Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI

DESA BUNTALAN LEMAH IRENG KLATEN

Tugas Individu

Stase Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Arif Yoga Setiawan

NIM.P.2005007

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang dengan bertambahnya usia
tekanan darah tersebut bertambah secara perlahan. Hipertensi disebut juga the silent
killer yaitu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskuler karena
tidak dapat terdeteksi selama bertahun-tahun sehingga menjadi penyakit yang
mematikan (Hurst, 2015). American Heart Association and American College of
Cardiology (2017) mendefinisikan hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih
dari 130 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah arteri sistemik yang terjadi secara terus menerus (Huether &
Mccance, 2017).
Pudiastuti (2013) mendefinisikan hipertensi adalah penyakit yang dapat
menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai
silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan. Hipertensi tidak dapat secara
langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya
penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan
resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Seke, Bidjuni dan Lolong (2016) mendefinisikan dalam penelitiannya hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Hipertensi pada dasarnya
memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit untuk dikontrol. Ketidakpatuhan
dalam pengobatan dan stress yang berkepanjangan dapat menambah parah
hipertensi. Stress yang terjadi pada seseorang dipengaruhi oleh berbagai sumber
antara lain dari dalam diri, keluarga dan komunitas. Lansia sering terkena hipertensi
disebabkan oleh faktor usia dan kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah
meningkat. Penulis dapat menyimpulkan bahwa Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg yang
dapat mengganggu fungsi organ tubuh dan menyebabkan timbulnya penyakit lain.
2. Etiologi
Black dan Hawks (2014) menjelaskan penyebab hipertensi antara lain hipertensi
primer, disebut juga dengan esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat
diidentifikasi tetapi pada umumnya berkaitan dengan homeostatik. Hipertensi
sekunder, yaitu hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi dengan keadaan
penyakit atau masalah spesifik yang dapat diperbaiki. Penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2 macam yaitu, hipertensi esensial atau primer penyebabnya belum diketahui
namun faktor risiko yang di duga kuat adalah karena beberapa faktor seperti keluarga
dengan riwayat hipertensi, pemasukan sodium berlebih, konsumsi kalori berlebih,
kurangnya aktivitas fisik, pemasukan alkohol berlebih, rendahnya pemasukan
potassium, lingkungan.
Hurst (2015) mengemukakan hipertensi disebabkan oleh adanya penyempitan
arteri (arteriol) sehingga darah memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah. Penyempitan arteri tersebut disebabkan oleh asupan natrium yang
berlebih, retensi volume akibat penyakit ginjal atau hipotiroidisme, kelebihan produksi
aldosteron yang meningkatkan retensi natrium dan air. Huether dan Mccance (2017)
menjabarkan etiologi dari hipertensi yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1)
hipertensi primer atau sering disebut hipertensi esensial merupakan hipertensi yang
tidak dapat diidentifikasi tetapi biasanya berkaitan dengan homeostatik, 2) Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi dengan keadaan
penyakit atau masalah spesifik yang dapat diperbaiki.
Faktor yang menyebabkan hipertensi primer diantaranya riwayat keluarga,
penuaan, jenis kelamin (laki-laki ≤ 55 tahun dan perempuan ≥ 70 tahun), pola hidup
(merokok, diet tinggi natrium, konsumsi alkohol). Cacat genetik menyebabkan gangguan
pada ekskresi natrium ginjal, insulin dan sensitivitas insulin, aktivitas sistem saraf
simpatis, sistem renin angiotensin aldosteron, gangguan pada transpor natrium dan
kalsium membran sel. Faktor yang menyebabkan hipertensi sekunder yaitu akibat,
adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal, dan pemakaian obat-obatan
tertentu seperti kontrasepsi oral, kortikosteroid, antihistamin yang menyebabkan
terjadinya peningkatan output jantung.
Hipertensi sekunder penyebabnya secara spesifik seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan (Riyadi, 2011). Mamahit, Mulyadi, dan Onibala (2017); Adriaansz, Rottie,
dan Lolong (2016); Manikome, Rompas, dan Masi (2016); Situmorang (2015);
Agustina, Sari dan Savita (2014) dalam penelitiannya menyebutkan hipertensi dapat
dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, tingkat hipertensi, pola
makan, merokok, alkohol, diet garam, obesitas, dan kurang aktifitas fisik.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII


Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Klasifikasi Tekanan Darah
mmHg mmHg

Normal ≤ 120 ≤ 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi Stadium 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber : James et al (2014) dalam Huether dan Mccance (2017)

3. Faktor Resiko
Pikir et al. (2015) membagi faktor resiko hipertensi menjadi dua faktor, antara lain:
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Jenis kelamin
Kejadian hipertensi yang ada cenderung lebih banyak penderita laki-laki
dibandingkan perempuan pada usia kurang dari 55 tahun. Resiko pada laki-laki
dan perempuan usia 55-74 tahun sama, tetapi setelah usia 74 tahun perempuan
memiliki resiko terkena hipertensi lebih tinggi (Black & Hawks, 2014).
b) Usia
Kejadian hipertensi biasanya muncul antara usia 30-50 tahun dan
meningkat pada usia kurang lebih 55% pada usia lebih dari 60 tahun dengan
kondisi tekanan darah 140/90 mmHg. Sari et al. (2017) mendukung teori diatas
menyebutkan umur dapat menyebabkan terjadinya hipertensi karena peningkatan
umur (≥ 40 tahun) dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang memicu
terjadinya penebalan dinding arteri karena penumpukkan zat kolagen pada
lapisan otot sehingga berefek pembuluh darah menjadi menyempit dan kaku.
c) Genetik
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu seseorang yang
dalam keluarganya memiliki riwayat hipertensi. Faktor resiko terjadinya
hipertensi karena ada faktor genetik yang berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Agustina, Sari, dan Savita (2014) memaparkan lansia
dengan riwayat keturunan hipertensi mempunyai peluang 8,8 kali menderita
hipertensi ringan dibandingkan dengan lansia yang tidak ada riwayat keturunan
hipertensi.
2) Faktor yang dapat diubah
a) Obesitas
Obesitas merupakan sebuah kondisi seseorang yang kelebihan lemak
yang bisa terjadi diseluruh rentang umur dan jenis kelamin. Berat badan memiliki
hubungan dengan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik, tetapi obesitas
bukan penyebab hipertensi melainkan prevalensi hipertensi meningkat pada
obesitas (Kemenkes RI, 2016).
b) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi karena kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tekanan
darah. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Seseorang yang merokok beresiko 15 kali lipat terkena hipertensi (Sriani et al.,
2016).
c) Stress mental
Stress adalah permasalahan persepsi dan interpretasi orang terhadap
kejadian yang menciptakan banyak stresor dan respon stres. Huether dan
Mccance (2017) mengemukakan stress mudah mempengaruhi pasien hipertensi
karena stress akan mengaktifkan sistem persarafan simpatis yang dapat
meningkatkan curah jantung dan resisten pembuluh darah sistemik. Aktivasi
saraf simpatis berdampak pada peningkatan angiotensin II, aldosteron dan
vasopresin dalam darah yang semua itu dapat meningkatkan resisten pembuluh
darah sistemik dan resisten natrium serta air yang berdampak pada ginjal. Teori
diatas didukung oleh penelitian Afiah, Yusran, dan Sety (2018) yang
berpendapat seseorang yang stres beresiko tinggi mengalami hipertensi terutama
pada rentan usia 45-55 tahun.
d) Aktivitas fisik
Olah raga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang harus
dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh karena kurang beraktivitas dapat
meningkatkan faktor resiko hipertensi. Arifin, Muhammad, Hafiz et al. (2016)
dan Arifin, Muhammad, Hafiz et al. (2016) dan Afiah et al. (2018) menyatakan
penderita hipertensi yang memiliki aktivitas ringan berresiko 1,424 kali lebih
besar menderita hipertensi dibandingkan dengan penderita yang memiliki
aktivitas berat pada umur 45-55 tahun.

4. Patofisiologi
Wijaya dan Putri (2013) menjelaskan mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Pusat
vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis ,yang berlanjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rasangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melaluin saraf simpatis ke ganglia simpatis. Neuron
ganglion akan melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neropinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Sistim saraf simpatis pada saat bersamaan dimana merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah.
Vasokontriksi yang yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelpasan renin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Wijaya& Putri, 2013).

