Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman yang semakin maju ini perkembangan teknologi berkembang sangatlah
pesat, perkembangan nya itu tidak hanya berkembang di dunia digital saja tapi merambah
ke dunia lainnya seperti dunia industry dan usaha. Didalam dunia usaha banyak sekali
perkembangan yang cukup signifikan, dengan adanya belanja belanja online, apalagi dalam
dunia industry dan teknologi dengan perkembanagn system informasi yang meningkat
juga. System informasi sudah diterapkan diperusahaan sebagai media yang saling
menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain untuk saling bertukar informasi
baik berupa informasi yang sifatnya transaksi atau laporan. Pada intinya sistem informasi
itu tidak lepas dari input–process-output, data yang diproses oleh sistem sehingga
menghasilkan suatu output berupa informasi.
Secara umum tujuan pengembangan sistem informasi adalah untuk memberikan
kemudahan dalam penyimpanan informasi, mengurangi biaya dan menghemat waktu,
meningkatkan pengendalian, mendorong pertumbuhan, meningkatkan produktifitas serta
profitabilitas organisasi. Hasil survei memperlihatkan, para top eksekutif percaya bahwa
sistem komputer memegang peranan penting pada semua lini perusahaan. Para eksekutif
yakin bahwa sistem komputer merupakan sumber daya strategis untuk kegiatan mereka.
Jadi tidak diragukan lagi sistem informasi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kegiatan bisnis suatu perusahaan atau organisasi modern. Sehingga sistem informasi
merupakan aplikasi yang sangat dibutuhkan dan diminati. 

1.2. Rumusan Masalah


Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
 Apa saja metode yang berkaitan dengan Sistem Informasi?
1.3. Tujuan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
 Untuk mengetahui metode – metode penelitian yang berkaitan dengan system
informasi.

1
BAB II

ISI
2.1 Pengertian
2.1.1 Metode
Secara etimologis, kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang tersusun dari
kata “meta” dan “hodos“. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah.
Sedangkan hodos berarti jalan, cara, atau arah. Kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa
Inggris menjadi kata “method” yang berarti suatu bentuk prosedur tertentu untuk mencapai
atau mendekati suatu tujuan, terutama cara yang sistematis.
Dari penjelasan tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian metode adalah suatu
cara atau proses sistematis yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Dengan kata lain, metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai
suatu tujuan, atau bagaimana cara untuk melakukan/ membuat sesuatu. Suatu metode
dijadikan sebagai acuan kegiatan karena di dalamnya terdapat urutan langkah-langkah yang
teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih efisien. Dalam kaitannya dengan upaya
ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.
2.1.2 Sistem Informasi
Definisi dari sistem informasi (SI) secara umum adalah suatu sistem yang mengkombinasikan
antara aktivitas manusia dan penggunaan teknologi untuk mendukung manajemen dan
kegiatan operasional. Dimana, hal tersebut merujuk pada sebuah hubungan yang tercipta
berdasarkan interaksi manusia, data, informasi, teknologi, dan algoritma.
Di abad ke – 21 ini, penerapan sistem informasi tidak hanya diimplementasikan pada bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja, namun kebutuhan proses bisnis lain juga sangat
membutuhkan kontrol dari SI. Sehingga, sistem informasi terbentuk sebagai tipe khusus dari
proses kerja.
Penggunaan dari SI sendiri ditujukan untuk mengolah berbagai informasi yang dikelola oleh
setiap perusahaan atau organisasi, sehingga sumber daya atau resources yang dibutuhkan tidak
terlalu besar dan dapat mempersingkat waktu penanganan proses. Selain itu, data yang dikelola
juga dapat digunakan kapan saja dan dimana saja, serta mampu mempersingkat birokrasi yang
ada.
2.1.3 Pembuatan
Pembuatan berasal dari kata dasar buat, proses, cara, perbuatan membuat.
Pembuatan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pembuatan dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Jadi

