penelitian ini membatasi langkah pengembangan dari
sepuluh langkah menjadi delapan langkah karena waktu yang tersedia dan kesempatan yang
terbatas

Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian menggunakan lembar validasi ahli dan lembar respon siswa
dan analisis data menggunakan skala likert. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui
tanggapan terhadap penggunaan media pembelajaran Fisika interaktif berbasis web dengan model
Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan isi pertanyaan.

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui skor akhir angket, peneliti menggunakan mean item analysis dengan
menghitung skor kelayakan dibagi jumlah pernyataan. Hasil persentase skor yang diperoleh dari
penelitian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Pengumpulan data sangat penting untuk mengetahui kebutuhan dosen dan mahasiswa
terhadap produk yang dikembangkan. Langkah pertama adalah melakukan analisis terhadap dosen
yang Setelah itu peneliti menganalisis respon siswa terhadap produk yang dikembangkan yang
sebagian besar menyatakan bahwa produk yang dikembangkan memberikan manfaat lebih selama
kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah persiapan pengembangan produk dilakukan dengan
menentukan ide, menganalisis materi yang akan ditampilkan, menentukan sistem web yang akan
dibuat (konten materi berupa teks, gambar, video pembelajaran, simulasi PhET, dan latihan), dan
menentukan webhosting dan domainnya.

Temuan dan Pembahasan

Berikut adalah beberapa tampilan produk yang dikembangkan.


Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran Fisika interaktif berupa Web-Enhanced
Course dengan model Problem Based Learning (PBL) di Mata Pelajaran Fisika Dasar II yang dapat
diakses secara online melalui website : phys-ril.web.id. Fitur dari website adalah kumpulan materi
berupa teks, gambar, video, simulasi PhET, forum diskusi, soal latihan, dan penilaian. Media
pembelajaran Fisika interaktif berupa Web-Enhanced Course dengan model Problem Based
Learning (PBL) pada mata pelajaran Fisika Dasar II dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UIN Raden Intan Lampung.

2. Tanggapan Validator terhadap media pembelajaran Fisika interaktif berupa Web-Enhanced


Course dengan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Fisika Dasar II
diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan ahli Informatika dengan persentase ideal 84,83 %,
81,76%, dan 83,61%.

3. Kelayakan produk yang dikembangkan dalam uji coba kelompok kecil dan uji lapangan yang
dilakukan di Jurusan Pendidikan Fisika UIN Raden Intan Lampung dan Jurusan Pendidikan Fisika
Universitas Lampung mendapat respon positif. Persentase ideal yang diperoleh dari kedua
universitas untuk kedua pengujian tersebut adalah 74,47% dan 82,34%. Hasil ini membuktikan
bahwa media pembelajaran Fisika interaktif berupa Web-Enhanced Course dengan model Problem
Based Learning (PBL) sangat efektif, efisien, dan layak untuk diterapkan.

Rekomendasi

Disarankan untuk media pembelajaran Fisika interaktif berupa Web-Enhanced Course


dengan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Fisika Dasar II untuk
dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan secara lebih optimal dan data yang ada
dapat dimanfaatkan. diakses dengan benar. Hal ini juga perlu dikembangkan untuk mata pelajaran
fisika lainnya.

Jurnal 4

1 Judul Achievement Goals in the Classroom:


Students' Learning Strategies and Motivation
Processes
2 Jurnal Journal of Educational Psychology
3 Download Google Schoolar
4 Volume dan Halaman Vol. 80, No. 3,260-267
5 Tahun 1988
6 Penulis Carole Ames dan Jennifer Archer
7 Reviewer -
8 Tanggal 16 Maret 2022
9 Abstrak Penelitian
-Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tujuan kelas Orientasi
2. Mengetahui penggunaan strategi
pembelajaran yang efektif
3. pilihan tugas
4. sikap dan atribusi kausal
-Subjek Penelitian Seratus tujuh puluh enam siswa (91 laki-laki
dan 85 perempuan) di Kelas 8-11 yang
bersekolah di SMP / SMA

-Assesment Data Memberikan kuesioner yang berisi beberapa


pertanyaan.Siswa memberi respon dengan
memberi nilai (1-5).
-Kata Kunci Orientasi kelas,
10 Pendahuluan
-Latar Belakang Pada jurnal ini mereka membahas atau
dan Teori mempelajari bagaimana proses motivasi
spesifik terkait dengan arti-penting
penguasaan dan tujuan kinerja dalam
pengaturan ruang kelas yang sebenarnya.
Seratus tujuh puluh enam siswa SMP / SMA
untuk siswa tingkat lanjut secara akademis
dipilih secara acak dari salah satu kelas
mereka dan menanggapi kuesioner tentang
persepsi mereka tentang tujuan kelas
orientasi, penggunaan strategi pembelajaran
yang efektif, pilihan tugas, sikap, dan atribusi
kausal. Siswa yang merasakan penekanan
pada tujuan penguasaan di kelas dilaporkan
menggunakan lebih banyak strategi yang
efektif, lebih disukai tugas-tugas yang
menantang, memiliki sikap yang lebih positif
terhadap kelas, dan memiliki keyakinan yang
lebih kuat bahwa kesuksesan mengikuti dari
usaha seseorang. Siswa yang
mempersepsikan kinerja tujuan yang
menonjol cenderung berfokus pada
kemampuan mereka, mengevaluasi
kemampuan mereka secara negatif dan
menghubungkan kegagalan karena
kurangnya kemampuan. Pola dan kekuatan
temuan menunjukkan bahwa tujuan kelas
orientasi dapat memfasilitasi pemeliharaan
pola motivasi adaptif ketika penguasaan
tujuan nmenonjol dan diadopsi oleh siswa.

