Makalah Trend Dan Isu K3
Makalah Trend Dan Isu K3
Disusun Oleh :
Kelompok III
Sulpia Ningsih
Sisil Nilawati
Sonia Sano
Purnama
Ratna
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT , yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Menjelaskan perkembangan model pembelajaran matematika saat ini” yang
diampuh oleh ibu Sitti Inayah Masrura,S.Pd.,M.Pd.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang materi tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membanggun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.
Kelompok III
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
A. Kesimpulan ....................................................................................................................7
B. Saran ..............................................................................................................................8
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebgai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas1. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini
sangat dipengaruhi dari sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi oleh tujuan
yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peseta didik. Di
samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahapan-tahapan (sintaks)
oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain
juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini berlangsung di antara pembukaan dan
penutup yang harus dipahami oleh guru supaya model-model pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
dari pada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri tersebut antara lain:
1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil;
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut
pada tujuan khusus. Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode
pembelajaran yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru
lebih luas lagi cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
pembelajaran dengan sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan
belajar tertentu yang diinginkan bisa tercapai.
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.”
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 48).
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar
terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata & Syaodih, 2012, hlm.
151).
d) Joyce & Weil
Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.
Jenis-jenis model pembelajaran yang dijelaskan oleh para ahli beragam. Salah satu referensi
yang paling sering digunakan adalah model pembelajaran Richard Arends (2012) yang terdiri
dari delapan jenis. Di antaranya presentasi dan penjelasan, langsung, media visual dan teks,
inkuiri, teaching thinking, berbasis kasus, kooperatif, dan berbasis masalah. Selain jenisnya
yang beragam, pengaplikasiannya juga beragam dan bergantung pada tujuan pembelajaran
yang dirumuskan oleh guru. Maka dari itu, jenis-jenisnya dapat disesuaikan dengan konteks
kebutuhan yang bersangkutan.
Beragam model pembelajaran yang dijelaskan di bawah ini merupakan jenis yang sering
dibahas dan digunakan di Indonesia. Sehingga harapannya dapat langsung memproyeksikan
jenis model pembelajaran yang lebih cocok untuk kerangka pembelajaran di Indonesia.
Model pembelajaran langsung memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini juga berlaku pada
jenis model pembelajaran lainnya karena jika dikembalikan pada konsep awal penyusunan
model pembelajaran, perancangan kerangka pembelajaran didasarkan pada kesesuaiannya
dengan kondisi guru dan siswa serta sejalan dengan tujuan yang akan dicapai atau tidak.
Guru memiliki wewenang penuh terhadap isi materi yang sudah disiapkannya
sehingga lebih mudah dalam mempertahankan fokus siswa
Model ini dapat diterapkan untuk kelas besar dan kecil
Dapat mendorong siswa lebih terbuka untuk mengungkapkan kesulitan secara
langsung kepada guru
Efektif untuk pembelajaran tentang materi yang terstruktur dengan waktu terbatas
Efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit
kepada siswa yang nilai sekolahnya masih rendah
Konsep ini memberikan siswa kesempatan untuk belajar dengan salah satu strategi
pembelajaran yaitu penyelidikan dan inkuiri terhadap situasi masalah yang autentik atau
terjadi di kehidupan nyata. Model ini mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah
menggunakan kemampuan nalar dan melatih kemampuan belajar secara independen.
Pembelajaran berbasis masalah ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
Mendorong siswa menyelesaikan masalah yang realistik dan memiliki dampak pada
kehidupan nyata
Memupuk sifat inkuiri siswa
Mendorong kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah
Persiapan pembelajaran cenderung kompleks karena belum tentu siswa dan guru bisa
memenuhi alat atau instrumen yang diperlukan dalam proses belajar
Hasil pembelajaran bisa menjadi tidak maksimal apabila kesulitan dalam mencari
masalah yang relevan untuk siswa
Membutuhkan waktu lebih lama dari periode pembelajaran yang sudah ditetapkan
Model ini menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
Kompetensi siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menghubungkannya.