2
kesimpulannya, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pembuatan adalah
proses, cara, perbuatan membuat. Contoh: Biaya pembuatan jalan itu cukup besar. Pembuatan
berasal dari kata dasar buat.
2.1.4 Rancang Bangun
Menurut R. Pressman dalam (Girsang, 2018) “ Rancang merupakan serangkaian prosedur untuk
menerjemahkan hasil analisa dari sebuah system kedalam bahasa pemrograman umtuk
mendeskripsikan secara detail bagaimana komponen-kompenen system diimplementasikan”
Menurut R. Pressman dalam (Girsang, 2018), dapat disimpulkan bahwa: “ Aplikasi ialah sebuah
impelementasi dari rancangan system yang diinginkan, dan dibuat menggunakan bahasa
pemrograman tertentu adalah kegiatan menciptakan system baru maupun mengganti atau
memperbaiki system yang telah ada baik secara keseluruahan maupun sebagian”
Menurut maulani, G., Septiani, D., & Sahara, P. N. dalam (Girsang, 2018) berpendapat bahwa, “
Rancang Bangun adalah menciptakan dan membuat suatu aplikasi ataupun system yang belum
ada pada suatu instanso atau objek tersebut”. Dengan demikian pengertian ranvang bangun
merupakan kegiatan menerjemahkan hasil analisa kedalam bentuk paket perangkat lunak
kemudian menciptakan system tersebut ataupun memperbaiki system yang sudah ada.
2.1.5 Analisis Sistem Informasi
Berikut ini merupakan Pengertian Analisa Sistem Menurut Para Ahli.
 Menurut McLeod (2007, p74)
analisis sistem adalah penelitian terhadap system yang telah ada dengan tujuan untuk
merancang sistem baru atau memperbaharui sistem yang telah ada tersebut.

 (Al Fatta, 2007 : 4)


Analisa sistem dapat didefinisikan sebagai berikut: “Analisa sistem adalah teknik pemecahan
masalah yang menguraikan bagian–bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus
bagian–bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujua mereka”.

 Jimmy L.Goal (2008:73)


“Analisa sistem adalah sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam
bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
permsalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan
yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya”.

 Satzinger, J.W., Jackson, R.B., & Burd, S.D. (2010, p4)

3
adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci apa yang seharusnya dicapai oleh sistem
informasi.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa “Analisis sistem adalah tahapan penelitian terhadap
sistem berjalan dan bertujuan untuk mengetahui segala permasalahan yang terjadi serta
memudahkan dalam menjalankan tahap selanjutnya yaitu tahap perancangan sistem”.
2.1.6 Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi adalah suatu upaya penghimpunan dan juga penilaian berbagai bukti
agar bisa menentukan apakah sistem informasi yang digunakan pada sebuah perusahaan
mampu mengamankan aset, menjaga integritas data, dan mampu mendorong perusahaan
dalam mencapai tujuannya secara efektif serta menggunakan sumber daya yang ada secara
lebih efisien.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperiksa di dalamnya, yaitu audit secara menyeluruh
pada tingkat efektivitas, efisiensi, availability, confidentiality, reliability, integrity, aspek
keamanan, modifikasi program, audit proses, audit sumber data, dan juga data file ataupun
database perusahaan.
Audit sistem informasi ini gabungan dari beragam jenis ilmu, yaitu ilmu traditional audit, sistem
informasi akuntansi, ilmu komputer, behavioral science, dan juga manajemen sistem informasi.
Standar yang umumnya digunakan dalam audit sistem informasi adalah standar yang sudah
dikeluarkan oleh pihak ISACA, yakni ISACA IS Audit Standard. Lebih dari itu, ISACA pun
mengeluarkan IS Audit Guidance dan juga IS Auditing Procedure.
2.1.7 Analisis dan Perencanaan Sistem Informasi
Analisa dan perancangan sistem informasi ANSI adalah proses penguraian suatu pokok dan
menyelidiki kedaan yang sebenarnya dalam sebuah entitas atau guna mencari indikasi
komponen dan unsur-unsur penting dalam membangun sebuah sistem informasi.
2.2 Metode yang berkaitan dengan Sistem Informasi
2.2.1 Metode System Development Life Cycle (SLDC)

Metode ini adalah metode pengembangan sistem informasi yang pertama kali
digunakan makanya disebut dengan metode tradisional. Metode ini prototype Adalah
tahap-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan programer dalam
membangun sistem informasi.

Tahap-tahap SLDC yaitu:

4
     Melakukan survey dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem
informasi.
     Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan.
     Menentukan permintaan pemakai sistem informasi.
     Memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik.
     Menentukan perangkat keras dan perangkat lunak computer.
     Merancang sistem informasi baru.
     Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru.
     Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru.

Kelebihan

     Mudah diaplikasikan.


     Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean,
pengujian, dan pemeliharaan.

