Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN NEGARA DAN INDIVIDU PADA KASUS

KEKERASAN SEKSUAL REYNHARD SINAGA

Kelompok 7 :

1. Nur Nabila 180200048


2. Paisal Martua Tanjung 180200071
3. Tassya 180200442
4. Ferdian 190200362
5. Imam Setia Halawa 200200219
6. Kevin Aurelio Tarigan 200200237
7. M. Afif Muzakki 200200542

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2022
ABSTRAK

Pada awal tahun 2020, telah terjadi sebuah kasus pemerkosaan terbesar di Inggris
yang dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia. Diketahui, WNI bernama
Reynhard Sinaga terbukti bersalah atas 159 dakwaan dalam sidang yang diadakan
pada tanggal 30 Januari 2020 sehingga terdakwa mendapat hukuman 30 tahun
penjara. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraa menyatakan, pihaknya
memberikan pendampingan sejak kasus tersebut diproses oleh otoritas di Inggris pada
2017. Sehubungan dengan kasus tersebut di atas, paper ini dibuat dan bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan Negara dan Individu pada kasus Reynhard Sinaga melalui
metode penyusunan IRAC (issue, regulation, analysis, and conclusion). Penyajian
data deskriptif yang berasal dari data sekunder. Data yang dianalisis yang berasal dari
pemberitaan media, jurnal ilmiah, dan buku yang berkaitan dengan tema paper ini.
Reynhard diadili dalam empat sidang tertutup yang semuanya menjatuhkan vonis
bersalah. Dalam kasus ini, Inggris membuktikan kesetiaannya dalam menegakkan
prinsip peradilan yang jujur (fair trial), penegakan hukum (rule of law), dan
perlindungan privasi. Indonesia sebagai negara hukum perlu banyak belajar dan
mengubah sistem peradilan pidananya yang bobrok, terutama dalam penanganan
perkara kesusilaan. Hingga saat ini, belum ada aturan komprehensif mengenai
penanganan kasus kesusilaan. Salah satu aturan yang tersedia adalah aturan
persidangan tertutup dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
dan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Kata kunci : Kekerasan seksual, Pemerkosaan, Negara dan individu.


ABSTRACT
At the beginning of 2020, there was the biggest rape case in the UK by an Indonesian
citizen. It is known that Indonesian citizen Reynhard Sinaga was found guilty of 159
charges in a trial held on January 30, 2020 so that the defendant was sentenced to 30
years in prison. The Director of Protection of Indonesian Citizens and Indonesian
Legal Entities at the Ministry of Foreign Affairs (Kemenlu), Judha Nugraha stated
that his party has provided assistance since the case was processed by the British
authorities in 2017. and Individuals in the case of Reynhard Sinaga through the IRAC
(issue, regulation, analysis, and conclusion) preparation method. Presentation of
descriptive data derived from secondary data. The analyzed data comes from media
reports, scientific journals, and books related to the theme of this paper. Reynhard
was tried in four closed-door trials, all of which were found guilty. In this case, the
UK proved its loyalty in upholding the principles of a fair trial, the rule of law and the
protection of privacy. Indonesia as a state of law needs to learn a lot and change its
dilapidated criminal justice system, especially in handling decency cases. Until now,
there are no comprehensive rules regarding the handling of decency cases. One of the
available rules is the closed trial rule in the Criminal Procedure Code (KUHAP) and
the Child Protection Act.
Keywords: Sexual violence, Rape, State and individual.
DAFTAR ISI