5. Tanda dan Gejala


Kenaikan tekanan darah yang awalnya sementara kemudian menjadi permanen,
sakit kepala atau pusing terus menerus, kelelahan, berdebar-debar, sesak, pandangan
kabur, sakit ditengkuk dan leher hal-hal tersebut menjadi tanda awal penyakit hipertensi.
Kerusakan organ target dengan gejala nokturia, bingung, mual, muntah dan gangguan
pengelihatan yang dilakukan pemeriksaan dengan hasil retina mata menunjukkan
penyempitan arteriol, hemoragi, eksudat, dan papila edema atau pembengkakan saraf
optikus (Black & Hawks, 2014 ; Lemone, Burke, & Bauldof, 2015).
Huether dan Mccance (2017) menjelaskan tanda dan gejala awal untuk penderita
hipertensi belum menunjukkan gambaran klinis yang jelas selain tekanan darah yang
meningkat atau sering disebut silent killer (pembunuh tanpa peringatan). Gejala klinis
akan muncul kerusakan jaringan pada usia penderita 30-50 tahun seperti kelainan
jantung, gangguan fungsi ginjal, disfungsi saraf pusat, gangguan pengelihatan, gangguan
mobilitas, sumbatan vaskular atau edema, yang muncul akibat peningkatan tekanan
darah yang tidak terkontrol atau ditangani dengan baik.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan nonfarmakologi dan
farmakologi.
1) Penatalaksaan Nonfarmakologi
Memodifikasi gaya hidup menjadi alternatif terapi definitif awal bagi beberapa
klien yang terdiagnosa hipertensi pada 6-12 bulan pertama. Menurunkan tekanan
darah dan mengurangi faktor-faktor risiko kardiovaskular dengan keseluruhan biaya
yang sedikit dan minimnya risiko dapat dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup.
Penderita hipertensi dianjurkan melakukan modifikasi gaya hidup sebagai terapi
penunjang dari terapi farmakologi diantaranya penurunan berat badan, perubahan
diet atau pengurangan konsumsi natrium, pembatasan konsumsi alkohol dan
merokok, peningkatan aktivitas fisik, olah raga, dan penurunan stress (Black &
Hawks, 2014 ; Lemone et al., 2015).
Huether & Mccance (2017) mengemukakan modifikasi gaya hidup dengan
pengurangan asupan garam, mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang
cukup, mengurangi asupan lemak total dan jenuh merupakan hal terpenting dalam
perubahan diet penderita hipertensi karena dapat menurunkan tekanan darah secara
bermakna baik bagi penderita hipertensi maupun normotensi. Diet DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertention) yaitu diet dengan makanan yang kaya akan buah
dan sayur dan rendah lemak total serta jenuh yang dinilai efektif untuk menurunkan
tekanan darah dan menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang
mengalami obesitas yang berat badannya 10% lebih besar dari ideal maka disarankan
berat badan turun minimal 4,5 kg.
Teknik relaksasi seperti meditasi transendental, yoga, relaksasi otot progresif,
psikoterapi, relaksasi nafas dalam dapat mengurangi tekanan darah pada klien
hipertensi (Hartanti, Wardana, Desnanda, & Fajar, Rifqi, 2016 ; Hendarti, Erieska &
Hidayah, 2018).
2) Penatalaksanaan Farmakologi
Pemberian terapi obat bagi penderita hipertensi dengan tujuan menurunkan
risiko kerusakan organ akibat hipertensi (end organ damage) dan mencegah
terjadinya penyakit akibat hipertensi seperti infark miokard dan stroke. Pemberian
diuretik tiazid tunggal ataupun dalam kombinasi dengan obat-obatan angiotensin II
(angiotensin receptor blocker atau ACE inhibitor) atau penghambat kanal kalsium.
Beta bloker tidak dijadikan sebagai alternatif pertama penderita hipertensi karena
memiliki pengaruh terjadinya stroke.
Penderita hipertensi dengan disertai gagal jantung, gagal ginjal kronis, infark
miokard, atau stroke dimulai dengan pemberian ACE inhibitor atau angiotensin
receptor blocker. Target terapi hipertensi pada usia 18-59 tahun tanpa penyulit atau
penderita usia ≥ 60 tahun dengan diabetes militus atau gagal ginjal kronik target
kendali tekanan darah ≤ 140/90 mmHg. Sedangkan untuk penderita usia ≥ 60 tahun
tanpa diabetes militus dan gagal ginjal kronik target pengobatan adalah ≤ 150/90
mmHg berdasarkan JNC VIII. Pada hipertensi refrakter pada pengobatan
antihipertensi maka dilakukan tindakan catheter based renal denervation dengan
mengevaluasi keptuhan berobat, respon terhadap pengobatan, efek samping
pengobatan, dan efek samping obat yang dilakukan oleh klien (Huether & Mccance,
2017).

7. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi secara lama menjadikan penyakit tersebut semakin berat
dan kronis yang dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan kerusakan
pada organ seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Kerusakan pada jantung akibat
hipertensi diantaranya hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung, penyakit
jantung koroner, infark miokard, dan kematian mendadak. Hipertrofi miokard yang
terjadi akibat penyakit hipertensi terjadi melalui perantaraan oleh beberapa zat
neurohormonal, seperti katekolamin dari sintem saraf simpatis dan angiotensin II.
Hipertrofi yang terjadi menyebabkan perubahan protein miosit, apoptosis miosit,
dan penumpukan kolagen pada miokard sehingga menyebabkan penebalan, terbentuknya
jaringan parut, gangguan relaksasi miokard sehingga mengganggu diastolik jantung dan
menyebabkan gagal jantung dengan fungsi siastolik normal. Gangguan kontraktilitas
jantung, meningkatnya risiko infark miokard, gagal jantung dengan fungsi sistolik yang
menurun diakibatkan oleh adanya hipertrofi miokard karena peningkatan kebutuhan
oksigen miokard.
Komplikasi vaskular yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah akibat
hipertensi antara lain pembekuan, diseksi, dan ruptur aneurisma serta aterosklerosis.
Penyakit atau komplikasi yang muncul akibat hipertensi diantaranya sklerosis pembuluh
darah retina, eksudasi, dan perdarahan retina (komplikasi pada mata), iskemia transien,
stroke, trombosis serebral, aneurisma, perdarahan, dan dementia (komplikasi pada
sistem serebrovaskular), kerusakan parenkim ginjal, nefrosklerosis, arteriosklerosis
renalis, gagal ginjal (komplikasi pada ginjal). Mikroalbuminuria merupakan tanda awal
terjadinya gangguan pada fungsi ginjal dan meningkatkan risiko kejadian
kardiovaskular, terutama penderita hipertensi dengan DM (Huether & Mccance, 2017).
Hanum et al. (2017) menyatakan usia, jenis kelamin, dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan informasi memiliki hubungan atau berpengaruh
terhadap kejadian stoke pada penderita hipertensi pada lansia. Lansia hipertensi yang
berjenis kelamin laki-laki dan tidak mendapatkan dukungan informasi berpeluang untuk
terkena stroke sebesar 58%. Arifa, Azam, dan Handayani (2017) mengemukakan
kejadian komplikasi gagal ginjal kronik pada penderita hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya usia ≥ 45 tahun, jenis kelamin, riwayat diabetes militus,
riwayat batu ginjal, dan kadar kolesterol total.
BAB II TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. S
2. Usia KK : 55 tahun
3. Alamat KK : Buntalan lemah Ireng Klaten
4. Pekerjaan KK : Tani
5. Pendidikan KK : SMK
6. Komposisi Keluarga :
No Nama L/P Umur Hub Tk. Status Imunisasi Ket
dg Pend.
BCG DPT Polio Hept Campak Informasi
KK
123 123 123 dari
orangtua
1. Tn S L 55 th KK SMK - - - - -
dan tidak
2. Ny. S P 51 th Istri SD - - - - - ada bukti
fisik
3. Nn. H P 23 th Anak SMA √ √ √ √ √
imunisasai
4. Sdr. A L 14 th Anak SMP √ √ √ √ √

7. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Kegururan
: Kasus utama : Garis keturunan
: Meninggal
: Garis pernikahan
Penjelasan :
Ny S adalah anak ke-lima dari enam bersaudara. Orangtua Ny. S sudah meninggal
dunia dan adik laki-laki Ny S atau anak ke-enam juga sudah meninggal dunia. Pasien
menikah dengan suaminya dan memiliki tiga anak. Anak pertama pasien sudah menikah dan
tinggal di rumah yang berbeda, sedangkan pasien saat ini tinggal bersama suami dan kedua
anaknya. Ibu pasien meninggal dengan penyakit komplikasi dari hipertensi, dan saudara
perempuan pasien ada yang menderita hipertensi. Pasien menderita hipertensi sekitar 1
tahun yang lalu. Hal tersebut diketahui saat pasien merasa tidak enak badan dan
memeriksakan diri ke dokter.

8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny S termasuk tipe keluarga Inti (Nuclear Family). Ny, S tinggal
bersama suami dan anaknya satu rumah dan memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut
hukum dan agama.

9. Suku Bangsa
Keluarga Ny. S berasal dari suku Jawa dan menggunakan bahasa jawa. Jaringan
sosial keluarga Ny. S masih menganut nilai dan kaidah budaya jawa, tempat tinggal
keluarga semua masyarakat di wilayah lingkungan sekitar tempat tinggal Ny. S adalah etnis
jawa. Masyarakat di sekitar tempat tinggal keluarga Ny S bersifat homogeny, kegiatan-
kegiatan keagamaan, sosial budaya, rekreasi dan pendidikan. Bahasa yang digunakan sehari-
hari keluarga Ny S dan masyarakat di lingkungan sekitarnya menggunakan bahasa Jawa,
terkadang menggunakan bahasa Indonesia jika mengobrol dengan orang asing. Aktivitas
sehari-hari sama seperti masyarakat disekitarnya seperti makan, tidur, bekerja, berbincang-
bincang dengan keluarga ataupun tetangga.
Keluarga Ny S mengikuti setiap kegiatan yang ada di dalam masyarakat seperti
pengajian, kumpulan rutin, gotong royong, dsb. Ny S mengatakan di keluarga maupun
masyarakat sekiar tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang dapat mempengaruhi
tentang pemeliharaan kesehatan dalam keluarga maupun lingkungannya. Keluarga Ny S
mengatakan jika ada keluarga yang sedang sakit maka diperiksakan ke dokter atau
puskesmas di tempat terdekat. Anggota keluarga tidak ada masalah dalam pemanfaatan
layanan kesehatan.

10. Agama
Keluarga Ny S menganut agama Islam dan memiliki pandangan sama dalam praktek
keyakinan beragama. Keluarga menjalankan ibadah sesuai syariat agama Islam yaitu sholat
5 waktu. Ny S mengatakan setiap kegiatan yang dilakukan harus mengikuti ajaran agama
Islam dan sesuai dengan kitab suci Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW
serta norma-norma yang diajarkan dalam Islam. Ny S mengatakan keluarga mengikuti
kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat seperti pengajian rutin, pengajian
akbar, sholat berjamaah, ziarah, dll. Menurut keluarga Ny S kegiatan-kegiatan tersebut dapat
membuat hati lebih tenang dan mendekatkan diri dengan Allah SWT. Ny S mengatakan
agama sebagai landasan atau pondasi dalam kehidupan mereka. Keluarga selalu bersyukur
atas rizki yang diberikan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan lainnya.

11. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Ny. S sebagai ibu rumah tangga dan Tn. S bekerja sebagai petani, hasil pendapatan
keluarga Ny. S kira-kira dalam sebulan kurang lebih Rp. 1.500.000,-. Jumlah uang tersebut,
keluarga mengalokasikan untuk keperluan kebutuhan sembako; pembayaran listrik; kegiatan
arisan; biaya anak sekolah dan jika ada keperluan mendadak seperti untuk menjenguk
tetangga yang sakit, kondangan, dll. Kondisi keunagan ini keluarga berusaha untuk
menggunakan uang secuku-cukupnya. Keluarga selalu berusaha agar penggunaan uang yang
ada benar-benar cukup. Keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan, semenjak Tn. S
berhenti bekerja karena belum diurus untuk pemindahan bpjs dari Jakarta ke Klaten. Namun
keluarga berniat mengurus bpjs agar sewaktu-waktu dapat digunakan.

12. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Aktivitas rekreasi selama ini dilakukan dengan menonton TV, Ny. S mengerjakan
pekerjaan rumah seperti menyapu, membereskan rumah, dll. Rekreasi di luar rumah seperti
tamasya sudah jarang dilakukan karena pandemic, hanya berkunjung ke kerabat terdekat.
B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny. S sedang berada pada tahap IV keluarga yang melepaskan anak usia
dewasa muda. Anak pertama di keluarga Ny. S sudah menikah dan tinggal tidak serumah
dengan Ny. S. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yang sudah terpenuhi dalam
keluarga Ny, S adalah : a) memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, dibuktikan
dengan pernikahan anak pertamanya yang berarti memperluas keluarga Ny. S dengan
keluarga besan; b) mempertahankan keintiman pasangan dibuktikan keharmonisan keluarga
yang masih terjaga, saling support antara Ny. S dan Tn. S; c) membantu orangtua suami atau
istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, dibuktikan dengan Ny. S merawat ibu
mertuanya yang tinggal bersebelahan rumah; d) menata kembali fasilitas yang ada pada
keluarga; e) berperan sebagai suami istri; f) menciptakan lingkungan rumah yang dapat
menjadi contoh bagi anak-anaknya; g) berperan menjadi nenek dan kakek, dibuktikan
dengan ikut merawat dan menjaga cucu pertamanya.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga Ny. S yang belum terpenuhi pada saat ini adalah
upaya peningkatan kesehatan diusia tua berupa pemeliharaan diit dan aktivitas fisik.

3. Riwayat keluarga inti


Ny. S memiliki riwayat hipertensi saat melahirkan anak ketiganya pada tahun 2006
namun hanya saat itu, kemudian setelahnya saat sesekali memeriksakan diri karena sakit
demam ternyata tekanan darahnya juga tinggi, namun Ny, S menganggap bahwa hal tersebut
dikarenakan sedang demam saja. Pada tahun 2018 Ny. S memeriksakan diri ke klinik
terdekat dan tekanan darahnya juga tinggi. Ny. S mengatakan terakhir tekanan darah naik
saat ia sulit tidur, dan kelelahan. Ny. S mengatakan awal merasakan cengeng, kepala pusing,
dan tengkuk bagian belakang terasa sakit. Kemudian Ny. S periksa ke klinik terdekat dan
mendapati tekanan darahnya yang tinggi. Ny. S mengatakan akhir-akhir ini merasakan yang
sama, tengkuk bagian belakang sakit. Pengkajian nyeri Onset : 2 hari yang lalu, Paliatif :
tekanan darah tinggil; Quality ; tertusuk-tusuk, Regio : tengkuk bagian belakang, Skala : 4,
Time : hilang timbul. Ny. S mengetahui saat gejala seperti itu biasanya tekanan darahnya
naik, kemudian ke puskesmas atau apotek untuk mengecek tekanan darah.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny, S mengatakan di dalam keluargnya tidak ada yang menderita penyakit menular.
Ibu dari Ny. S meninggal karena penyakit hipertensi yang sudah menahun. Penyakit yang
diderita Ny.S didapatkan karena salah satu faktornya adalah keturunan. Keluarga Ny. S
tidak ada yang memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Runah yang ditempati Ny S adalah rumah permanen dengan status kepemilikan
mandiri keluarga Ny S. Lantai dari keramin dan ubi, serta atap dari genting. Luas seluruh
pekarangan dan rumah sebesar 75m2. Luas bangunan rumah 50m2 yang terdiri dari teras
pada bagian depan, ruang tamu dan keluarga, 4 buah kamar tidur, satu dapur, satu ruang
makan, satu kamar mandi dan toilet serta satu ruang gudang dan tempat sepeda motor.

Denah Rumah

Keterangan :
A : Teras rumah F : Ruang makan
B1,2,3,4 : Kamar tidur G : Kamar mandi
C : Ruang tamu H : Gudang
D : Ruang keluarga/TV I : Garasi
E : Dapur

Gambaran Kondisi Rumah :


Kondisi didalam rumah baik, ventilasi cukup disetiap jendela. Dibagian ruang tamu
terdapat 2 jendela yang selalu dibuka. Disetiap kamar memiliki satu jendela yang selalu
dibuka pada siang hari. Terdapat genting kaca dibagian setiap kamar dan juga ruang
keluarga, serta di dapur dan dekat kamar mandi sehingga pada siang hari memiliki
pencahayaann yang baik dari sinar matahari yang masuk melalui genting kaca tersebut. Pada
malam hari penerangan dari listrik, lantai rumah Ny. S dari keramik dari teras sampai
dengan dapur. Keadaan rumah bersih, Ny S mengatakan membersihkan rumah saat pagi dan
sore hari. Penataan ruangan dan perabotan rumah tangga rapi.
Dapur terletak di samping ruang makan, ventilasi cukup, penerangan baik dan
terdapat pintu di samping dapur yang selalu dibuka. Ny S memasak menggunakan kompor
gas, sehingga tidak menimbulkan asap. Sumber air bersih dikeluarga Ny S adalah air dari
sumur yang terletak tepat disamping rumah dekat pintu dapur, dan menggunakan pompa air
listrik. Saluran air dari kamar mandi dan wastafel dapur masing-masing memiliki septitank
sendiri. Pembuangan sampah tidak ramah lingkungsn karena kadang dibakar di kebun
samping rumah sehingga menimbulkan polusi udara dan kadang di buang di jurang yang
berada tidak jauh dari rumah Ny. S.
Terdapat 4 kamar tidur yang terpakai semua. Kedaan kamar tidur bersih rapi.
Penerangan baik, ventilasi baik, dan keluarga nyaman dengan kamar tidur masing-masing
yang menggunakan dipan. Keluarga Ny, S mengatakan rumahnya nyaman, aman dan
memadai untuk berlindung dan beristirahat. Keluarga bersyukur mempunyai rumah sendiri
dan mampu menjaga privasi keluarga serta tempat berteduh dari panas dan hujan.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Rumah Ny. S terletak di dukuh Onggonalan desa Demakijo yang merupakan wilayah
pedesaan yang padat penduduk. Tetangga sekitar rumah ramah — ramah, jarak rumah satu
dengan yang lain berdekatan, mayoritas tetangga bekerja sebagai petani dan peternak.
Hubungan keluarga dengan tetangga berjalan dengan baik dan saling support satu sama lain.
Hampir seluruh penduduk di sekitar Ny, S beragama Islam dan sering mengadakan
pengajian setiap ada peringatan hari besar bagi agama Islam. Dan menganut adat Jawa yang
kuat terbukti dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di masyarakat seperti kenduri,
yasinan, peringatan satu suro, dll. Masyarakat juga masih menganut sifat kebersamaan dan
gotong royong terbukti apabila mempunyai hajatan atau sedang mengalami kesulitan
tetangga selalu memberi bantuan tanpa di suruh mereka dengan ikhlas membantu.
Masyarakat di lingkungan sekitar ramah- ramah.
Jalan keadaan tempat tinggal juga terpelihara diaspal, belum ada sanitasi jalan, hanya ada di
beberapa titik di desa tersebut.
Untuk fasilitas ibadah, di desa tersebut terdapat beberapa masjid, disetiap RW
memiliki masjid masing-masing. Untuk fasilitas ekonomi disekitar rumah terdapat warung
kelontong dan toko — toko yang letaknya dekat dengan tempat tinggal keluarga dimana
fasilitas membeli bahan — bahan kebutuhan rumah tangga. Terdapat fasilitas pendidikan
seperti TK dan SD. Tidak terdapat sarana transportasi yang mudah dijangkau dan terdapat
fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas pembantu yang berjarak 500m dari tempat tinggal
Ny. S.

3. Mobilitas geografis keluarga


Rumah Ny S bersifat pemanen dan milik sendiri, sehingga Ny S dan keluarganya
menetap di rumah tersebut. Ny S bepergian saat ke sawah atau berbelanja kebutuhan sehari-
hari dan ketempat tetangga atau jika ada acara tertentu. Tn S juga begitu ia bekerja sebagai
tani berangkat pagi dan sewaktu dhuhur pulang. Sedangkan anaknya bepergian untuk belajar
disekolah dan bermain. Keluarga Ny. S menggunakan kendaraan sepeda motor dan sepeda
untuk bepergian.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Anggota keluarga saling berinteraksi dengan baik, apabila ada masalah kesehatan
ataupun masalah lain yang menimpa salah satu anggota keluarga dibicarakan bersama untuk
mencari jalan keluarnya. Semua anggota keluarga juga berinteraksi baik dengan masyarakat
sekitar. Keluarga aktif dalam mengikuti kegiatan di desa, misalnya pengajian/ yasinan,
arisan, gotong royong dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Keluarga Ny. S harmonis
dengan keluarga besar, saudara dan tetangga. Komunikasi dengan saudara dan tetangga
sangat baik.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Ny S berasal dari jawa sehingga bahasa yang digunakan sehari — hari
dalam keluarga adalah bahasa jawa dan kadang-kadang berbahasa indonesia. Komunikasi
dalam keluarga sehari-hari menganut kaidah jawa yaitu yang lebih muda menghormati yang
lebih tua. Komunikasi antar keluarga lancar dan bisa berlangsung satu arah (saat Ny S atau
Tn S berbicara dengan anaknya). Komunikasi dalam keluarga bisa berlangsung setiap saat
karena keluarga lebih banyak berada di rumah. Komunikasi juga berlangsung memalui
telepon yang dimiliki masing-masing anggota keluarga. Pola komunikasi yang dijalankan
sangat efektif. Keluarga Ny,S sangat menikmati kehidupan saat ini dan selalu bersyukur.