Kekurangan

      Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model
karena model ini bisa melakukan itersi tidak langsung.
     Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit
untuk megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
     Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyek
dilalui. Sebuah kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah
besar karena harus mengulang dari awal.
     Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota
tim proyek harus menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki
ketergantungan hal ini menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.
 
2.2.2 Model WATERFALL

Sering juga disebut model Sequential Linier. Metode pengembangan sistem yang paling

5
tua dan paling sederhana. Cocok untuk pengembangan perangkat lunak dengan
spesifikasi yang tidak berubah-ubah. Model ini menyediakan pendekatan alur hidup
perangkat lunak secara sequential atau terurut dimulai dari analisa, desain,
pengkodean, pengujian dan tahap pendukung

Tahap-Tahap Metode WATERFALL:


     Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
     Desain
     Pembuatan Kode Program
     Pengujian
     Pendukung atau Pemeliharaan

Kelebihan
     Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan tertentu.
     Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus
terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap
fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu.

Kekurangan
     Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat
dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
     Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal
pengembangan.
     Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak dapat
mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.
 
2.2.3 Model Prototyping

Prototyping adalah proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement


diubah ke dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus
diperbaiki melalui kerjasama antara user dan analis. Prototype juga bisa dibangun
melalui beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan proses.

6
Tahapan-tahapanModel Prototyping
     Pengumpulan Kebutuhan
     Membangun Prototyping
     Menggunakan Sistem
     Mengkodekan Sistem
     Menguji Sistem
     Evaluasi Sistem
     Evaluasi Protoptyping

Kelebihan
     Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.
     Punya kemampuan menangkap requirement secara konkret.
     Digunakan untuk memperluas SDLC.

Kekurangan
     Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
     Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
     Bisanya kurang fleksible dalam mengahdapi perubahan.
     Protitype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah dan cepat selesai.

2.2.4 Model RAD (Rapid Application Development)

RAD adalah penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur. RAD


menggunakan metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk menentukan
kebutuhan user dan perancangan sistem informasiselain itu RAD menekankan siklus
perkembangan dalam waktu yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan
konstruksi berbasis komponen. 
Tahapan-tahapanModel RAD
     Bussiness Modelling

7
     Testing and Turnover
     Aplication Generation
     Process Modelling
     Data Modelling

Kelebihan
     RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi
mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada
(reusable object).
     Setiap fungsi dapat dimodulkan dalam waktu tertentu dan dapat dibicarakan
oleh tim RAD yang terpisah dan kemudian diintegrasikan sehingga waktunya
lebih efesien.

Kekurangan
     Tidak cocok untuk proyek skala besar
     Proyek bisa gagal karena waktu yang disepakati tidak dipenuhi.
     Sistem yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model ini.
     Resiko teknis yang tinggi juga kurang cocok untuk model ini
 
2.2.5 Model Spiral

Model spiral pada awalnya diusulkan oleh Boehm, adalah model proses perangkat lunak
evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan cara kontrol dan aspek
sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku yang
memungkinkan pengembang mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih lengkap
secara bertahap.

Tahapan-tahapan Model Spiral


     Komunikasi Pelanggan
     Perencanaan
     Analisis Resiko
     Perekayasaan

8
     Konstruksi dan Peluncuran
     Evaluasi Pelanggan

Kelebihan
     Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat
lunak komputer.
     Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar
     Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi
terhadap resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja
selama proses
     Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada
setiap keadaan di dalam evolusi produk.
     Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan
memasukkannya ke dalam kerangka kerja iterative.
     Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga
mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kekurangan
     Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa
dikontrol.
     Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah
yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
     Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang
absolute
 
2.2.6 Object Oriented Technology

Object Oriented Technology merupakan cara pengembangan perangkat lunak


berdasarkan abstraksi objek-objek yang ada di dunia nyata. Dasar pembuatan adalah
Objek, yang merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku dalam satu entitas.
Filosofi Object Oriented sangat luar biasa sepanjang siklus pengenbangan perangkat
lunak (perencanaan, analisis, perancangan dan implementasi) sehingga dapat
diterapkan pada perancangan sistem secara umum: menyangkut perangkat lunak,

9
perangkat keras dan system secara keseluruhan.

