PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang
sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan
proses perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek
keperawatan baik aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan.
Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesi dipengaruhi oleh sebagai
perkembangan keperawatan profesional seperti: adanya tekanan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan keperawatan
yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga keperawatan yang profesional. Dalam
konsep profesi terkait erat tiga nilai sosial yaitu: pengetahuan yang mendalam dan sistematis,
keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti, dan
pelayanan/angsuran kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini, yaitu
etika profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui peranan komunikasi dalam pembangunan.
2. Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan.
3. Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan Khusus
1. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem
solving)
2. Menggunakan standart dalam praktek keperawatan
3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4. Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5. Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
4) Structural deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung
dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi
terjadinya komunikasi.
5) Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektremitas atas akan menghambat
kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang di dapat kan dalam tahap
pengkajian.perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan
melibatkan klien, keluarga klien , tenaga kesehatan lainya tentang masalah yang di alami
klien . proses penentuan masalah klien dengen melibatkan beberapa pihak tersebut adalah
upaya untuk memvalidasi, meperkuat dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar.
Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang koopratif merupakan paktor penting
dalam menetapkan diagnosa keperawtan yang tetap.
Beberapa contoh diagnosa keperawatan yang di akibatkan oleh adanya kelemahan
komunikasi verbal, sebagai mana yang direkomendasikan NANDA (North American Narsing
Diagnosis Association) antara lain.
· Cemas berhubungan degan kelemahan komunikasi verbal
· Ganggauan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan (fisik /anatomis )
· Hargadiri rendah berhubugan dengan kelemahan komunikasi verbal
· Isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal
· Ganguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budaya.
3. PERENCANAAN
Rencana tindakan yang diibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas
kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau
dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya.Model komunikasi ini memungkinkan
pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkeseimbangan ,terukur dan efektif.
Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadnya masalah.
Kegagalan dalam menentukan etiologi degan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan
tujuan tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.
4. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dr perencanaan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.
• Menunjukan muka yang jujur degan klien . hal ini penting agar tercipta suasana saling
percaya saat berkomunikasi.
• Kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak
mata saat berkomunikasi dengan klien
• Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang di inginkan
• Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan
menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga
dan satu mulut.dalam berkomunikasi Dia menyarankan agar tindakan komunikasi
dilaksanakan dengan perbandingan 2:1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap
ini akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.
5. EVALUASI
Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah
tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau
hasil yang positif bagi klien, bagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan
yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun non verbal. Pada tahap ini juga mamberi
kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang
telah dilakukan.
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk
memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari
praktik kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masya¬rakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal
Tujuan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan
sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok
didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi
individu, keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.
1. PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan
mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada kelompok atau
komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok
atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
· Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
· Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
· Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan
stress.
· Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
· Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
· System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi
misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
· Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan
UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
· Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain
angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan
seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas
dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan,
Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat
disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat
desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio
drama.
3. PERENCANAAN (INTERVENSI)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah
dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu
wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri
mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
• Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
• Melakukan pengkajian
• Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
• Melatih kader
• Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
4.PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap
penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh:
Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan
penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga
yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan
secara teratur ke Posyandu.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan
dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta
keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal
maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan
sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris
bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak
lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat
yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).
f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.
3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama
menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam
memecahakan masalah yang dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan
peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda
setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal
dari kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang
sehat, meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan
yang lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat
terhindar dari kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga
produktivitas penduduk.
JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Ø Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
Posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini
telah popular di lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia. Salah satu penyebab
menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang
semula ada sudah tidak aktif lagi.
Ø Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak
lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih
dan aman, memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader
dan masyarakat.
Ø Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan
sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit
rakyat/penyakit endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l.
menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.
Ø Pos Gizi (Pos Timbang)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang
selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 –
11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 2) Anak umur 12 – 23 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24 – 59 bulan terutama mereka dari keluarga
miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).
Ø Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan
secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan
sangatlah penting.
Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi
terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku
pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku
klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin.
Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus
mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan
dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan
bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik
dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik
terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
DAFTAR PUSTAKA