Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 6

Anggota:

A'liyya putri

Nur ismi

Sri reski

Munadia putri

Lia lesti lestari

1. A. Validitas logis

Validitas logis

Istilah validitas logis mengandung kata logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan
makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi
sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut
di pandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori
dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas yang lain misalnya membuat karangan, jika
penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah di susun berdasarkan teori penyusunan
instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwa validitas logis
dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu di uji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrumen tersebut selesai di susun.

1. Validitas isi (Content Validity).

Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada elemen-elemen yang ada pada alat ukur
dan diproses dengan analisis rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan dengan
detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan. Beberapa contoh elemen yang dinilai dalam
validitas konten adalah sebagai berikut;

Definisi operasional variabel

Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti

Jumlah soal
Format jawaban

Skala pada instrumen

Penskoran

Petunjuk pengisian instrumen

Waktu pengerjaan

Populasi sampel

Tata bahasa

Tata letak penulisan (format penulisan)

Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai saran/masukan
dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli bebas memberikan
penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak.

Indikator bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi
maupun formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan,
maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima instrumen tanpa perbaikan lagi

2. Validitas kriteria (Criterion validity).

Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah dikembangkan dengan instrumen
lain yang dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen yang telah dikembangkan.
Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria:

Validitas Kriteria Prediktif, dan

Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent).

Perbedaan kedua cara uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian instrumen dengan
kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada waktu yang berbeda, maka disebut
dengan validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian instrumen dengan kriterianya dilakukan
pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan validitas kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari
uji instrumen dan kriterianya kemudian dihubungkan dengan uji korelasi.

3. Validitas konstruk (Construct Validity).

Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil pengukuran yang sesuai dengan
definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian validitas konstruk mudah. Definisi tersebut
diturunkan dari teori.
Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai,
maka instrumen dinyatakan valid secara validitas konstruk

Sebuah tes di katakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.
Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek
berpikir yang menjadi tujuan instruksional.

Validitas konstruk digunakan bila kita menyaksikan apakah gejala yang tes benar-benar hanya
mengandung satu dimensi. Apabila ternyata gejala itu mengandung lebih dari satu dimensi maka
validitas tes itu diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa mengetahui komponen-
komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu.

B. Validitas Empiris

Validitas empiris

Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat di
katakan memiliki validitas empiris apabila sudah di uji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari,
seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dapat di buktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Dari penjelasan dan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris
tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya
validitas logis, tetapi harus di buktikan melalui pengalaman.

Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat di lakukan untuk menguji bahwa
sebuah instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi
instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang di gunakan sebagai
pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua yaitu : yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi
akan terjadi di waktu yang akan datang (prediksi).

1. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)

Validitas ini lebih garis besar dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang
dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu
mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang,
concurrent).
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat pembanding. Maka
hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya di bawah ini dikemukakan sebuah
contoh. Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau
belum. Untuk itu diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai
ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

2. Validitas prediksi (predictive valydity)

Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang
belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Apabila calon peserta
memiliki nilai tes yang tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak.

Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus apabila memiliki nilai yang rendah jadi diperkirakan akan
tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi
adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika
ternyata siapa yang memiliki nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester 1 dibandingkan
dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas
prediksi

2. - validitas konten itu validitas yang dapat dikatakan validitas kurikulum yang artinya alat ukur
tersebut dikatakan valid apabila sesuai dengan kurikulum yang diatur sedangkan,

- validitas empirik itu alat ukur dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan pengalamannya

3. Menurut kelompok kami validasi konten dahulu, karena itu berdasarkan kurikulum sedangkan,
validasi empiris itu instrumennya harus sesuai dengan pengalaman biar instrumen nya dikatakan valid

Anda mungkin juga menyukai