2. Struktur kekuatan keluarga


Kerukunan dan komunikasi terbuka khas suku Jawa merupakan kekuatan pada
keluarga Ny. S mereka menerima keadaan masing — masing dan bertekad menjaga
kerukunan keluarga. Keluarga membuat keputusan dalam hal apapun yaitu dengan
musyawarah bersama jadi siapa saja bisa membuat keputusan, karena keputusan yang
diambil adalah hasil yang terbaik untuk dilakukan dalam keluarga. Tetapi Tn S yang selalu
mengambil keputusan dan Ny. S menghormati keputusan dari suaminya karena sebagai
kepala keluarga. Terkadang Ny S juga mengambil keputusan namun juga meminta
pertimbangan dari Tn S.

3. Struktur peran (formal dan informal)


a. Peran Formal
Tn S berperan sebagai kepala keluarga sekaligus menjadi ayah bagi anak-
anaknya yang harus bertanggung jawab merawat, melindungi keluarga dan bertanggung
jawab terhadap keluarganya. Selain itu sebagai suami mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pemberi nafkah dikeluarganya. Tn S juga bertanggung
jawab dalam memberikan kebutuhan ekonomi keluarga. Tidak pernah ada konflik peran
dalam keluarga, selama ini keluarga Tn S sangat harmonis. Sebagai anak Tn S juga
merawat ibunya bersama denga istrinya.
Ny. S sebagai istri dari Tn S yang menghormati keputusan dari Tn S. Ny. S
selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang kadang dibantu oleh anaknya. Ny S untuk
memenuhi tanggungjawabnya sebagai ibu dengan mengurus anak-anaknya. Sebagai
anak dan menantu, Ny S juga merawat ibu mertuanya yang tinggal berdekatan. Dalam
pengambilan keputusan Ny. S selalu melibatkan seluruh anggota keluarga. Ny, S
menyayangi keluarganya dan akan memanfaatkan waktu untuk selalu dekat dengan
keluarganya.
Nn. H sebagai anak kedua, berusia 23 tahun yang saat ini sudah bekerja diluar
kota selalu berhubungan baik dengan keluarganya. Sebagai anak Nn. H selalu
menghormati kedua orangtuanya dan menghargai keputusan. Nn. H pulang saat libur
panjang, namun saat pandemic ini Nn. H tidak bisa pulang dan hanya berkomunikasi via
video call. Dalam pengambilan keputusan Nn H meminta persetujuan kedua
orangtuanya.
An. A sebagai anak ketiga dan berusia 14 tahun saat ini masih duduk di bangku
SMP, ia selalu menghormati dan menghargai kedua orangtuanya. Membantu pekerjaan
rumah dan sangat menyayangi keluarganya. Dalam pengambilan keputusan masih
diserahkan kepada kedua orangtuanya.
b. Peran Informal
Peran informal Tn. S selain menjadi kepala kelurga juga beperan aktif dalam
kegiatan masyarakat seperti pengajian, perkumpulan RT dan RW, gotong royong, dll.
Tn. S juga sesekali membantu istrinya dalam melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu.
Peran informal Ny. S selain menjadi istri dan ibu, ia juga membantu suaminya
yang bekerja di sawah. Selain itu, Ny. S juga berperan aktif dalam mengikuti kegiatan di
desa seperti arisan, pengajian, perkumpulan RT, rewang dll.
Peran informal Nn H selain menjadi anak yang harus mematuhi dan
menghormati kedua orangtuanya, ia bekerja membantu dalam memenuhi kebutuhan
keluarganya. An. A yang saat ini masih sebagai pelajar, kegiatannya belajar dan
bermain. An. A juga membantu pekerjaan rumah maupun pekerjaan di sawah
orangtuanya. An. A juga aktif dalam mengikuti kegiatan pemuda didesanya seperti
karangtaruna, sinoman dan gotong royong.

