Sinjai,
Sulawesi Selatan dengan konsep masyarakat prismatic menurut F. W Riggs
2. Analisis Kasus
Konflik perebutan dan perjuangan atas tanah yang dikakukan oleh masyarakat kab.
Sinjai terhadap pemerintah menunjukan bahwa masyarakat kab. Sinjai merupakan
masyarakat prismatik. Konflik ini didasari atas sengketa tanah adat yang selalu di jaga turun
temurun oleh masyarakat secara adat di kab. Sinjai tiba tiba di klaim oleh pemerintah. Inilah
yang menyebabkan konflik yang berkepanjangan mengenai permasalahan tanah adat.
Berdasarkan konsep masyarakat prismatik menurut Fred W. Riggs Karena nilai-nilai
tradisional sudah berakar dalam kehidupan masyarakat dan sudah menjadi keyakinan
bersama serta dipertahankan walaupun ada pengaruh industrialisasi yang dapat menggeser
nilai-nilai tradisional ke arah sekuler rasional, namun nilai-nilai tidak akan punah sama
sekali. Tanah adat yang selalu dijaga turun temurun oleh masyrakat kabupaten sinjai karena
mereka menganggap tanah itu tempat mereka mencari kehidupan, bernilai spiritual dan
sebagai tempat nantinya di mana mereka akan dikuburkan kalau meninggal dunia serta
berharga secara historis karena merupakan warisan dari nenek moyang mereka.
Sengketa tanah ini terjadi dalam tiga golongan yaitu antara pemerintah, masyarakat,
dan bisnis (pengusaha). Pemerintah dan para pengusaha memperebutkan sumber-sumber
agraria yang dapat berupa lahan , bahan tambang, dan sumber air yang terkandung didalam
tanah (mengarah pada modernitas). Sedangkan masyarakat mempertahankan warisan adat
mereka melalui tanah adat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kab. Sinjai yang
prismatik yang mempunyai kekhususan dalam hal kultur dan komunitas sosialnya. Kultur
prismatik memperlihatkan secara serentak terjadinya koeksistensi dan konflik antara
pandangan yang tidak ilmiah dengan pandangan ilmiah. Kedua pandangan tersebut
memberikan orientasi yang berlain terhadap individu dalam bertindak yang oleh Riggs
disebut polynormativisme.
Dengan demikian masyarakat kab. Sinjai dapat disebut masyarakat prismatik yang
sarat dengan nilai-nilai tradisional warisan dari budaya yang hidup diantara mereka dan
dipertahankan karena masih relevan dapat memenuhi kebutuhan spiritual keagamaan dan
sosial kemasyarakatan mereka.