11 Metode penelitian
-Langkah Penelitian Dengan Pemberian kuesioner kepada
siswa.Kemudian siswa di beri tanggung
jawab untuk mengisi atau menilai kuesioner
yang diberikan dengan nilai,dengan rentang
nilai 5.yaitu 1-5,1 menyatakan tidak suka dan
5 menyatakan sangat suka.
-Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
menunjukkan Orientasi tujuan penguasaan
dapat menumbuhkan cara berpikir yang
diperlukan untuk mempertahankan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan
meningkatkan kemungkinan siswa akan
mengejar tugas-tugas yang mendorong dalam
pembelajaran.Hasil tersebut dapat dilihat
dalam tabel yang ada dalam jurnal tersebut.
-Diskusi Penelitian Temuan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa penguasaan dan tujuan kinerja
memberikan cara berbeda.
-Daftar Pusaka Ames, C., & Archer, J. (1988). Achievement
goals in the classroom: Students' learning
strategies and motivation processes. Journal
of educational psychology, 80(3), 260.
12 Analisis Jurnal
-Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian yang terdapat di jurnal
ini tergolong baik,karena menggubakan
siswa sebagai sumber data atau subjek
penelitian.
-Kelemahan Penelitian Yang menjadi kelemahan dari penelitian
pada jurnal adalah kita tidak tahu seberapa
jauh siswa memahami kuesioner dan
pemberian nilai.Selanjutnya yang menjadi
kelemahannya adalah penelitian jurnal ini
sudah lama jadi untuk dijadikan referensi
pada saat ini kurang dapat di andalkan
sebagai referensi penelitian.Karena,seiring
berjalannya waktu pasti sistem pembelajaran
pun akan berubah.
13 Kesimpulan Jurnal ini menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran yang digunakan harus
memberikan orientasi positif dalam
pembelajaran.Disamping itu juga,guru di
tekankan untuk memberikan motivasi bagi
siswa untuk dapat berperan aktif dalam
kelas.Siswa juga harus dapat memotivasi diri
secara adaptif guna mengetahui kemampuan
yang menonjol pada dirinya.
14 Saran Semoga di kemudian hari,Guru-guru
diharapkan bisa memberikan motivasi
kepada siswa.Ketika siswa berhasil atau pun
gagal melakukan sesuatu,siswa
membutuhkan sebuah motivasi ketika
berhasil atau gagal.Agar mereka berusaha
mendorong diri menjadi lebih baik.
15 Referensi Sumber yang digunakan dalam jurnal ini
lebih dari 20 sumber yang terdiri dari buka
dan jurnal.

Pembahasan

No. Aspek yang di Tinjau Pembahasan

1. Judul Jurnal Judul sudah tepat dan jelas. Judul Jurnal tidak
diperbolehkan memiliki makna ganda dan
judul jurnal disarankan tidak lebih dari 12-15
kata dalam bahasa Inggris. Judul dalam jurnal
1 “Virtual Physics Laboratory Application
Based on the Android Smartphone to Improve
Learning Independence and Conceptual
Understanding” sudah memenuhi syarat.

2. Abstrak Jurnal Abstrak sudah mewakili isi jurnal mengenai


tujuan, metodologi, dan subjek dari penelitian.
Abstraknya juga memiliki keywords.

3. Tujuan Jurnal Tujuan dari jurnal tertulis dengan jelas.

4. Isi Jurnal Penulisan isi jurnal sudah sudah baik terdapat


pendahuluan, metode penelitian ,hasil dan
pembahasan, dan simpulan . didalam hasil dan
pembahasan juga terdapat penjelasan dan tabel
hasil analisis yang memudahkan pembaca
memahami isi jurnal.

5. Identitas Jurnal Jurnal memiliki ISSN.


Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal 2

Kelebihan Kekurangan

1. Pada jurnal 1 terdapat E-ISSN Tabel dan gambar yang digunakan buram,
sehingga kurang jelas ketika dilihat.

2. Meskipun menggunakan Bahasa Beberapa referensi jurnal dalam daftar pustaka


Inggris, namun kalimat yang masih memakai referensi tahun lama, seperti
digunakan penulis pada jurnal 1 buku tahun 1956 dan 1998
sangat sederhana sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.

3. Terdapat tabel analisis di dalam


jurnal 1

Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal 3

Kelebihan Kekurangan

1. Pada jurnal 3 terdapat E-ISSN dan Tampilan gambar yang digunakan kurang jelas
P-ISSN untuk dilihat sehingga pembaca jadi sulit untuk
memahami.

2. Kalimat yang digunakan penulis


pada jurnal 3 sangat sederhana
sehingga mudah dipahami oleh
pembaca.

3. Terdapat tampilan dari hasil produk


yang dikembangkan

4 Penulisan isi jurnal sudah tersusun


secara sistematis dan lengkap.

Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal 4

Kelebihan Kekurangan
Kekuatan penelitian yang terdapat di Yang menjadi kelemahan dari penelitian pada
jurnal ini tergolong baik,karena jurnal adalah kita tidak tahu seberapa jauh
menggubakan siswa sebagai sumber siswa memahami kuesioner dan pemberian
data atau subjek penelitian. nilai.Selanjutnya yang menjadi kelemahannya
adalah penelitian jurnal ini sudah lama jadi
untuk dijadikan referensi pada saat ini kurang
dapat di andalkan sebagai referensi
penelitian.Karena,seiring berjalannya waktu
pasti sistem pembelajaran pun akan berubah.

Anda mungkin juga menyukai