Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL”

DOSEN PENGAMPU :
ERPIDAWATI, SE, M.pd

ARS V 2A

Oleh :
ADILLA TULLAH

NIM :
191000213461014

PROGRAM STUDI DIII ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN
UM SUMBAR
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr, Wb
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia-Nya kepada penyusun
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Etika Bisnis dan
Tanggung Jawab Sosial”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Manajemen Strategi dan Pengorganisasian Dalam penyusunan makalah ini
banyak mengalami kesulitan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari segala pihak,
penyusun dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu.
Semoga segala amal, kebaikan dan pertolongan yang telah diberikan kepada penyusun
mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuah pihak yang memerlukan dan berguna
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari.

Bukittinggi, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
B. Tujuan ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Materi Etika Bisnis................................................................
B. Materi Tanggung Jawab Sosial.............................................
C. Sertifikasi ISO............................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju serta laju perekonomian
dunia yang semakin cepat, dan diberlakukannya sistem perdagangan bebas sehingga batas
kita dan batas dunia akan semakin kabur. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling
berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan. Dengan kondisi
seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-
negara lain agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan.
Namun perlu kita pertanyakan bagaimana jadinya jika pelaku bisnis dihinggapi kehendak
saling menindas agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang
merupakan tantangan bagi etika dan tanggung jawab sosial bisnis.
Etika dan Tanggung Jawab Sosial dunia bisnis tidak saja berorientasi pada
komitmen sosial yang menekankan pada pendekatan kemanusiaan, belas kasihan,
panggilan religi atau panggilan moral dan semacamnya, tetapi menjadi kewajiban yang
sepantasnya dilaksanakan oleh pelaku bisnis dalam ikut serta mengatasi permasalahan
sosial yang menimpa masyarakat. Dalam perkembangannya praktik tanggung jawab sosial
pelaku bisnis telah banyak dilakukan secara sadar, artinya menerapakan tanggung jawab
pelaku bisnis adalah investasi untuk pertumbuhan dan keterlanjutan bisnis sehingga tak
lagi dilirik sebagai pusat biaya.

B. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Mengenai Materi Etika Bisnis
B. Untuk Mengetahui Mengenai Materi Tanggung Jawab Sosial
C. Untuk Mengetahui Mengenai Sertifikasi ISO
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis
1) Pengertian Etika, Bisnis dan Etika Bisnis
Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat
atau kebiasaan yang baik. Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia
berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Maryani & Ludigdo
(2001) Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur
perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di
anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa
Inggris business dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk
memperhatikan etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. 
Bisnis beretika adalah bisnis yang mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang
bersumber dari hati nurani, empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam
mengelola bisnisnya pengusaha selalu menggunakan nuraninya. Apakah produk yang
dijualnya baik? Apakah dia telah berpromosi dengan tidak menipu? Dan, apakah dia telah
menggunakan praktik bisnis yang jujur? Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman
bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan
dan sikap yang profesional.
Sedangkan Etika Bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil,
sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Etika Bisnis (juga dikenal sebagai etika korporasi) adalah suatu bentuk etika
terapan atau etika profesi yang mempelajari prinsip-prinsip etis dan moral atau
masalah- masalah etika yang muncul dalam lingkungan bisnis (sumber: Wikipedia). Ini
berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis dan relevan dengan perilaku individu dan
organisasi bisnis secara keseluruhan. Etika Terapan adalah bidang etika yang
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan etis dalam berbagai bidang seperti medis,
teknik, hukum dan etika bisnis. Etika bisnis dapat menjadi suatu disiplin ilmu baik
normatif maupun deskriptif. Sebagai praktik perusahaan dan spesialisasi karir, bidang ini
terutama normatif. Cakupan dan kuantitas etika bisnis mencerminkan derajat yang
usahanya dianggap bertentangan dengan nilai-nilai sosial non-ekonomi. . Sebagai contoh,
hari ini situs perusahaan yang paling besar memberikan tekanan pada komitmen untuk
mempromosikan nilai-nilai sosial non-ekonomi di bawah berbagai pos (misalnya kode
etik, tanggung jawab sosial). Dalam beberapa kasus, perusahaan harus merumuskan
kembali nilai-nilai inti mereka dalam terang pertimbangan etika bisnis.
Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria,
terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika kita :
1. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh
karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
3. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
2) Isu Isu dalam Etika Bisnis
Isu-isu dalam etika bisnis meliputi hal-hal berikut ini.
1. Jika tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan bagi
pemegang saham, maka secara etis perusahaan harus juga mempertimbangkan
kepentingan dan hak-hak orang lain.
2. Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, suatu istilah umum di mana hakhak dan
kewajiban etika yang ada antara perusahaan dan masyarakat diperdebatkan.
3. Isu mengenai hak-hak moral dan tugas antara perusahaan dan pemegang sahamnya:
konsep stakeholder ataukah konsep pemegang saham .
4. Masalah etis tentang hubungan antar perusahaan yang berbeda, misalnya: saling
bermusuhan misal perang harga, spionase industri, dsb.
5. Masalah Kepemimpinan: tata kelola perusahaan dan usaha sosial perusahaan
6. Kontribusi politik yang dibuat oleh perusahaan.
7. Reformasi hukum, seperti perdebatan etis memperkenalkan kejahatan mematikan
perusahaan.
8. Penyalahgunaan kebijakan etika perusahaan sebagai instrumen pemasaran.
3) Pentingnya Etika Bisnis
Diskusi tentang etika dalam bisnis diperlukan karena bisnis bisa menjadi tidak etis,
dan ada banyak bukti pada hari ini bahwa terdapat praktik perusahaan yang tidak etis.
Perusahaan beroperasi di bidang sosial dan lingkungan alam. Dengan kebajikan yang
berhubungan dengan alam, lingkungan sosial bisnis berkewajiban untuk bertanggung
jawab terhadap lingkungan alam dan sosial di mana ia berada. Terlepas dari tuntutan dan
tekanan di atasnya, perusahaan berdasarkan keberadaannya terikat oleh etika bisnis.
Ada dua alasan:
1. karena apa pun bisnisnya tidak mempengaruhi stakeholders
2. karena setiap titik tindakan merupakan lintasan etis serta jalur tidak etis dimana
keberadaan bisnis dibenarkan oleh alternatif etis yang bertanggung jawab
memilih.
Salah satu kondisi yang membawa etika bisnis ke permukaan adalah bahwa dari bisnis
skala kecil, muncul kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan dan kemudian
berkembang struktur perusahaan multinasional besar yang mampu mempengaruhi
kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Dengan semakin besarnya persaingan dalam dunia
bisnis, perusahaan-perusahaan saling berlomba untuk dapat menjadi pemimpin pasar.
Disinilah sangat rawan muncul praktik-praktik bisnis yang tidak etis demi memenangkan
persaingan dalam industri.
4) Fungsi Etika Bisnis terhadap Perusahaan
Setelah mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan
bisnis, tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan
perusahaan itu sendiri. Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi
antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena
operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap
fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah etika tersendiri.
Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa
bidang fungsi perusahaan, yaitu:etika bisnis di bidang akuntansi (accounting ethics),
keuangan (finance ethics), produksi dan pemasaran (production and marketing ethics),
sumber daya manusia (human resources ethics), dan teknologi informasi (information
technology ethics) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)
Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan
demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi
merupakan syarat mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu
praktik akuntansi yang dianggap tidak etis misalnya penyusunan laporan keuangan
yang berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda dengan tujuan memperoleh
keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti itu.
Dalam realita kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun
laporan keuangan yang berbeda untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan
keuangan internal perusahaan, laporan keuangan untuk bank, dan laporan keuangan
untuk kantor pajak. Dengan melakukan praktik ini, bagian akuntansi perusahaan
secara sengaja memanipulasi data dengan tujuan memperoleh keuntungan dari
penyusunan laporan palsu tersebut.
2. Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan
secara tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor.
Pelanggaran etika bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui
praktik window dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan
mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolaholah perusahaan memiliki
rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit.
Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang
dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran
etika keuangan misalnya melalui penggelembungan nilai agunan perusahaan,
sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan kredit yang
sesungguhnya.
3. Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing
Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan
berbagai permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk
melindungi konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh
perusahaan, pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai
perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha
dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan
ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa
tersebut.
4. Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (InformationTechnology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era
1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat
memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi:
 serangan terhadap wilayah privasi seseorang,
 pengumpulan, penyimpanan, dan
 akses terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi ecommerce,
perlindungan hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik, dan
 hak kekayaan intelektual
5) Etika Bisnis di Indonesia
Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru. Sebagai
sesuatu yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis dalam
masyarakat Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia. Dalam memproduksi sesuatu kemudian memasarkannya,
masyarakat Indonesia tempo dulu juga telah berpatok pada pertimbangan-pertimbangan
untung dan rugi. Namun dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang cinta damai, maka
masyarakat Indonesia termotivasi untuk menghindari konflikkonflik kepentingan
termasuk dalam dunia bisnis. Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi
tempat khusus semenjak diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33.
Satu hal yang relevan dari pasal 33 UUD 45 ini adalah pesan moral dan amanat etis
bahwa pembangunan ekonomi negara RI semata-mata demi kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia yang merupakan subyek atau pemilik negeri ini. Jadi pembangunan ekonomi
Indonesia sama sekali tidak diperuntukkan bagi segelintir orang untuk memperkaya diri
atau untuk kelompok orang tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi strategis
melainkan demi seluruh rakyat Indonesia. Dua hal penting yang menjadi hambatan bagi
perkembangan etika bisnis di Indonesia adalah budaya masyarakat Indonesia dan kondisi
sosial-politik di Indonesia.
B. Tanggung Jawab Sosial (CSR)
1) Pengertian Tanggung Jawab Sosial (CSR)
Corporate Social Responsibility merupakan suatu elemen penting dalam
keberlanjutan usaha suatu industri yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
budaya. CSR merupakan konsep yang memiliki beberapa definisi. Perbedaan definisi
karena terdapat perbedaan pandangan dalam memandang kegunaan CSR. CSR
merupakan konsep yang terus berkembang. CSR belum memiliki sebuah definisi standar
maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.
Menurut Boone dan Kurtz yang dikutip oleh Wardhana (2009: 1),”Tanggung
jawab secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk
mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan masyarakat secara
setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan
Dengan kata lain tanggung jawab perusahaan secara sosial adalah komitmen
bisnis untuk kontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Keberadaan suatu
industri seringkali diikuti dengan manfaat dandampak negatif terhadap lingkungan sekitar
maupun kehidupan sosial masyarakat yang ditimbulkan dari produksi perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Jika dampak industri itu tidak dikelola dengan
baik, dikhawatirkan dapat membahayakan dan memberikan citra buruk bagi perusahaan
tersebut.
Menurut (Wardaha, 2009: 2) Lantos menggunakan klasifikasi Carrol sebagai dasar
untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan yaitu:
a. Tanggung Jawab Ekonomi
Tanggung jawab ekonomi artinya menguntungkan bagi pemegang saham,
menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan produk
yang berkualitas bagi pelanggannya.
b. Tanggung Jawab Hukum
Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan
permainan.
c. Tanggung Jawab Etik
Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan
harus fair dan tidak menimbulkan kerusakan.
d. Tanggung Jawab Filantropi
Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, uang
untuk pekerjaan yang baik.
Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan melibatkan
pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), lembaga
internasional dan stakeholders lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan
perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial dapat dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur
kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan
kegiatankegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.
CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan untuk pembangunan sosial ekonomi
kawasan secara holistic, melembaga, dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih
mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah mengembangkan konsep Tripple Bottom
Lines (profit, planet, and people). Suharto seperti dikutip oleh Wardhana (2009: 4)
menambahkan satu line, yaitu procedure. Dengan demikian, CSR adalah kepedulian
perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan professional.
