Wahyuni Listyawati
NIM.P1337420419114
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat
peradangan (Mutaqin,2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam – macam etilogi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
(Ngastiyah, 2015)
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru –
paru dan menimbulkan peningkatan cairan pada alveoli atau parenkim
paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dari
lingkungan sekitar (Rahajoe, dkk, 2008, Pusdatin Kemenkes RI,
2015;Kemenkes,2011)
2. Etiologi
Penyebab pneumonia adalah adanya bakteri strepotococcus
pneumonie, hemophilus infuenzae, traphylococcus aureus, streptococcus
grup B, serta kuman atipik klamida dan mikroplasma (Rahajoe, dkk.,
2008).
Mikroorganisme lain dapat berupa jamur (histoplasma, capsulatum,
koksidiodes) dan protozoa (Kemenkes RI,2010).
Penyebab lain yang menjadi faktor resiko penyakit pneumonia
adalah merokok, polusi udara, infeksi saluran pernafasan gas, gangguan
kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi umum), intubasi trakea
imobilisasi lama, terapi imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi), tidak
berfungsinya sistem imun (AIDS), dan sakit gigi (Kemenkes RI,2011 ).
4
5
3. Klasifikasi
Menurut Wulandari & Erawati (2016), klasfikasi pneumonia
berdasarkan mikroorganisme penyebab dibedakan menjadi :
a. Pneumonia bakteralis/topikal, dapat terjadi pada semua usia, misalnya
klebsisela biasanya menyerang pada orang alkoholik dan stapilokokus
biasanya menyerang pada pasien influenza.
b. Pneumonia apikal, sering mengenai anak dan dewasa muda. Biasanya
disebabkan oleh Mycoplasma dan Chlamydia.
c. Pneumonia karens virus, sering terjadi pada bayi dan anak.
d. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh lemah.
Secara morfologi menurut Wong (2004) pneumonia dapat
disebabkan sebagai berikut :
a. Pneumonia lobaris, infeksi melibatkan seluruh atau satu bagian basar
dari satu atau lebih lubus paru. Apabila yang terkena kedua lubus
paru, maka disebut dengan pneumonia bilateral atau ganda.
b. Bronkpneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lubus yang berada didekatnya.
c. Pneumonia intestinal, yaitu proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar dan jaringan peribronokial atau interlobular.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Pneumonia menurut nanda NIC NOC tahun
2015 halaman 67) :
a. Demam
b. Meningismus
c. Anoreksia
d. Muntah
e. Diare
f. Nyeri abdomen
g. Sumbatan nasal
6
h. Batuk
i. Bunyi pernafasan seperti batuk, mrngi, mengorok
j. Sakit tenggorokan
k. Sulit bernafas
5. Patofisiologi
Patogen penyebab pneumonia yang dapat berupa virus,bakteri, dan
parasit bisa berasal dari polusi atau asap diudara. Patogen tersebut masuk
ke paru-paru dapat melalui pernafasan (inhalasi) atau aliran darah.
Kemudian patogen masuk ke saluran nafas bawah dan berkoloni di paru-
paru. Terbentuklah racun/toxicyang menyebabkan cedera jaringan dan
kerusakan infeksi sel. Dari kerusakan sel akibat akibat patogen munculah
reaksi inflamasi/peradangan di bronkus atau alveolus. Sel berisi
eksudat/plasma dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangung
lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis/pecah paru (Suratun &
Santa,2013).
Bakteri streptococcus dapat meluas dari alveoli sampai ke seluruh
segmen atau lobus. Didalam alveoli kemudian terjadi infeksi dan
menggaggu fungsi surfaktan dan maktofag. Surfaktan berfungsi untuk
mengurangi tekanan permukaan paru – paru dan membantu menstabilkan
dinding alveolus agar tidak kolap pada paru – paru, sedangkan fungsi
makrofag yaitu untuk membunuh kuman yang masuk ke dalam jaringan
tubuh. Infeksi menyebabkan peradangan membran paru bagian alveoli
sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal itu
nenyebabkan ventilasi terganggu,saluran bersihan jalan nafas inefektif
sehingga O₂ menurun. Paru –paru juga akan dipenuhi sel radang dan
cairan dimana sebenarnya respon tubuh untuk membunuh patogen, tapi
dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan paru
penuh dan kesulitan bernafas dapat terjadi sianosis (biru pada tubuh)
sehingga O₂ menurun, asidosis respiratorik (ventilasi buruk asam pada
darah meningkat) yang mengakibatkan batuk produktif, sesak nafas dan
menimbulkan retraksi dada sehingga terjadi peningkatan tekanan dimana
7
6. Pathway
Virus,jamur,bakteri,protozoa
Terhirup
Bronchiolus
Alveolus
Proses peradangan
Infeksi
Suplay O₂ ke jaringan
Ketidakefektifanbersihan
menurun
jalan nafas
Gangguan rasa nyaman nyeri
kelemahan
Somantri, 2012
Keterangan
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnostik pneumonia adalah sebagai berikut (Rahajoe,dkk.m.,2008).
a. Darah perifer lengkap
1) Leukosit : Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia
mikroplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal
atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia bakteri
didapatkan leukosit yang berkisar antara 15.000-40.000/mm₃.
Leukosit (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya
infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi dan
resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi, pada infeksi Chlamydia
pneumonie kadang-kadang ditemukan eosinofilia. WBC (White
Blood Cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3.
2) Eksudet : Efusi pleura dapat berkisar antara 300-10.000/mm3.
3) Protein >2,4 g/dl normal 6,0-8,3 g/dl
4) Gula darah acak (GDA) : Glukosa lebih rendah dari pada glukosa
darah. GDA tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
5) Laju endap darah (LED) : meningkatkan hingga 100mm/jam
kadang-kadang terdapat anemia ringan.
6) Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2
7) Elektronik : Natrium dan klorida mungkin rendah. Hal ini dapat
menunjukkan adanya dehidrasi pada anak.
b. C-Reactive protein (CRP)
C-Reactive protein (CRP) adalah suatu protein fase akut yang
disintesis oleh hepatosit. Secara klinis, CRP digunakan sebagai alat
diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan non infeksi,
infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfasialis dan
profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi bakteri
10
a. Atelektasis
Merupakan pengembangan paru yang tidak sempurna (kolaps paru)
sebagai kurangnya mobilisasi reflek batuk karena penumpukan sekret.
b. Empisema
Adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura yang tedapat disuatu tempat atau seluruh rongga pleura.
Empisema atau empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang
terjadi pada pneumonia bakteri.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru karena peradangan.
d. Infeksi sistemik
Adalah infeksi klinis yang bersifat akut. Penyebabnya yaitu
mikroorganisme terutama bakteri.
e. Endokarditis
Adalah peradangan pada katup endrokardial.
f. Perikarditis purulenta
Adalah pembengkakan dengan iritasi pada perikardium yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
g. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura
9. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah.penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadannya membalik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain :
12
2) Vibrasi
Vibrasi adalah gerakan kuat secara serial yang dihasilkan oleh
tangan perawat yang diletakan datar pada dinding dada klien.
Tujuannya digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan
turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus kental.
3) Postural Drainage
Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk
melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru – paru dengan
menggunakan gaya gravitasi.
c. Napas Dalam dan Batuk Efektif
Nafas dalam yaitu bantuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdomen (diafragma) dan purse lips breathing. Sedangkan batuk
efektif yaitu latihan untuk mengeluarkan sekret.
d. Suction (Penghisapan Lendir)
Suction adaalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang
berlebihan pada jalan napas. Suction dapat diterapkan pada oral,
nasofaringeal, trakheal, serta endotrakheal atau trakheostomi tube.
jinjit huruf
b. Melempar dan mengakap b. Menulis dengan kata-
bola dengan baik kata
c. Melempar dengan kaki c. Menulis nama sendiri
bergantian d. mengikat tali sepatu
Sumber : Putra, dkk.(2014)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia adalah sesak napas cepat serta biasanya terjadi
sianosis disekitar mulut dan hidung.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan pneumonia, gejala awal yang muncul berupa
adanya peningkatan suhu 39-40℃ yang mendadak, kemudian
muncul batuk kering hingga menjadi produktif dengan sputum
berwarna keputihan.
3) Riwayat Penyakit Dalam
Kondisi klinis yang mendasari yaitu defiensi imun, penyakit
jantung, hemoglobinopati, riwayat premuritas, serta anak sering
mengalami infeksi pernapasan akut sejak kecil.
c. Riwayat Imunisasi
Anak yang belum mendapatkan imunisasi DPT dan campak dapat
meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.
d. Riwayat Keluarga
Pada anak dengan pneumonia memiliki anggota keluarga yang
mempunyai riwayat infeksi saluran pernapasan.
e. Riwayat Sosial
Anak yang mengalami pneumonia tinggal dirumah susun, ventilasi
kurang, memiliki anggota keluarga yang merokok.
f. Pengkajian Pola Fungsional
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Penyakit pneumonia sering menyerang pada klien yang tinggal
dengan kebersihan lingkungan kurang
2) Pola Nutrisi/Metabolik
Klien biasanya mengalami mual, muntah, diare, penurunan nafsu
makan, tidak mau menyusu, dan penurunan berat badan.
32
3) Pola Eliminasi
Pengukuran volume output urine dapat dilakukan untuk
mengetahui status hidrasi anak. Adanya peningkatan suhu,
anoreksia, muntah, dan diare dapat menimbulkan volume output
cairan menurun. Komplikasi diare dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Anak lebih suka digendong dan tidur. Aktivitas dan bermain
menurun sebagai dampak kelemahan fisik. Klien akan mengalami
kelemahan karena kekurangan oksigen. Anak mudah lelah bahkan
untuk makan atau menyusu sehingga anak akan menolak untuk
menyusu.
5) Pola Istirahat – Tidur
Pola tidur anak akan terganggu yang disebabkan oleh kesukaran
bernapas.
6) Pola Kognitif – Persepsi
Anak letargi, mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas.
7) Pola Pesepsi Diri – Konsep diri
Pola kondisi klinis, anak dengan pneumonia sering mengalami
kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
Anak dengan pneumonia sering dijumpai pada daerah dengan
sanitasi buruk.
8) Pola Peran – Hubungan
Anak tampak lebih banyak diam dan selalu bersama orang tuanya
9) Seksualitas
Pada anak remaja terjadi gangguan pada siklus menstruasi
10) Koping Pola Toleransi Stress
Anak tampak gelisah dan lebih sensitive sehingga sering
menangis sebagai dampak stress yang dirasakan. Pada anak
remaja akan mudah tersinggung.
33
8) Mulut
Membran mukosa bisa mengalami sianosis yang disebabkan oleh
penurunan sirkulasi O₂. Mukosa bibir tampak kering akibat
masukan cairan tidak adekuat
9) Dada
Tampak retraksi dada atau penggunaan otot bantu napas
intercostal. Pada anak usia sekolah akan merasakan nyeri dada
pada waktu inspirasi.
10) Jantung
Pada pemeriksaan jantung umumnya tidak ditemukan kelainan
jantung atau kelelahan jantung.
11) Paru – paru
Setalah 1-2 hari, pada inspeksi dan palpasi tampak retraksi dada.
Suara pernapasan terdengar melemah sedangkan pada perkusi
tidak ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronki basah akan
terdengar dan akan segera menghilang apabila terjadi konsolidasi
dan perkusi terdengar keredupan dengan suara pernapasan sub-
bronkial sampai bronkial. Pada stadium resolusi ronki terdengar
lebih jelas.
12) Perut
Ditemukan adanya distensi abdomen sebagai manifestasi
diafragma yang turun. Anak dapat mengalami penurunan nafsu
makan/anoreksia, muntah, kembung, dan diare.
13) Ekstremitasi
Anak dengan pneumonia akan mengalami kelemahan.
14) Kulit
Adanya penurunan sirkulasi O2 dapat menyebabkan jaringan
perifer tidak mendapatkan pasokan O2. Hal ini dapat
menimbulkan gejala sianosis perifer pada ujung-ujung
ekstremitas. Jari-jari dan kuku dapat mengalami sianosis perifer.
35
Nursalam, Susilaningrum R., & Utami S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan
Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika
Putra, D.S.H. dkk. (2014). Keperawatan anak dan tumbuh kembang (pengkajian
dan pengukuran). Yogyakarta: Nuha Medika.
Putra . (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika.
Rahajoe N.,dll. (2008). Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama Indonesia.
Penyunting. jakarta: ikatan Dokter Anak Indonesia
Setiawan, D. Dkk. (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian
dan pengukuran). Yogyakarta : Nuha Medika
Somantri & irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Pernapasan, Edisi 2/Irma, Somantri. Jakarta: Salemba Medika