Tahapan-Tahapan Object Oriented Technology


Pada Object Oriented Technology ada beberapa metode yang digunakan dalam
pengembangan sistem. Salah satu yang terkenal adalah OMT (Object Modelling
Technique).  Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam OMT ini adalah:
     Model Objek
     Model Dinamis
     Model Fungsional

Kelebihan
     Uniformity, OMT memungkinkan merancangn user interface secara
terintegrasi bersama dengan perancangan perangkat lunak sekaligus dengan
perancangan basis data.
     Understandability, Kode-kode yang dihasilkan dapat diorganisasi ke dalam
kelas-kels yang berhubungan dengan masalah sesungguhnya sehingga lebih
mudah dipahami.
     Stability, Kode program yang dihasilkan relatif stabil sebab mendekati
permasalahn sesungguhnya dilapangan.
     Reusability, Dimungkinkan penggunaan kembali kode-kode sehingga akan
mempercepat waktu pengembangan perangkat lunak.

Kelemahan
Metode berorientasi objek merupakan konsep yang relatif baru sehingga belum ada
standar yang diterima semua pihak dalam menentukan tool apa yang digunakan sebagai
dasar analisi serat perancangan perangkat lunak.
2.2.7 Teknik Joint Application Development (JAD)
Joint application Development (JAD) adalah suatu kerja sama yang terstruktur antara
pemakai sistem informasi (users), manajer dan ahli sistem informasi untuk menentukan
dan menjabarkan permintaan pemakai, teknik- teknik yang dibutuhkan dan unsur
rancangan eksternal (input, output, dan tampilan)
Tujuan dari JAD ini adalah memberi kesempatan kepada user dan manajemen untuk
berpartisipasi secara luas dalam siklus pengembangan sistem informasi. Luasnya
partisipasi yang diberikan kepada user dan manajemen ini memberikan beberapa
manfaat :

10
 Meningkatkan hubungan antara user, manajemen dan ahli system informasi.

 Memperluas wawasan user dan manajemen dalam bidang komputer, disisi lain
memperluas wawasan bisnis dan aplikasinya bagi ahli sistem informasi.

 Meringankan beban tanggung jawab user dan manajemen bila terjadi konflik  JAD
umumnya juga mempersingkat waktu pengembangan sistem informasi yang biasanya
diperlukan untuk melakukan berbagai wawancara, melalui satu pola kerja yang lebih
terstruktur.

 Melalui penentuan keinginan user yang lebih tepat dan penentuan prioritas utama,
maka penggunaan JAD ini akan lebih menghemat biaya.

 JAD seringkali menghasilkan sistem informasi yang lebih bernilai dan memberikan
kepuasan yang lebih baik bagi user maupun pihak manajemen.

 Mengurangi biaya pemeliharaan.


Hampir semua teknik JAD dijadwalkan untuk bekerja cepat. Dengan bimbingan analis
sistem informasi yang profesional dalam bidang JAD, kelompok kerja yang dibentuk
akan dengan cepat menentukan kunci masalah, kebutuhan, prioritas dan alternatif
pemecahan masalah dan memilih pemecahan masalah yang tepat.
2.2.8 Metode End-user Development
Disini pengembangan dilakukan langsung oleh end-user. Keterlibatan langsung end-user
sangat menguntungkan, karena memahami benar bagaimana sistem bekerja. Artinya
tahap analisis sistem dapat dilakukan lebih cepat. Kelemahan adalah pada pengendalian
mutu dan kecenderungan tumbuhnya “private”sistem informasi. Integrasi dengan
sistem yang lain menjadi sulit.

Tahapan-tahapan EUD
     Tahap inisasi (initiation), Yaitu tahap dimana organisasi(perusahaan) mulai
pertama kali mngenal teknologi informasi.
     Tahap ketularan (contagion)
     Tahap kendali (control)
     Tahap matang (mature)

Kelebihan
     Dapat menghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem informasi.

11
     Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat dikembangkan
sendiri oleh pemakai.
     Menambah atau meningkatkan partisifasi aktif pemakai dalam proses
pengembangan sistemnya sehingga akan ada kepuasan sendiri dari pemakai
sistem.
     Dapat menambah kualitas pemahaman pemakai terhadap aplikasi yang
dikembangkan serta teknollogi yang digunakan dalam sistem.

Kekurangan
     Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri, maka
dalam hal ini pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut untuk memiliki
pemahaman mengenai teknologi informasi(computer literacy) serta pemahaman
tentang pengembangan sistem infomasi.
     End user computing memiliki resiko dapat menggangu bahkan merusak system
informasi di luar yang dikembangkan oleh pemakai sistem.
     End user computing pasti akan berhadapan dengan maslah kemampuan teknis
pemakai sekaligus pengembang sistem.

