Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN

Oleh : indrawati
Nim : 1570217004

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR KONSULTASI

Nama :
Tanggal :
Jam :

NO Tanggal Konsultasi paraf


1

4
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal :
Jam :

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Nurisa pujiati S,ST) (Siti indaryani S,ST)


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya
manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat
kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan
keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan
keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembanguanan ekonomi,
dikhawatirkan hasil pembanguanan tidak akan berarti.
Pendapatan Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik
sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi
kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga,
memperlihatkan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang berorentasi pada “catur warga”
atau zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana
nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia
menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis teknis keluarga berencana
yang direncanakan oleh pemerintah:
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu :
1. Keluarga berencana mandiri : artinya masyarakat memilih metode KB dengan
biaya
sendiri melalui KB lingkar biru dan KB lingkar emas.
2. Mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE) : AKDR,
suntikan KB, susuk KB, dan kontap.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah
perkembangan yang panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektivitas, dan
penyulit yang tidak terlalu besar. Hipocrates telah merencanakan agar pranata
ekonomi dan penduduk berjalan seiring sehingga jumlah penduduk dapat
dikendalikan. Hipocrates telah terjadi kehamilan pada onta. Pengetahuan ini
digunakan oleh kafilah dalam perjalanan panjang di gurun pasir sehingga onta-onta
tidak hamil.
Richter dari Polandia 1909 membuat AKDR dari benang sutra tebal yang
dimasukkan ke dalam rahim. Pada tahun 1930 Grafenberg dari Jerman membuat
cincin dari benang sutra dan perak untuk menghindari kehamilan dengan hasil
memuaskan. Pada tahun 1959 Oppenheimer dan Ishimka mengemukakan hasil yang
memuaskan terhadap 1.500 sampai 2.000 wanita yang memakai cincin Grafenheimer.
Otta dari Jepang pada tahun 1959 membuat AKDR dari bahan plastic dengan hasil
yang cukup memuaskan yang disebut Ottaring.
Pengetahuan tentang desinfektan dan sterilitas belum memuaskan sehingga
banyak dijumpai infeksi alat kandungan. Di Indonesia telah banyak dicoba AKDR
generasi kedua seperti spiral Margulis, Lippes Loop,  AKDR  M (metal) dengan hasil
yang baik. Telah dikembangkan AKDR generasi ketiga yang mengandung Cu atau
hormonal diantaranya Seven cupper, Multiload, Cupper T 380, Medosa, dan
Progestasert (AKDR dengan progesterone. BKKBN menggunakan Cupper T 380 A
sebagai standar yang dibuat oleh PT Kima Farma.
B. Mekanisme kerja AKDR sebagai alat kontrasepi
Mekanisme kerja lokal AKDR (IUD) sebagai berikut :
1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda
asing dengan timbunan leolosit, makrofag, dan limfosit.
2. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang
menghalangi kapasitasi sepermatozoa.
3. Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan
blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu
melaksanakan nidasi.
4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurang kmampuan untuk melaksanakan
konsepsi. Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui dan masih dalam
penelitian.
C. Keuntungan AKDR (IUD)
Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, termasuk Indonesia
dan menempati urutan ketiga dalam pemakaian.
Keuntungan AKDR (IUD) adalah :
1. Dapat diterima masyarakat dengan baik.
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
3. Kontrol medis yang ringan.
4. Penyulit tidak terlalu berat.
5. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.
D. Kerugian (IUD)
Alat AKDR bukanlah alat konrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat
beberapa kerugian sebagai berikut :
1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
2. Terdapat perdarahan : spotting dan menometroragia.
3. Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih
basah.
4. Dapat terjadi infeksi.
5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan
kehamilan ektopik.
6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan
seksual.
E. Kapan waktu untuk memasang AKDR
AKDR dapat dipasang :
1. Bersamaan dengan menstruasi.
2. Segera setelah bersih menstruasi.
3. Pada masa akhir puerperium.
4. Tiga bulan pascapersalinan.
5. Bersamaan dengan seksio sesarea.
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage.
7. Hari kedua-ketiga pascapersalinan.
F. Kapan AKDR tidak dapat dipasanAlat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak
dapat dipasang pada keadaan :
        Terdapat infeksi genetalia.
Ø  Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
Ø  Keadaan patologis lokal : frungkle, stenosis vagina ; infeksi vagina.
2.      Dugaan keganasan serviks.
3.      Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas.
4.      Pada kehamilan : terjadiabortus, muda perforasi, perdarahan, infeksi.
2.1.6      Teknik pemasangan AKDR
Memperhatikan penyulit AKDR, maka pemasangan perlu mendapat perhatian:
                I.    Persiapan pemasangan AKDR.
1)       Penderita tidur terlentang di meja ginekologi.
2)       Vulva dibersihkan dengan kapas lisol, betadin, hibiscrub atau lainnya.
3)       Dilakuak pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan arah rahim.
4)       Duk steril dipasang di bawah bokong.
5)       Speculum cocor bebek dipasang, sehingga serviks tampak.
6)       Serviks-portio dibersihkan dengan kapas bethadin atau lisol atau lainnya.
7)       Dilakukan sodage untuk menentukan dalam-panjang rahim dan arah posisi rahim.
             II.    Persiapan dan pemasangan AKDR.
Dikemukakan beberapa jenis pemasangan AKDR sebagai berikut :
a.          Jenis Lippes loop.
b.         Jenis Cupper T atau Seven Cupper.
c.          Jenis Multiload atau Medusa.
          III.    Pemeriksaan ulan AKDR.
Setelah pemasangan AKDR perlu dilakukan control medis degan jadwal :
a.          Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
b.         Jadwal pemeriksaan ulang :
c.          Satu minggu setelah pemasangan.
d.         Satu bulan setelah pemeriksaan pertama.
e.          Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua.
f.          Setiap enam bulan sampai satu tahun.
Untuk AKDR tanpa bahan aktif Cupper, pemakaiannya dapat berlangsung sampai
menjelang menopause. Sedangkan AKDR dengan bahan aktif Cupper pemakaiannya tiga
sampai empat tahun dan selanjutnya diganti.
                         IV.    Kapan AKDR dibuka.
Alat kontarasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai :
a.         Ingin hamil kembali
b.         Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus
c.         Terjadi infeksi
d.        Terjadi perdarahan
e.         Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR.
f.          Cupper T 380 A primadona BKKBN.
Pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T 380 A sebagai primadona :
a.         Teknik pemasangan mudah, tidak sakit.
b.         Efektivitas tinggi.
c.         Kejadian ekspulsi rendah.
d.        Tidak mudah menimbulkan perforasi.
e.         Tidak banyak menimbulkan komplikasi.
f.          Tidak banyak menimbulkan trauma.
g.         Kembalinya kesuburan berjalan lancer.
Demikian pertimbangan BKKBN sehingga menetapkan Tcu 380 A sebagai primadona alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Intervensi :
1.   Lakukan pendekatan pada ibu / klien dan suami serta keluarga
R/ membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap nakes dan menjalin
hubungan yang kooperatif
2.   Berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya
R/ mengurangi ketegangan klien
3.   Berikan penjelasan tentang alat kontrasepsi spiral, efek samping, keuntungan dan kerugian,
kontra indikasi serta cara pemasangan
R/ alih informasi dan memberi kesempatan ibu untuk bertanya bila tidak mengerti
4.   Lakukan informed consent
R/ tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan (tanggung jawab dan tanggung gugat)
5.   Persiapkan alat, pasien, lingkungan
R/ memudahkan pemasangan dan untuk menjaga privacy klien
6.   Lakukan pemasangan IUD secara benar dan efektif
R/ mencegah infeksi dan efek samping
7.   Berikan KIE pasca tindakan
R/ menambah pengetahuan klien
  Implementasi
Dx                      :           Calon akseptor KB baru pro IUD
am 09.00 wib : Menyapa klien dengan sikap ramah dan sopan dan memperkenalkan diri. Memberikan
kesempatan klien untuk mengemukakan masalahnya yaitu : ibu saat ini sedang menyusui dan
ibu ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang lama, salah satunya yaitu KB spiral
dan ibu ingin tahu tentang KB spiral
Spiral / IUD / AKDR adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam
rahim ukuran kecil, kerangka dari plastik, flexibel, berbentuk huruf T diselubugi kawat halus
yang dibuat dari tembaga, sangat efektif, berjangka panjang sampai 40 tahun.
ungsi untuk    : Mencegah sperma ovum bertemu, menghambat masuk ke tuba falori mencegah implantasi
telur dalam uterus
Efek samping        : -     Haid menjadi lebih lama dan banyak
-     Perubahan siklus haid
-     Perdarahan spotting (antar menstruasi)
-     Saat haid lebh sakit
               : -     Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS, klien tidak dapat melepas spiral sendiri
-     Mungkin terjadi translokasi, resiko ektopik T
Keuntungan          : -     Efektifitas tinggi, metode jangka panjang 10 tahun
-     Tidak mempengaruhi volume / kualitas ASI, tidak mengganggu hubungan sexual