ABSTRAK

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang

1. Negara dan Individu

2. Kasus Reynhard Sinaga

B. IRAC (Issues, Rules, Analysis, Conclusions)

C. Analisis Kasus

1. Kronologi Kasus

2. Barang Bukti

3. Hubungan Negara dan Individu pada Kasus Reynhard Sinaga

4. Kemampuan Hukum Indonesia Jika Menangani Kasus Reynhard


Sinaga

D. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
1. Negara dan Individu

Negara merupakan subjek hukum internasional yang paling utama, sebab


Negara dapat mengadakan hubungan-hubungan internasional dalam segala bidang
kehidupan masyarakat internasional, baik dengan sesama Negara maupun dengan
subjek-subjek hukum internasional lainnya.1 Maka dari itu, Negara lah yang paling
banyak dan paling luas dapat dimiliki, memegang, atau pun mendukung hak-hak dan
memikul kewajiban-kewajiban berdasarkan hukum internasional jika dibandingkan
dengan subjek-subjek hukum internasional yang lain. Sedangkan subjek-subjek
hukum internasional lainnya, kekuasaan atau kewenangannya baik mengadakan
hubungan-hubungan internasional maupun memiliki hak dan memikul kewajiban
berdasarkan hukum internasional lebih terbatas jika dibandingkan dengan Negara,
yakni terbatas pada apa yang menjadi kegiatan maupun maksud dan tujuannya.
Kedudukan tersebut menjadikan Negara sebagai subjek hukum internasional yang
memainkan peranan yang sangat dominan dalam hubungan-hubungan hukum
internasional dan memiliki kedaulatan.2

Pertanggungjawaban Negara merupakan salah satu prinsip hukum yang


mendasari hukum internasional. Konsep pertanggung jawaban negara yang diakui
dalam hukum internasional, terdiri atas 2 (dua), yakni prinsip pertanggungjawaban
obyektif dan prinsip pertanggungjawaban subyektif. Prinsip pertanggungjawaban
obyektif atau disebut juga teori “resiko”, menyatakan bahwapertanggungjawaban
hukum negara bersifat mutlak.3 Artinnya, ketika suatu perbuatan melawan hukum
terjadi, menimbulkan kerugian dan dilakukanoleh alat negara, menurut hukum
internasional, negara harus bertanggung jawab kepada pihak (negara) lain yang
dirugikan, dengan mengabaikan apakah tindakan tersebut dilandasi oleh itikad baik
atau itikad buruk.4 Sebaliknya, prinsip pertanggung jawaban subyektif atau disebut
juga teori “kesalahan” menegaskan bahwa harus ada unsurkesengajaan (dolus) atau
kelalaian (culpa) di pihak persona terkait sebelum negarnya dapat diputus
bertanggung jawab secara hukum atas kerugian yang ditimbulkan.5

5
Keberlakuan prinsip pertanggungjawaban yang berlaku bagi individu sebagai subyek
hukum sama halnya dengan negara yang juga adalah subyek hukum, dimana setiap
pelangggaran dan pengabaian akan kewajiban meminta pertanggungjawaban. Prinsip
pertanggungjawaban pidana seorang individu atas kejahatan serius (serious violation)
merupakan hukum kebiasaan internasional yang sudah ada sejak lama dan telah
diakui melalui Lieber Code dan Oxford Manual, dan sejak itu dicantumkan lagi dalam
banyak perjanjian internasional.6

2. Kasus Raynhard Sinaga

Reynhard Sinaga, mahasiswa Indonesia yang terjerat kasus pemerkosaan


terbesar dalam sejarah Inggris. Reynhard melakukan kejahatan ini mulai dari Januari
2015 hingga Juni 2017, tetapi polisi yakin kalau dia telah melakukan pelanggaran
bertahun-tahun sebelumnya. Reynhard Sinaga membius dan menyerang korban-
korbannya, kemudian merekamnya. Polisi mengatakan, mereka memiliki bukti dan
Reynhard Sinaga menargetkan setidaknya 190 korban. Crown Prosecution Service
(CPS) mengatakan Reynhard Sinaga adalah pemerkosa paling produktif dalam sejarah
hukum Inggris. Hakim memutuskan hukuman seumur hidupnya harus mencakup
minimal 30 tahun penjara. Manchester Evening News melaporkan, saat ini Reynhard
menjalani hukuman penjara 40 tahun karena serangkaian pemerkosaan dan pelecehan
seksualnya. Pelajar asal Indonesia itu dihukum karena 159 kejahatan terhadap 48 pria
antara Januari 2015 dan Mei 2017. Namun, para detektif yakin jumlah total korban
bisa mencapai 206 dan mengatakan kalau pelanggarannya berlangsung lebih dari satu
dekade.