2.2.9 Metode Soft System

Metode Soft System (Soft System Methodology)/SSM) memiliki enam tahapan proses
untuk menangani masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang berdampak pada
organisasi.
1. Tahap satu, masalah relatif bagi setiap orang, karena itu metode ini tidak melihat
masalah secara individu, tetapi dalam konteks situasi permasalahan yang merupakan
gabungan dari beberapa masalah yang saling berkaitan dan berdasarkan pada apa yang
kita lihat, masalah- masalah itu tidak terstruktur.
2. Tahap dua, ahli sistem mencoba menstrukturkan permasalahan dengan
mengekspresikan keterkaitan antara masalah-masalah yang muncul dengan menyusun
apa yang disebut sebagai “problematique diagram” dan “rich picture” dan berdasarkan
inilah ahli sistem akan memperoleh akar permasalahan dari sistem terkait.
3. Tahap tiga, disusun konsep model yang terdiri dari sistem informasi yang mungkin
diterapkan dan strategi yang mungkin digunakan untuk menindaklanjuti masalah yang
dihadapi.

12
4. Tahap empat, tahap membandingkan antara masalah yang ditentukan pada tahap 2
dengan konsep yang disusun pada tahap 4 untuk penyusunan perubahan yang mungkin
dilakukan.
5. Tahap lima, dilakukan diskusi yang bertujuan untuk menghasilkan satu harapan dari
sistem informasi dan serangkaian strategi yang sesuai dengan kultur yang ada untuk
disesuaikan dengan masalah yang ada.
6. Tahap enam, realisasi dari tahap 5 dimana serangkaian proposal, strategi, dan taktik
disusun untuk membuat perubahan yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Perubahan yang disusun tidak hanya yang berhubungan dengan struktur
dan proses masalah tetapi juga melibatkan nilai dan perilaku manusia yang terlibat
didalamnya.
2.2.10 FAST (Framework for the Application of System Thinking)
Framework for the Application of System Thinking (FAST) merupakan metodologi
pengembangan sistem berbentuk kerangka kerja. Metodologi FAST bagian dari agile modeling
yang mendukung pengembangan sistem/aplikasi yang cepat, termasuk analisis sistem yang
terstruktur, teknik informasi, dan analisis berorientasi objek dan desain (Muchsam, 2017). FAST
(Framework for the Applications of System Thinking) mendefinisikan tahapan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan,
hambatan-hambatan yang terjadi, dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan
perbaikan-perbaikan (Noorhansyah & Pratomo, 2016). Metode FAST terdiri dari 8 (delapan)
tahap (Stevens et al., 2018), yaitu tahap analisa dan desain (scope definition, problem analisis,
requirements analysis dan logical design), tahap peralihan (decision analysis), tahap
implementasi (physical design, construction & testing, installation & delivery). Dapat
disimpulkan bahwa Framework FAST merupakan metodologi pengembangan sistem yang
mendukung untuk pengembangan aplikasi yang cepat dan dilakukan secara berurutan sesuai
dengan tahapan-tahapan mulai dari tahap definisi lingkup, analisis masalah, analisis kebutuhan,
desain logis, analisis keputusan, desain fisik & integrasi, kontruksi & pengujian, instalasi &
pengiriman.

2.2.11 PIECES
PIECES (Performance, Information, Economic, Control, Efficiency and Service)
merupakan model analisis yang digunakan untuk memperoleh pokok-pokok
permasalahan yang lebih spesifik (Nurjamiyah & Dewi, 2018). Analisis PIECES dilakukan
saat akan memulai pengembangan sistem baru yaitu dengan menyusun beberapa
masalah dari sistem lama kedalam kelompok aspek yaitu kinerja, informasi, ekonomi,
pengendalian, efisiensi dan pelayanan untuk mendapatkan solusi pada sistem baru.
Analisis PIECES sangat penting untuk dilakukan sebelum tahapan pengembangan sistem
dilakuka hal ini untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
sistem lama, sehingga akan memudahkan pada saat menentukan kebutuhan-kebutuhan
untuk sistem baru. Analisis PIECES dapat digunakan pada Framewotk FAST tahap awal
yaitu definisi lingkup (scope definition)

13
14

Anda mungkin juga menyukai