4. Nilai dan norma keluarga


Keluarga Ny S menganut nilai dan norma Jawa dan Islami dalam kehidupan sehari-
hari. Tn S adalah kepala keluarga sebagai pemimpin dan imam bagi anggota keluarga yang
lain. Keluarga selalu menerapkan menghormati kepala keluarganya. Tn S dan Ny S dengan
ikhlas menerima kondisi sakit yang diderita oleh Ny S selama ini. Keluarga memandang
sakit adalah ujian dari Allah SWT, dan mereka yakin Allah SWT akan menyembuhkan
penyakitnya. Tidak ada nilai dan norma yang bertentangan dengan kesehatan karena baik
dalam tuntunan agama maupun adat jawa. Ny S tidak mempercayai dukun atau paranormal.
Keluarga menganut norma dan adat yang ada dimasyarakat sekitar seperti takziah,
menjenguk orang sakit, kenduri, yasinan dan gotong royong.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Ny. S ingin menjadi contoh orangtua yang baik untuk anaknya. Keluarga selalu
berusaha menjaga keharmonisan dalam keluarga dengan cara memelihara dengan baik
hubungan antar keluarga. Selain itu dengan cara saling menghormati sesama anggota
keluarga dan bila ada keluarga sedang membutuhkan bantuan maka anggota keluarga yang
lain akan berusaha untuk membantu. Ny S juga selalu memberikan kasih sayang kepada
keluarganya dan selalu merawat keluarga dengan baik.
2. Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal tersebut
disebabkan Ny S serta keluarga selalu berusaha untuk mentaati aturan — aturan dalam
keluarga dan menanamkan sikap saling menghormati dan menghargai. Setiap anggota
keluarga juga selalu berusaha mematuhi dan mengikuti aturan atau norma yang ada di
masyarakat, misalnya tidak boleh menerima tamu lebih dari jam 22.00 wib, tamu yang
menginap 1x24 diharapkan melapor ke RT untuk mencegah hal- hal yang tidak baik.
Keluarga juga berusaha untuk mengikuti adat istiadat di desa seperti; menjenguk orang yang
sakit, takziah, membantu atau menghadiri acara hajatan jika di undang serta mengikuti
gotong- royong bersih desa. Tn S dan Ny S juga mendukung kemandirian anak-anaknya.
Dan mensosialisasikan kegiatan masyarakat kepada anaknya dan menghargai status anak
kepada anak-anaknya.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga beragama Islam dan selalu menjalankan ibadahnya dengan rajin dan baik.
Di dalam keluarga menerapkan nilai-nilai adat Jawa yang mana bersikap sopan santun,
menghormati yang lebih tua, tata krama dalam bicara, tolong-menolong, musyawarah dan
gotong royong dengan masyarakat. Keluarga berusaha untuk menjaga kesehatan dan
menghindari berbagai penyakit. Tetapi keluarga tidak banyak tahu tentang hal yang
berkaitan dengan kesehatan seperti kalau masalah yang sedang dialami Ny S sekarang yaitu
hipertensi. Keluarga Ny. S percaya dan berharap penyakit hipertensi yang dialami Ny. S
dapat sembuh, Ny. S dengan ikhlas menerima keadaan dirinya dan memandang dirinya sakit
adalah ujian dari Allah SWT, keluarga yakin Allah akan memberikan kesembuhan untuk
dirinya jika ada usaha untuk mencari pengobatan. Saat ini Ny S hanya mengkonsumsi obat
penurun tekanan darah saat periksa ke klinik atau puskesmas. Keluarga kurang mengetahui
tentang gejala penyakit dan keluarga belum mengetahui cara merawat keluarga yang
sakit dengan benar terutama dalalam merawat dirinya sendiri. Keluarga mengatakan
jarang ada promosi tentang kesehatan.
Keluarga mengatakan bahwa sehat apabila mampu beraktifitas sehari-hari tanpa ada
keluhan-keluhan sakit di badan. Sedangkan sakit merupakan sesuatu yang tidak
menyenangkan dan kondisi badan terganggu sehingga tidak dapat melakukan aktifitas
sehari-hari. Ny S mengatakan mempunyai sakit hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, kambuh
apabila kurang tidur dan kelelahan. Keluarga selalu bersyukur atas pemberian nikmat dari
Allah SWT terutama diberikan kesehatan, tetapi bila ada keluarga salah satu anggota
keluarga yang sakit akan menerima dengan ikhlas dan menganggap dirinya masih mampu
berakitivitas mandiri. Ny S akan berusaha merawat dan mengobati penyakitnya agar cepat
sembuh dan mengendalikan penyakit nya agar tidak kambuh.
Sehari-hari memasak makanan sendiri, membeli sayuran, tahu tempe. Cara
memasaknya menurut selera kadang digoreng, tumis, dan kadang diberi kuah. Ny S
memasak menggunakan kompor gas. Keluarga makan sehari 2-3 kali dengan porsi yang
cukup. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang gizi yang diperlukan untuk
penderita hipertensi, beliau hanya tau untuk mengurangi garam . Jadwal tidur keluarga
tidak sama atau tidak tentu. Ny S mengatakan pada siang hari sering tidur siang 1 jam. Pada
malam hari Ny. S tidur 5-6 jam sering terbangun, kadang tidurnya bisa nyenyak,
terkadang bila malam hari cuaca dingin tidurnya kurang nyenyak. Saat kurang tidur Ny. S
mengeluh sakit di tengkuk leher belakang dan rasanya seperti ditusuk-tusuk, sehingga
mengganggu aktivitas Ny. S. Sedangkan Tn S mengatakan pada siang hari tidur siang
hanya 30menit - 1 jam namun kadang tidak bisa tidur.
Tn S mengatakan aktivitas sehari-hari sebagai tulang punggung keluarga seperti
bekerja dan membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tang seperti
menyapu. Sedangkan Ny S memiliki aktivitas yang cukup banyak, yaitu mengurus rumah,
mengurus anak dan suaminya serta ibu mertua yang tinggal bersebelahan.
Keluarga jarang melakukan kegiatan berolahraga. Keluarga rekreasi itu hal yang
penting untuk menyegarkan pikiran tetapi karena keterbatasan biaya, rekreasi dilakukan
dengan sederhana yaitu menonton tv, bincang-bincang dengan keluarga, itu sudah cukup
menyenangkan. Ny S mengatakan Tn S merokok sejak muda, sehingga menimbulkan polusi
udara serta menjadi pemicu penyakit di rumahnya, karena anggota keluarga yang tidak
merokok menjadi perokok pasif. Ny S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang minum
alkohol, penggunaan obat-obat terlarang karena itu semua tidak baik untuk kesehatan dan
berbahaya. Pengetahuan keluarga Ny S mengenai penyakit hipertensi terbatas,
keluarga tidak begitu mengetahui mengenai hal — hal apa saja yang harus dilakukan
untuk merawat Ny S saat hipertensi kambuh. Apabila hipertensi Ny S kambuh hanya
beristirahat dan terkadang memeriksakan diri ke klinik atau puskesmas. Keluarga kurang
mengetahui tentang pengertian nyeri, faktor-faktor penyebab nyeri, macam-macam nyeri,
cara untuk mengontrol nyeri, obat untuk mengurangi nyeri. Apabila nyeri hanya dipijat
ringan saja.
Keluarga selalu berusaha dan untuk merawat agar cepat sembuh. Selalu mengingatkan agar
Ny S agar tidak terlalu capek dan untuk beristirahat. Ny S mandi 2 kali dalam sehari pagi
dan sore hari menggunakan sabun mandi, menggosok gigi dengan sikat dan pasta gigi,
keramas bila rambut kotor dan gatal. Sedangkan Tn S juga mandi 2 kali dalam sehari pagi
dan sore menggunakan sabun mandi, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, keramas bila
rambut kotor dan gatal. Keluarga mencuci pakaian setiap sore hari dan mencuci peralatan
makan dan minum setelah dipakai.
Rumah Ny S cukup luas dan rapi, namun banyak barang — barang atau perabot
rumah tangga yang memenuhi ruangan. Ventilasi rumah cukup dan selalu dibuka, lantai dari
keramik, penerangan baik, dapur bersih, rapi, lantai dapur juga sudah dikeramik, lantai
kamar mandi agak licin. Tidak memiliki pekarangan hanya memiliki teras dan sedikit bagian
samping rumah untuk lewat sepeda motor. Didepan teras rumah terdapat beberapa tanaman
dan bunga yang ditanam didalam pot. Keluarga memiliki kebiasaan membuang sampah
biasanya dibakar di samping rumah, ditimbun dan dibuang di jurang. Keluarga menyadari
bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat mencegah penyebaran berbagai
jenis penyakit.
Kebiasaan keluarga dalam memeriksakan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin, kalau merasa badan tidak enak, demam, pilek, batuk biasanya memeriksakan ke
puskesmas atau klinik serta untuk istirahat. Dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit
menurun seperti hipertensi, namun tidak untuk penyakit diabetes melitus, jantung, asma dan
penyakit kronis lainnya. Keluarga belum mampu memaksimalkan pelayanan kesehatan
yang ada. Keluarga tidak mempunyai jaminan kesehatan berupa bpjs.
4. Fungsi Reproduksi
Tn S saat ini berusia 55 tahun dan Ny S berusia 51 tahun. Tn P dan Ny S tidak
mempunyai riwayat penyakit atau masalah dengan organ reproduksinya. Dalam
pernikahannya, dikaruniai 3 orang anak, perempua dan laki-laki . Anak pertama menikah
dan berkeluarga sedangkan anak kedua bekerja diluar kota dan anak ketiga masih sekolah
dan bersama mereka.
5. Fungsi Ekonomi
Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga Tn S mencari nafkah dengan bekerja sebgai
tani. Serta Nn. H juga ikut membantu mencari nafkah dengan bekerja sebagai karyawan
Pendapatan keluarga kurang lebih Rp 1.500.000/bulan ditambah dengan Nn H yang
mengirim untuk kebutuhan sehari-hari orangtuanya. Sebagian besar uang keluarga
digunakan untuk membiayai keperluan sekolah anak ketiganya, memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan atau kebutuhan pokok, kadang disisakan untuk keperluan yang
mendadak. Status sosial ekonomi keluarga Bp. M termasuk dalam ekonomi menengah
kebawah.
F. STRATEGI DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka panjnag dan jangka pendek
a. Jangka Pendek
Ny. S saat ini merasakan stressor yang berat karena pada masa pandemic ini
anaknya yang sekolah memerlukan biaya untuk membeli kuota dan belajar dirumah
yang harus diperhatikan olehnya. Keluarga juga mengatakan adanya pandemic COVID-
19 ini merasa cemas dan was-was karena sudah mengalami penyabaran yang luas, angka
positif semakin meningkat bahkan di Kecamatan Karangnongko sudah zona merah.
b. Jangka Panjang
Keluarga Ny. S selalu berdoa semoga penyakit hipertensi yang dimiliki Ny.S
tidak menurun kepada anaknya. Ny. S cukup hanyak dia saja yang mengalami penyakit
seperti ini, keluarga ini khawatir kalau penyakit Ny. S ini akan menurun pada anaknya
seperti ia yang mendapat keturunan penyakit hipertensi dari ibunya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga Ny. S memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor yaitu
dukungan sosial keluarga yang kuat. Keluarga yang besar ada, bantuan selalu tersedia dan
dimanfaatkan oleh keluarga. Tempat tinggal yang memadai dengan sarana yang sudah bisa
dijangkau oleh keluarga dan pola kominikasi yang baik dalam keluarga.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman dan berpusat pada
Ny. S untuk menangani masalah kesehatan keluarga. Keluarga juga menggunakan sistem
dukungan sosialnya yaitu keluarga besar dalam membantu mereka pada saat membutuhkan
pertolongan. Bila ada masalah dalam keluarga maka teknik pemecahan masalah yang
digunakan keluarga adalah dengan bermusyawarah antara Tn S dengan Ny S serta Nn H dan
An.L. Jika ada salah satu anggota keluarga yang membutuhkan bantuan atau dalam
kesulitan, maka anggota keluarga yang lain akan membantu semaksimal mungkin sampai
kesulitan yang dihadapi anggota keluarga dapat berkurang atau bahkan teratasi.
Keluarga tidak pernah menyalahkan siapapun yang berkaitan dengan penyakit yang
diderita, keluarga merasakan bahwa sakit yang diderita Ny S adalah cobaan dari Allah SWT.
Keluarga selalu memberikan semangat dan motivasi kepada Ny S agar tidak mudah putus
asa dan menyerah menghadapi penyakitnya, begitu juga sebaliknya.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Ny. S sadar telah melakukan adaptasi disfugsional yaitu apabila anaknya atau
anggota keluarga sedang sakit segera berobat ke puskesmas atau klinik. Kemudian apabila
ada salah satu anggota keluarga yang salah maka anggota keluarga yang lain akan menegur
atau mengingatkan. Keluarga mengingatkan dengan kata kata yang halus tanpa melukai
anggota keluarga yang melakukan kesalahan sehingga tidak ada dendam atau perasaan tidak
suka dalam diri setiap anggota keluarga dan keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan,
perlakuan kejam terhadap suami/istri/anak, mengkambing hitamkan orang lain, menberikan
ancaman-ancaman dalam menyelesaikan masalah.

