Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN

“MAMPU MENDEFINISIKAN, MENYEBUTKAN, MENDESKRIPSIKAN, DAN


MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 (PPh 24)”

Oleh :
Ni Kadek Dwitya Sari
1902612010763/31
SDM H Malam

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpah berkat
perkenan-Nya sehingga tugas makalah mengenai “Mampu Mendefinisikan, Menyebutkan,
Mendeskripsikan, Dan Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 24 (Pph 24)”dapat diselesaikan
dengan waktu yang tepat.
Tugas ini berisi pembahasan materi tentang PPh Pasal 24 yang kami kerjakan sebagai
kewajiban dalam menyelesaikan tugas mata kuliah “Perpajakan”. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu dalam mata kuliah ini
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sebagai petunjuk pembuatan tugas ini dan semua
pihak tanpa terkecuali yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, baik secara materi
maupun moril.

Denpasar, 18 Februari 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Definisi PPh 24...........................................................................................................................3
2.2 Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri...........................................................................3
2.3 Perhitungan PPh 24...................................................................................................................4
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai ssuatu kewajiban warga negara
berupa pengabdian serta peran aktif warga negara berupa pengabdian serta peran
aktif warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan
negara dalam pembangunan Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung
yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara dalam pembangunan Nasional, tanpa adanya
imbalan secara langsung yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang
perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Dengan demikian
berkembangnya kondisi usaha bisnis baik ditingkat nasional maupun
internasional, maka penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negri
juga meningkat.
Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dipungut diluar negeri atas
penghasilan wajib pajak luar negeri . pajak yang dibayar diluar negeri atas
penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri ( WPDN )
boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama,
sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU no 10 Tahun 1994. Untuk itu
harus dicari balas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1) Apa definisi dari PPh 24?
2) Bagaimana batas maksimum kredit pajak luar negeri?
3) Bagaimana perhitungan PPh 24?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Sedangkan tujuan penulisan dari makalh ini adalah sebagai berikut:


1) Untuk mengetahui definisi dari PPh 24.
2) Untuk memahami bagaimana batas maksimum kredit pajak luar negeri.
3) Untuk mengetahui cara perhitungan PPh 24.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi PPh 24


Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang
dapat diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang
terutang di luar negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh :
1) Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan
terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun
pajak yang sama.
2) Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh
melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan dengan perubahan terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24 ayat (1),
PPh pasal 24 adalah pajak yang dibayarkan atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-
Undang ini dalam tahun pajak yang sama.
Pajak penghasilan pasal 24 atau kredit pajak luar negeri, merupakan
perhitungan berapa besar jumlah pajak yang sudah dibayar atas penghasilan
diluar negeri dan pajak tersebut dapat dikreditkan atau dikurangkan dari
penghasilan yang ada didalam negeri sehingga menghindari pengenaan pajak
berganda.

2.2 Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri

Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) diambil yang terendah
dari ketiga unsur berikut :

3
1) Jumlah Pajak yang dibayar / terutang di luar negeri.
2) Penghasilan Luar Negeri x PPh Terutang yang biasa digunakan
Penghasilan Kena Pajak.
3) Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal
penghasilan kena pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.

Catatan :

 Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata
dikembalikan maka jumlah pajak yang terutang menurut undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.
 Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara maka jumlah
maksimum KPLN dihitung untuk masing-masing negara.
 Untuk kerugian yang diderita di luar negeri tidak diperhitungkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-
tahun berikutnya dapat dikompensasikan dengan kerugiaan tersebut.
 Dalam hal pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yang
diperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat :
Diminta kembali di kompensasikan sebagai pengurang penghasilan.

