0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan4 halaman
Cerita ini menceritakan tentang Zahra, seorang anak yang baik hati dan pintar. Suatu hari Zahra membantu seorang ibu membawa belanjaan dan mendapat nilai tertinggi di ulangan. Cerita lain menceritakan Elina yang mendapat hadiah sepeda setelah berhasil mendapat peringkat satu di UAS.
Cerita ini menceritakan tentang Zahra, seorang anak yang baik hati dan pintar. Suatu hari Zahra membantu seorang ibu membawa belanjaan dan mendapat nilai tertinggi di ulangan. Cerita lain menceritakan Elina yang mendapat hadiah sepeda setelah berhasil mendapat peringkat satu di UAS.
Cerita ini menceritakan tentang Zahra, seorang anak yang baik hati dan pintar. Suatu hari Zahra membantu seorang ibu membawa belanjaan dan mendapat nilai tertinggi di ulangan. Cerita lain menceritakan Elina yang mendapat hadiah sepeda setelah berhasil mendapat peringkat satu di UAS.
NIM : 1401421135 No. Presensi : 14 Rombel :D Mata Kuliah : Teori dan Apresiasi Sastra
CERITA ANAK KELAS RENDAH
“ZAHRA SI ANAK PINTAR DAN BAIK HATI” Di sebuah desa hiduplah seorang anak perempuan yang bernama Zahra. Zahra adalah anak yang baik hati, rajin, dan juga pintar. Dia selalu membantu orang yang sedang kesusahan dan tidak pernah mengharapkan imbalan dari orang yang telah ia bantu. Selain dia anak yang baik hati, ia juga merupakan anak yang rajin dan juga pintar. Ia rajin dalam segala hal termasuk rajin belajar, oleh karena itu ia menjadi anak yang pintar. Suatu hari, ketika Zahra berangkat ke sekolah, ia melewati sebuah pasar. Zahra melihat ada seorang ibu yang sedang kesusahan untuk membawa barang belanjaannya. Zahra pun langsung menghampiri ibu tersebut. Zahra : “ Ada yang bisa saya bantu bu?”. Ibu : “Ini nak, ibu kesusahan membawa barang belanjaan ibu”. Zahra : “Ya sudah ibu biar saya bantu”. Ibu : “ Baik lah anak terimakasih ya”. Zahra : “Iya ibu sama-sama, oh iya ibu ini barang belanjaannya mau ditaruh mana ya?”. Ibu : “Taruh saja di seberang jalan ibu anak” (sambil menunjuk jalan yang dimaksud ibu tersebut). Zahra : “Baik ibu”. Setelah Zahra membantu ibu tersebut, ia langsung pamit untuk berangkat ke sekolah. Sang ibu pun berterima kasih kepada Zahra karena sudah membantunya membawa barang belanjaannya dan ibu itu hendak memberikan uang kepada Zahra sebagai imbalannya. Zahra menolak uang tersebut karena ia ikhlas membantu ibu tersebut. Meskipun ibu itu meminta Zahra untuk menerima uang tersebut, tetapi Zahra tetap tidak mau menerimanya. Sang ibu yang melihat ketulusan Zahra dalam menolong seseorang menjadi sangat tersentuh dan mendoakan Zahra agar suatu saat menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Zahra pun berterima kasih kepada ibu tersebut karena sudah mendoakannya. Kemudian Zahra pamit untuk pergi karena ia harus berangkat ke sekolah. Zahra sampai di sekolah pukul 06.45. Sesampainya ia di sekolah, ia masuk kelas dan langsung belajar karena nanti akan di adakan ulangan. Saat jam pelajaran sudah akan di mulai, seorang ibu guru masuk ke dalam kelas. Dan guru tersebut langsung membagikan lembar soal ulangan ke semua siswa. Satu jam kemudian waktu ulangan sudah habis dan semua siswa harus mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru. Saat semua lembar jawaban sudah terkumpul semua, guru tersebut langsung mengoreksi hasil ulangan tersebut dan akan diumumkan nantinya. Ketika guru tersebut sudah selesai mengoreksi, beliau mengumumkan hasil ulangan hari ini. Ibu guru tersebut menyuruh Zahra untuk maju ke depan kelas. Zahra : “Ada apa ya bu?” Guru : “Selamat ya Zahra kamu mendapatkan nilai tertinggi ulangan hari ini” (sambil menjabat tangan Zahra). Zahra : “Terima kasih bu” (sambil tersenyum senang kepada ibu guru). Guru : “Oke Zahra sekarang kamu boleh kembali ke tempat duduk kamu”. Zahra : “Baik ibu sekali lagi terima kasih”. Kemudia teman-teman Zahra pun memberikan selamat kepadanya karena ia mendapatkan nilai tertinggi. Bagaimana tidak Zahra bisa mendapatkan nilai tertinggi, sedangkan dia saja tidak pernah lupa untuk mengulas materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Hal ini