Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ESENSI METODE DALAM PERSPEKTIF SILSAFAT

PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing

Dr. H. Mustadi, M.Pd.

Disusun Oleh :

M. Nasrul Umam

Ayu Ida Surayyah

Eka Qonita

PROGRAM PASCA SARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM QOMARUDDIN GRESIK

TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan


untuk penulis menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya lah. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad Saw. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak. Dan
begitu pula penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Esensi Metode
dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam dengan tepat waktu, guna
memenuhi tugas dosen pada bidang studi mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat membawa wawasan bagi
pembaca tentang makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. H.


Mustadi, M.Pd. selaku dosen mata kuliah filsafat Pendidikan Islam.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh kaeran itu,
kritik dan saran yang akan membangun penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

31 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1

a. Latar Belakang ........................................................................................ 1

b. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

c. Tujuan Pembahasan ................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................ 3

a. Pengertian Metode .................................................................................. 3

b. Tujuan Adanya Metode dalam Pendidikan Islam ................................... 4

c. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Metode dalam Pendidikan

Islam ........................................................................................................ 5

d. Macam-Macam Metode yang bias digunakan dalam Pendidikan

Islam ........................................................................................................ 5

BAB III : KESIMPULAN.................................................................................. 12

a. Kesimpulan ............................................................................................. 12

a. Saran ....................................................................................................... 12

PENUTUP ........................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup
dan kehidupan manusia.1 Hubungan dua variable, antara manusia dengan
pendidikan diawali sebuah pertanyaan yang mendasar: “apakah manusia
dapat dididik?”. Ataukah manusia dapat tumbuh dan berkembang sendiri
tanpa melalui pendidikan? Lantas bagaimana cara mendidiknya? dan
seterusnya.
Pertanyaan diatas telah lama menjadi bahan kajian para ahli
pendidikan, bahkan sejak zaman Yunani kuno. Pendapat yang umum
dikenal dalam pendidikan barat mengenai mungkin dan tidaknya manusia
dididik, sehingga melahirkan tiga aliran filsafat pendidikan; nativisme,2
empirisme,3 dan konvergensi4
Terlepas dari pembahasan tentang ketiga aliran filsafat tersebut,
manusia secara alamiah pada dasaranya bersifat tumbuh dan berkembang.
Pola perkembangan manusia dan alam semesta berlangsung di atas hukum
alam yang ditetapkan Allah SWT (Sunnatullah).
Realitas perkembangan manusia juga tidak terlepas dari lingkungan
(sosiokultural), sehingga metodologi pendidikan yang mengiringi manusia
itu sendiri juga secara otomatis diperlukan adanya perkembangan sehingga
sesuai dengan kebutuhannya.

1
Prof. Dr. H. Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”.(Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2003), Hal : 67.
2
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.
Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan
ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.
3
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui
adanya pembawaan atau potensi yang dibawa lahir manusia. Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam keadaan suci,
tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada
faktor lingkungan.
4
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-
duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu,
yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan
itu lalu menjadi kenyataan.

1
Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan.5
Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan
Agama Islam (PAI). Semakin baik metode yang digunakan, maka akan
semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode
mengajar, faktor guru, siswa, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana,
prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya.
Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam
penggunaan suatu metode, maka disini seorang guru dituntut untuk
menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut
berhasil.
Dengan demikian esensi metode jika di tinjau dari Filsafat
Pendidikan Islam, sangatlah penting sekali. Untuk itulah dimakalah ini
akan dijelaskan dengan lebih rinci tentang Esensi Metode dalam Perspetif
Filsafat Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Metode
2. Bagaimana Tujuan adanya metode dalam Pendidikan Islam
3. Bagaimana Dasar – dasar pertimbangan penggunaan metode dalam
Pendidikan Islam
4. Bagaimana Macam – macam metode yang bisa digunakan dalam
Pendidikan Islam
C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Metode
2. Memahami Tujuan adanya metode dalam Pendidikan Islam
3. Memahami Dasar – dasar pertimbangan penggunaan metode dalam
Pendidikan Islam
4. Memahami Macam – macam metode yang bisa digunakan dalam
Pendidikan Islam

