Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PERMASALAHAN GIZI DAN DIET PADA ANAK DI


INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. REVIENA FEBBY PUTRI


2. RIKHA
3. RIPA ATUL MAMUDA
4. RISKY ANNISA PUTRI

DOSEN PENGAMPU : Zulya Erda, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik. Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Gizi dalam Kesehatan Reproduksi di semester dua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik- baiknya.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Tanjung Pinang, 22 Maret 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................I

DAFTAR ISI .........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................3

2.1 Kebutuhan Gizi pada Bayi dan Anak...............................................3


2.2 Permasalahan Gizi dan Diet pada Anak di Indonesia......................6

BAB III PENUTUP...............................................................................10

3.1 Kesimpulan........................................................................................10
3.2 Saran..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................11

DOKUMENTASI..................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.


Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai
kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat
mencegah penyakit penyakit defisiensi, mencegah keracunan, dan juga
membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup anak .

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat.


Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih di dominasi oleh masalah
Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah kurang Vitamin A (KVA)
dan masalah obesitas. Prevalensi nasional status gizi anak usia sekolah
berdasarkan Riskesdas 2010 ditinjau dari indikator indeks massa tubuh
menurut umur, status gizi kurang 12,2% . Sementara dilihat dari jenis
kelamin, anak laki-laki usia sekolah kurus adalah 13,2% sedangkan anak
perempuan 11,2%.
Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya berkualitas pada
hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih
berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
makanannya. Melalui makanan manusia mendapat zat gizi yang
merupakan kebutuhan dasar untuk hidup dan berkembang. Ketidaktahuan
tentang cara memberikan makan pada anak balita baik dari jumlah, jenis,
dan frekuensi pemberian serta adanya kebiasaan yang merugikan
kesehatan (pantangan terhadap satu jenis makanan tertentu), secara
langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah
kurang gizi pada anak.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebutuhan gizi pada bayi dan anak di indonesia?
2. Bagaimana permasalhan gizi dan diet pada anak di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kebutuhan Gizi pada bayi dan anak di
indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja permasalahan gizi dan diet pada anak
di indonesia
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat memahami tentang kebutuhan gizi dan diet
pada anak dan mengatur pola makanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Gizi pada Bayi dan Anak


Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa bayi sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Masa bayi adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat dan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada usia selanjutnya.

1. Kebutuhan Gizi Bayi

Berat Badan Kebutuhan Kebutuhan Protein


Umur Rata- Rata Kalori Per Per Hari
Bulan (Kg) Hari
0-3 4,1 492 kal 10 gr
4-6 6,4 735 kal 15 gr
7-9 7,7 850 kal 18gr
10-12 9,2 970 kal 19 gr
Tabel 2.6. Kebutuhan Energi dan Protein pada Bayi

a) Gizi Bayi Usia 0 – 6 bulan.

Dalam usia bayi 0-6 bulan, makanan yang paling tepat untuk bayi adalah
air susu ibu atau ASI, karena memang komposisi zat gizi yang ada pada ASI
paling tepat untuk bayi pada usia ini. ASI eklusif menurut World Health
Organization (WHO), (2016) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan
lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu
berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan
selain ASI. Anjuran pemberian ASI eksklusif 6 bulan ini dikeluarkan juga
oleh The American Dietetic Assosiation pada bulan oktober 2001 bersamaan

3
dengan diterbitkannya panduan berjudul " Exclusive Breastfeeding for 6
month and Breastfeeding with Complementary Foods for at Least 12 months
is the ideal feeding pattern for infants " Para ibu yang bekerja dan merasa
kesulitan untuk memberikan ASI kepada bayinya, dapat memompa air
susunya sebelum berangkat bekerja untuk kemudian diberikan kepada bayi
dengan menggunakan sendok.

b) Gizi Bayi Usia 9 – 12 Bulan


Bayi usia 9 bulan merupakan usia peralihan kedua dalam
pengaturan makanan bayi. Makanan bayi yang tadinya bertumpu pada ASI
sebagai pemberi zat gizi utama, setelah usia 9 bulan akan beralih ke
makanan sapihan sebagai pemberi zat gizi utama, sedangkan ASI hanya
berperan sebagai pelengkap. Pada usia 9 bulan kebutuhan kalori bayi
adalah 350 kal (dari 500 ml ASI).
c) Bahan Makanan Pokok Sumber Kalori.

Sebagai sumber kalori umumnya digunakan bahan makanan pokok


yang sehari-hari digunakan di daerah tersebut (contoh : beras, gandum,
sagu, singkong ).

d) Bahan Makanan Sumber Protein Nabati.


Dari berbagai jenis bahan makanan nabati yang paling memenuhi
syarat, bukan saja karena kadar proteinnya akan tetapi mutu proteinnya
cukup baik, adalah bahan makanan jenis kacang-kacangan (leguminosa).
e) Bahan Makanan Sumber Protein Hewani.
Tubuh mempunyai daya serap terhadap protein nabati yang
terbatas sehingga menyebabkan terhalangnya pembentukan protein tubuh.
f) Bahan Makanan Sumber Vitamin dan Mineral.
Selain kalori dan protein, untuk pertumbuhan diperlukan juga
berbagai jenis vitamin dan mineral. Berbagai jenis sayuran daun yang
berwarna hijau tua merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat
baik untuk bayi.

4
2. Kebutuhan Gizi Anak
Gizi merupakan faktor penting dalam pola tumbuh kembang balita.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dan berdampak pada aspek fisik. Sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Beberapa ahli
mengungkapkan konsep yang berbeda tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang seseorang. kesehatan dasar antara lain
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi / anak secara teratur; Papan /
pemukiman yang layak, Higiene perorangan, sanitasi lingkungan;
Kesegaran jasmani, rekreasi. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
terdiri dari Hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu / pengganti
ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Adapun
bahan makanan yang harus dihindari pada usia 1-5 tahun yaitu makanan
yang terlalu berminyak, junk food, dan makanan berpengawet sebaiknya
dihindari. Berikutnya kita bahas tentang gizi pada anak usia sekolah.

3. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah


a. Pola makan anak usia Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)
b. Anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah
sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Perlu ditanamkan
kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini dan di sekolah
diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik mengkonsumsi makanan
yang sehat secara rutin. Program makan bersama di sekolah sangat
baik dilaksanakan karena ini merupakan modal dasar bagi pengertian
anak supaya mereka mau diarahkan pada pola makan dengan gizi yang
baik .

5
c. Pada usia 7-9 tahun anak pandai menentukan makanan yang disukai
karena sudah kenal lingkungan. Banyak anak menyukai makanan
jajanan yang dapat mengurangi nafsu makan anak. Perlu pengawasan
supaya tidak salah memilih makanan karena pengaruh lingkungan.
d. Pada anak usia 10-12 tahun kebutuhan sudah dibagi dalam jenis
kelaminnya: Anak laki-laki lebih banyak aktivitas fisik sehingga
memerlukan energi yang banyak dibandingkan anak perempuan. Anak
perempuan sudah mengalami masa haid sehingga lebih banyak banyak
protein, zat besi dari usia sebelumnya. Perlu diperhatikan pula adalah
pentingnya sarapan pagi supaya konsentrasi belajar tidak terganggu.
e. Upaya pemeliharaan gizi anak haruslah merupakan upaya
pemeliharaan gizi paripurna yang mencakup berbagai aspek yang
dimulai sejak anak masih ada dalam rahim ibunya. Terdapat 5 upaya
yang merupakan satu kesatuan sebagai strategi dasar pemeliharaan gizi
anak, yaitu : a) pemeliharaan gizi pada masa prenatal, b) ppengawasan
tumbuh kembang anak sejak lahir, c) pencegahan dan penanggulangan
dini penyakit infeksi melalui imunisasi dan pemeliharaan sanitasi, d)
pengaturan makanan yang tepat dan benar, dan e) pengaturan jarak
kehamilan.

2.2 Permasalahan Gizi dan Diet pada Anak di Indonesia


Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat.
Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih di dominasi oleh masalah
Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), masalah kurang Vitamin A (KVA) dan masalah
obesitas.
Prinsip slogan“Nutrition Guide for Balanced Diet” yaitu konsumsi
makanan seharihari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi
makanan dengan pola ini harus memperhatikan empat prinsip dasar yaitu :

6
Keanekaragaman pangan; aktivitas fisik yang teratur dan terukur; kebersihan
diri dan lingkungan yang terjaga; serta pantau atau pertahankan berat badan
selalu ideal
1. Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya


konsumsi zat energi dan zat protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan atau gangguan
penyakit tertentu. Balita yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan
sedang pada pemeriksaan anak hanya nampak kurus karena ukuran berat
badan anak tidak sesuai dengan berat badan anak yang sehat. Anak
dikatakan KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat
badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP ringan apabila
BB/U 70% sampai 79,9% dan KEP sedang apabila BB/U 60% sampai
69,9%, Baku WHO-NCHS (Supariasa, 2013). Penyebab KEP secara
langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak
hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak
yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare
atau demam, akhirnya akan menderita kurang gizi. Demikian juga pada
anak yang makanannya tidak cukup (jumlah dan mutunya) maka daya
tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian akan mudah
diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat
menderita kurang gizi/gizi buruk (Supariasa, 2013). Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan tingkat keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan
pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Pola pengasuhan
adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. asupan makanan

7
dan kejadian KEP pada bayi, disarankan bagi ibu untuk memberikan
asupan makanan bergizi seimbang.

2. Masalah anemia besi

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu penyakit


hematologi yang sering ditemukan pada bayi, anak-anak dan perempuan
usia reproduksi. Anak-anak dengan ADB akan mengalami gangguan
dalam tumbuh-kembang, perubahan perilaku serta gangguan motorik,
sehingga dapat mengurangi kemampuan belajar dan menurunkan prestasi
belajar di sekolah. Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang disebabkan
kurangnya ketersediaan zat besi di dalam tubuh sehingga menyebabkan zat
besi yang diperlukan untuk eritropoesis tidak cukup. Kebutuhan zat besi
akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak,
remaja, kehamilan dan menyusui. Pada anak-anak terutama yang
mendapat susu formula kebutuhan zat besi meningkat karena sedikit
mengandung besi. Diet yang kaya zat besi tidak menjamin ketersediaan zat
besi di dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang dapat diserap sangat
tergantung dari kondisi atau makanan yang dapat menghambat maupun
yang mempercepat penyerapan besi. Pada perempuan kehilangan zat besi
sering karena menstruasi yang banyak dan lama atau kondisi seperti tumor
fibroid maupun malignan uterin. 

3. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan spektrum


luas dari gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental
dengan gambaran yang sangat bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh
kembang manusia akibat kekurangan yodium. Yodium adalah unsur gizi
mikro yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid, tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3), yang berguna dalam proses pengembangan susunan
saraf pusat dan proses tumbuh kembang manusia (Julianti, 2002)

8
4. Masalah kurang Vitamin A (KVA)

Vitamin A merupakan salah satu gizi penting yang larut dalam lemak
dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan
dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit . Hasil kajian
berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang
essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi
makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga
harus dipenuhi dari luar (Kemenkes RI, 2011)

Permasalahan defesiensi (kondisi kekurangan) vitamin A merupakan


salah satu permasalahan utama kesehatan masyarakat yang dialami oleh
negara miskin dan berkembang tarkait kondisi kekurangan vitamin A ini
terdapat satu kematian dari 4 kematian anak yang disebabakan oleh
kekurangan vitamin A.

5. Masalah obesitas.

Obesitas adalah suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan


masalah emosional dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat
badannya 10% sampai dengan 20% berat badan normal, sedangkan
seseorang disebut obesitas apabila kelebihan berat badan mencapai lebih
20% dari berat normal. Obesitas saat ini menjadi permasalahan dunia
bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan sebagai
epidemic global ( , 2016)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat.
Masalah gizi di Indonesia pada umumnya masih di dominasi oleh masalah
Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) dan maslah
obesitas. Prevalensi nasional status gizi anak usia sekolah berdasarkan Riskesdas
2010 ditinjau dari indikator indeks massa tubuh menurut umur, status gizi
kurang 12,2%. Sementara dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki usia sekolah
kurus adalah 13,2% sedangkan anak perempuan 11,2%.

3.2 Saran
Dari makalah yang penulis buat ini penulis harap bermanfaat bagi
pembaca untuk menambahkan wawasan dan jika ada kesalahan pada penulis
ataupun nama-nama penulis harap sipembaca dapat memberikan kritikan kepada
kelompok kami dan membenarkannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Titin Laswati. 2017. Masalah Gizi dan Peran Gizi Seimbang. Vol 2, No1

Bambang Mardisantosa,dkk. 2018. Faktor Fakator Kejadian Kurang Energi


Protein Pada Anak Balita. Vol 6, No 2

Beck, Mery. E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica

Nutrisionist. 2013. Obesitas.

http://thenutritionist.webs.com/apps/blog/show/1904159

DOKUMENTASI DISKUSI

11
12

Anda mungkin juga menyukai