G. HARAPAN KELUARGA
Keluarga sangat mengharapkan agar masalah kesehatan keluarga yang dihadapi dapat
berkurang atau bahkan dapat hilang atau teratasi dan keluarga juga berharap adanya bantuan
dari petugas kesehatan untuk mengurangi masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga serta
dapat mengubah kebiasaan keluarga yang kurang sehat menjadi pola hidup yang sehat.
H. PEMERIKSAAN FISIK
No Nama Umur TTV Kepala dan Leher Dada Abdomen Ekstrimitas dan
Genetalia
1 Tn S 55 thn TD : Kepala : Bentuk kepala Paru : Inspeksi : simetris, tidak Atas :
120/80 mesocepal, rambut hitam sedikit Inspeksi : bentuk dada ada jejas, tidak ada masa, Lengkap, tidak ada
mmHg beruban, bersih, tidak ada luka simetris, ekspansi paru tidak ada asites, warna kelainan jari, ada
RR : Mata : simetris, konjungtiva simetris kanan dan kiri, kulit sama dengan yang edema, kemerahan
18 tak anemis, sklera tak tidak ada retraksi otot lain, pusat tepat ditengah bagian tangan kiri.
x/mnt ikterik,pupil isokor, fungsi dinding dada. Auskultasi : peristaltik Bawah :
S: penglihatan normal, tidak Palpasi :ekspansi paru usus 10 x/menit. Lengkap, tidak ada
36,5 ˚C penggunakan alat bantu simetris kanan dan kiri, Perkusi : suara thympani kelainan, tidak ada
N: penglihatan. vokal fremitus teraba Palpasi : tidak ada nyeri edema, tidak varises.
80 Telinga : simetris, bersih, tidak sama kanan dan kiri, R : tekan, tidak ada Kekuatan otot
x/mnt ada nyeri tekan, fungsi 18x/menit. pembesaran organ 5 5
TB : pendengaran telinga baik, Perkusi : suara sonor 5 5
163 cm serumen tidak ada. Auskulatasi :suara nafas Genitalia : tidak
BB Hidung : bersih, tidak ada vasikuler. terkaji ,tidak ada
: 55 kg pernafasan cuping hidung, tidak Jantung: kelainan,tidak ada
IMT : ada polip, fungsi penciuman Inpeksi : tidak tampak gannguan organ
20,75 baik. ictus cordis reproduksi
(N) Mulut : bersih, mukosa bibir Palpasi : ictus cordis
lembab, tidak ada stomatitis teraba di intercosta IV
Leher : sub clavicula sinistra,
Tidak ada pembesaran kelenjar Perkusi :terdengar
thyroid, JVP tidak meningkat, redup.
tidak ada nyeri telan. Auskultasi : S1 dan S2
reguler
2. Ny S 51 thn TD : Kepala : Bentuk kepala Paru : Inpeksi : simetris, tidak Atas :
140/90 mesosepal, rambut hitam sedikit Inspeksi :bentuk dada ada jejas, tidak ada masa, Lengkap, tidak ada
mmHg beruban merata lurus, bersih, simetris, ekspansi paru tidak ada asites, warna kelainan jari, tidak
RR : tidak ada lesi simetris kanan dan kiri, kulit sama dengan yang ada edema.
18 Mata : simetris, konjungtiva pernafasan teratur, tidak lain, pusat tepat ditengah. Bawah :
x/mnt tak anemis, sklera tak ikterik, ada retraksi otot dinding Auskultasi :peristaltik Lengkap, kaki sedikit
S: fungsi penglihatan normal, tidak dada,tidak ada lesi. usus 12 x/menit. sulit digerakkan.
36,0 ˚C menggunakan alat bantu Palpasi :ekspansi paru Perkusi : suara thympani Kekuatan otot
N: penglihatan. simetris kanan dan kiri, Palpasi : tidak ada nyeri 5 5
82 Telinga : simetris, bersih, fungsi vokal fremitus teraba tekan, tidak ada 5 5
x/mnt pendengaran telinga baik, sama kanan dan kiri, R : pembesaran organ Genitalia : tidak
TB : serumen tidak ada. 18x/menit. terkaji, tidak ada
155 cm Hidung : bentuk hidung Perkusi : suara paru kelaina, tidak ada
BB simetris, tidak ada kotoran, tidak sonor. gangguan organ
: 60 kg ada pernafasan cuping, tidak ada Auskultasi : suara nafas reproduksi
IMT : polip. vesikuler.
25 Mulut : mukosa bibir lembab, Jantung:
tidak bau nafas, tidak ada Inpeksi: tidak tampak
peradangan pada mulut, tidak ictus cordis
ada stomatitis. Perkusi : ictus cordis
I. ANALISA DATA
No Symptom Problem

1. DS :
 Ny. S mengatakan pertama kali mengetahui Ketidakefektifan
dirinya hipertensi saat melahirkan anak ketiganya manajemen kesehatan
(14 tahun yang lalu), dan kambuh saat sedang keluarga
sakit demam
 Ny. S mengatakan saat kurang tidur dan kelelahan
ia merasakan nyeri tengkuk yang ia isyaratkan
tekanan darahnya naik.
DO :
 Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi : 82 x/menit,
RR : 18 x.menit, S: 36 C
 Keluarga menunjukkan ekpresi belum mengetahui
tentang cara perawatan penderita hipertensi.
TKK :
 Keluarga mengetahui tentang hipertensi, namun
tidak mengetahui penyebab serta komplikasi yang
diakibatkan hipertensi
 Keluarga sudah mengetahui diet untuk penderita
hipertensi adalah dengan mengurangi garam dan
minyak, namun belum mengurangi garam disaat
masak.
 Ny. S mengatakan jarang mengkonsumsi obat
yang ia dapatkan saat memeriksakan ke
puskesmas atau dokter.
 Ny. S juga mengkonsumsi sayuran yang dipercaya
keluarga untuk mengurangi tekanan darah seperti
timun, daun papaya. Ny. S mengatakan jarang
melakukan olahraga karena merasa sudah banyak
aktivitas rumah tangga yang harus ia kerjakan.
 Keluarga mengatakan jarang ada promosi
kesehatan, dan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan hanya saat merasa sakitnya sudah lebih
dari 3 hari.

2. DS :
 Ny. S mengatakan akhir-akhir ini merasakan sakit Nyeri akut
ditengkuk leher belakang.
 Ny. S mengatakan sulit tidur beberapa hari, pada
saat malam hari sering terbangun namun Ny. S
tidak mengetahui penyebabnya.
 Pengkajian nyeri Onset : 2 hari yang lalu,
Paliatif : tekanan darah tinggi; Quality ;
tertusuk-tusuk, Regio : tengkuk bagian
belakang, Skala : 4, Time : hilang timbul. Ny.
S mengetahui saat gejala seperti itu biasanya
tekanan darahnya naik, kemudian ke
puskesmas atau apotek untuk mengecek
tekanan darah.
DO :

 Ny. S nampak memegangi tengkuk leher bagian


belakang
 Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi : 82 x/menit,
RR : 18 x.menit, S: 36 C
TKK :

 Ny. S mengatakan tidak tahu cara perawatan


hipertensi dan bagaimana cara untuk bisa tidur
dengan nyenyak.
 Ny S mengatakan akan memikirkan hal yang
membuatnya stress dan mengurangi makanan
yang asin serta berminyak.
 Ny. S mengatakan belum mengetahui cara
merawat saat nyeri tengkuk leher kambuh.
 Ny. S mengatakan akan mencoba menjaga pola
tidunya agar terpenuhi kuantitas tidur yang cukup.
 Ny. S mengatakan bila nyerinya tidak hilang lebih
dari 3 hari akan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
2. Nyeri akut

K. SKORING
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga

No Kriteria Bobot Skoring Pembenaran


1 Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Ny S menderita hipertensi sejak
actual melahirkan anak ketiganya atau 14 tahun
yang lalu, keluarga hanya menyarankan
untuk beristirahat apabila tekanan
darahnya tinggi, Ny S juga kadang masih
makan makanan yang asin.
2 Kemungkinan 1 1/2 x 2 = 1 Teknologi kesehatan yang sudah
masalah dapat berkembang, kemampuan keluarga untuk
diubah : merubah pola diet makanan hipertensi,
sebagian dan fasilitas kesehatan yang mudah
dijangkau. Keluarga mengetahui tentang
hipertensi namun tidak mengetahui
penyebab serta komplikasi yang
diakibatkan hipertensi.
3 Potensial 2 2/3 x 1 =2/3 Masalah ini sudah lama terjadi dan
masalah untuk keluarga sudah berupaya merawat dan
dicegah : cukup mengobati anggota keluarga yang sakit
dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada. Ny. S mengkonsumsi
sayuran yang dipercaya menurunkan
tekanan darah.
4 Menonjolnya 1 2/2x1 = 1 Keluarga merasa masalah harus segera
masalah : ditangani agar tekanan darah tidak
segera semakin tiinggi dan tidak menimbulkan
komplikasi.
Jumlah 3 2/3

2. Nyeri Akut
No Kriteria Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi dan perlu tindakan
actual keperawatan.
Masalah dirasakan karena peningkatan
tekanan darah yang ditandai dengan TD :
140/90 mmHg tetapi keluarga tidak
mengetahui cara mengurangi nyeri yang
dirasakan.
Pengkajian nyeri Onset : 2 hari yang lalu,
Paliatif : tekanan darah tinggi; Quality ;
tertusuk-tusuk, Regio : tengkuk bagian
belakang, Skala : 4, Time : hilang timbul
2 Kemungkinan 1 2/2 x 1 = 1 Teknologi kesehatan yang berkembang
masalah untuk pesat, sumber daya dan dana yang ada
di ubah : dapat dicegah dan diobati, ada kemauan
mudah untuk kontrol teratur.
3 Potensi 2 2/3 x 1 = 2/3 Masalah ini sudah lama terjadi dan
masalah untuk keluarga sudah berupaya merawat dan
dicegah: cukup mengobati anggota keluarga yang sakit dan
sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
4 Menonjolnya 1 1/2 x 1 = 1/2 Keluarga mengetahui bahwa Ny S
masalah : mempunyai masala kesehatan dampak dari
ada masalah hipertensi maka segera mengatasi masalah
tidak segera tersebut
ditangani
Jumlah 3 1/6

L. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN SKORING


1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga pada keluarga Ny S (skor 3 2/3)
2. Nyeri kronis pada Ny S (skor 3 1/6)
M. NURSING CARE PLANNING
Diagnosa Tujuan Nursing Interventions Classification
No Nursing Outcome Classification ( NOC )
(NIC)
1. Domain 1. Promosi Setelah dilakukan Tugas 1. Keluarga mampu mengenal Tugas 1. Keluarga mampu mengenal
Keseshatan asuhan keperawatan masalah masalah
Kelas 2. Manajemen selama 2 minggu Level 1 Domain IV Health Knowledge & Level 1 Domain 3 : Behavioral
Kesehatan masalah Behavior Level 2 Kelas S : Patient Education
Kode Diagnosis ketidakefektifan Hasil: Level 3 Intervensi :
00080 manajemen kesehatan Level 2 Kelas S :Health Knowledge 5602 Teaching : Disease Process
Ketidakefektifan keluarga dapat diatasi Hasil yang menggambarkan pemahaman 5614 Teaching : Prescribed Diet
manajemen keluarga dalam pemanfaatan informasi
kesehatan keluarga untuk meningkatkan, mempertahankan,
dan perbaikan kesehatan.
Level 3
Hasil :
1802 Knowledge : Pengaturan Diit
1837: Knowledge : Hypertention
Management