5
Tim Dirjen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depatemen Agama RI,
2001), h. 19.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode
Jika kita ingin tau tentang esensi metode dalam Pendidikan Islam
husunya, maka kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu metode, kita
samakan persepsi kita tentang metode dengan mengutip beberapa sumber
dari para ahli Pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) metode adalah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Kemudian secara etimologi, metode berasal dari dua kata, yaitu
meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan
demikian, dari sudut pandang ini maka metode dapat dimaknai sebagai
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
secara terminologi, runes, sebagaimana dikutip Nooryan memaknai
metode sebagai prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan, suatu
tekhnik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan,
dan ilmu yang merumuskan aturan-aturan tentang sesuatu.6
Adapun menurut prof. Mohd. Athiyah al- Abrasy dalam bukunya
“ruh attarbiyah wata’alim: Ia adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi
faham kepada murid murid segala macam pelajaran, ia adalah rencana
yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita
terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya.7
Dalam Bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai
kata. Terkadang digunakan kata at-Thariqah, al-Manhaj . Bisa Dibaca al-
Manhaj, al-Minhaj Ataupun al-Minhaj Jamaknya al-Manahij Yang
Artinya Jalan Yang Terang (at-Tariq al-Wadih).8

6
Dr. Al Rasyidin, M. Ag, Falsafah Pendidikan Islami (Medan: Citapustaka, 2008), h. 174.
7
Prof. Dr. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 551.
8
al-Munjid Fi al-Lughah Wa al-A’lam (Beirut: Dar Al-Masyriq, 1986), h. 841.

3
Degan begitu dapat diserap secara ringkas bahwa Metode
pendidikan Islam adalah semua cara yang digunakan dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan Islam.

B. Tujuan Adanya Metode Dalam Pendidikan Islam


Dalam mencapai target pembelajaran dibutuhkan adanya strategi
yang sesuai dan tepat sasaran. Untuk itu perlu adanya metode – metode
yang tepat dan bisa membantu mengembangkan potensi anak. Adapun
memilih metode perlu memperhatikan tujuan pemilihan metode yang di
inginkan, agar hasil pembelajaran searah dengan target yang ingin dicapai
oleh pendidik.
Untuk itu pendidik perlu memahami tujuan diadakannya metode
dalam pembelajaran, sebagaimana pendapat Ramayulis dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Agama Islam mencantumkan bahwa metodologi
pengajaran dalam pendidikan Islam bertujuan:
1. Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, maklumat,
pengalaman, keterampilan dan sikapnya, terutama keterampilan
berpikir ilmiah yang betul dan sikap dalam bentuk cinta ilmu, suka
menuntutnya dan membuka rahasianya, dan merasa enak dan nikmat
dalam mencarinya.
2. Membiasakan pelajar mengahafal, memahami, berpikiran sehat,
memperhatikan dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar dan
teliti dalam menuntut ilmu, mempunyai pendapat yang berani, asli dan
bebas.
3. Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran yang berlaku, sifat
percayamempercayai dan hormat-menghormati antara guru dan murid
dan hubungan baik antara keduanya, dan juga meningkatkan semangat
pelajar dan menggalakkannya belajar dan bergerak. 4. Memudahkan
proses pengajaran itu bagi pelajar dan membuatnya mencapai
sebanyak mungkin tujuan yang diinginkan dan menghemat tenaga dan
waktu yang diperlukan untuk mencapainya.9

9
(Husin, Prinsip Dasar Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, 4-5

4
C. Dasar – dasar pertimbangan penggunaan metode dalam pendidikan
Islam
Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa apa yang kita lakukan
haruslah menggunakan ilmu yang kita miliki sebagai bentuk pertanggung
jawaban manusia pada Allah swt. Begitu pula bahwa penggunaan metode
dalam pendidikan Islam juga memiliki beberapa pertimbangan yang harus
diikuti, ada beberapa maslahat yang harus dipenuhi dalam menggunakan
metode, seperti maslahat agama, akal, usia peserta didik dan lain-lain.
Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan
psikologis yang memperlancar proses kependidikan Islam yang sejalan
dengan ajaran Islam adalah sebagai beriukut :
1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.
2. Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.
3. Prinsip kebermaknaan bagi anak didik.
4. Prinsip pra-syarat
5. Prinsip komunikasi terbuka.
6. Prinsip pemberian pengetahuan baru.
7. Prinsip memberikan prilaku yang baik.
8. Prinsip praktek yang aktif
9. Prinsip kasih sayang dan pembinaan pada anak didik, dan-lain
sebagainya.10
D. Macam – macam metode yang bisa digunakan dalam Pendidikan
Islam
a. Metode tanya jawab
Hadis Qutaibah ibn Sa‟id, hadis Lais kata Qutaibah hadis Bakr
yaitu ibn Mudhar dari ibn Had dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi
Salmah ibn Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW
bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di
depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali
sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa

10
Prof. Dr. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 559-
560.

5
kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikit
pun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa.
Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus
dengan pembahasan. Misalnya kata; ”bagaimana pendapat kalian?”
adalah pertanyaan yang diajukan untuk meminta informasi.
Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa? Metode tanya
jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam
pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode
dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang
lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
b. Metode Pengulangan
Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahza ibn Hakim,
katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah Saw
bersabda: “Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar
orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.”
Rasulullah SAW mengulang tiga kali perkataan “celakalah”, ini
menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik
dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak
tergolong pada orang yang merugi. Satu proses yang penting dalam
pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-
ulang. Baik latihan mental di mana seseorang membayangkan dirinya
melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu
melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat bantu ingatan yang
penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk
membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk
berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan
seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan
membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah
pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah SAW ketika
menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.

6
c. Metode demonstrasi
Hadis dari Muhammad ibn Musanna, katanya hadis dari Abdul
Wahhab katanya Ayyub dari Abi Qilabah katanya hadis dari Malik.
“Kami mendatangi Rasulullah SAW dan kami pemuda yang sebaya.
Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam.
Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat
lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada
keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami
tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda;
kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal
yang saya hafal dan yang saya tidak hafal. Dan salatlah sebagaimana
kalian melihat aku shalat.” .
Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah SAW
kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah
SAW agar salat seperti yang dicontohkan olehnya. Menurut teori
belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran ialah
kemampuan individu untuk mengambil intisari informasi dari tingkah
laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil
untuk dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial,
sebagaimana dikemukakan Grendler (1991: 369), orang tidak dominan
didorong oleh tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus yang
berasal dari lingkungan. Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang
terusmenerus yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan
lingkungannya. Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu
kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu.
Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh pendidik atau orang lain yang
diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode demonstrasi
dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan
dengan baik dan benar
d. Metode eksperimen

7
Hadis Adam, katanya hadis Syu‟bah ibn Abdurrahman ibn Abza
dari ayahnya, “ katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn
Khattab, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air,
kata Ammar ibn Yasir kepada Umar Ibn Khattab, tidakkah anda ingat
ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum
salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat.
Saya menceritakannya kepada Rasul SAW kemudian Rasulullah SAW
bersabda: “Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua
telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan
keduanya pada wajah.” .
Menurut alAsqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata
cara tayamum dengan perbuatan. (AlAsqalani, I: 444), Sahabat
Rasulullah SAW melakukan upaya penyucian diri dengan berguling di
tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada
akhirnya Rasulullah SAW memperbaiki eksperimen mereka dengan
mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
e. Metode pemecahan masalah.
Hadis Quthaibah ibn Sa‟id, hadis Ismail ibn Ja‟far dari Abdullah
ibn Dinar dari Umar, “ sabda Rasulullah SAW Sesungguhnya di antara
pepohonan itu ada sebuah pohon yang tidak akan gugur daunnya dan
pohon dapat diumpamakan sebagai seorang muslim, karena
keseluruhan dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Cobalah kalian beritahukan kepadaku, pohon apakah itu?
Orangorang mengatakan pohon Bawadi. Abdullah berkata; Dalam
hati saya ia adalah pohon kurma, tapi saya malu
(mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan kami wahai
Rasulullah!. Sabda Rasul SAW; itulah pohon kurma.” Al-Asqalâni
menyebutkan dengan metode perumpamaan tersebut dapat menambah
pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta
mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi.
Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran
seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku

8
dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan dan emosi pembaca akan
terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan
manusiawi, Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan
oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau
melalui bacaan.
f. Metode diskusi
Hadis Qutaibah ibn Sa‟id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail
dan dia ibn Ja‟far dari „Ala‟ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra.
bahwasnya Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian siapa orang
yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki
dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis
dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
(pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini,
menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah
(membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala
miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus
kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan
kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.” Menurut an-
Nawawi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah SAW memulai
pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah,
maka Rasulullah SAW menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud
bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah
peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan
kesalahan.
g. Metode pujian/memberi kegembiraan
Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku
Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sa‟id ibn Abi Sa‟id al-
Makbari dari Abu Hurairah, ia berkata: “Ya Rasulullah, siapakah yang
paling bahagia mendapat syafa‟atmu pada hari kiamat?, Rasulullah
SAW bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa
tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorang pun yang
mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang

9
yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang
yang mengucapkan “Lailaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya
atau dari dirinya.” Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi dalil
bahwa sunnah hukumnya memberikan kegembiraan kepada anak didik
sebelum pembelajaran dimulai. Sebagaimana Rasulullah SAW
mendahulukan sabdanya; “saya telah menyangka‟, selain itu „karena
saya telah melihat semangatmu untuk hadis‟. Oleh sebab itu perlu
memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran.

h. Metode pemberian hukuman


Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar
memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah alJuzami dari Shalih ibn
Khaiwan dari Abi Sahlah as-Sa‟ib ibn Khallad, “kata Ahmad dari
kalangan sahabat Nabi SAW bahwa ada seorang yang menjadi imam
salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat
dan Rasulullah SAW melihat, setelah selesai salat Rasulullah SAW
bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian”.
memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak
menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau
tanpa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat.
Dengan demikian Rasulullah SAW memberi hukuman mental
kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan
dalam lingkungan sosial. Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti
penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang
disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian
diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi
untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya
dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah,
memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas
dendam.

10
Hal yang menjadi prinsip dalam memberikan sanksi adalah tahapan
dari yang paling ringan, sebab tujuannya adalah pengembangan potensi
baik yang ada dalam diri anak didik.11

11
Chalis. M , ( 2015 ). Perspektif Hadis Tentang Metode Pendidikan. Copyright © 2015 FTK Ar-Raniry Press

11
BAB I

Penutup

A. Kesimpulan
Bahwa dalam proses pencapaian tujuan dalam belajar mengajar baik
secara umum ataupun dalam Pendidikan Islam, harus ada metode yang di
pilih untuk digunakan, semakin terencana maka hasilnya akan lebih baik dari
pada yang asal – asalan, di mulai dari identifikasi materi, pokok pembahasan
kedepan serta target pencapaian, sampai pada kondisi baik peserta didik,
lingkungan ataupun sarana prasarana, kemudian penentuan metode yang akan
digunakan dengan menyesuaikan hasil identifikasi yang telah dilakukan.
Esensi metode dalam proses belajar mengajar ini sangatlah penting
adanya, karena dengan metode yang dipilih akan lebih mudah tercapainya
target pembelaran yang di inginkan.

B. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini pasti masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, dengan sangat senang jika para pembaca hususnya Dosen pembimbing,
sahabat – sahabat memberi kritik masukan yang membangun, karena itu akan
menjadi ilmu yang akan lebih meyempurnakan penulis dimasa yang akan
datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”.(Jakarta; Raja Grafindo Persada,


2003)
Tim Dirjen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta : Depatemen Agama RI, 2001)
Dr. Al Rasyidin, M. Ag, Falsafah Pendidikan Islami (Medan: Citapustaka, 2008)
Prof. Dr. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
al-Munjid Fi al-Lughah Wa al-A’lam (Beirut: Dar Al-Masyriq, 1986)
(Husin, Prinsip Dasar Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, 4-5
Prof. Dr. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Chalis. M , ( 2015 ). Perspektif Hadis Tentang Metode Pendidikan. Copyright ©
2015 FTK Ar-Raniry Press

13

Anda mungkin juga menyukai