Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Safanah Aulya Nugroho

202114126

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2022/2023
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah,
efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya,
sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga
harga diri dikaitkan dengan humbakngan interperonal yang mbakruk dan
beresiko terjadinya depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan
harga diri (Wandono, 2017).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan
berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya(Pardede, Ariyo &
Purba, 2020).
B. Diagnosa Medik
Harga Diri Rendah
C. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendahyaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya
dan akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu yang
bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik sering merevidasikan
individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan bermbakat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat,& Yulia 2020), mungkin
ditimmbaklkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam
perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan
mengubah arti trauma tersembakt dan kopingnya adalah represi
dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien
untuk mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhumbakngan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
Rendah merupakan masalah bagi banyak orang
danmengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat, &
Wardani, 2013).
D. Rentang Respon
Rentang Respon Harga Diri Rendah (Muhith, 2015)

Keterangang :
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang poCf serta bersifat membangun
(konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri poCf :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara poCf
dan realistis.
e. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhumbakngan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang laindan tumbakhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya.
E. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat,
2018), yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat
f. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang
pesimis
g. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas
h. Menolak berhumbakngan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap dan penolakan
terhadap kemampuan sendiri
i. Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari
F. Pohon Masalah
Menurut (Yosep, 2014, p. 264) pohon masalah pasien harga diri rendah
yaitu :
Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Care Problem

Koping Tidak Efektif Causa


G. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah Kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social
H. Intervensi Keperawatan
Isolasi sosial berhumbakngan denga harga diri rendah kronik
Harga diri rendah berhumbakngan dengan koping individu tidak efektif
a. Tujuan Umum
Klien dapat berhumbakngan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan Khusus
1) TUK 1 :Klien dapat membenina humbakngan saling percaya
Kreteria hasil :
a. Ekspresi wajah klien bersahabat
b. Menunjukan rasa tenang dan ada kontak mata
c. Mau berjabat tangan dan mau menyembaktkan nama
d. Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan
dengan perawat
e. Mau mengutamakan masalah yang dihadapi
Bina humbakngan saling percaya dengan mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik :
a) Sapa klien dengan rama dan baik secara verbal dan non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dengan nama panggilan
yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kembaktuhan
dasar klien
Rasional :
Humbakngan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran humbakngan interaksi selanjutnya.
(Kartika, 2015:54)
2) TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
poCf yang dimiliki
Kreteria evaluasi :
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek poCf yang
dimiliki klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek poCf keluarga
c) Aspek poCf lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek poCf yang dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien menilai realitas,
control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif
Rasional :
Reinforcement poCf akan meningkatkan harga diri klien
c) Usahakan memberikan pujian yang realistik
Rasional :
Pujian yang reaslistik tidak menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya ingin mendapatkan pujian.
(Kartika, 2015:54 - 55)
3) TUK III : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kreteria evaluasi :
Klien menilai kreteria yaang dapat digunakan
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
dilakukan dalam sakit.
Rasional :
Ketermbakkaan dan pengertian tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.
Rasional :
Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki
klien memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
(Kartika, 2015:55)
4) TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan
kemampuan yang dimilik.
Kreteria Evaluasi :
Klien memmbakat rencana kegiatan harian
Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktivitasyang dapat dilakukan
setiap hari sesuai denagan kemampuan : kegiatan mandiri,
kegiatan dengan bantuan sebagaian kegiatan yang
memmbaktuhkan bantuan total.
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap diri
sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Rasional :
Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakuak klien.
Rasioanal :
Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien
untuk melaksanakan kegiatan.
5) TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh
dilakuakan
Kreteria Evaluasi :
Klien melakuka kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Intervensi :
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncakan.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat
meningkatkan motivasi dan haarga diri klien
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemngkinan pelaksanaan di rumah
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
(Kartika, 2015:56-57)
6) TUK VI : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada di keluarga.
Krteria evaluasi:
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga
Intervensi :
a. Beri pendiidkan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
di rumah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
Rasional :
Support sytem keluarga akan sangat mempengaruhi dalam
mempercepat proses penyemmbakhan klien
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
Rasional :
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di
rumah. (Kartika, 2015:57)
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).Jakarta: EGC,
1-10.

Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2018).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC,
1-10.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi : Penerbit


Andi

Pardede, J. A., Ariyo, A., & Purba, J. M. (2020). Self Efficacy Related to Family
Stress in Schizophrenia Patients. Jurnal Keperawatan,12(4), 831-838.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i4.1010

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Pengaruh Acceptance And
Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan Dan Kepatuhan
Pasien Skizofrenia. Tesis. FIK UI.

Wandono, W. A., & Arum Pratiwi, S. (2017). Upaya Peningkatan Harga Diri
Rendah Pada Pasien Depresi (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Http://Eprints.Ums.Ac.Id/Id/Eprint/52383
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada
kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhumbakngan dengan harga
diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina humbakngan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek poCf yang
dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya Safanah mahasiswa
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta yang sedang praktek stase
Keperawatan Jiwa Komunitas”,
“Mbak bisa panggil saya suster safanah”. ”Nama
mbak siapa?”. “........”
“Mbak lebih senang dipanggil siapa?”“o o o mbak”. “Saat ini ada
yang mengganggu
pikiran mbak bisa bilang ke saya, siapa tahu saya bisa bantu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak saat ini? ......... o o o begitu”
“Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan saat ini”
c. Kontrak
1) Topik
“ Maukah mbak c bercakap-cakap dengan kemampuan yang
dimiliki serta hobi yang sering dilakukan dirumah”
2) Tempat
“Mbak C lebih suka bercakap-cakap dimana?, o o o ditaman,
baiklah”
3) Waktu
“kita mau becakap-cakap berapa lama?, Bagaimana kalau 10
menit saja”
2. Fase Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering mbak C lakukan dirumah?”.........
“memasak, mencuci pakaian, bagus itu mbak”. “Terus kegiatan apalagi
yang mbak lakukan?”. “kalau tidak salah mbak juga senang menyulam
ya?”, wah bagus sekali!
“Bagaimana kalau mbak menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain
yang dimiliki?” kemudian apa lagi.
“Bagaimana dengan keluarga mbak, apakah mereka menyenangi apa
yang mbak lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek
hasil kerja mbak?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mbak selama kita bercakap-cakap?”,
“Senang terimakasih”
b. Evaluasi Obyektif
“Tolong mbak ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang
sering mbak lakukan? ........ Bagus”, “terus bagaimana
tanggapan keluarga mbak terhadap kemampuan dan kegiatan yang
mbak lakukan?”.
c. Rencana Tindak Lanjut
“baiklah Mbak C, nanti mbak ingat ingat ya, kemampuan mbak
yang lain dan belum sempat mbak ceritakan kepada saya?”, “besok
bisa kita bicara lagi”.
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan
/kemampuan yang dapat mbak lakukan di rumah”
2) Tempat
“Tempatnya mau dimana Mbak? ”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap-cakap?”. “Bagaimana kalau
15 menit”
“Setuju!”
“Sampai bertemu lagi besok ya, Mbak C”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan
dan aspek positf yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbak C”, “Masih ingat saya?” “................ Bagus!”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Mbak sekarang?” “................ O ............. ya
bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum mbak
ceritakan kemarin”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah mbak masih ingat apa yang akan kita bicarakan
sekarang?”. “ya............bagus”
2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap-
cakap di taman benar kan?”
3) Waktu
“Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin
mbak C ingin bercakap-cakap lebih lama lagi?”
2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering mbak C lakukan dirumah?”.........
“memasak, mencuci pakaian, bagus itu mbak”. “Terus kegiatan apalagi
yang mbak lakukan?”. “kalau tidak salah mbak juga senang menyulam
ya?”, wah bagus sekali!
“Bagaimana kalau mbak menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain
yang dimiliki?” kemudian apa lagi.
“Bagaimana dengan keluarga mbak, apakah mereka menyenangi apa
yang mbak lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek
hasil kerja mbak?”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak C setelah berhasil memmbakat
jadwal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dmbakat
tadi!”.
“Bagus”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Mbak mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah mbak
mbakat tadi!”
“.........nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-
sama dengan teman-teman yang lain ya!”. “Bagaimana kalau nanti
siang?”
d. Kontrak
1) Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat dilakukan di
rumah”. “Bagaimana menurut mbak?”. “Setuju”
2) Tempat
“Mbak ingin bercakap-cakap dimana besok?”, “......... oooo di
taman, baiklah.”
3) Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap 10 menit?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yan dapat
dilakukan di rumah sakit
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhumbakngan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
kemampuan di rumah
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi,mbak sedang apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Mbak sekarang?”
“Apakah mbak C sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dinuat kemarin?”. “Bagus mbak sudah dapat
membantu membersihkan lingkungan”
“Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah
diberi tanda semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya mbak!”
c. Kontrak
1) Topik
“Nah bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah?”.
2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap-
cakap di taman benar kan?”
3) Waktu
Mau berapa lama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”
2. Kerja
“Kemarin mbak telah memmbakat jadwal kegiatan di rumah sakit,
sekarang kita mbakat jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan
bolpointnya, jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan,
Bagaimana kalau kita mulai? ”
“Mbak mulai dari jam 05.00 WIB?...... ya, tidak apa-apa, bangun
tidur...... terus ya sholat subuh, terus masak (samapi jam 20.00 WIB),
bagus tapi jangan lupa minum obatnya, ya Mbak!”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah dapat memmbakat jadwal
kegiatan di rumah”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang
dapat dilakukan di rumah”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Kegiatan yang sudah dilatih jangan lupa dilakukan ya mbak”
d. Kontrak
1) Topik
“Nah, bagaimana besok kita bercaka-cakap tentang perlunya
dukungan keluarga terhadap kesembuhan Mbak C”
2) Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju!, atau
mungkin mbak ingin di tempat lain?”
3) Waktu
“Kita mau bercakap-cakap berapa lama, bagaimana kalau 10
menit?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan
yang dapat dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhumbakngan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Mbak!”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Mbak hari ini, baik baik saja?”. “Syukurlah”
“Masih inmbak simpan jadwal kegiatan yang telah dmbakat
kemarin?”
c. Kontrak
1) Topik
“Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang sistem pendukung
yang dapat membantu mbak di rumah?”
2) Tempat
“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras ya?”
3) Waktu
“Kita bercakap-cakap berapa lama?”. “10 menit saja ya boleh!”
2. Kerja
“Apakah mbak tahu artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan
saya jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat
membantu di rumah dalam mencapai kesemmbakhan nantinya,
misalnya: dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima,
kegiatan bersama, dan tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis”
“Mbak di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa lagi?” “Apakah
mereka sayang dan memperhatikan kesehatan mbak?”
“Siapa selama ini yang mengingatkan mbak minum obat dan
mengantarkan control/periksa ke dokter?”. “wah bagus! Terus selama
ini yang mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan unutk
mbak siapa?”
“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan mbak?”
“Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan mbak C?”. “Oooo
pengajian..... Bagus itu, kalau kelompok mbak-mbak arisan ada tidak
mbak, oo begitu!”. “selama ini mbak C sudah berobat kemana saja,
apakah ada rumah sakit yang paling dekat dengan rumah mbak?”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang sistem
pendukung yang mbak miliki?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sembaktkan kembali sistem pendukung yang
mbak miliki dirumah, satu persatu ya!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah pulang harus mendengarkan nasihat keluarga
ya Mbak! Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi
rumah sakit!”
d. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat
obatan yang mbak minum setiap hari”
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana mbak?”, “di warung
makan, o.... bisa!”
3) Waktu
“Mau berapa lama mbak?”, “15 menit, boleh sampai ketemu
lagi mbak!”

Anda mungkin juga menyukai