Konsep social sustainability muncul sebagai  kelanjutan konsep economic
sustainability dan environmental sustainability, ketiga pilar ini menjadi tonggak utama
dalam membentuk konsep Tanggung Jawab Sosial/Corporate Social Responsibility (CSR).
Tanggung jawab  sosial merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari
karyawan, komunitas lokal, dan komunitas luas. Konsep tanggung jawab sosial melibatkan
tanggung jawab antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat  setempat yang
bersifat aktif dan dinamis. Aktivitas tanggung jawab sosial sudah menjadi.
aktivitas penting bagi setiap perseroan dalam menjalani suatu bisnis. Secara umum
kegiatan tanggung jawab sosial merupakan cara membangun kekuatan bisnis, dimana
membutuhkan keseimbangan kesehatan ekonomi, pasar, dan komunitas. Hal yang harus
digarisbawahi adalah tanggung jawab sosial merupakan cara membangun kemakmuran
ekonomi. Artinya perusahaan tidak terus menerus mengejar skala ekonomi yang
besardalam menjaga ketahanan bisnis, namun harus peduli akan keseimbanga lingkungan
sekitar khususnya masyarakat.
2) Manfaat Tanggung Jawab Sosial Program Corporate Social Responsibility
(CSR)
merupakan investasi jangka panjang yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial,
serta berfungsi sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan di mata publik. CSR
merupakan tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar keuntungan ekonomi, tetapi keuntungan
secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan. Substansi keberadaan
CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun
kerja sama antar-stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun
program-program pengembangan masyarakat sekitarnya.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden (60%) menyatakan bahwa
CSR seperti etika bisnis, praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan,
merupakan unsur utama mereka dalam menilai baik atau tidaknya suatu perusahaan.
Sementara itu, faktor fundamental bisnis, seperti kinerja keuangan, ukuran perusahaan,
strategi perusahaan atau manajemen, hanya dipilih oleh 30% responden. Sebanyak 40%
responden bahkan mengancam akan "menghukum" perusahaan yang tidak melakukan
CSR. Separo responden berjanji tidak akan mau membeli produk perusahaan yang
mengabaikan CSR. Lebih jauh, mereka akan merekomendasikan hal ini kepada konsumen
lain
Manfaat tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan
disebuah lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam
mengambil inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pada dasarnya tanggung jawab
sosial akan memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi semua pihak yang dalam hali
ini
a. Manfaat Bagi Perusahaan
Perusahaan (organisasi bisnis) memang harus melangsungkan kegiatan  bisnis
yang menguntungkan agar dapat terus menjaga kelangsungan usahanya. Dalam
bahasa yang sederhana, perusahaan haruslah mempunyai pendapatan yang lebih besar
dari biaya operasionalnya. Untuk dapat menarik investasi, perusahaan haruslah dapat
menghasilkan tingkat pengembalian terhadap modal pemegang saham (return on
shareholder’s equity) yang lebih baik dibandingkan dengan jika investor
menempatkan uangnya sebagai deposito di bank. Dengan kata lain, investor harus
bisa memperoleh insentif keuangan untuk menghadapi resiko usaha yang ada; jika
tidak, mereka akan lebih suka menempatkan uangnya di sebuah  bank atau membeli
surat berharga berisko rendah yang dikeluarkan oleh  pemerintah
Jika sebuah perusahaan dapat memiliki sejarah prestasi keuangan yang  baik,
maka hal ini akan merupakan indikator yang akan dilihat oleh para pemodal. Pemodal
akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki sejarah
keuangan yang menguntungkan. Kepercayaan semacam ini akan dapat memberikan
kemudahan dalam mendapatkan modal baru, dibandingkan dengan melakukan
peminjaman di bank atau dengan menerbitkan saham di pasar modal. Jika perusahaan
tidak memiliki riwayat usaha yang menguntungkan di masa lalu dan tidak mampu
menunjukkan potensi keuntungan di masa depan, maka perusahaan tersebut akan
mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal. Hal ini akan secara signifikan
melemahkan posisi perusahaan untuk bertahan secara kompetitif dalam jangka
panjang.
 Bagi perusahaan yang sahamnya diperdagangkan kepada publik, keuntungan
perusahaan biasanya tercermin pada harga saham. Indikasi harga saham ini tidak
sekedar memberikan benefit kepada pemegang saham dalam  jangka pendek, tetapi
juga memungkinkan pemegang saham membeli saham  perusahaan lainnya dengan
dari keuntungan saham yang dimilikinya. lebih lanjut,harga saham yang tinggi akan
merupakan “pertahanan” yang kuat terhadap kemungkinan hostile-takeover, atau juga
dapat merupakan alat negosiasi yang kuat. Pada perusahaan publik maupun non
publik, retained earning (laba ditahan) merupakan sumber dana yang penting untuk
investasi baru. Singkat kata, profitabilitas tidak sekedar merupakan “hasil”, tetapi juga
dapat merupakan “sumber daya” dari kekuatan kompetitif perusahaan. Profitabilitas
membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk memperbaiki  posisi kompetitifnya
untuk mencapai tujuan dari keberadaan perusahaan. Manfaat yang jelas bagi
perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung  jawab perusahaan adalah
munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran  perusahaan dilingkungannya.
Kegiatan perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang
posistif bagi masyarakat sekaligus membantu  perekonomian masyarakat. Akibatnya,
perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang posistif setiap kali akan
menawarkan sesuatu kepada masyarakat
b. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh 
perusahaan adalah sangatlah jelas. Masyarakat juga akan mendapatkan pendangan 
baru mengenai hubungan perusahaan dan masyarakat yang barang kali selama ini
hanya sekedar dipahami sebagai hubungan produsen konsumen, atau hubungan
antara hubungan penjual dan pembeli saja. Hubungan masyarakat dan dunia bisnis
tidak lagi dipaahmi sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan  pihak
yang tereksploitasi, tatapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat
lingkungan yang lebih baik. Tidak hanya disektor perekonomia, tetapi  juga dalam
sector sosial, pembangunan dan lain-lain.
c. Manfaat Bagi Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah dengan adanya tanggung jawab sosial dari  pemerintah
juga sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit
yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat kea rah yang lebih baik
akan mendapatkan patner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian
tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan
atau organisasi bisnis
3) Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (PCR)
Skala dan sifat keuntungan dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) berbeda-
beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat
sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang
memuat tentang cara mengukurnya. Literatur tersebut misalnya metode "Empat belas
poin balanced scorecard oleh Deming. Literatur lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan
Rynes yang menemukan suatu korelasi positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan
lingkungan hidup dengan kinerja keuangan perusahaan.
Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR (corporate social
responsibility) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial performance)
memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan mengenai bagaimana
CSR diukur belumlah lagi tercapai. Mungkin, kesepakatan para pemangku kepentingan
global yang mendefinisikan berbagai subjek inti (core subject) dalam ISO 26000
Guidance on Social Responsibility--direncanakan terbit pada September 2010--akan lebih
memudahkan perusahaan untuk menurunkan isu-isu di setiap subjek inti dalam standar
tersebut menjadi alat ukur keberhasilan CSR.
Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa
dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik
terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra
perusahaan & brand image-lah yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3
yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial,
ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR
adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan
yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan
tersebut. Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu
ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini:
1. Sumber daya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan
masyarakat sekitar Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian
para calon pelamar pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di
antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya
kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekrut tenaga kerja dari
lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki
suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan
bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif. CSR dapat juga
digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf,
terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka
percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya
"penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering)
dalam bekerja untuk masyarakat.
2. Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan
Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah
dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan
perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian
yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa.
Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu
terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang
semuanya merupakan komponen CSR pada perusahaan dapat mengurangi risiko
terjadinya hal-hal negatif tersebut.
3. Membedakan merek
Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat
suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para
pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas
konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai
yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua
jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu
corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM). Pada CSM,
perusahaan memilih satu atau beberapa isu--biasanya yang terkait dengan produknya
yang bisa disokong penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui media
campaign. Dengan terus menerus mendukung isu tersebut, maka lama kelamaan
konsumen akan mengenali perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang memiliki
kepedulian pada isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan melakukan
pembelian produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan perhatian atas isu
tersebut. CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan akan
menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah
sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu
atau keuntungan yang mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk
terjual atau proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian,
segmen konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau
lingkungan, kemudian tergerak membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa
berbelanja sekaligus menyumbang. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM
dan CRM-nya dengan baik akan mendapati produknya lebih banyak dibeli orang,
selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang peduli pada isu tertentu.
4. Ijin usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui
perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela
maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka
sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi
atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi.
Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa
mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan
memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup,
sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya
yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
C. Sertifikasi ISO
1) Definisi ISO
ISO merupakan lembaga swasta, itu artinya standarisasi yang ditetapkannya tidak
mengikat. Setiap perwakilan negara anggota mempunyai suara untuk diajukan dalam
pertimbangan standarisasi. Itulah sebabnya lembaga ini bersifat demokratis. Faktor-faktor
yang mempengaruhi standar tersebut antara lain adalah tren pasar, suara konsumen,
kebijakan pemerintah negara-negara dunia, serta lain sebagainya.
2) Standarisasi yang di Tentukan Oleh ISO
Biasanya standarisasi tersebut berkutat pada definisi kualitas, keamanan juga
pertukaran produk, bahasa operasional juga terminologi umum, klasifikasi bahan, metode
pengujian, standar produksi, limbah dan polusi lingkungan, juga masih banyak lagi.
Berbagai standarisasi ini menjadi bantuan untuk perusahaan-perusahaan juga negara-
negara yang ingin melakukan perdagangan internasional, bagaimana mengelola bidang
usaha mereka dan memasarkannya. Tanpa adanya ISO, perusahaan-perusahaan dan
negara-negara akan kesulitan menemukan standar universal perdagangan dan industri
dunia.
3) Manfaat ISO Bagi Dunia Bisnis
a. Meningkatkan kredibilitas perusahaan 
Setiap aktivitas perusahaan yang menerapkan ISO sudah bisa dipastikan telah
memenuhi standar, di mana masyarakat umum pun dapat mengetahui standar
tersebut. Artinya ada kepercayaan publik yang dibangun dari standarisasi
internasional. Standarisasi internasional seperti yang tercantum dalam ISO,
diketahui menitikberatkan pada pemangku kepentingan bisnis. Misalnya seperti
konsumen, sehingga mereka dapat semakin percaya bahwa kepentingannya
diutamakan. Konsumen bukan hanya diharapkan uangnya, tetapi juga
kepuasannya.
b. Jaminan kualitas standar internasional 
Aplikasi ISO harus melewati sebuah proses uji yang disebut siklus PDCA. Siklus
ini diterapkan di semua bidang usaha dengan melakukan proses identifikasi,
analisis, dan eksekusi  agar sesuai dengan mutu standar internasional.
Pengaplikasian ISO membawa konsekuensi “ramalan” kinerja perusahaan.
“Ramalan” tersebut dapat memberikan pertanda bila kinerja perusahaan menurun
atau kegagalan produk akan terjadi. Akibatnya perusahaan dapat melakukan upaya
antisipasi dengan segera. Metode ini akan membuat perusahaan menghemat
anggaran sebelum terjadinya kerugian akibat produk gagal yang dilempar ke pasar
dan tidak laku.
c. Sarana branding perusahaan
ISO juga bermanfaat sebagai sarana branding perusahaan yang
mengaplikasikannya. Masyarakat dunia yang mengenal ISO, akan sangat sadar
bahwa perusahaan yang menerapkan ISO tersebut dapat dipercaya. Kepercayaan
terhadap perusahaan dengan ISO akan meningkatkan nilai brand di benak
konsumen.
