Secara etimologis, ideologi berasal dari dua suku kata yaitu “idios” yang berarti ide atau konsep dan “logos” yang berarti ilmu; sehingga ideologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ide-ide manusia, atau ilmu tentang ide-ide. Ideologi merupakan serangkaian kepercayaan (belief) yang menjadi orientasi bagi sebuah tindakan. Idelogi pendidikan membahasa serta mengkaji sistem nilai maupun pola gagasan yang menggerakkan tindakan pendidikan yang sering pada posisi out side kesadaran kita (pendidikan). Berhubungan dengan pendidikan, ideologi didefinisikan sebagai segala aturan yang diyakini dan dijadikan landasan bagi pendidikan untuk mencapai tujuan yaitu untuk maju berkembang menjadi lebih baik.
B. Jenis – Jenis Ideologi Pendidikan
Enam pembagian ideologi-ideologi pendidikan pada dasarnya berasal dari pembagian dua kelompok besar ideologi, yaitu: (1) Ideologi Konservatif; dan (2) Ideologi Liberal. 1. Ideologi Pendidikan Konservatif Ideologi konservatif dalam pendidikan cenderung bersifat kaku, ortodoks dan konvensional, agak tertutup dan sedikit tidak membuka diri dengan hal-hal yang sifatnya baru. Itu sebabnya ideologi pendidikannya bersikap mempertahankan suatu keadaan lama serta kebiasaan-kebiasaan lama dalam tradisi yang berlaku. Dalam bidang kajian belajar dan pembelajaran, ideologi konservatif ini lebih mendasari teori belajar behavioristik yang menuntut kedisiplinan peserta didik dalam mematuhi aturan-aturan dan tata tertib belajar. Di samping itu juga sedikit mendasari teori belajar kognitifistik yang berpusat pada hukum-hukum kognisi dalam berpikir yang benar dan terarah. Ideologi pendidikan konservatif dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu: a. Fundamentalisme Pendidikan Aliran ini lebih memandang bahwa kehidupan yang baik dan benar adalah melalui fundamen pendidikan religius yang terwujud dalam ketaatan terhadap tolak ukur keyakinan serta perilaku agamis yang bersifat intuitif atau yang diwahyukan. b. Intelektualisme Pendidikan Ideologi ini muncul dengan pemikiran intelektual yang baik untuk menolak ungkapan-ungkapan politik yang didasarkan pada sistem-sistem pemikiran filosofis atau religius yang otoritarian (sewenang-wenang atau berkuasa sendiri). c. Konservatisme Pendidikan Ideologi pendidikan ini berkembang dengan memposisikan diri pada pandangan yang mendukung ketaatan terhadap lembaga- lembaga dan proses-proses budaya yang mapan dan sudah teruji oleh waktu. Mereka cenderung menghargai hukum dan tatanan sebagai landasan perubahan sosial (kehidupan bersama) yang konstruktif. Dalam dunia pendidikan, seorang konservatif beranggapan bahwa, sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola-pola serta tradisi-tradisi yang sudah mapan. 2. Ideologi Pendidikan Liberal Ideologi liberal dalam pendidikan cenderung berpikir luas, bebas, terbuka, dan kontekstual dengan perubahan. Itu sebabnya ideologi pendidikannya bersikap mempertahankan suatu keadaan yang baru, serta kebiasaan-kebiasaan yang akan datang demi usaha untuk perjuangan menuju kebebasan hakiki. Sebab pendidikan adalah suatu pembebasan dari keterpasungan sistem politik dan pemerintahan yang ada, juga sistem agama yang cenderung naif (tidak masuk akal). Dalam kajian belajar dan pembelajaran, ideologi liberal lebih banyak mendasari teori-teori belajar konstruktivistik dan humanistik, yaitu yang berpusat pada peserta didik sebagai agen suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Ideologi pendidikan liberal dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) pandangan utamanya yaitu: a. Liberalisme Pendidikan Para pendidik ideologi liberalisme pendidikan memusatkan perhatian pada “tujuan jangka panjang” pendidikan yang dapat melestarikan tatanan sosial yang ada, dengan cara mengajar setiap siswa untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupannya secara mandiri (sendiri) dan efektif. Ideologi liberalisme pendidikan ini berbeda-beda dalam hal intensitasnya, yaitu dari yang paling lunak ke yang paling keras. b. Liberasionisme Pendidikan Liberasionisme merupakan suatu sudut pandang yang menganggap bahwa manusia (kita) harus segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik yang ada sekarang sebagai cara untuk menunjukkan “kebebasan-kebebasan” individu dan mempromosikan “potensi-potensi” diri semaksimal mungkin. Itu sebabnya, liberasionisme pendidikan lebih mencakup spektrum pandangan yang lebih luas. Liberasionisme pendidikan berpandangan bahwa, sekolah secara moral berkewajiban untuk mengenali dan mempromosikan program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa semata. Sekolah harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan dengan dukungan sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta yang ada. c. Anarkisme Pendidikan Pendidik anarkisme pendidikan beranggapan bahwa, manusia (kita) harus menekankan perlunya meminimalkan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa kita harus sejauh mungkin yang bisa dilakukan adalah mendeinstitusionalisasikan masyarakat yaitu “membuat masyarakat bebas lembaga”. Dasar utama pandangan anarkisme pendidikan ini bahwa, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan “humanistik” berskala besar yang mendesak dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan.
C. Pancasila Sebagai Ideologi Pendidikan di Indonesia
Pertama, Pendidikan nasional tentang Pancasila (education about Pancasila) memberikan pemahaman kepada kita, bahwa di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, kita haruslah mengajarkan peserta didik untuk dapat menguasai kecakapan-kecakapan, pengetahuan, nilai- nilai yang ada dalam nilai-nilai filosofis pancasila. Kedua, Pendidikan nasional melalui Pancasila (education trhought Pancasila) maknanya adalah bahwa proses pendidikan nasional yang bersubstansikan nilai-nilai pengetahuan berdasarkan Pancasila (ontologism, epistemology, aksiologi) tadi haruslah dilaksanakan dengan jalan, prosedur, cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dengan menciptakan iklim pembelajaran yang Pancasila pula. Artinya proses pendidikan secara makro maupun mikro di sekolah maupun di kelas menggunakan cara-cara dan prosedur yang terdapat dalam nilai-nilai filosofis Pancasila. Ketiga, Pendidikan nasional untuk Pancasila (education for Pancasila) maknanya adalah bidang kajian pendidikan nasional, penetapan tujuannya, dan proses pendidikan nasional, substansi pendidikan nasional, semua itu diarahkan untuk tujuan yang terakhir yakni untuk mewujudkan pendidikan berkarakter bangsa sesuai dengan nilai-nilai filosofis Pancasila yang “Humanis-Holistik-Religius”.