Anda di halaman 1dari 4

Nama : Diah Ayu Lupinatarita Primadani

NIM : 1401421135

No. Presensi : 14

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan

Resume Materi Pengantar Ilmu Pendidikan

IDEOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Ideologi Pendidikan


Secara etimologis, ideologi berasal dari dua suku kata yaitu “idios”
yang berarti ide atau konsep dan “logos” yang berarti ilmu; sehingga
ideologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ide-ide manusia, atau
ilmu tentang ide-ide.
Ideologi merupakan serangkaian kepercayaan (belief) yang menjadi
orientasi bagi sebuah tindakan. Idelogi pendidikan membahasa serta
mengkaji sistem nilai maupun pola gagasan yang menggerakkan tindakan
pendidikan yang sering pada posisi out side kesadaran kita (pendidikan).
Berhubungan dengan pendidikan, ideologi didefinisikan sebagai
segala aturan yang diyakini dan dijadikan landasan bagi pendidikan untuk
mencapai tujuan yaitu untuk maju berkembang menjadi lebih baik.

B. Jenis – Jenis Ideologi Pendidikan


Enam pembagian ideologi-ideologi pendidikan pada dasarnya berasal
dari pembagian dua kelompok besar ideologi, yaitu: (1) Ideologi
Konservatif; dan (2) Ideologi Liberal.
1. Ideologi Pendidikan Konservatif
Ideologi konservatif dalam pendidikan cenderung bersifat kaku,
ortodoks dan konvensional, agak tertutup dan sedikit tidak membuka
diri dengan hal-hal yang sifatnya baru. Itu sebabnya ideologi
pendidikannya bersikap mempertahankan suatu keadaan lama serta
kebiasaan-kebiasaan lama dalam tradisi yang berlaku.
Dalam bidang kajian belajar dan pembelajaran, ideologi konservatif
ini lebih mendasari teori belajar behavioristik yang menuntut
kedisiplinan peserta didik dalam mematuhi aturan-aturan dan tata tertib
belajar. Di samping itu juga sedikit mendasari teori belajar kognitifistik
yang berpusat pada hukum-hukum kognisi dalam berpikir yang benar
dan terarah.
Ideologi pendidikan konservatif dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga)
jenis yaitu:
a. Fundamentalisme Pendidikan
Aliran ini lebih memandang bahwa kehidupan yang baik dan
benar adalah melalui fundamen pendidikan religius yang terwujud
dalam ketaatan terhadap tolak ukur keyakinan serta perilaku agamis
yang bersifat intuitif atau yang diwahyukan.
b. Intelektualisme Pendidikan
Ideologi ini muncul dengan pemikiran intelektual yang baik
untuk menolak ungkapan-ungkapan politik yang didasarkan pada
sistem-sistem pemikiran filosofis atau religius yang otoritarian
(sewenang-wenang atau berkuasa sendiri).
c. Konservatisme Pendidikan
Ideologi pendidikan ini berkembang dengan memposisikan
diri pada pandangan yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-
lembaga dan proses-proses budaya yang mapan dan sudah teruji oleh
waktu. Mereka cenderung menghargai hukum dan tatanan sebagai
landasan perubahan sosial (kehidupan bersama) yang konstruktif.
Dalam dunia pendidikan, seorang konservatif beranggapan bahwa,
sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola-pola
serta tradisi-tradisi yang sudah mapan.
2. Ideologi Pendidikan Liberal
Ideologi liberal dalam pendidikan cenderung berpikir luas, bebas,
terbuka, dan kontekstual dengan perubahan. Itu sebabnya ideologi
pendidikannya bersikap mempertahankan suatu keadaan yang baru,
serta kebiasaan-kebiasaan yang akan datang demi usaha untuk
perjuangan menuju kebebasan hakiki. Sebab pendidikan adalah suatu
pembebasan dari keterpasungan sistem politik dan pemerintahan yang
ada, juga sistem agama yang cenderung naif (tidak masuk akal).
Dalam kajian belajar dan pembelajaran, ideologi liberal lebih
banyak mendasari teori-teori belajar konstruktivistik dan humanistik,
yaitu yang berpusat pada peserta didik sebagai agen suatu perubahan ke
arah yang lebih baik.
Ideologi pendidikan liberal dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)
pandangan utamanya yaitu:
a. Liberalisme Pendidikan
Para pendidik ideologi liberalisme pendidikan memusatkan
perhatian pada “tujuan jangka panjang” pendidikan yang dapat
melestarikan tatanan sosial yang ada, dengan cara mengajar setiap
siswa untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupannya
secara mandiri (sendiri) dan efektif. Ideologi liberalisme pendidikan
ini berbeda-beda dalam hal intensitasnya, yaitu dari yang paling
lunak ke yang paling keras.
b. Liberasionisme Pendidikan
Liberasionisme merupakan suatu sudut pandang yang
menganggap bahwa manusia (kita) harus segera melakukan
perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik yang ada
sekarang sebagai cara untuk menunjukkan “kebebasan-kebebasan”
individu dan mempromosikan “potensi-potensi” diri semaksimal
mungkin. Itu sebabnya, liberasionisme pendidikan lebih mencakup
spektrum pandangan yang lebih luas.
Liberasionisme pendidikan berpandangan bahwa, sekolah
secara moral berkewajiban untuk mengenali dan mempromosikan
program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih
pikiran siswa semata. Sekolah harus memajukan pola tindakan yang
paling meyakinkan dengan dukungan sebuah analisis obyektif
berdasarkan fakta-fakta yang ada.
c. Anarkisme Pendidikan
Pendidik anarkisme pendidikan beranggapan bahwa,
manusia (kita) harus menekankan perlunya meminimalkan atau
menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap
perilaku personal, bahwa kita harus sejauh mungkin yang bisa
dilakukan adalah mendeinstitusionalisasikan masyarakat yaitu
“membuat masyarakat bebas lembaga”.
Dasar utama pandangan anarkisme pendidikan ini bahwa,
pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang
mengupayakan untuk mempercepat perombakan “humanistik”
berskala besar yang mendesak dalam masyarakat, dengan cara
menghapuskan sistem persekolahan.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Pendidikan di Indonesia


Pertama, Pendidikan nasional tentang Pancasila (education about
Pancasila) memberikan pemahaman kepada kita, bahwa di dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional, kita haruslah mengajarkan peserta
didik untuk dapat menguasai kecakapan-kecakapan, pengetahuan, nilai-
nilai yang ada dalam nilai-nilai filosofis pancasila.
Kedua, Pendidikan nasional melalui Pancasila (education trhought
Pancasila) maknanya adalah bahwa proses pendidikan nasional yang
bersubstansikan nilai-nilai pengetahuan berdasarkan Pancasila (ontologism,
epistemology, aksiologi) tadi haruslah dilaksanakan dengan jalan, prosedur,
cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dengan menciptakan
iklim pembelajaran yang Pancasila pula. Artinya proses pendidikan secara
makro maupun mikro di sekolah maupun di kelas menggunakan cara-cara
dan prosedur yang terdapat dalam nilai-nilai filosofis Pancasila.
Ketiga, Pendidikan nasional untuk Pancasila (education for
Pancasila) maknanya adalah bidang kajian pendidikan nasional, penetapan
tujuannya, dan proses pendidikan nasional, substansi pendidikan nasional,
semua itu diarahkan untuk tujuan yang terakhir yakni untuk mewujudkan
pendidikan berkarakter bangsa sesuai dengan nilai-nilai filosofis Pancasila
yang “Humanis-Holistik-Religius”.

Anda mungkin juga menyukai