2.3 Perhitungan PPh 24

Cara mencari pajak penghasilan pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam


negeri :
1) Cari Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PKP = PNDN(Penghasilan Netto Dalam Negeri) + PNLN (Penghasilan Netto
Luar Negeri)
Catatan :

 Jika DN (Dalam Negeri) rugi diperhitungkan sebagai pengurang dalam


menghitung PKP
 Jika LN (Luar Negeri) rugi tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam
menghitung PKP (diabaikan)

4
2. Cari Pajak Penghasilan Terutang (PPh Terutang) Dari Penghasilan Kena
Pajak (PKP)
3. Cari Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (%Pjk yang dikenakan di Luar
Negeri x Besarnya penghasilan di Luar Negeri)
4. Cari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :
KPLN = Penghasilan Luar Negeri x PPh terutang dari Penghasilan Kena
Pajak
5. Bandingkan antara Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (poin 3) dengan
kredit Pajak Luar Negeri (poin 4), lalu pilih yang terendah.
Jumlahkan poin 5 untuk mencari besarnya PPh Pasal 24 yang dapat
dikreditkan.

Catatan : Jika PKP < PNLN dicari sampai langkah ke dua.

Contoh Kasus :

PT. Seventeen yang berlokasi di Jakarta, selama tahun 2009 memperoleh


penghasilan baik dari usahanya dari dalam negeri ataupun beberapa cabangnya
yang berada di luar negeri. Penghasilan Netto dari dalam negeri Rp
150.000.000.000 sedangkan usahanya di luar negeri, seperti Jepang memperoleh
penghasilan Rp. 300.000.000 dan di Korea memperoleh penghasilan Rp
400.000.000 sedangkan di China mengalami rugi Rp. 100.000.000. Pajak yang
telah dibayar diluar negeri sebesar 25% untuk Jepang, 30% untuk Korea dan
20% untuk China. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan
dengan pajak penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri?

1) Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam


negeri.
Mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP) :
Penghasilan Neto Dalan Negeri Rp 150.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Jepang Rp 300.000.000

5
Korea Rp 400.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Luar Negeri Rp 700.000.000 +
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 850.000.000

2) Mencari Pajak Penghasilan Terutang dari jumlah PKP Sebesar Rp


850.000.000 :
28% x Rp 850.000.000 = Rp 238.000.000

3) Mencari Pajak Yang Telah Dibayar Atas Penghasilan Di Luar Negeri :


Jepang : 25% x 300.000.000 = Rp 75.000.000
Korea : 30% x 400.000.000 = Rp 120.000.000

4) Mencari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :


KPLN Jepang : 300.000.000 / 850.000.000 x 238.000.000 = Rp 84.000.000
KPLN Korea : 400.000.000 / 850.000.000 x 238.000.000 = Rp 112.000.000

5) PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Jepang


sebesar :
Rp 75.000.000 (Pilih yang terendah)
PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Korea
sebesar :
Rp 112.000.000 (Pilih yang terendah)

6) Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri :


Rp 75.000.000 + Rp 112.000.000 = Rp 187.000.000

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 24 Adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas
penghasilan wajib pajak di luar negeri.Pajak yang dibayar di luar negeri atas
penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak
yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak
yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk itu harus dicari batas
maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).

7
DAFTAR PUSTAKA

https://taxcenterfeunesa.com/read/15/pph-24-pengertian-subjek-objek-sumber-penghasilan-kena-pajak-
pelaksanaan-kredit-pajak-hingga-perhitungan-pph-24#:~:text=Pajak%20Penghasilan%20Pasal
%2024%20adalah,terutang%20yang%20dimiliki%20di%20Indonesia.
https://www.pajakku.com/read/5ecf803517946d2a32e32892/Belajar-Pajak:-Kredit-Pajak-Luar-Negeri-
(PPh-Pasal-24)
https://taxcenterfeunesa.com/read/15/pph-24-pengertian-subjek-objek-sumber-penghasilan-kena-pajak-
pelaksanaan-kredit-pajak-hingga-perhitungan-pph-24
https://ayopajak.com/pph-pasal-24/

Anda mungkin juga menyukai