Berfokus pada „bagaimana cara‟ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka, model ini
lebih mementingkan strategi belajar daripada hasilnya. Oleh karena berkutat pada
kedekatannya dengan kehidupan nyata, umpan balik diperlukan untuk mengembalikan pada
karakteristik model pembelajaran kontekstual ini.
Pembelajaran kooperatif ini hampir sama dengan pembelajaran kontekstual dalam hal
membuat siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok. Hanya saja model ini lebih
menekankan pada esensi kerjasama dalam pembelajaran. Meskipun begitu, model kooperatif
ini penting dalam praktik pendidikan karena selain meningkatkan pencapaian hasil belajar,
juga mengembangkan hubungan antar teman dan kelompok.
Ada tiga konsep yang juga merupakan karakteristik model pembelajaran kooperatif.
Model ini dibagi lagi ke dalam beberapa tipe diantaranya jigsaw, Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC), Numbered Head Together (NHT), menggunakan kartu,
Student Teams Achievement Divisions (STAD), dan Team Game Tournament (TGT).
Penjelasannya dapat dipahami sebagai berikut.
5. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran tipe jigsaw dilakukan dengan cara siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Dalam satu kelompok diberi tugas untuk membaca materi dengan topik berbeda-beda
sehingga setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda. Usai
membaca, setiap siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama dari kelompok yang
berbeda diminta untuk mendiskusikan topik yang sudah mereka baca. Setelah berdiskusi,
mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk bertukar materi dari hasil diskusi
sebelumnya.
Tipe jigsaw akan lebih maksimal jika digunakan untuk pelajaran dalam bidang ilmu sosial
dengan materi yang tertulis. Materi yang sudah tersedia dapat meminimalisir kemungkinan
siswa mendapatkan informasi yang kurang benar, apalagi dalam tipe ini mereka diharuskan
menjelaskan materi yang sudah dibaca.
Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Dalam satu kelompok, mereka diberikan
bacaan sesuai topik yang sedang dipelajari untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok
masing-masing. Setelah berdiskusi, mereka diminta menemukan ide pokok dan memberikan
tanggapan terhadap topik yang sudah dipelajari. Selanjutnya tiap kelompok diminta untuk
menyampaikan ide pokok dan tanggapan ke forum kelas agar mendapat tanggapan dari
kelompok lain. Untuk mengakhiri kelas, guru kemudian menyampaikan kesimpulan.
CIRC mendorong siswa untuk aktif dan reaktif terhadap dinamika diskusi. Dalam satu
kelompok akan ada yang membantu teman lainnya yang kesulitan. Siswa akan terdorong
untuk bertanya ketika dirasa ada yang tidak dipahami. Adanya diskusi juga akan mendorong
siswa untuk berbicara dalam forum kelas, berpendapat, menyanggah, dan seterusnya.
Tipe kooperatif ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berargumentasi dan berpendapat. Setelah dibagi kelompok dan materi, siswa menyatukan
pendapat dengan mengerjakan lembar kerja siswa di bawah bimbingan guru dan memastikan
setiap anggota kelompoknya sudah mengetahui jawaban dari materi. Kemudian guru
memanggil siswa berdasarkan nomor urut mereka untuk menjawab pertanyaan.
NHT ini bisa jadi tipe yang paling membuat siswa gelisah karena siswa cenderung khawatir
jika jawaban mereka salah. Oleh sebab itu, jika jawaban siswa salah, guru tetap harus tenang,
menenangkan siswa, dan memberikan arahan yang benar.
Berdasarkan tipe ini, hal yang dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan kartu
berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban sebagai instrumen belajar. Guru dapat
membagi siswa sepasang-sepasang. Sepasang siswa menjawab kartu-kartu pertanyaan siswa
lainnya. Setelah itu, mereka bertukar kembali untuk mengoreksi jawabannya.