Tugas 2. Keluarga mampu memutuskan Tugas 2. Keluarga mampu memutuskan


Level 1 Domain IV Health Knowledge & Level 1 Domain 3 : Behavioral
Behavior Level 2 Kelas R : Coping Assistance
Level 2 Kelas Q Health Behavior Level 3 Intervensi:
Level 3 5250 : Decision Making Support
Hasil
1621 : Adherence Behavior : Healthy Diet
1606 : Participation in Health Care
Decision
Tugas 3. Keluarga merawat anggota Tugas 3. Keluarga merawat anggota
keluarga keluarga
Level 1 Domain IV Health Knowledge & Level 1 Domain 1 Physiological : Basic
Behavior Level 2. Kelas D: Nutrition Support
Level 2 Kelas Q Health Behavior Level 3. Intervensi :
Level 3 1100 : Nutrition Management
Hasil
1621 : Aderence Behavior : Healthy Diet Domain 5 Family
1633 : Exercise Participation Kelas X: Lifespan Care
7040 : Caregiver Support
Domain 6 Family Health 7130 : Family Process Maintanance
Kelas W : Family Caregiver Performance 7140 : Family Support
Hasil
2205 : Caregiver Performance : Direct
Care

Tugas 4. Keluarga mampu memodifikasi Tugas 4. Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan lingkungan
Level 1 Level 1 Domain 4 Safety
Domain IV Health Knowledge & Behavior Level 2 Kelas V Risk Management
Level 2 Kelas T Risk Control and Safety Level 3 Intervensi :
Level 3 Hasil : Domain 6 Health System
1910 : Safe Home Environment Kelas Y Health System Mediation
6485 : Environmental Management : Home
Preparation
Tugas 5. Keluarga mampu memanfaatkan Tugas 5. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan.
Level 1 Domain IV Health Knowledge & Level 1 Domain 6:Health System
Behavior Level 2 Kelas Y Health System Mediation
Level 2 Kelas Q Health Behavior 7400 : Health System Guidance
Level 3 Hasil 7560 : Visitation Facilitation
1806 : Knowledge : Health Resource Kelas B Information Management
Kelas Q Health Behavior 7910 : Consultation
1603 : Health Seeking Behavior 8086 : Prescribing : Non-Parmalogic
Domain 6 Family Health Treatment
Kelas X Family Well-Being
Hasil
2605 : Family Participation in Professional
Care
2. Domain 12. Setelah dilakukan Tugas 1. Keluarga mampu mnegenal Tugas 1. Keluarga mampu mengenal
Kenyamanan asuhan keperawatan masalah kesehatan masalah
Kelas 1 : selama 2 minggu Level 1 Domain IV : Health Knwoledge & Level 1 Domain III : Behavioral
Kenyamanan Fisik masalah nyeri akut dapat Behavior Level 2 Classes S : Patient Education
Kode Diagnosis diatasi Level 2 Kelas S : Health Knowledge Level 3 Intervensi :
00133 Nyeri Akut Level 3 Hasil : 5602 : Teaching : Disease Procces
1831 : Pain Management 5618 : Teaching : Treatment
1843 : Knowledge : Pain Management
1814 : Treatment Procedures
Tugas 2. Keluarga mampu memutuskan Tugas 2. Keluarga mampu memutuskan
Level 1 Domain IV : Health Knowledge & Level 1 Domain III : Behavioral
Behavior Level 2 Classes R : Coping Assistence
Level 2 Kelas Q : Health Behavior Level 3 Intervensi :
1606 : Particiption in Health Care Decision 5250 : Decision Making Support
Level 3 Hasil : 5310 : Hope Inspiration
1700 : Health Beliefs

Tugas 3. Keluarga mampu merawat Tugas 3. Keluarga mampu merawat anggota


anggota keluarga keluarga
Level 1 Domain IV : Health Knowledge & Level 1 Domain I : Physiological:Basic
Behavior Level 2 Classes E : Physical Comfort
Level 2 Kelas Q : Health Behavior Promotion
Level 3 Hasil : Level 3 Intervensi :
1605 : Pain Control 1380 : Heat application
1400 : Pain Management
Level 1 Domain II : Behavioral
Level 2 Classes T : Phychological Comfort
Promotion
Level 3 6040 : Relaxation Therapy
Tugas 4. Keluarga mampu memodifikasi Tugas 4. Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan lingkungan
Level 1 Domain V : Perceived Health Level 1 Domain IV : Safety
Level 2 Kelas U : Health & Life Quality Level 2 Classes V : Risk Management
Level 3 Hasil : Level 3 Intervensi
2009 : Comfort Status : Environment 6486 : Environmental Management : Safety
Tugas 5. Keluarga mampu memanfaatkan Tugas 5. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas fasilitas kesehatan
Level 1 Domain IV : Health Knowledge & Level 1 Domain VI : Health System
Behavior Level 2 Classes Y : Health System
Level 2 Kelas Q : Health Behavior Mediation
Level 3 Hasil : Level 3 7560 : Visitaion Fasilitation
1603 : Health Seeking Behavior Level 1 Domain VI : Health System
Level 2 Classes b : Information
Management
Level 3
7910 :Cosultation
8086 : Prescribing : Non-Pharmalogic
Treatment
N. IMPLEMENTASI
Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Respon TTD
Keperawatan

Senin, 21  Membina hubungan S: Fia Nur


September saling percaya
Ny S. mengatakan bersedia dilakukan pengkajian.
2020  Menjelaskan maksud dan
Ny S mengatakan menderita hipertensi saat
tujuan kunjungan
melahirkan anak bungsunya (14 tahun yang lalu) dan
 Mengukur tanda-tanda vital
kambuh saat merasakan badannya sakit demam.
 Melakukan kontrak waktu
Keluarga hanya menyarankan untuk beristirahat
selanjutnya.
apabila tekanan darah nya tinggi, keluarga
mengatakan Ny S jika memasak masih suka asin-
asin.
O:
Ny S kooperatif
TD : 140/90 mmHg, RR : 18 x/mnt S : 36,0 ˚C N : 82
x/mnt TB : 155 cm BB : 60 kg IMT : 25

Rabu, 23 Ketidakefektifan  Mengkaji S: Fia Nur


September manajemen pengetahuan keluarga
Ny. S dan keluarga mengatakan belum mengerti
2020 kesehatan keluarga tentang hipertensi,
tentang pengertian hipertensi, penyebab, dan tanda
penyebab, tanda dan gejala
gejala hipertensi
 Memberikan
penjelasan tentang penyakit Ny. S dan keluarga mengatakan menjadi tahu
hipertensi, penyebab, dan pengertian hipertensi, penyebab dan tanda gejala
tanda gejala
O:
 Mengukur tekanan darah
Ny. S dan keluarga kooperatif, mampu
menyebutkan pengertian, penyebab, dan tanda
gejala
TD : 140/90 mmHg

Nyeri Akut  Mengkaji penyebab nyeri S: Fia Nur


yang dirasakan
Ny S mengatakan ia merasa nyeri tengkuk ketika
 Memberikan
susah tidur dan tekanan darahnya naik.
penjelasan mengapa nyeri
muncul Ny. S menjadi tahu penyebab nyeri muncul
O:
Ny. S tampak kooperatif dan dapat memahami yang
telah dijelaskan

Sabtu, 26 Ketidakefektifa  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


September n manajemen yang sudah diajarkan
Keluarga Ny S memutuskan untuk memeriksakan
2020 kesehatan  Mengkaji hal apa yang akan
Ny. S. apabila sakit dan akan dilakukan secara
keluarga dilakukan setelah
teratur.
mengetahui tentang
penyakitnya O:
 Mendiskusikan dengan
Keluarga dan Ny. S tampak memperhatikan,
keluarga tentang keputusan
kooperatif, mampu mejelaskan hal yang
yang telah dibuat
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya, mampu
memutuskan ketika terjadi masalah kesehatan

Nyeri Akut  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


yang sudah diajarkan
Ny. S dan keluarga mengatakan jika nyeri
 Mengkaji tindakan apa
yang dilakukan keluarga muncul biasanya digunakan untuk beristirahat
ketika nyeri dirasakan
O:
 Mendiskusikan
kegiatan yang dapat Ny. S dan keluarga tampak memperhatikan ketika
mengurangi nyeri seperti, diberikan penjelasan, kooperatif
teknik nafas dalam,
kompres air hangat,
menghindari posisi secara
mendadak, pola makan, dan
pengobatan rutin

Selasa, 29 Ketidakefektifa  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


September n manajemen y ang sudah diajarkan
Ny. S mengatakan keluarga akan membatasi
2020 kesehatan  Mengkaji pengetahuan
makanan asin apabila tekanan darahnya tinggi.
keluarga tentang
keluarga Keluarga Ny, S paham bagaimana merawat
cara merawat anggota
anggota
keluarga yang sakit
 Mendiskusikan dengan keluarga yang sakit
keluarga tentang
O:
merawat anggota keluarga
yang sakit Keluarga dan Ny. S kooperatif dan memperhatikan

Nyeri Akut  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


yang sudah diajarkan
Ny S. mengatakan senang diajarkan cara
 Mendemonstrasikan
mengurangi nyeri dengan tarik nafas dalam dan
cara mengurangi nyeri
Ny. S akan melakukannya ketika merasa nyeri
dengan tarik nafas dalam
O:
Ny S dan keluarga kooperatif, mempraktikkan
cara mengurangi nyeri dengan tarik nafas dalam

Jum’at, 02 Ketidakefektifan  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


Oktober manajemen yang sudah diajarkan
Keluarga Ny S mengatakan akan membatasi
2020 kesehatan keluarga  Mendiskusikan
makanan yang asin pada saat memasak dan
dengan keluarga tentang
mengerti makanan apa saja yang boleh dan dihindari
merawat anggota keluarga
pada pasien hipertensi
yang sakit tentang diet
rendah garam O:
Keluarga dan Ny. S kooperatif, tampak
memperhatikan dan paham serta mampu
menyebutkan ulang

Nyeri Akut  Mendemosntrasikan S: Fia Nur


cara mengurangi nyeri
Keluarga Ny. S mengatakan ia menjadi tahu
dengan kompres air hangat
bagaimana mengurangi nyeri pada tengkuk saat
tekanan darah naik, dan akan melakukannya
apabila nyeri muncul
O:
Keluarga dan Ny. S tampak memperhatikan dan
paham

Rabu, 05 Ketidakefektifan  Mengevaluasi kegiatan S: Fia Nur


Oktober manajemen yang sudah diajarkan
Keluarga Ny. S mengatakan menjadi paham dan
2020 kesehatan  Mendiskusikan
lebih tau buah apa yang cocok dikonsumsi untuk
keluarga dengan keluarga tentang
merawat anggota keluarga
yang sakit dengan memilih menurunkan tekanan darah
buah untuk menurunkan
O:
tekanan darah
Keluarga dan Ny. S Mampu menyebutkan,
memperhatikan ketika diberikan penjelasan

Nyeri Akut  Mendemontrasikan S: Fia Nur


cara mengurangi nyeri Keluarga Ny S mengatakan akan memeriksakan ke
dengan pengobatan rutin pelayanan kesehatan untuk mengontrol nyeri yang
dirasakan
O:
Keluarga Ny. S kooperatif dan memahami yang sudah
dijelaskan untuk melakukan pengobatan terhadap
Ny.S secara rutin
O. EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan TTD

1. Senin, 21 S:
September 2020  Ny. S mengatakan bersedia
untuk dilakukan pengkajian
 Ny. S mengatakan menderita
penyakit darah tinggi sejak
melahirkan anak bungsunya
(14 tahun yang lalu) dan
kadang kambuh saat demam.
O: Fia Nur
 Ny S tampak kooperatif
A:
 Ketidakefektifan manajemen
kesehatan keluarga
 Nyeri akut
 P : Lanjutkan intervensi
 Kenalkan masalah kepada
keluarga tentang hipertensi
dan kontrol nyeri
2. Rabu, 23 Ketidakefektifan S: Fia Nur
September 2020 manajemen kesehatan
 Ny. S dan keluarga
keluarga
mengatakan belum mengerti
tentang pengertian hipertensi,
penyebab, dan tanda gejala
Nyeri Akut
hipertensi
 Ny. S dan keluarga
mengatakan menjadi tahu
pengertian hipertensi,
penyebab dan tanda gejala
 Ny. S mengatakan ia merasa
nyeri ketika tekanan darahnya
naik karena susah tidur, pasien
menjadi tahu penyebab nyeri
muncul
O:
 Ny S dan keluarga kooperatif,
mampu menyebutkan
pengertian, penyebab, dan
tanda gejala
 TD : 140/90 mmHg
A:
 Masalah ketidakefektidan
manajemen kesehatan
keluarga teratasi sebagian.
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
 Ajarkan keluarga dalam
pengambilan keputusan
ketika mengalami hipertensi
3. Sabtu, 26 Ketidakefektifan S:
September 2020 manajemen kesehatan
 Keluarga Ny. S memutuskan
keluarga
untuk memeriksakan Ny S
apabila sakit dari pada
membeli obat di warung
Nyeri Akut
 Ny. S dan keluarga
mengatakan jika nyeri muncul
biasanya digunakan untuk
beristirahat dan minum obat
yang dibeli di warung
O:
 Keluarga dan Ny. S tampak
memperhatikan, kooperatif,
mampu mejelaskan hal yang
dijelaskan pada pertemuan
Fia Nur
sebelumnya, mampu
memutuskan ketika terjadi
masalah kesehatan
 TD: 130/90 mmHg
A:
 Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga
teratasi sebagian
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Kaji pengetahuan keluarga
bagaimana merawat anggota
keluarga yang sakit
 Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
4. Selasa, 29 Ketidakefektifan S: Fia Nur
September 2020 manajemen kesehatan
 Ny. S mengatakan keluarga
keluarga
akan mengotrol pola makan
terutama makanan yang asin.
 Keluarga Ny. S paham
bagaimana merawat anggota
Nyeri Akut keluarga yang sakit
 Ny. S mengatakan senang
diajarkan cara mengurangi
nyeri dengan tarik nafas dalam
dan Ny. S akan melakukannya
ketika merasa nyeri
O:
 Keluarga dan Ny. S kooperatif,
memperhatikan, mampu
mempraktikkan cara
mengurangi nyeri dengan tarik
nafas dalam
 TD: 130/90 mmHg
A:
 Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga
teratasi sebagian
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
 Diskusikan dengan keluarga
tentang diet rendah garam dan
kontrol nyeri dengan kompres
hangat
5. Jum’at, 02 Ketidakefektifan S: Fia Nur
Oktober 2020 manajemen kesehatan
 Keluarga Ny. S mengatakan
keluarga
akan membatasi makanan yang
asin pada saat memasak dan
membeli makanan di luar
Nyeri Akut
 keluarga Ny. S mengatakan
ia menjadi tahu bagaimana
mengurangi nyeri saat
tekanan darah naik, dan
akan melakukannya apabila
nyeri muncul
O:
 Keluarga kooperatif, tampak
memperhatikan dan paham
A:
 Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga
teratasi
 Masalah gangguan rasa
nyaman teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Diskusikan dengan keluarga
dalam memilih buah yang
tepat untuk menurunkan
tekanan darah
 Anjurkan periksa teratur
6. Sabtu, 05 Ketidakefektifan S:
Oktober 2020 manajemen kesehatan
 Keluarga Ny. S mengatakan
keluarga
menjadi paham dan lebih tau
buah apa yang cocok
dikonsumsi untuk mengontrol
Nyeri Akut
tekanan darah
 Keluarga mengatakan akan
memeriksakan ke
pelayanan kesehatan untuk
mengontrol nyeri yang
dirasakan
O:
 Keluarga dan Ny. Skooperatif, Fia Nur
mampu menyebutkan,
memperhatikan ketika
diberikan penjelasan
 TD: 130/90 mmHg
A:
 Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga
teratasi
 Masalah ganggua rasa nyaman
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Anjurkan periksa rutin ke
pelayanan kesehatan terdekat
DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, P. N., Rottie, J., & Lolong, J. (2016). Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. Ejournal Keperawatan Vol 4
No 1, 1-6. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/108574-ID-hubungan-
konsumsi-makanan-dengan-kejadian.pdf
Agustina, S., Sari, S. M., & Savita, R. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi
Pada Lansia di Atas Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, 180-186. Retrieved from
http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/70/57/
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2 Alih Bahasa. Singapore: Elsevier.
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore: Elsevier.
Herdman, T. H. (2015). NANDA International Inc. Nursing Diagnosis Keperawatan: Defiisi &
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Huether, S. E., & McCance, K. L. (2017). Buku Ajar Patofisiologi (6th ed.). (D. W. Soetmadji,
R. Ratnawati, & H. Sujuti, Eds.) Singapore: Elsevier.
Hurst, M. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Larasiska, A., & Priyantari, W. (2017). Menurunkan Tekanan Darah dengan Cara Mudah Pada
Lansia. Indonesian Journal of Nursing Practices Vol 1 No 2, 55-63. doi:10.18196/ijnp.1261
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (M.
T. Iskandar, Ed., B. Angelina, E. K. Yudha, P. E. Karyuni, & N. B. Subekti, Trans.)
Jakarta: EGC.
Mamahit, M. L., Mulyadi, & Onibala, F. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Garam
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-Journal
Keperawatan Vol 5 No 1, 1-4. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/105373-ID-hubungan-pengetahuan-tentang-diet-
garam.pdf
Manikome , S., Rompas, S., & Masi, G. N. (2016). Gambaran Konsumsi Makanan Laut Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dagho Kecamatan Tamako. E-journal Keperawatan
Vol 4 No 1, 1-7. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/106575-ID-
gambaran-konsumsi-makanan-laut-penderita.pdf
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcome Classification
(NOC), 5th Indonesian edition. Singapore: Elsevier.
Mudi, R. T. (2017). Pengaruh Parutan Kunyit Pada Penurunan Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan
Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan Vol 15, 84-90. Retrieved from
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/medisains/article/download/1645/1395
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga dilengkapi Aplikasi Askep Keluarga Terapi Herbal
dan Terapi Modalitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Puspitasari, I. D., Hannan, M., & Chindy, D. L. (2017). Pengaruh Jalan Pagi Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi Di Desa Kalianget Timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep. Jurnal Ners Lentera Vol 5, 1-8. Retrieved from
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/1566/1455
Rahayu, R. (2014). Gymnastic Effect On Life Quality Of The Elderly With Hypertension. J Majority
Vol 3 No 7, 121-127. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/488/489
Rodiatun, F. I. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn S Khususnya Ny W
Dengan Masalah Utama Hipertensi Di Dukuh Pamdean Desa Glodogan Wilayah Kerja
Puskesmas Klaten Selatan. Klaten: Karya Tulis Ilmiah
Seke, P. A., Bidjuni, H. J., & Lolong, J. (2016). Hubungan Kejadian Stress Dengan Penyakit
Hipertensi Pada Lansia di Balai Penyantunan Lanjut Lansia Senjah Cerah Kecamatan
Mapanget Kota Manado. E-journal Keperawatan, 1. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12880/12470
Situmorang, P. R. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Vol 1 No 1, 67-72. Retrieved from
http://www.kampusimelda.ac.id/images/download/penelitian/JIKep1.1-feb-11.pdf
Sukarmin, Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2013). Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Melalui Brisk Walking Exercise. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 16 No 1, 33-39.
Retrieved from http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/17/17
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan MEdikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai