Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

DENGAN DIAGNOSA STROKE

Disusun oleh :

ILVANA TRISNAWATI

181030100368

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


TANGERANG SELATAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa mengerjakan makalah ini sampai selesai.
Makalah ini berjudul “STROKE” Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak
dibantu oleh berbagai pihak terutama dalam pengumpulan materi. Oleh karena itu
saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.
Dengan selesainya makalah ini bukan berarti telah menyempurnakan
makalah ini. kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pamulang, 08 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C.Tujuan Masalah .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Stroke ............................................................................................ 5
B. Tanda dan Gejala Stroke ............................................................................. 5
C. Etiologi Stroke ............................................................................................ 6
D. Klasifikasi Stroke........................................................................................ 6
E. Manifestasi Klinis Stroke ............................................................................ 7
F. Komplikasi Stroke ...................................................................................... 8
G. Faktor Resiko Stroke................................................................................... 8
H. Penatalaksanaan Stroke ............................................................................. 10
I. Patofisologi Stroke .................................................................................... 11
J. Pathway Stroke ......................................................................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................ 14
B. Diagnosa keperawatan .............................................................................. 19
C. Intervensi keperawatan.............................................................................. 20
D. Implementasi ............................................................................................ 23
E. Evaluasi .................................................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 27
B. Saran......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke didefinisikan sebagai gangguan suplai darah pada otak yang biasanya
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh gumpalan darah. Hal ini
menyebabkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi di otak sehingga terjadi kerusakan
pada jaringan otak (WHO, 2016). Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca,
2008).
Data Riskesdas tahun 2018 menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia pada usia ≥
15 tahun adalah 10,9% per 1000 penduduk, sementara pada tahun 2013 angka prevalensi
stroke sebanyak 7% sehingga ada peningkatan sebesar 3,9% selama kurun waktu 5 tahun.
Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY) memiliki prevalensi stroke tertinggi di tahun 2018
sebesar 14,7% (Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia, (Kemenkes, RI), 2018).
Stroke terbagi atas dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat pembuluh darah tersumbat, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak terhenti sebagian atau sepenuhnya, stroke jenis ini
merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 80% dari seluruh kasus stroke.
Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu trombotik yang
disebabkan oleh terbentuknya thrombus. Thrombus akan menyebabkan penggumpalan
darah sehingga aliran darah tidak lancar atau terhenti. Jenis kedua adalah stroke embolik,
yang disebabkan oleh tertutupnya pembuluh arteri oleh pembekuan darah. Jenis ketiga
adalah hipoperfusion sistemik yaitu berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung. Sedangkan stroke hemoragik merupakan stroke
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik sebagian besar
terjadi pada penderita hipertensi. Berdasarkan lokasi perdarahan, stroke hemoragik terbagi
menjadi dua yaitu hemoragik intraserebral perdarahan didalam jaringan otak dan
subaranoid perdarahan pada ruang sempit antara permukaan otak dengan lapisan jaringan
yang menutupi otak. (Goldszmidt, & Caplan 2011).
Pemeriksan untuk menentukan diagnosis stroke dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu pemeriksaan lumbal fungsi, CT Scan, MRI (Magnetic Imaging Resonance), USG
Doppler, dan EEG. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya tekanan yang

1
2

meningkat disertai bercak darah pada cairan lumbal yang menunjukan adanya perdarahan
pada intra cranial, memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infrak atau iskemia, menentukan posisi dan besar atau luas terjadinya
perdarahan otak, mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena, serta untuk melihat
masalah yang timbul, dan dampak yang terjadi dari jaringan yang infark (Muttaqin, 2008).
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan, gangguan kognisi,
gangguan komunikasi, dan gangguan persepsi, sehingga penderita mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Stroke juga menyebabkan penderita
mengalami ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dan menimbulkan
ketergantungan (Linggi, Alfani, & Lembang, 2018).
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran, area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kontralateral (sekunder atau aksesori). Stroke dapat berdampak pada
berbagai fungsi tubuh, dampak atau masalah stroke diantaranya adalah kehilangan sistem
motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologik serta disfungsi kandung kemih (Rinawati, Effendi, Wahyuni, 2019). Stroke
jenis apapun akan menyebabkan defisit neurologis yang berbeda-beda tergantung kepada
daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang mengalami
iskemia tersebut. Masalah yang timbul dapat berupa hemiparesis, hemihipestesi, gangguan
berbicara (afasia), bicara pelo, hemianopsia, dan gangguan intelektual ( Prayoga, Fibriani,
& Lestari, 2016).
Dalam penelitian Elmi, Tubagus, & Ali 2016, dari 89 kasus penderita stroke
berdasarkan distribusi lokasi didapatkan lokasi pada hemisfer kanan (43%) lebih banyak
daripada hemisfer kiri (35%) dan juga bilateral (22%). Gejala-gejala stroke sangat
berkaitan dengan bagian otak yang terganggu. Otak manusia terdiri atas beberapa bagian
yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), dan batang otak. Otak besar terbagi
atas dua bagian diantaranya hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang dimana fungsi tubuh
bagian kanan dikendalikan hemisfer bagian kiri begitu pun sebaliknya. Gangguan dari
pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke lobus tertentu akan
menyebabkan kelainan sesuai dengan fungsi lobus, seperti gangguan pada peredaran darah
di lobus frontalis dan parietal akan menyebabkan gangguan gerak atau kelemahan otot dan
rasa kebas pada kulit. Bila gangguan terdapat di serebelum maka akan terjadi gangguan
gerak dan koordinasi serta gangguan keseimbangan ( Pinzon & Asanti (2010).
3

Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor risiko yang ada.
Kejadian stroke berulang memiliki faktor risiko yang hampir sama dengan faktor risiko
stroke primer. Faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor
yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable risk factors) seperti usia, ras, gender,
genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor
yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit
jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, hiperkolesterolemia.
Hipertensi adalah masalah yang sering dijumpai pada pasien stroke, dan menetap setelah
serangan stroke ( Irdelia R, Joko T, & Bebasari E, 2014).
Dalam penelitian Tuntun M, Basuki W, & Amalia Y, 2018, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien stroke hemoragik berjumlah 31 orang lakilaki dan 19 pasien
perempuan, sedangkan pasien non hemoragik berjumlah 34 orang laki-laki dan 16 orang
pasien perempuan. Sehingga dapat disimpulkan kejadian stroke lebih banyak dialami laki-
laki dibandingkan perempuan. Banyaknya pasien laki-laki dibandingkan perempuan yang
menderita stroke dikarenakan sejumlah faktor yang turut mempengaruhi hal tersebut
seperti kebiasaan merokok dan pola hidup yang tidak baik menjadi salah satu pemicu
penyakit stroke. Risiko hipertensi dan hiperkolesterol juga turut mendongkrak tingginya
risiko pada laki-laki. Risiko terjadinya stroke pada laki-laki.
Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke
di suatu negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama untuk
menurunkan angka kejadian stroke (Kabi R, Tumewah, & Kembuan N, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Definisi Stroke?
2. Sebutkan tanda dan gejala stroke?
3. Sebutkan etiologi stroke?
4. Sebutkan klasifikasi stroke?
5. Jelaskan manifestasi klinis stroke?
6. Sebutkan komplikasi stroke?
7. Sebutkan faktor resiko stroke?
8. Jelaskan penatalaksanaan stroke?
9. Jelaskan patofisologi stroke?
10. Jelaskan Pathway stroke?
4

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi stroke
2. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala stroke
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi stroke
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi stroke
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis stroke
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi stroke
7. Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko stroke
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan stroke
9. Mahasiswa dapat mengetahui patofisologi stroke
10. Mahasiswa daoat mengetahui pathway stroke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stroke
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan alirah darah
otak. Menurut penulis, stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akibat
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan
tanda sesuai dengan bagian otak yang terkena; yang dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke merupakan suatu keadaan dimana sel-sel otak mengalami kerusakan karena
kekurangan oksigen yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak.
Kekurangan oksigen pada beberapa bagian otak dapat menyebabkan gangguan fungsi pada
bagian tersebut (Pratiwi et al, 2019).
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal atau
global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non-traumatik (Siregar et al, 2019).

C. Tanda dan Gejala Stroke


Tanda dan gejala neurologis yang timbul pada stroke tergantung berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya, diantaranya yaitu (Gofir, 2021) :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik).
3. Perubahan mendadak status mental (konvusi, delirium. Letargi, stupor, atau koma).
4. Afisia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan).
5. Disartria (bicara pelo atau cadel).
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia.
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan).
8. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.

5
6

D. Etiologi Stroke
Menurut Junaidi 2011, penyakit stroke dapat disebabkan oleh :
1. Penyebab stroke iskemik
Atheroma, pada stroke iskemik penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri
yang menuju ke otak. Misalnya suatu atheroma karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Emboli, endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri
dan mengalir didalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri
karotis dan arteri vebrialis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya
bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau katupnya.
Infeksi, stroke juga bisa terjadi bila ada peradangan atau infeksi menyebabkan
menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke otak. Selain peradangan umum oleh
bakteri, peradangan juga bisa dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang
berlebih dalam darah.
Obat-obatan, obat-obatan pun dapat menyebabkan stroke seperti kokain, amfetamin,
epinefrin, adrenalin, dan sebagainya dengan jalan mempersempit diameter pembuluh
darah di otak dan menyebabkan stroke. Fungsi obat-obatan diatas menyebabkan
kontraksi arteri sehingga diameternya mengecil. Hipotensi, penurunan tekanan darah
yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah keotak, yang biasanya
menyebabkan seseorang pingsan.
2. Penyebab stroke perdarahan
Terhalangnya suplay darah ke otak pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri
yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan
lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.

E. Klasifikasi stroke
Menurut Nabyl R.A 2012, stroke dibedakan menjadi :
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke daerah otak dan merusaknya. Menurut letaknya, stroke
hemoragik terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Hemoragik intraserebral, yakni perdarahan
terjadi didalam jaringan otak. Yang disebabkan oleh trauma (cidera otak) atau kelainan
pembuluh darah (aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu
7

kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan
intraserebral menyumbang sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki presentase
tertinggi penyebab kematian akibat stroke. Hemoragik subaraknoid, yakni perdarahan
yang terjadi diruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak). Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan
(aneurisma) dalam arteri.
2. Stroke iskemik
Stroke iskemik penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur pembuluh darah arteri
yang menuju ke otak. Akibatnya sel-sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan
nutrisi karena penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah (arteriosclerosis).
Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% pasien stroke mengalami stroke
iskemik. Stroke iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagian atau keseluruhan otak
menjadi terhenti jenisjenis stroke iskemik berdasarkan mekanisme penyebabnya. Stroke
trombotik merupakan jenis stroke yang disebabkan terbentuknya thrombus yang
membuat gumpulan. Stroke embolik merupakan jenis stroke yang disebabkan
tertutupmya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Hipoperfusion sistemik merupakan
jenis stroke yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak karena adanya
gangguan denyut jantung.

E. Manifestasi Klinis Stroke


Menurut Nabyl R.A 2012, beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan dari
penyakit stroke, yakni : Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung, kesadaran menurun,
bahkan bias mengalami koma (perdarahan otak). Penglihatan kabur atau kehilangan
ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata. Kehilangan keseimbangan (limbung),
lemah, mendadak seluruh badan lemas, dan terkulai tanpa hilang kesadaran atau disertai
hilang kesadaran. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh.
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki, atau salah satu sisi tubuh. Gangguan
orientasi, waktu dan orang. Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan
(ataksia). Bicara tidak jelas, mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan
ringan. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran). Sukar menelan cairan atau makanan
padat (disfagia), kehilangan daya ingat atau konsentrasi.
8

F. Komplikasi stroke
Menurut Junaidi 2011 beberapa komplikasi stroke diantaranya :
1. Dekubitus : tidur yang terlalu lama dapat mengakibatkan luka/lecet pada bagian tubuh
yang menjkasuadi tumpuan saat berbaring, seperti : pinggul, pantat, sendi kaki, dan
tumit. Luka (dekubitus) ini bila dibiarkan akan terkena infeksi. Untuk mencegah itu,
pasien di anjurkan untuk berpindah dan digerakkan secara teratur tidak peduli parah
sakitnya pasien. Bekuan darah: bekuan darah dapat terjadi pada kaki yang lumpuh,
penumpukan cairan dan pembengkakan, embolisme paru-paru. Pneumonia: terjadi
biasanya pasien tidak dapat batuk atau menelan dengan baik sehingga menyebabkan
caira terkumpul di paru-paru selanjutnya terinfeksi. Untuk mengatasi ini dokter akan
memberikan antibiotika.
2. Kekakuan otot dan sendi : terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot dan
atau sendi, untuk itulah fisioterapi dilakukan sehingga kekakuan otot tidak terjadi atau
minimal dikurangi.
3. Stress/depresi : terjadi karena anda merasa tidak berdaya dan ketakutan dimasa depan.
4. Pembengkakan otak, infeksi : saluran kemih,paru (pneumonia aspirasi).
5. Kardiovaskuler : gagal jantung, serangan jantung, emboli paru, gangguan proses
berpikir dan ingatan : pikun (dimensia).

G. Faktor resiko stroke


Menurut Tilong 2014, faktor resiko stroke dibedakan menjadi :
1. Faktor risiko tidak dapat diubah
Keturunan atau faktor genetik, sesuai dengan penemuan para ahli kesehatan bahwa
faktor genetik atau keturunan hamper menjadi faktor resiko dari semua penyaki, tidak
terkecuali penyakit stroke. Sebagian besar dari penyebab stroke adalah karena faktor
keturunan pada anggota keluarga yang memiliki sejarah menderita penyakit stroke.
Jenis kelamin, menurut studi kasus yang sering kali ditemukan, laki-laki lebih
beresiko tiga kali lipat dibandingkan wanita. Akan tetapi, ini bukan berati bahwa kaum
wanita sama sekali tidak mempunyai resiko stroke, melainkan hanya lebih cepat laki-
laki yang terkena stroke. Stroke yang menyerang kaum laki-laki biasanya jenis stroke
iskemik, sedangkan pada perempuan stroke hemoragik.
Umur, semakin tua umur seseorang maka risiko stroke akan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena proses penuaan dimana semua organ tubuh mengalami penurunan
fungsi yang terjadi secara alamiah. Pada orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku
9

karena adanya plak. Tetapi belakangan ini, stroke juga stroke juga bisa menyerang usia
muda. Ini disebabkan karena pada pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Untuk itu, stroke menyerang segala umur dan jenis kelamin.
2. Faktor yang dapat diubah
Hipertensi, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke. Selain itu, hipertensi
juga menyebabkan rusaknya sel-sel endotel pembuluh darah melalui pengrusakan lipid
dibawah otot polos. Dengan begitu, penderita dianjurkan untuk mengatur atau
menormalkan tekanan darah. Penyakit jantung, stroke juga dapat disebabkan oleh
penyakit jantung yang diderita seseorang. Bahkan orang yang melakukan pemasangan
katup jantung buatan akan meningkatkan resiko stroke.
Diabetes mellitus, diabetes juga merupakan bagian dari faktor resiko stroke.
Karenanya, penderita diabetes mempunyai resiko terserang stroke. Hal ini disebabkan
oleh pembuluh darah yang kaku, sehingga peningkatan atau penurunan kadar glukosa
darah yang secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak. Oleh karena itu,
bagi seseorang terutama menderita stroke agar mengatur kadar gulanya.
Obesitas, biasanya orang yang mengalami obesitas cenderung menderita serangan
stroke. Hal ini disebabkan karena kadar lemak dan kolesterol meninggi pada penderita
obesitas. Disini, pada orang obesitas kadar LDL lebih tinggi didandingkan dengan
kadar HDL. Tidak hanya stroke,obesitas juga dapat meningkatkan hiperkolesterol, dan
diabetes mellitus.
Gaya hidup tidak sehat, gaya hidup juga bagian dari salah satu faktor resiko
terserang stroke seperti merokok dan minum alkohol serta obat-obatan terlarang.
Menurut para ahli kesehatan, rokok sangat banyak mengandung nikotin. Sehingga
mengakibatkan terjadinya denyut jantung yang meningkat, tekanan darah meninggi,
menurunkan kolesterol HDL, meningkatkan kolesterol LDL, dan mempercepat
arteriosclerosis. Dengan demikian, merokok menjadi faktor resiko yang berpotensi
terhadap serangan stroke akibat pecahnya pembuluh darah pada daerah posterior otak.
Alkohol dan obat-obatan terlarang dapat menyebabkan sempitnya pembuluh darah
diotak dan menyebabkan terjadinya stroke. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah
yang berfungsi mengirim oksigen kedaerah otak terganggu.
10

H. Penatalaksaan Stroke
Tujuan terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang mengalami infark dan
mencegah serangan stroke berulang. Terapi dapat menggunakan Intravenous recombinant
tissue plasminogen activator (rtPA) yang merupakan bukti efektivitas dari trombolisis,
obat antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah referfusi pada pasien stroke iskemik
(Mutiarasari, 2019).
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Obat ini juga disebut dengan rrt PA, t-PA, tPA, alteplase (nama generik), atau
aktivase atau aktilise (nama dagang). Pedoman terbaru bahwa rt-PA harus diberikan
jika pasien memenuhi kriteria untuk perawatan. Pemberian rt-PA intravena antara 3
dan 4,5 jam setelah onset serangan stroke telah terbukti efektif pada uji coba klinis
secara acak dan dimasukkan ke dalam pedoman rekomendasi oleh Amerika Stroke
Association (rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level A). Penentuan penyebab stroke
sebaiknya ditunda hingga setelah memulai terapi rt-PA. Dasar pemberian terapi rt-Pa
menyatakan pentingnya pemastian diagnosis sehingga pasien tersebut benar-benar
memerlukan terapi rt-PA, dengan prosedur CT scan kepala dalam 24 jam pertama
sejak masuk ke rumah sakit dan membantu mengeksklusikan stroke hemoragik.
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet 48 jam
sejak onset serangan dapat menurunkan risiko kematian dan memperbaiki luaran
pasien stroke dengan cara mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan
iskemik dan mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25%. Antiplatelet
yang biasa digunakan diantaranya aspirin, clopidogrel. Kombinasi aspirin dan
clopidogrel dianggap untuk pemberian awal dalam waktu 24 jam dan kelanjutan
selama 21 hari. Pemberian aspirin dengan dosis 81-325 mg dilakukan pada sebagian
besar pasien. Bila pasien mengalami intoleransi terhadap aspirin dapat diganti dengan
menggunakan clopidogrel dengan dosis 75 mg per hari atau dipiridamol 200 mg dua
kali sehari. Hasil uji coba pengobatan antiplatelet terbukti bahwa data pada pasien
stroke lebih banyak penggunaannya dari pada pasien kardiovaskular akut, mengingat
otak memiliki kemungkinan besar mengalami komplikasi perdarahan.
3. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam terapi akut stroke
iskemik, tetapi uji klinis secara acak menunjukkan bahwa antikoagulan tidak harus
secara rutin diberikan untuk stroke iskemik akut. Penggunaan antikoagulan harus
11

sangat berhati-hati. Antikoagulan sebagian besar digunakan untuk pencegahan


sekunder jangka panjang pada pasien dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli.
Terapi antikoagulan untuk stroke kardioemboli dengan pemberian heparin yang
disesuaikan dengan berat badan dan warfarin (Coumadin) mulai dengan 5-10 mg per
hari. Terapi antikoagulan untuk stroke iskemik akut tidak pernah terbukti efektif.
Bahkan di antara pasien dengan fibrilasi atrium, tingkat kekambuhan stroke hanya 5-
8% pada 14 hari pertama, yang tidak berkurang dengan pemberian awal antikoagulan
akut.

I. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 cm
mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe bouchard. Arteriol-
arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio thalamus (talamo
perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebra-basilaris mengalami
perubahan-perubahan degeneratif yang sama. Kenaikan darah yang ‘abrupt’ atau kenaikan
dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah
terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan
6 jam dan jika volumenya beserakan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan
gejala klinik. Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat
merasuk dan menyala diantara diantara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorbs darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan
pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intra kranial
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk cerebri atau lewat
foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstansi perdarahan kebatang otak. Perembesan darah
keventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
thalamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen
vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron didaerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
12

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc
maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebral dengan volume antara 30-60 cc di
perkirakan kemungkinan kematian sebesar 75% tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di
pons sudah berakibat fatal (Judha dan Rahil, 2011).
13

J. Pathway stroke

Hipertensi

Vasiokonstriksi
Pembuluh darah

Pembuluh darah
Kaku dan pecah

Peningkatan tekanan
Intra kranial

Kontrol otot lemah Penurunan fungsi Motorik dan Resiko perfusi serebral
tidak efektif
muskuloskeletal

Ketidakmampuan Kelemaha pada satu/keempat


bicara anggota gerak

Kerusakan articular Gangguan mobilitas fisik


disatria

Gangguan
komunikasi verbal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS EFUSI PLEURA

A. Pengkajian
Tg. Pengkajian : 20 Oktober 2017 Jam : 19.30 WIB
Tgl. MRS : 20 Oktober 2017 Dx. Masuk : Stroke
Ruang/kelas : Multazam//54.1 Dokter : dr. Marwatal
No. RM : 18-80-12
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kedaung, Pamulang
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Status perkawinan : Menikah
2. Keluhan utama
a. Keluhan Utama Saat MRS :
Pasien datang ke RS dengan keluhan utama tidak bisa berbicara
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian keluarga pasien mengeluh pasien lemas, kepalanya
pusing, mendadak tidak bisa berbicara, dan mengatakan anggota gerak sebelah
kiri terasa lemah pada pasien, tidak dapat digerakkan, memiliki hipertensi.
3. Diagnosa medis
Stroke
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat dilakukan pengkajian keluarga pasien mengeluh pasien lemas, kepalanya
pusing, mendadak tidak bisa berbicara, dan mengatakan anggota gerak sebelah
kiri terasa lemah pada pasien, tidak dapat digerakkan, memiliki hipertensi.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit
hipertensi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang diderita pasien,
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit Dm, Hipertensi

14
15

5. Riwayat keperawatan klien


a. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
Pola Aktifitas Sehari- Di Rumah Di Rumah sakit
hari (ADL
Pola pemenuhan 1. Makan/minum: 1. Makan/minum:
kebutuhan nutrisi dan 3xsehari/8 gelas 1xsehari/2 gelas perhari
cairan perhari 2. Jenis : bubur beserta
2. Jenis: Nasi 1 porsi lauk sayur-sayuran dan
habis dengan lauk air putih segelas
mengandung santan 3. Pantangan : Makanan
dan sayur, minumnya junk food, mengandung
air putih dan kopi. garam dan santan.
3. Pantangan: Tidak ada 4. Kesulitan
pantangan makanan makan/minum: Pasien
4. Kesulitan makan: merasa tidak nafsu
Tidak ada kesulitan makan
makan dan minum

Pola eliminasi 1. Frekuensi : BAK lebih 1. Frekuensi : BAK hanya


dari 3x/hari dan BAB 1x/hari dan BAB belum
1x/hari pernah
2. Warna : Kuning 2. Warna : kuning
3. Bau : Amoniak 3. Bau : -
Pola Istirahat 1. Frekuensi : Klien tidur 1. Frekuensi : klien tidur
2x/hari 1x/hari
2. Durasi : 8 jam 2. Durasi : tidak lama,
3. Gangguan tidur : tidak bangun tidur terus
ada gangguan dalam 3. Gangguan : merasa
tidur pusing
Pola kebersihan Mandi 2x/hari Mandi 1x/hari
diri/personal hygiene Gosok gigi 3x/hari Gosok gigi 2x/hari
Keramas 3x/seminggu Keramas 1xseminggu
Potong kuku teratur Potong kuku tidak teratur

b. Riwayat Psikologi
Pasien tampak lemas dan gelisah.
c. Riwayat Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik antar teman, tetangga dan dilingkungan
sosialnya
d. Riwayat Spiritual
Keluarga mengatakan pasien sangat taat beribadah
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
16

SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN


TD : 140/100 mmHg TD: 170/120 mmHg
N : 80x/menit N: 90x/menit
S : 36,50C S: 370C
RR : 22x/menit RR: 28x/mnt
c. Pemeriksaan Wajah
1. Mata : Mata klien normal, tidak ada oedema, sclera perubahan warna anemis,
warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya miosis, pupil isokor.
2. Hidung : hidung klien normal, tidak terpasang selang NGT, tidak ada polip,
tidak ada perdarahan
3. Mulut : Mukosa mulut klien kering, tampak bersih, tidak ada perdarahan
4. Telinga : telinga klien normal, tidak ada kotoran, tidak ada perdarahan, tidak
ada peradangan
d. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1. Kepala : saat di inspeksi bentuk kepala klien bulat, simetris, tidak ada
hidro/hiposepalus, tidak ada luka, tidak ada perdarahan, tampak memegangi
kepalanya dan saat palpasi tidak ada nyeri tekan
2. Leher : saat di inspeksi bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tiroid,
posisi trakea simetris, ada pembesaran pada vena jugularis
e. Pemeriksaan Thoraks/dada
1. Pemeriksaan paru : saat dinspeksi bentuk thoraks normal chest, susunan tulang
belakang normal, bentuk dada simetris, retraksi otot bantu nafas tidak ada,
tidak ada sianosis, saat diperkusi area paru sonor, terdengar suara ronchi basah
dan kasar, wheezing tidak ada
2. Pemeriksaan jantung : saat di inspeksi ictus cordi negatif, saat dipalpasi
dinding thoraks teraba kuat, saat diperkusi tidak ada kelainan, saat di
auskultasi tida ada suara tambahan, bunyi jantung I dan II tidak ada, mur-mur
tidak ada, Gallop tidak ada.
f. Pemeriksaan Abdomen
Saat diinspeksi bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, pada saat diauskultasi
frekuensi bising usus 10x/menit
g. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
1. Menguji tingkat kesadaran GCS: 8 (Eye: 3, Verbal: 2, Motorik: 3), tingkat
kesadaran composmentis
2. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak: tidak ada peningkatan suhu, tidak
ada nyeri kepala.
3. Memeriksa nervouskranialis : normal
4. Memeriksa fungsi motorik : pergerakan otot klien tampak lemah dibagian
ekstremitas tangan sebelah kiri dan ekstremitas kaki sebelah kiri
h. Pemeriksaan Kulit/Integumen
1. Integumen/kulit : saat diinspeksi klien tidak terdapat luka, saat dipalpasi
tekstur kulit halus.
2. Pemeriksaan rambut : penyebaran rambut merata, warna rambut berwarna
hitam, rambut tampak bersih
17

3. Pemeriksaan kuku : saat diinspeksi warna kuku baik, bentuk normal dan kuku
tampak bersih
i. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
1. Cek laboratorium
Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)
Sabtu, HEMATOLOGI
20 Oktober 2017
HEMOGLOBIN (HGB) 14,6 11,7 – 15,5 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 6,5 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 300 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 45 35 – 47 %

GULA DARAH
KARBOHIDRAT
GLUKOSA SEWAKTU 86 74 – 180 mg/dL
(GDS)
FUNGSI GINJAL
Ureum 47 13 – 43 mg/dL
Kreatinin 0,87 0,8 – 1,3 mg/dL
Asam urat 5,6 3,5 - 7,0 mg/dL
KIMIA DARAH
LEMAK
Cholesterol total 267 < 200 mg/dL
HDL choleserol 38 40 - 60 mg/dL
LDL cholesterol 185 < 100 mg/dL
Trigliseride 219 < 150 mg/dL
2. EKG
3. Foto Rontgen Brain Scanning : Lakunar infark basal ganglia kiri
j. Tindakan terapi
Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 12tpm/12 jam
2. Ranitidine 1 ampul via I.V
14 Oktober 2017 3. Citicoline 2x1 gram via I.V
4. Manitol 4x100 cc via I.V
5. Amlodipin 1x10 gram via P.O
6. Piracetam 4x3 gram via I.V
7. Atorvastatin 1x20 gram via P.O
18

ANALISA DATA

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1. DS : Penurunan Gangguan
- Keluarga klien mengatakan pasien tidak sirkulasi serebral komunikasi verbal
bisa berbicara

DO :
- Klien tampak tidak bisa berbicara
2. DS : Gangguan Gangguan
- Keluarga klien mengatakan anggota neuromuskular mobilitas fisik
tubuh tidak dapat digerakkan pada pasien
- Keluarga klien mengatakan anggota
gerak sebelah kiri terasa lemah pada
pasien
- Klien mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas

DO :
- Klien tampak anggota tubuh tidak dapat
digerakkan.
- Klien tampak anggota gerak sebelah kiri
terasa lemah
- Klien tampak gerakan terbatas
3. DS : Hipertensi Risiko perfusi
- Keluarga klien mengatakan pasien lemas serebral tidak

- Keluarga klien mengatakan kepala efektif

pasien pusing

DO :
- Klien tampak lemas
- Klien tampak pusing
- TD : 170/120 mmHg
- RR : 28 X/mnt
19

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral (D.0119)


2. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular (D.0054)
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d hipertensi (D.0017)
20

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : defisit
komunikasi verbal keperawatan selama 1x24 jam bicara (1.13492)
b/d penurunan diharapkan komunikasi verbal Observasi :
sirkulasi serebral membaik dengan kriteria hasil : - Monitor kecepatan, tekanan,
- Kemampuan berbicara (5) kuantitas, volume, dab diksi
meningkat bicara
- Kesesuaian ekspresi - Monitor proses kognitif,
wajah/tubuh (5) meningkat anatomis, dan fisiologis yang
- Afasia (1) meningka berkaitan dengan bicara (mis.

- Disfasia (1) meningkat Bahasa)

- Apraksia (1) meningkat - Identifikasi perilaku

- Afonia (1) meningkat emosional dan fisik sebagai


bentuk komunikasi
- Pemahaman komunikasi (5)
Terapeutik :
membaik
- Gunakan metode komunikasi
alternatif (mis. Menulis, mata
berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer)
- Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan (mis.
Berdiri didepan pasien,
gunakan komunikasu tertulis)
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
- Ulangi apa yang disampaikan
pasuen
- Berikan dukungan psikologis
- Gunakan juru bicara, jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (1.05173)
mobilitas fisik b/d keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
gangguan diharapkan mobilitas fisik membaik - Identifikasi toleransi fisik
neuromuskular dengan kriteria hasil : melakukan pergerakan
- Pergerakan ekstremitas (5) - Monitor frekuensi jantung
meningkat dan tekanan darah sebelum
- Kekuatan otot (5) meningkat memulai mobilisasi
- Rentang gerak (ROM) (5) - Monitor kondisi umu selama
meningkat melakukan mobilisasi
- Gerakan tidak terkoordinasi Terapeutik :
(1) meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
- Kelemahan fisik (1) meningkat dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Pindah dari tempat tidur ke
kursi)
Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Pemantuan tanda vital
serebral tidak keperawatan selama 1x24 jam (1.02060)
efektif b/d diharapkan perfusi serebral Observasi :
hipertensi membaik dengan kriteria hasil : - Monitor tekanan darah
- Sakit kepala (1) meningkat - Monitor pernapasan
- Nilai rata-rata tekanan darah - Monitor oksimetri nadi
(5) membaik - Identifikasi pemyebab
- Tekanan darah sistolik (5) perubahan tanda vital
membaik Terapeutik :
- Tekanan darah diastolik (5) - Atur interval pemantauan
membaik sesuai kondisi pasien
- Refleks saraf (5) membaik - Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
23

D. IMPLEMENTASI
HARI/ NO JAM IMPLEMENTASI TTD
TANGGAL DX
Jumat, 1. 20:00 - Memonitorkan kecepatan, tekanan,
20 Oktober kuantitas, volume, dan diksi bicara.
2017 20:10 - Memonitorkan proses kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
(mis. Bahasa).
20:15 - Mengidentifikasikan perilaku emosional dan
fisik sebagai bentuk komunikasi.
20:20
- Menggunakan metode komunikasi alternatif
(mis. Menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer).
20:25
- Menyesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (mis. Berdiri didepan pasien,
gunakan komunikasu tertulis).
20:30
- Memodifikasikan lingkungan untuk
meminimalkan bantuan.
20:35
- Menggulangi apa yang disampaikan pasien.
20:36
20:37 - Memberikan dukungan psikologis.
20:38 - Menggunakan juru bicara, jika perlu.
20:39 - Menganjurkan berbicara perlahan.
20:42 - Mengajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan berbicara.
- Merujukkan ke ahli patologi bicara atau
terapis.
Jumat, 2. 20:00 - Mengidentifikasikan toleransi fisik
20 Oktober melakukan pergerakan.
2017 20:15 - Memonitorkan frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai mobilisasi.
20:20 - Memonitorkan kondisi umu selama
melakukan mobilisasi.
20:25 - Memfasilitasikan aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur).
20:30 - Memfasilitasikan melakukan pergerakan,
jika perlu.
20:40
- Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan.
20:45
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
20:50
- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini.
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
20:55
harus dilakukan (mis. Pindah dari tempat
tidur ke kursi).
Jumat, 3. 20:00 - Memonitorkan tekanan darah. TD : 120/80
20 Oktober 20:05 mmhg
2017 20:10 - Memonitorkan pernapasan. RR : 20 x/menit
20:15 - Memonitorkan oksimetri nadi.
- Mengidentifikasikan penyebab perubahan
20:25
tanda vital.
- Mengaturkan interval pemantauan sesuai
20:30
kondisi pasien.
20:40
- Mendokumentasikan hasil pemantauan.
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
20:50
pemantauan.
- Menginformasikan hasil pemantauan, jika
perlu
25

E. EVALUASI
Hari/ Jam No Evaluasi Ttd
Tanggal Dx
Jumat, 21:30 1. S:
20 WIB - Keluarga mengatakan klien
Oktober sudah bisa bicara tetapi tidak
2017 jelas.

O:
- Klien sudah bisa panggil tetapi
suara mengerang tidak jelas

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi selesai
Jumat, 21:40 2. S:
20 WIB - Keluarga klien mengatakan
Oktober anggota tubuh klien sudah bisa
2017 digerakkan
- Keluarga klien mengatakan
anggota gerak sebelah kiri tidak
terasa lemah
- Klien mengatakan sudah tidak
sulit menggerakkan ekstremitas

O:
- Anggota tubuh klien sudah
bisa digerakkan
- Anggota gerak sebelah kiri
tidak terasa lemah pada
klien
- Gerakkan tidak terbatas
pada klien

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi selesai
Jumat, 21:50 3. S:
20 - Keluarga klien mengatakan
Oktober klien tidak lemas
2017 - Keluarga klien mengatakan
kepala klien tidak pusing

O:
- Klien tidak lemas
- Kepala klien tidak pusing
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 20 x/menit
A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi selesai
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
ke bagian otak. Kemudian terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan
nafas, tekanan darah, bahkan menyebabkan penurunan kesadaran.

B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan apabila terdapat keluarga
saudara, atau kerabat yang terkena penyakit stroke karena seseorang yang terkena stroke
akan sangat membutuhkan perhatian dan dukungan terutama dari orang-orang terdekatnya
terutama keluarga.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unjaya.ac.id/ (Diakses pada tanggal 6 maret 2022, pukul 21:01 )

http://eprints.aiska-university.ac.id/ (Diakses pada tanggal 6 maret 2022, pukul 21:21 )

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/ (Diakses pada tanggal 6 maret 2022, pukul 21:24)

http://repository.upnvj.ac.id/ (Diakses pada tanggal 8 maret 2022, pukul 09 : 27)

pathway stroke hemoragik - Bing images (Diakses pada tanggal 8 maret 2022, pukul 11 : 26)

Anda mungkin juga menyukai