Kelebihan dari tipe menggunakan kartu adalah lebih menyenangkan bagi siswa, selain juga
karena mereka bisa berinteraksi dengan siswa lainnya. Tipe ini juga berlaku untuk hampir
semua mata pelajaran. Sedangkan tantangan dari tipe ini adalah siswa harus tahu jawaban
dari pertanyaan, yang tetap saja pada akhirnya guru perlu memantau jalannya proses ini.
Gagasan utama tipe STAD adalah memotivasi siswa agar saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Secara teknik, tipe ini
bisa dibilang cenderung sederhana.
Keunggulan STAD ada pada penekanan pada aktivitas dan interaksi siswa satu sama lain
untuk saling memotivasi dan membantu menguasai materi pelajaran. Kemudian setiap siswa
memiliki kesempatan yang sama dalam menunjukkan kemampuannya. Sedangkan hal yang
perlu diperhatikan dalam tipe ini adalah pengaturan tempat duduk. Sebab pengaturan tempat
duduk yang tidak baik dapat menyebabkan gagalnya pembelajaran dalam kelas.
TGT memiliki kesamaan dengan tipe STAD kecuali TGT menggunakan sistem turnamen
akademik yang mendorong siswa menjadi lebih ambisius dan kompetitif. Komponen dalam
tipe TGT terdiri dari presentasi di kelas. Siswa harus memperhatikan betul presentasi di kelas
untuk memahami materi sehingga dapat mengerjakan kuis. Komponen kedua adalah tim yang
mana sudah merupakan komponen utama dalam jenis pembelajaran kooperatif itu sendiri.
Komponen ketiga, game yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari materi yang
sudah dijelaskan melalui presentasi sebelumnya. Komponen keempat adalah turnamen itu
sendiri. Kelima adalah penilaian tim. Komponen kelima ini juga penting untuk merefleksikan
performa tim setelah melalui komponen keempat (turnamen) yang merupakan bagian esensial
dari tipe pembelajaran kooperatif ini.
Berdasarkan penjelasan tentang berbagai jenis di atas, bisa diketahui bahwa jenis dan turunan
dari setiap modelnya bisa jadi sangat banyak. Perkembangannya pun dapat dilihat dengan
membacanya dari berbagai pendapat ahli. Perlu diketahui bahwa apapun jenisyang ada, selalu
dikembalikan pada kebutuhan dan kondisi guru dan siswa. Pilihan yang baik dan benar
adalah yang sesuai dengan siswa dan guru. Meskipun ada banyak referensi, pembahasan
petunjuk menentukan model pembelajaran dan menyusun kerangka pembelajaran yang benar
itu penting. Seperti yang telah dijelaskan di atas oleh Rofa‟ah dalam Pentingnya Kompetensi
Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam Perspektif Islam adalah satu referensi yang
bagus.
Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi
langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar
dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi. Kedua, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning) mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan.
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep
dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya
dalam menemukan konsep. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can
be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject
matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam
Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Ada beberapa Model pembelajaran yang paling recommended dan dinilai paling cocok
dilakukan pada saat Pandemi Covid-19 seperti ini. Pengen tahu apa saja? Mari kita ulas satu
persatu.
Metode pembelajaran ini direkomendasikan bagi mahasiswa yang berada pada zona hijau dan
kuning. Metode pembelajaran ini memiliki tujuan agar mahasiswa bisa saling berinteraksi,
berkolaborasi, dan membangun jiwa team work. Pada metode Project Based Learning ini
biasanya mahasiswa akan dibagi per kelompok untuk menyelesaikan proyek dan tentunya
dengan menjalankan protokol kesehatan.
Sesuai namanya, metode daring atau bisa disebut dalam jaringan, metode pembelajaran yang
satu ini dijalankan menggunakan bantuan teknologi jaringan secara full online. Metode
daring adalah metode yang pertama kali disarankan oleh Kemendikbud untuk mengantisipasi
aktivitas pembelajaran selama masa Pandemi Covid-19 ini. Pembelajaran daring dilakukan
dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah masing-masing mahasiswa, tanpa adanya
pertemuan tatap muka secara langsung.
Metode daring (online) ini sangat direkomendasikan bagi perguruan tinggi yang berada pada
zona merah. Dengan metode ini diharapkan kegiatan pembelajaran tetap berlangsung secara
optimal meskipun tidak ada pertemuan tatap muka sebagaimana kegiatan pembelajaran biasa.
Mahasiswa dan dosen tetap mampu berinteraksi dari rumah masing-masing.
Istilah studysaster diambil dari dua suku kata yaitu “study” yang artinya belajar dan
“disaster” yang berarti bencana. Jadi secara garis besar studysaster adalah model
pembelajaran yang dilakukan saat bencana. Dilansir dari laman guruberbagi.kemdikbud.go.id
yang menyebutkan bahwa metode studysaster merupakan wujud kontribusi langsung dunia
pendidikan dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19, menyinergikan pendidikan
tentang bencana kesehatan dalam pembelajaran.
Lewat metode ini setiap mahasiswa diharapkan mampu mengedukasi dirinya sendiri maupun
orang lain untuk berperan mencegah dan melawan wabah Covid-19 melalui hasil karya dari
proses pembelajaran. Karya yang dihasilkan bisa berbentuk video edukasi pencegahan Covid-
19, poster kampanye kesehatan, foto, maupun komik, tentunya hasil karya tersebut tetap di
bawah pengawasan dan bimbingan para dosen.
Ada enam tahapan yang dilakukan dalam model studysaster ini, yaitu : identifikasi, mencari,
merencanakan, mencipta, membagi, dan memraktekkan. Harapan penerapan model ini adalah
terwujudnya mata rantai edukasi pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19 dalam
komponen masyarakat. Ibaratkan, apabila satu dosen yang membimbing puluhan bahkan bisa
ratusan mahasiswa, kemudian satu mahasiswa mempunyai bekal kampanye pencegahan yang
diteruskan kepada orang di sekitarnya, masyarakat luas, melalui media sosial, dan dari
masyarakat akan tersebar luas hingga mungkin satu negara. Jika sudah seperti itu, maka peran
penting dan kontribusi nyata dunia pendidikan dalam pencegahan wabah Covid-19 benar-
benar nyata terasa.
4. Integrated Curriculum
Integrated curriculum atau bisa disebut dengan kurikulum terpadu, berasal dari istilah
“integrasi” yang bisa diartikan sebagai penyatuan, perpaduan, penggabungan dari satu objek
dengan objek lain. Pada integrated curriculum pembelajaran dilakukan secara terpusat pada
satu topik bahasan yang diangkat. Berbasis pada proyek tertentu yang melibatkan berbagai
mata kuliah.
Blended learning adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
menggabungkan, mencampurkan, mengombinasikan sistem pendidikan konvensional dengan
sistem pendidikan berbasis digital.
Pembelajaran dengan menggunakan blended learning dirasa lebih efektif meningkatkan minat
belajar mahasiswa. jadi mahasiswa tidak hanya belajar dari berbagai macam e-book dan buku
saja tanpa tatap muka sama sekali. Namun sistem tatap muka masih bisa dilakukan via video
conference untuk memacu semangat mahasiswa dan sebagai pengawasan langsung terhadap
mahasiswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut
pada tujuan khusus. Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda dengan metode
pembelajaran yang sudah menerapkan langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru
lebih luas lagi cakupannya.
Ada banyak macam model pembelajaran yang mungkin bisa si terapkan dalam pembelajaran
matematika, dengan memperhatikan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar
(tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Namun demikian usaha
agar proses pembelajaran membawa hasil yang maksimal perlu selalu diupayakan.
B. Saran
Perlu adanya cara pembelajaran baru yang kreatif dan inovatif agar dapat meningkatkan minat siswa
untuk belajar matematika. Maka dari itu, sebagai seorang guru/calon guru perlu membekali diri
dengan pengetahuan terkait model-model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran
matematika agar bisa mengetahui mana model yang paling cocok untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA