Anda di halaman 1dari 14

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGELOLAAN BENDA ASING, RJP, DAN TEKNIK MENJAHIT LUKA

Disusun Oleh :
NESHA MAHARANI
P1337420419075
3A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BENDA ASING

 Pengertian

Benda asing di adalah benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di dan dapat
menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan ini

bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing
yang bersifat asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder

 Tujuan

Sebagai acuan tata laksana benda asing

 Prosedur

Keluhan

Pasien datang dengan keluhan adanya benda yang masuk ke dalam.Gejala yang ditimbulkan
berupa nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia.

Faktor Risiko

Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: pekerja gerinda,
pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Visus biasanya normal.


2. Ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi.
3. Ditemukan benda asing pada konjungtiva tarsal superior dan/atau inferiordan/atau
konjungtiva bulbi.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan.

Penegakan Diagnostik ( Assessment)

Diagnosis Klinis

- Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis banding

- Konjungtivitis akut

Komplikasi

1. Ulkus korne
2. Keratitis

Terjadi bila benda asing pada konjungtiva tarsal menggesek permukaan kornea dan
menimbulkan infeksi sekunder.Reaksi inflamasi berat dapat terjadi jika benda asing merupakan
zat kimia.

Penatalaksanaan Komprehensif ( Plan)

Penatalaksanaan

1. Non-medikamentosa:

Pengangkatan benda asing

Berikut adalah cara yang dapat dilakukan:

a. Berikan tetes mata Tetrakain 0,5% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.

b. Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.

c. Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G.

d. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.

e. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
2. Medikamentosa

Antibiotik topikal (salep atau tetes mata), misalnya Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap 2 jam
selama 2 hari

Konseling dan Edukasi

1. Memberitahu pasien agar tidak menggosok matanya agar tidak memperberat lesi.
2. Menggunakan alat/kacamata pelindung pada saat bekerja atau berkendara.
3. Menganjurkan pasien untuk kontrol bila keluhan bertambah berat setelah dilakukan
tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau disertai dengan penurunan visus.

Kriteria Rujukan

1. Bila terjadi penurunanvisus

2. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan, misal: karena keterbatasan fasilitas

Peralatan

1. Lup
2. Lidi kapas
3. Jarum suntik 23G
4. Tetes mata Tetrakain HCl 0,5%
5. Povidon Iodin

Prognosis

1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
STANDAROPERASIONAL PROSEDUR (SOP) RESUSITASI JANTUNG PARU

PENGERTIAN.

1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti
nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut
jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai dengan tak terasanya
hembusan nafas dari kedua lubang hidung.

TUJUAN

Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bisa diselamatkan dan tidak
memberikan gejala sisa.

KEBIJAKAN

1. Periksa respon:
a) Petugas IGD RS NAMARS segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada
respon atau tidak.
b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan kecuali bila benar-
benar diperlukan.
2. Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:
Bila terjadi di luar RS :
a. panggil bantuan,
b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
c. lokasi korban,
d. nomor telpon yang digunakan,
e. apa yang terjadi,
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g.kondisi korban, dan informasi lainnya.
3. AIRWAY (Jalan nafas):
Bila korban tak memberikan respon:
a) petugas IGD RS NAMARS harus menentukan apakah korban tersebut bernafas secara
adekuat.
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
c) Posisi korban :
i) Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras dan datar.
ii) Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan sehingga kepala, bahu
dan badan bergerak serentak hingga tak ada yang terputar. Kepala dan leher harus
berada pada satu bidang, lengan berada di samping badan.
d) Posisi petugas/penolong:
Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan melakukan bantuan
nafas dan kompresi dada.
e) Buka jalan nafas:
i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head tilt-chin lift” untuk
membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti trauma kepala atau leher.
ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw- thrust”.
iii)Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera keluarkan dari dalam mulut
dengan jari tangan yang memakai sarung tangan. Benda yang keras dapat
dikeluarkan dengan jari telunjuk, sementara tangan yang lain tetap mempertahankan
lidah dan rahang.
4. Manuver ”head tilt-chin lift”:
a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga kepala
menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di bawah tulang
rahang bawah dekat dagu. Angkat rahang dan dagu ke depan.
b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggunakan ibu jari untuk
mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan pernafasan spontan dan
memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut.Bila gigi korban goyah atau ada gigi
palsu, maka gigi tsb harus lepaskan.
5. Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban, letakkan siku penolong
pada bidang dimana korban berbaring. Raih sudut rahang bawah korban dan angkat dengan
ke dua tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan atau buka dengan ibu jari ke dua
tangan.
6. BREATHING (Pernafasan):
a) Periksa ada tidaknya nafas:
i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil tetap membuka
jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
ii) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.
b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
i) Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada cedera tulang
belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga jalan nafas terbuka.
ii) Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2 kali. Bila tak dapat
dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha
ventilasi.
iii) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada mengembang, tenaga terlatih
harus melakukan manuver untuk mengatasi sumbatan jalan karena benda asing
(Heimlich manuver atau abdominal thrust/back thrust).
iv) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang diberikan.
v) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.
7. CIRCULATION (Sirkulasi)
a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
i) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan normal, k atau
gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan nafas yang diberikan.
Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik.
ii) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan posisi kepala
(head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2 atau 3 jari tangan yang
lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara trakhea
dan otot.
iii) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan arterinya. Bila
denyut arteri karotis tak teraba lakukan kompresi dada.
b) Kompresi dada:
a. Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
b. Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
c. Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah sternum, dan taruh
tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan yang pertama, sehingga tangan
dalam keadaan paralel. Pastikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu
sternum.
d. Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu sama lain
tetapi jangan menekan dada.
e. Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara meletakkan
pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla mammae.
Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada korban.
(2) Tekan di tengah sternum.
(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar darah masuk
ke dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel di sternum.
(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke posisi semula
diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan
nafas, masing- masing 1 detik.Bila sudah dilakukan intubasi kompresi dada
dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.
8. REASSESSMENT:
a. Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP dengan
dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak, periksa
pernafasan.
b. Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan sirkulasi.
c. Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-12 kali/menit
dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d. Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio 30
kompresi 2 ventilasi.
e. Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan spontan tiap menit.
f. Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
g. Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda sirkulasi,
pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi mantap; dengan cara:
i) Satu lutut difleksikan.
ii) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan yang lain
difleksikan didepan dada.
iii) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang fleksi.
iv) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada diletakkan mengganjal
rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGHENTIKAN PERDARAHAN
DENGAN MENJAHIT LUKA

PENGERTIAN
Suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan baik pada kasus bedah maupun non bedah.

TUJUAN
Mencegah terjadinya syok

PROSEDUR
Persiapan Alat :
Alat yang dipersiapkan sesuai dengan teknik yang akan dilaksanaka dilaksanakan untuk n untuk
kasus bedah :
1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
2. Balut tekan
3. Kain kasa steril
4. Sarung tangan
5. Tourniquet
6. Plester
7. Set untuk menjahit luka
8. Obat desinfektan
9. Spuit 20-50 cc
10. Waskom berisi air/NaCl 0,9 % dingin
11. Jelly
LANGKAH – LANGKAH

Pelaksanaa Pelaksanaan tindakan tindakan


1. Memakai Memakai masker, sarung masker, sarung tangan, scort tangan, scort
2. Perawat I
a) Menekan pembuluh darah proximal dari luka, yang dekat dengan permukaan kulit dengan
menggunakan  jari tangan.  
b) Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka
3. Perawat II
a) Mengatur posisi pasien
b) Memakai sarung tangan kecil
c) Meletakkan kain kasa steril di atas luka, kemudian ditekan dengan ujung-ujung jari
d) Meletakkkan lagi kain kasa steril di atas kain kasa yang pertama, kemudian tekan dengan
ujung jari bila  perdarah  perdarah masih berlangsung berlangsung. Tindakan ini dapat
dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa yang ada.
4. Menekan balutan
a) Meletakka Meletakkan kain kasa steril n kain kasa steril di atas luka di atas luka  
b) Memasang verband balut tekan, kemudian letakkan  benda kera  benda keras (verband atau
kayu balut) di atas luka
c) Membalut luka dengan menggunakan verband balut
tekan.
5. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat dan trumatik amputasi
a) Menutup luka ujung tungkai yang putus (amputasi) dengan menggunakan kain kasa steril  
b) Memasang tourniquet lebih kurang 10 cm sebelah  proximal luka, k  proximal luka,
kemudian ikatlah dengan kuat.
c) Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 Tourniquet harus dilonggarkan setiap 15 menit
sekal menit sekali secara periodik
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquete :
a) Pemasangan tourniquet ngan tourniquet merupaka merupakan tindakan terakhir tindakan
terakhir  jika tindakan lainnya tidak  jika tindakan lainnya tidak berhasil. Hanya d berhasil.
Hanya dilakukan ilakukan  pada keada  pada keadaan amputasi a an amputasi atau sebagai
“ tau sebagai “live saving” live saving”  
b) Selama melakukan tindakan, perhatikan :Kondisi  pasien  pasien dan tanda-tanda tanda-
tanda vital Ekspresi Ekspresi wajah Perkembangan pasien
SOP / PROTAP
PENATALAKSANAAN HEACTING

Pengertian
Heacting adalah penjahitan luka terbuka

Tujuan
Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka tertutup oleh jahitan unutk
menghindari infeksi lanjutan
Kebijakan
1. Perawat yang sudah terlatih dalam melakukan heacting
2. Semua pasien dengan vulknus laceratum dan luka kurang dari 6 jam

Prosedur
Persiapan alat :
1. Hanscoen
2. Duk bolong steril
3. Kasa steril
4. Lidokain steril
5. Supratul
6. Spuit 3 cc
7. Betadine solution
8. Alcohol 70 %
9. Benang silk untuk kulit
10. Benang catgut untuk pembuluh darah
11. Bak instrumen steril berisi :
a. Pinset chirugis
b. Pinset anatomi
c. Mosquito (klem arteri kecil)
d. Naldvoulder
e. Jarum kulit
f. Gunting
g. Cairan Na Cl

PENATALAKSANAAN :
1. Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan menjelasakan kepasien atau
keluarga pasien (informed concern)
2. Perawat memakaia handscoen
3. Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan cairan NaCl. Apabila
kotor siram dengan H2O2
4. Olesi daerah luka dengan betadine
5. Olesi dengan kapas alcohol, lalu suntikan lidokain injeksi ± 2 cc disekitar pingiran luka
tunggu ± 5 menit
6. Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada pembuluh darah yang terpotong
diklem diikiat dengan benang catgut
7. Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada kotoran ambil dengan pinset anatomi
8. Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder, lalu jahit bibir luka dengan rapi, setelah
luka ditutup olesi dengan betadine. Kemudian beri supratul,lalu tutup dengan kasa steril
dan verband.
9. Bersihkan daerah bekas luka
10. duk bolong dibuka
11. konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas didaerah luka

Anda mungkin juga menyukai