Kejadian ini terungkap berawal saat seorang pria menelepon Kepolisian


Manchester dan melaporkan penyerangan pada 2 Juni 2017 pagi. Sepuluh menit
kemudian, polisi pun mendatangi apartemen Reynhard Sinaga dan menyaksikan anak
itu pingsan dan terkapar, bahkan kepalanya mengalami luka parah. Akhirnya, pria
yang melaporkan kejadian itu pun ditahan atas dugaan melakukan penyerangan
terhadap Reynhard Sinaga. Reynhard pun dibawa ke rumah sakit dan telepon
selulernya ditahan oleh polisi. Setelah sadar, Reynhard meminta telepon selulernya.
Akhirnya, semuanya pun terbongkar dan polisi mengetahui kalau Reynhard
melakukan pemerkosaan terhadap pria yang memukulnya. Awalnya, menurut polisi,
korban yang pertama diketahui ini sedang keluar untuk minum-minum bersama
6
temannya, namun ia tersesat dan bertemu dengan Reynhard. Akhirnya, ia pun ditawari
minum, namun pada saat Reynhard berupaya memperkosanya, korban terbangun. Saat
terbangun, korban berada dalam posisi tengkurap dan Reynhard sedang menindihnya
dalam keadaan tanpa busana. Ia pun melawan, kemudian mengambil telepon dan
berusaha kabur, tetapi Reynhard masih berusaha menyerangnya, saat itulah korban
berbalik menyerang dan memukul pria kelahiran Jambi itu. Setelah Reynhard
terkapar, ia pun menelepon polisi7. Menurut perkiraan polisi, Reynhard kembali
menyerang korban karena teleponnya diambil korban untuk menelepon polisi. Di
dalam telepon itu berisi semua rekaman tindak pemerkosaan itu. Atas bukti itu, polisi
pun menangkap Reynhard dengan dakwaan perkosaan pada 3 Juni 2017.

B. IREC (Issue, Rules, Analysis, Conclusion)

Issue Hubungan Negara dan Individu pada Kasus Kekerasan Seksual


Reynhard Sinaga

7
BBC, Reyhnard Sinaga: Hukuman diperberat, 'paling berat di luar kasus pembunuhan', korban
bertambah menjadi total 206 orang, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-55264385 11 Desember
2020.
Pertanyaan;

1. Bagaimana hubungan Negara dan Individu pada kasus


Reynhard Sinaga?

2. Jika Reynhard tertangkap di Indonesia, mampukah hukum kita


berlaku sama seperti hukum yang berlaku di Inggris?

Rules 1. Pasal 19(b) Undang-Undang (UU) No. 37 Tahun 1999 tentang


Hubungan Luar Negeri.
“memberikan pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukum
bagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negeri,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta
hukum dan kebiasaan internasional”

2. Konvensi Wina 1963


Pasal 36 (2) Konvensi Wina 1963 tentang hubungan konsuler
menyatakan bahwa
“if he so requests, the competent authorities of the receiving
State shall, without delay, inform theconsular post of the sending
State if, within its consular district, a national of that State is
arrested orcommitted to prison or to custody pending trial or is
detained in any other manner. Any communication addressed to
the consular post by the person arrested, in prison, custody or
detention shall be forwarded by the said authorities without
delay. The said authorities shall inform the person concerned
without delay of his rights under this subparagraph”

3. Constitusioanl United Kingdom


Sexual Offences Act 2003
Rape
(1)A person (A) commits an offence if—
(a)he intentionally penetrates the vagina, anus or mouth of
another person (B) with his penis,
(b)B does not consent to the penetration, and
A does not reasonably believe that B consents.
(2)Whether a belief is reasonable is to be determined having
regard to all the circumstances, including any steps A has taken
to ascertain whether B consents.
(3)Sections 75 and 76 apply to an offence under this section.
(4)A person guilty of an offence under this section is liable, on
conviction on indictment, to imprisonment for life.

