Anda di halaman 1dari 3

Konstanta dielektrik dapat dijadikan pengukur relatif dari kepolaran suatu pelarut yakni kemampuan suatu

pelarut  untuk mengalami disosiasi (melarutkan zat terlarut dengan polaritas yang tinggi). Misalnya air yang
merupakan pelarut polar memiliki konstanta dielektrik 78,5 pada 25°C, sedangkan minyak biji kapas (non
polar) memiliki nilai 3,0 pada 25°C. Berikut ini merupakan konstanta dielektrik dari berbagai pelarut:

Tabel diatas menyatakan bahwa nilai konstanta dielektrik suatu pelarut yang semakin mendekati konstanta
elektrik air, maka pelarut tersebut semakin mendekati polar. Gliserol memiliki konstanta dielektrik sebesar
42,5 sedangkan minyak biji kapas sebesar 3,0. Ini meunjukkan bahwa gliserol memiliki tingkat kepolaran yang
lebih tingi dibandingkan dengan minyak biji kapas.

Pelarut Air (Aqueous)


Air adalah pelarut yang bersifat universal (yaitu pelarut yang sangat baik untuk hampir semua  zat). Adapun
jenis-jenis air diantaranya: tap water (air keran/ledeng) yang tidak diizinkan untuk pembuatan sediaan farmasi
karena dimungkinkan terdapat kontaminasi bakteri. Freshly boiled and cooled water (air masak) juga tidak
diizinkan untuk pembuatan sediaan farmasi sebab selama penyimpanyan kemungkinan masih dapat
terkontaminasi mikroorganisme seperti bakteri ataupun jamur. Purified water (air murni) kebanyakan
digunakan untuk preparasi sediaan farmasi (biasanya sediaan nonsteril) yang dapat diperoleh dari proses
distilasi, deionization (metode ion exchange) atau reverse osmosis. Air “keras” dapat mengandung logam berat
seperti kation Ca and Mg. Air “basa” dapat mengandung bikarbonat yang dapat menyebabkan ketidakmurnian.
Sinar UV, pemanasan atau penyaringan (millipore filtration) dapat dilakukan untuk menghilangkan atau
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada air. Aromatic Water (air aromatik) merupakan larutan jenuh
minyak atsiri dalam air. Water for injection (air untuk injeksi) yang banyak digunakan untuk formulasi sediaan
parenteral yang diperoleh dari air yang di distilasi dengan cara sterilisasi bakteri pirogen. Berikut ini adalah
proses pembuatan WFI:
Sumber air (misalnya dari sumur)  dialirkan kedalam tabung kemudian diberi klorin/HClO 3. Tujuan
penambahan HClO3 adalah sebagai (disinfektan). Selanjutnya, air dibersihkan dari mineral berat dengan
penambahan basa (NaOH) dan dilanjutkan dengan penambahan natrium metabisulfit yang bertujuan untuk
menghilangkan residu klorin. Setelah itu air ditambah dengan resin overtone 20 yang bertujuan untuk
mencegah penggumpalan dan dilanjutkan dengan pemaparan UV 180-380 nm untuk membunuh bakteri. Air
dialirkan ke pompa kemudian melewati osmosis terbalik (perpindahan vairan dari konsentrasi rendah ke tinggi)
melewati membrane semi permeable agar mikroba tersaring. Selanjutnya air dipapari dengan sinar UV lagi
untuk menghilangkan sisa-sisa mikroba yang mungkin masih lolos, dan dilanjutkan ke electron deionized
instrument (EDI) untuk menghilangkan ion-ion pada air yang dapat menyebabkan ketidakstabilan karena dapat
berinteraksi dengan senyawa yang terkandung dalam obat. Kemudian dipapari UV lagi dan dilanjutkan dengan
pemaparan ozon untuk menghilangkan bakteri yang mungkin masih tersisa. Terakhir, air yang masih berozone
dihilangkan dengan ozone destructor dan kemudian air dapat diedarkan.
  
Menurut US Pharmacopeia, berdasarkan limit endotoksinnya tipe air dibagi menjadi 8 diantaranya:
Pelarut bukan air (non aqueous)
Terdiri dari pelarut immiscible (tak campur), misalnya fixed oil/vegetable oil/minyak tumbuhan (tidak
menguap) untuk emulsi dan liniment, contohnya (minyak wijen, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak jarak,
dll). Volatile oil/minyak esensial untuk air aromatik dan spiritus (contohnya minyak kayuputih, minyak
cengkeh, minyak sereh, dll). Pelarut non aqueous lainnya yaitu pelarut yang miscible (campur),
misalnya kosolven (ex: alkohol, sorbitol, glycerin, propylene glycol, polyethylene glycol).

1. Pelarut immiscible (tak campur)


a.Vegetable Oil (Minyak Tumbuhan) 
Terdiri dari ester asam lemak dari gliserol. Sebagai contoh minyak almond yang tersiri dari gliserida yeng
mengandung asam oleat dan dapat digunakan untuk pelarut dari injeksi fenol berminyak.  Minyak arachis
dapat digunakan sebagai pelarut Dimercaprol Injection. (Olive oil, sesame oil, maize oil, cottonseed oil, soya
oil and castor oil) semuanya cocok untuk digunakan untuk parenteral, dan juga sebagai pelarut tetes mata
miconazole dan formulasi tetes telinga triamcinolone.  Biasanya dapat digunakan sebagai pembawa vitamin A
dan D.  Minyak kelapa terfraksinasi basanya juga digunakan sebagai pelarut antibiotik, sebab jika
menggunakan pelarut air, kemungkinan akan terjadi hidrolisis dan mudah tengik.

b. Volatile Oil (Minyak Esensial)


Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential
oil),minyak menguap (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok
besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Dalam minyak atsiri ditemukan beberapa senyawa kimia dan bersifat
menenangkan, sehingga sering digunakan untuk berbagai produk farmasi, contohnya minyak kayu putih yang
dapat memberikan efek yang menyegarkan. Minyak atsiri dari bunga lavender dapat membantu mengatasi
alergi. Pada lemon, minyak atsiri dihasilkan dari bagian kulitnya. Untuk pemakaian inhalasi, minyak atsiri
lemon ini bermanfaat untuk menguatkan sistem imun serta mengurangi mual. Minyak atsiri yang diambil dari
bagian kulit pohon kayu manis ini berkhasiat untuk menaikkan tekanan darah. Bagi yang memiliki gangguan
pada pencernaan, minyak atsiri dari daun peppermint bisa menjadi pilihan. Selain itu, minyak ini juga baik
untuk mengobati demam, sinus, serta nyeri otot dan saraf. 

Anda mungkin juga menyukai