ia lakukan agar ia tidak lupa dengan materi yang telah ia dapatkan di sekolah. Bel pulang pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran sudah selesai dan semua siswa sudah boleh pulang. Zahra sudah tidak sabar ingin segera pulang dan memberitahukan kepada ibunya akan hal tersebut. Sesampainya di rumah Zahra langsung menghampiri sang ibu. Zahra : “Assalamualaikum ibu” (sambil terus tersenyum senang) Ibu Zahra : “Waalaikumsalam anak, ada apa ini kok kelihatan seneng banget?” Zahra : “Ibu tahu nggak kalau aku tadi dapat nilai tertinggi pas ulangan” (sambil menunjukkan kertas ulangannya yang menunjukkan nilai yang sempurna). Ibu Zahra : “Wah...selamat ya anak kamu memang anak ibu yang paling pintar” (sambil memeluk Zahra karena saking bahagianya). Zahra : “Pastinya dong bu kan anak ibu Cuma aku” (sambil tertawa kepada ibunya). Sang ibu pun sangat bangga karena ia memiliki anak yang rajin, pintar dan juga baik hati kepada semua orang. Ia sangat bersyukur akan hal tersebut. “HADIAH TAK TERDUGA” Pada suatu masa ada seorang anak yang bernama Elina. Ia hidup di sebuah desa dan ia berasal dari keluarga yang sederhana. Elina adalah seorang anak yang pintar, saat ini ia masih sekolah kelas 4 SD. Suatu hari Elina bilang ke orangtua nya bahwa dia menginginkan sebuah sepeda. Karena jarak rumah dia ke sekolah cukup jauh jadi dia menginginkan sebuah sepeda. Tapi saat itu orangtua nya belum ada uang untuk membeli sepeda tersebut. Al hasil Elina harus pergi ke sekolah bersama temannya dengan berboncengan naik sepeda. Beberapa hari setelahnya, tepatnya sebelum sekolah Elina akan di adakan UAS, orang tua Elina menghampiri Elina dan bilang sesuatu kepada Elina. Orang tua Elina : “Elina kalau kamu meninginkan sebuah sepeda, akan kami berikan tapi dengan satu syarat”. Elina : “Syaratnya apa Yah, Bu?”. Orang tua Elina : “Syaratnya kamu harus mendapatkan peringkat satu saat UAS nanti”. Elina : “Kalau aku tidak bisa mendapatkan peringkat satu bagaimana?” Orang tua Elina : “Berarti hadiah sepedanya hangus” Elina : “Loh kok begitu sih” (sambil memasang muka cemberutnya) Orang tua Elina : “Ya makanya kamu harus buktiin kalau kamu itu bisa” Elina : “Oke, aku bakal buktiin ke ayah sama ibu kalau aku bisa dapat peringkat satu” Hari pun sudah mulai berganti. Dan pengumuman hasil UAS akan di umumkan hari ini. Elina sangat takut kalau dia tidak bisa mendapat peringkat satu itu. Tapi ia mencoba meyakinkan diri dia sendiri bahwa dia bisa mendapatkan peringkat satu. Saat hasilnya sudah keluar, hasil tersebut di tempelkan di mading sekolah. Elina pun langsung mengecek hasil UAS kemarin. Betapa bahagianya dia kala mengetahui bahwa dia berhasil mendapat peringkat satu. Elina menjadi tidak sabar untuk segera pulang sekolah dan memberitahukan kabar tersebut kepada kedua orang tuanya. Sepulangnya Elina dari sekolah, betapa terkejutnya dia saat di ruang tamu nya ada sebuah sepeda baru yang selama ini dia inginkan. Elina pun menghampiri kedua orang tuanya. Elina : “Ayah, Ibu kok sepeda nya sudah dibeli? kan kalian belum tahu apa aku berhasil mendapat peringkat satu” Orang tua Elina : “Memang ayah sama ibu tidak tahu, tapi kami yakin kalau kamu bisa menjadi peringkat satu, lagi pula uangnya juga sudah ada jadi tidak usah ditunda lagi” Elina : “Wah...terima kasih ya Yah, Bu” (sambil memeluk kedua orang tuanya) Orang tua Elina : “Iya sama-sama nak, tapi kamu harus tetap rajin belajar ya dan pertahankan prestasi kamu” Elina : “Iya ayah siap” (sambil tersenyum senang kepada ayah dan ibunya). Betapa bahagianya Elina waktu itu. Walaupun dia sudah mengetahui hadiahnya apa tapi dia tidak menyangka kalau orang tuanya akan membelikannya sepeda secepat ini. Ia sangat bersyukur karena memiliki kedua orang tua yang begitu menyayanginya. Meskipun ia selalu dimanjakan oleh orang tuanya, tapi untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, dia harus berusaha untuk bisa mendapatkannya. Setelah hari itu, Elina menjadi semakin rajin belajar karena ia harus bisa mempertahankan prestasinya. Elina juga semakin bersemangat untuk berangkat ke sekolah dengan sepeda barunya itu.