Analysis

Conclusion

C. Analisis Kasus

1. Kronologi Kasus

a) Pada tahun 2006, Raynhard Sinaga lulus S1 dengan gelar arsitektur di


Universitas Indonesia, dan setahun setelah kelulusan S1-nya ia berangkat
ke Inggris untuk menmpuh pendidikan S2 dan S3. Di tahun 2009,
Reynhard menyelesaikan S2 Urban Planning di Manchester. Dua tahun
kemudian dia menyelesaikan S2 Sociology di Manchester, dan setahun
setelahnya Reynhard melanjutkan studi S3 Human Geography di
University of Leeds. Pada tahun 2016, Reynhard mengajukan proposal
disertasinya dengan judul “Sexuality and Everyday Transnationalism In
South Asian Gay and Bisexual Men in Manchester”, namun judul
tersebut ditolak dan tidak kunjung direvisi.

b) Pada tahun 2015 hingga pertengahan tahun 2017, Reynhard mulai


melakukan aksi kejamnya kepada korban yang rata-rata merupakan
mahasiswa heteroseksual yang umumnya berusia sekitar 21 tahun.
Selama dua setengah tahun ia mengumpulkan korban-korbannya hingga
mencapai angka 190 orang.

c) Selama kuliah, Reynhard sempat beberapa kali dijodohkan dengan


wanita-wanita pilihan orang tuanya, karena mereka ingin agar Reynhard
segera menikah dan memiliki keluarga sendiri. Namun, pihak keluarga
Reynhard sama sekali tidak ada yang mengetahui tentang orientasi
seksualnya yang tertarik kepada laki-laki. Sehingga, tidak ada yang
mengetahui bahwa Reynhard melakukan tindakan keji itu.

d) Korban dari Reynhard rata-rata berusia 17 sampai 36 tahun, rata-rata


berusia 21 tahun dan ia melakukan aksinya dari pukul 7 malam sampai
pukul 1 dini hari. Targetnya merupakan orang-orang yang sudah
terlampau mabuk, kemudian dengan dalih menawarkan bantuan,
Reynhard membawa korban untuk tinggal di apartmentnya.

e) Di apartment, Reynhard memberikan minuman yang sebelumnya sudah


diberi obat bius berupa GHB atau (Gamma Hydroxybutyrate) yang juga
dikenal sebagai obat yang digunakan untuk mencelakakan seseorang
ketika mereka sedang “berkencan” dan membuat mereka tak sadarkan
diri dan bisa melakukan tindakan yang tidak senonoh.

f) Para korban yang sudah meminumnya, dalam kurun waktu 5 sampai 10


menit tidak akan sadarkan diri dan reaksi obat ini akan berlangsung
selama 90 menit hingga 7 jam lamanya. Bahkan yang lebih parahnya
lagi obat ini dapat menyebabkan kematian pada korban jika diberikan
secara berlebihan.

g) Aksi bejat tersebut akhirnya berakhir ketika ia sedang melakukan


aksinya pada 2 Juni 2017 dan korban yang saat itu adalah seorang
pemain rugby yang berusia 18 tahun.

h) Dengan aksi dan perlakuan yang sama seperti korban-korban lainnya,


namun pada kejadian 2 Juni 2017 tersebut dengan tiba-tiba korbannya
tersadar dalam posisi telungkup dan melihat diri korban dan Reynhard
yang tanpa busana, pada akhirnya membuat korban berdiri dan melawan,
serta sesegera mungkin menelepon polisi.

i) Sempat terjadi perkelahian pada hari itu dan Reynhard sempat berteriak
seolah ia sedang dirampok. Tindakannya itu membuat jengkel korban,
hingga korban memukul Reynhard dengan sangat keras hingga terjadi
pendarahan di otak yang menyebabkan Reynhard jatuh pingsan dan
harus segera dibawa ke rumah sakit.

j) Setelah perkelahian yang berujung masuk rumah sakit, korban sempat


diinterogasi karena dikira benar-benar seorang perampok, hal itu
dikarenakan Reynhard tidak punya jejak kriminal sebelumnya. Tetapi,
dari perkelahian tadi, korban berhasil mengambil Handphone milik
Reynhard dan menyerahkannya kepada polisi. Hingga akhirnya ketika
Reynhard sadar, ia tertangkap selalu menanyakan keberadaan
handphonenya yang membuat polisi mulai curiga.

k) Akhirnya, pada tahun 2017 dimulai investigasi terkait kasus pelecehan


seksual sesuai dengan pernyataan korban.

2. Barang Bukti

Sejak dimulainya investigasi, diduga korban yang sudah dilecehkan yaitu


mencapai 190 orang, tetapi hanya 70 orang yang bisa diidentifikasi oleh polisi
dan hanya 48 orang yang maju bersedia melapor dan bersaksi di pengadilan.
Sidang yang dilakukan dibagi menjadi 4 tahap dan semua dilakukan secara
tertutup. Reynhard didakwa atas beberapa kasus, yaitu 136 kasus pemerkosaan,
13 kasus serangan seksual, 8 kasus percobaan pemerkosaan dan 2 kasus serangan
seksual. Sehingga, Reynhard dijatuhi hukuman seumur hidup dengan minimal 30
tahun mendekam di penjara sebelum dipertimbangkan untuk dibebaskan.

Berikut beberapa barang bukti yg ditemukan yaitu;

a. CCTV berisi rekaman Reynhard yang keluar dari apartemennya di tengah


malam yang dipercaya untuk mencari korban selanjutnya. Melalui cctv itu
terlihat Reynhard mondar-mandir mencari sesuatu dan ia melakukan ini sangat
sering bahkan beberapa sumber mengatakan bisa mendapatkan mangsa hanya
dalam kurun waktu 60 detik.

b. Rekaman video di handphone milik Reynhard yang diambil oleh polisi. Di situ
polisi menemukan video-video pengalaman Reynhard saat melecehkan korban-
korbannya dengan total 800 video dan file size lebih dari 3 terabyte atau setara
dengan 1500 keping DVD.

c. Obat bius GHB. Meskipun tidak ditemukan GHB di apartemen milik


Reynhard, namun ciri-ciri obat bius yang digunakan itu mirip. Dalam
putusannya, Hakim menyatakan bahwa Reynhard menggunakan obat bius
GHB atau Gamma Hidroxybutyrate kepada korban-korbannya sebelum dia
melakukan aksinya. GHB yang juga dikenal sebagai ekstasi yang berbentuk
cair, bening, tidak berbau dan rasanya sedikitasin. Awalnya GHB ini dibuat di
tahun 60-an, sekarang banyak digunakan sebagai pengganti alkohol untuk
bersenang-senang. GHB ini juga sering digunakan sebagai obat untuk
meningkatkan fantasi dalam hubungan seksual dan bereaksi dalam waktu 5
sampai 10 menit setelah dikonsumsi dan efeknya bertahan selama 90 menit
sampai 7 jam. Selama di bawah pengaruh GHB seseorang bukan hanya tidak
bisa mengingat apa-apa tetapi juga tidak bisa membuat memori baru jika
disalahgunakan atau salah takaran GHB bisa menyebabkan pingsan, atau
meninggal dunia. Pada tahun 2003 Inggris memasukkan GHB sebagai
narkotika golongan C4. Kasus ini dimulai ditahun 2017 tetapi baru diekspos di
awal tahun 2020, karena polisi di Manchester tidak ingin media mengekspos
terlebih dahulu guna untuk privasi para korban.

3. Hubungan Negara dan Individu pada Kasus Reynhard Sinaga

Anda mungkin juga menyukai