raindikasi      : Hamil / diduga hamil, perdarahan pervaginam, menderita TBC pelvik, ukuran rongga rahim <
5 cm
Jam 09.10     : Melakukan informed consent
Jam 09.15     : Menyiapkan alat :
-     IUD kit terdiri dari (spealvro, tampan tang, tenakulum, sonde uterus, gunting, iebold)
-     IUD steril (jenis coper T 380 A)
-     Duf steril, obat disenfacton, hands coen steril 1 psu, larutan chlorin 0,5%
-     Spatula oyre dan obyek glass
Jam 09.30     : Menyiapkan ruangan :
-     Lingkungan tertutup, terdapat lampu penerangan yang menerangi serviks
Menyiapkan pasien :
-     Pasien disuruh membersihkan alat genetalia dengan sabun hingga bersih, dan berbaring
dengan posisi libhokumi dimeja periksa
Jam 09.42     : Mencuci tangan dengan sabun + air bersih, setelah itu dikeringkan dengan kain bersih
Jam 09.45     : Menyiapkan IUD steril, pastikan IUD masih terbungkus dalam kemasan yang rapat, insenter
berada diluar tabung, lengan IUD diluar, badan IUD didalam, tidak lewat tanggal kadaluarsa,
tembaga tidak cacat. Kemdian letakkan kemasan IUD dipermukaan yang datar, buka kertas
penutup 1/3 bagian kemudian angkat kemasan. Kemudian buka seperti mengupas kulit pisang
masukkan inserter kedalam tabung, letakkan ditempat yang datar kemudian rapatkan kedua
lengan IUD, kemudian tabung didorong dengan cara menjungkit sampai lengan IUD masuk
kedalam tabung.
Jam 09.55     : Memakai sarung tangan baru, pasang speculum vagina untuk melihat serviks, usap vagina dan
serviks dengan larutan antisptik 2-3x dengan deopers yang dijepit tampon tang, jepit portio
dengan tenakulum pada jam 11
Jam 09.58     : Masukkan sonde uterus dengan tehnik No Touch Tehnik (tanpa penyentuh dinding speculum
dan serviks), tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde uterus, ukur
kedalaman kavum pada tabung inserter yang masih dalam kemasan
Jam 10.00     : Mengukur bekas bejah pada sonde, disesuaikan dengan ukuran pada kartes pengukur IUD,
pegang leher biru dari atas penutup transparan dan dorong tabung insertor sampai jarak
lengan IUD dengan ujung leher biru sama panjangnya dan batas darah, putar tabung inserter
sampai sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal
Jam 10.15     : Mengangkat tabung AKDR tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, pegang tabung
AKDR dan posisi bidang biru horizontal, sementara lakukan tarikan pada tenokulum dengan
hati-hati, masukkan tabung inserter kedalam kavum uterus sampai leher biru menyentuh
serviks dan terasa adanya tekanan
Jam 10.20     : Tahan tenokulum dan dorong dengan 1 tangan, lepaskan AKDR dengan tehnik With Drawal,
keluarkan pendorong buang ketempat sampah, tabung inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks / terasa adanya tahanan
m 10.30     : -     Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR + 3-4 cm
-     Mengeluarkan seluruh tabung inserter buang ketempat sampah terkontaminasi
-     Melepaskan tenokulum, dengan hati-hati dan rendam larutan chlorin 0,5% untuk
dekonlaminasi
-     Memeriksa serviks dan tak ada perdarahan pad atempat bekas jepitan tenokulum, tekan /
didreg dengan kat selma + 30-60 detik
-     Mengeluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan chlorin 0,5%
didekontaminasi
-     Membuang bahan yang tidak dipakai ketempat yang sudah disediakan
-     Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tanga ke dalam larutan chlorin buke dan
rendam dalam larutan chlorin 0,5%
-     Mencuci tangan dengan air dan sabun
-     Memastikan klien tidak mengalami kram heboh dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
Jam 10.35     : -     Memberikan konseling pasca pemasangan
-     Mengajarkan Klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan yaitu dengan melakukan jari tlunjuk dan tengah kedalam vagina untuk meraba
benang pada saat bulan pertama setelah haid
-     Menjelaskan pada klien pada bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
-     Menganjurkan klien untuk melakukan person hygiene yang baik
-     Menganjurkan klien untuk kontrol 1 minggu setelah pemasangan, akhir bulan pertama, akhir
bulan ketiga, akhir bulan keenam, setahun sekali, dan apabila ada keluhan
-     Mengingatkan pad aklien jika spiral ini dilepas setelah 10 tahun pemasangan dan dapat
datang ke klinik setiap saat untuk konsultasi atau jika AKDR ingin dicabut
-     Minta klien untuk menulangi penjelasan yang telah diberikan
Jam 10.40     : Melakukan pendokumentasian :
-     Tanggal pemasangan
-     Jam pemasangan
-     Tempat pemasangan
-     Nama pemasang IUD dan tanda tangan pemasang IUD
-     Nama penderita yang dipasang IUD
-     Jenis IUD yang dipasang
-     Hal-hal / kejadian istimesa saat pemasangan kemungkinan terjadi, kesulitan pasien menolak,
atau terjadi kram hebat  perdarahan
Terapi yang diberikan    : -     Ciprofloxalin 3x 500 mg
                                          -     Asam mefenamat 3x 500mg
Memberikan kartu akseptor

G.    Evaluasi
Tanggal     : 29-07-2008                           jam : 10.45 WIB
Dx                :     Akseptor KB baru pro IUD
Ibu mengatakan sudah dipasang spiral dan mengerti tentang penjelasan mengenai alat
kontrasepsi spiral.
O               : -     IUD jenis CuT 380 A sudah terpasang
-     Ibu bisa menjelaskan kembali penjelasan petugas dan tidak terjadi perdarahan
-     K/U baik
A               : Akseptor KB baru pasca pemasangan IUD
P                : -     Jadwal kontrol 1 minggu lagi
                     -     Ajari ibu cara mengecek benang IUD
-     Datang sewaktu-waktu ke klinik / konsultasi / bila ada keluhan atau ingin dicabut
BAB IV
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan Kontrasepsi IUD di Rs
TK III Brawijaya Surabaya. Dapat ditarik beberapa kesimpulan :
a.       Dalam melakukan pelayanan kontrasepsi kepada klien harus mendapatkan KIE secara
lengkap mengenai semua jenis kontrasepsi sehingga klien memahami benar jenis kontrasepsi
apa yang akan dipilih.
b.      Dalam memberikan suatu pelayanan kontrasepsi komunikasi antara bidan dengan klien
harus dibina secara baik,berikan suatu kebebasan bagi klien untuk bertanya dan jangan
memaksakan kontap apa yang akan klien pilih,kenyamanan berkomunikasi secara
interpersonal memudahkan klien untuk memilih kontrasepsi secara tepat.
c.       Semua tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan Protap dan sesuai standar pelayanan
kebidanan.
B.   SARAN
a.       Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan
kemampuan & keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja  sama yang baik dengan
petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga.
b.      Bagi klien.
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan
dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien dapat terpecahkan.

c.       Bagi pendidikan.
Tenaga kesehatan yang berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih memperhatikan &
memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada umumnya serta supaya
melengkapi buku-buku yang ada di perpustakaan yang merupakan gudang ilmu bagi para
anak didik.
DAFTAR PUSTAKA

        Manuaba “ Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan Keluarga Berencana untuk


Pendidik Bidan ”, Penerbit buku kedokteran, Jakarta : 1998.
        Varney, Helen, “ Buku Saku Bidan “, Penerbit buku kedokteran, Jakarta : 2001.
        Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
”,  Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta : 2003.

Anda mungkin juga menyukai