4) Jenis Jenis Standar ISO
Ada beberapa jenis standar ISO yang digunakan di berbagai negara dunia termasuk
Indonesia. Berikut 8 jenis ISO yang juga digunakan di Indonesia.
 ISO 9001
ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer dan sempat
diperbaharui. Versi ISO 9001 yang terbaru adalah ISO 9001:2008. Tujuan
utama dari ISO versi ini adalah menaikkan efektivitas manajemen mutu
dengan memanfaatkan pendekatan proses. Pendekatan proses mengedepankan
aktivitas identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan
berkesinambungan.
 ISO 14001
ISO 14001 merupakan standar yang menitikberatkan kepada manajemen
lingkungan. Pihak yang mengadopsi ISO 14001 harus dapat menelaah dan
memahami aspek serta efek lingkungan yang muncul akibat kegiatan
operasional perusahaan. Faktor-faktor yang harus dipahami dan dilaksanakan
pengadopsi ISO 14001 adalah manajemen limbah dan pengelolaannya, dan
usaha mencapai efisiensi energi juga bahan bakar.
 ISO 22000
ISO 22000 merupakan standar yang berhubungan dengan sistem tata kelola
keamanan pangan. Pebisnis yang bidang usahanya berkutat pada bidang
makanan dan minuman, diharuskan memperhatikan aspek kesehatan dan
keselamatan konsumen. Akibatnya bisnis makanan dan minuman tersebut
haruslah menaikkan kontrol internal terutama pada bidang produksi. Setiap
produk makanan dan minuman semestinya memiliki rencana proses dan
pengendalian resiko, itulah isi dari ISO 22000.
 ISP/IEC 27001
ISP/IEC 27001 merupakan standar sistem manajemen keamanan informasi.
Beberapa pihak juga mengenalnya dengan nama Information Security
Management System (ISMS). Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi informasi merupakan pengadopsi utama standar ini.
 ISO TS 16949
ISO TS 16949 merupakan spesifikasi teknis yang dikeluarkan oleh ISO
sebagai sistem manajemen mutu pada industri otomotif. ISO TS 16949
mempunyai konsep perbaikan berkelanjutan, kontrol rantai pemasok, juga
tindakan perbaikan dan pencegahan.
 ISO/IEC 17025
ISO/IEC 17025 merupakan standar yang berhubungan dengan tata kelola
lembaga pengujian dan laboratorium. Fokus utama yang ditekankan oleh
ISO/IEC 17025 adalah kompetensi laboratorium dan kalibrasi. Poin vital
keberadaan ISO/IEC 17025 adalah memastikan keakuratan hasil pengujian
terkait bidang perdagangan, produksi, kesehatan, dan perlindungan pelanggan.
 ISO 28000
ISO 28000 merupakan standar sistem keamanan supply chain atau rantai
pasokan. Pengadopsi ISO 28000 adalah perusahaan-perusahaan yang
mempunyai tingkat ancaman resiko tinggi. Contohnya saja seperti perusahaan
manufaktur alat-alat berat, pertambangan, perbankan, fasilitas umum, dan lain
sebagainya.
 ISO 5001
ISO 5001 merupakan standar yang ditetapkan sebagai sistem manajemen
energi. Tujuan utamanya adalah membantu berbagai lembaga untuk
membangun sistem dan proses pemanfaatan energi. Misalnya dalam kinerja,
efisiensi, juga konsumsi energi. ISO 5001 dirancang sebagai standar yang
dapat diaplikasikan dengan standar lain, sehingga penerapannya dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang usaha.
DAFTAR PUSTAKA

https://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/414.pdf
https://musafircinta03.blogspot.com/2019/03/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-
sosial.html?m=1
https://bozen15.blogspot.com/2019/03/makalah-dasar-dasarmenajemen-tentang.html?
m=1
https://www.jurnal.id/id/blog/iso-dalam-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai