Anda di halaman 1dari 3

TEORI KOTA DAN PERMUKIMAN

OLEH:
MUHAMMAD AL – FURQAN NUGRAHA
60100119048
4/C

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021
KOTA BERKELANJUTAN DENGAN TUJUANNYA

Perwujudan SDG-3 ini harus inklusif, sehingga semua penduduk mulai dari bayi, remaja,
orang dewasa, sampai lansia harus memiliki akses pelayanan kesehatan yang memadai. Dari
berbagai masalah atau kondisi yang terjadi, kota berperan penting untuk mewujudkan kota
yang sehat serta layak dihuni warganya. Kota yang bersih, nyaman, indah dan tertata rapi
adalah impian setiap masyarakat. Kota bersih adalah kota yang semua jenis sampahnya
terkoleksi dengan baik. Pemerintah perlu terus mendorong terwujudnya kesehatan pangan
melalui sertifikasi penyajian/penjualan hingga layanan pengiriman makanan mulai warung
makan, pedagang kaki lima, restoran, serta kegiatan inspeksi dan pendampingan kepada
pelaku usaha makanan. Keberadaan komunitas pengepul makanan yang masih dalam
kondisi bagus (food banking community) bekerja sama dengan sumber-sumber makanan
berkualitas (restoran besar, makanan siap saji, hotel) untuk dikemas ulang atau diolah kembali
dan didistribusikan kepada yang membutuhkan. Peradaban tentu saja tidak hanya dicapai
dengan kerja-kerja jangka pendek, pengerahan sumber daya besar-besar secara parsial yang
hanya ditujukan untuk memperoleh sebuah penghargaan, sebut saja adipura.

Kota yang sehat bakal menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi warganya untuk tinggal,
bekerja, sekaligus menikmati kualitas kehidupan lebih baik. Kota yang sehat adalah kota yang
senantiasa terus menerus menciptakan dan meningkatkan kondisi lingkungan sosial dan
kondisi lingkungan fisiknya ke arah yang semakin baik. Secara garis besar, ada tiga indikator
yang bisa dijadikan acuan untuk menentukan kota sehat, sekaligus sebagai pijakan pengelola
kota untuk menetapkan langkah atau kebijakan dalam pengelolaan kota. Ini meliputi tingkat
kematian dan penyebabnya, serta tingkat kelahiran bayi yang lahir dengan berat badan
kurang. Berikutnya, indikator lingkungan. Kondisi kota sehat adalah ketika sanitasi lingkungan
permukiman bersih dan higienis, akses air bersih terlayani, saluran air tidak tergenang,
sampah dan limbah terkelola baik, sehingga tidak mudah timbul wabah penyakit seperti diare,
tifus, dan demam berdarah. Lingkungan sehat berperan penting secara langsung ataupun
tidak langsung membentuk warga sehat.

Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan tak mengorbankan aset kota, tapi terus-
menerus memupuk semua aset, yakni manusia, lingkungan, dan sarana prasarana
terbangun. Budaya hidup hijau perlu didukung forum komunitas hijau yang terdiri atas
penggiat individu atau kelompok, dari berbagai bidang peminatan, serta memiliki beragam
kegiatan lingkungan. Kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang memadai bagi
semua. Kota yang sehat juga harus memfasilitasi warganya untuk tetap aktif bergerak secara
fisik. kota harus aktif yang didukung budaya hidup aktif.
Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan manusia merupakan tujuan ke-5 atau poin ke-5 dari
17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). Kesetaraan Gender memiliki penjelasan
yang menjadi tujuan utamanya, yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
semua perempuan. Berikut beberapa tujuan atau sasaran global mengenai tujuan kelima.
Terakhir adalah menjamin partisipasi penuh dan efektif, serta memperoleh kesempatan yang
sama bagi perempuan untuk memimpin di tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan
politik, ekonomi, dan masyarakat. Namun, gender bukanlah sekedar perbedaan jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan sebagai pemberian Tuhan. Gender lebih ditekankan pada
perbedaan peranan dan fungsi yang ada dan dibuat oleh masyarakat. Diskriminasi gender
telah melahirkan ketimpangan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kesetaraan gender dan pemberdayaan bukan hanya hak asasi manusia yang
mendasar, tetapi landasan dan fondasi yang diperlukan untuk dunia yang tentram dan damai.
Gerakan kaum wanita ini ditujukan sebagai suatu bentuk penolakan terhadap segala sesuatu
yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik
dalam politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dengan ini, diharapkan
dapat diubahnya keadaan pada kondisi perempuan melalui cara yaitu dengan meluruskan
pandangan yang salah mengenai laki-laki dan perempuan, menghapus budaya patriarki,
mengikis sikap superioritas (merasa lebih unggul) dan inferioritas (merasa lebih rendah), serta
memberi hak-hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. Perwujudan kota ramah
gender masih diwarnai dengan berbagai keterbatasan serta tantangan ketidakadilan akibat
kurangnya wawasan maupun kurangnya kesempatan yang sama bagi perempuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan kota. Jadi, untuk mencapai kota berkelanjutan maka
semua harus diperhatikan, baik itu kesejahteraan manusia maupun kesejahteraan
lingkungan. Karena kota yang baik adalah kota yang memberikan perubahan positif sosial
ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial tempat masyarakat bergantung.

Anda mungkin juga menyukai