Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENULISAN ILMIAH (Pertemuan ke-2)

“Etika Penulisan Ilmiah: Etika Menulis, Plagiarism

dan Hak Cipta”

DOSEN PANGAMPU : Dr. Guspianto, SKM., MKM

DISUSUN OLEH :
QONITA LUTFIAH
NIM :
N1A120174

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI


2022
BAB I

PENDAHULUAN

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan
untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-
hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan tersebut
sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya
pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian lanjutan.

Ada banyak jenis karya ilmiah, diantaranya yaitu makalah, tesis, laporan
penelitian dan lain-lain. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah
persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Sedangkan
karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan baku.
Seringkali kita jumpai penulis suatu karya ilmiah yang dalam penulisannya tidak
memperhatikan etika dalam karya ilmiah, yaitu meniru atau mengambil hasil karya
orang lain tanpa menyebutkan sumbemya. Padahal kita tahu, bahwa seorang penulis
selain harus dapat menyajikan karya ilmiahnya dengan metodologi yang baik dan
benar, penulis juga dituntut supaya dapat mematuhi etika karya ilmiah tersebut. Hal
ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan seorang penulis dalam melakukan
tindakan penjiplakan (plagiarism). Oleh karena itulah, tim pemakalah akan
membahas materi mengenai etika karya ilmiah yang sejatinya harus dimiliki oleh
setiap penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Etika Penulisan Ilmiah

Etika adalah konsep nilai yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas
berdasarkan nilai-nilai norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaan maupun agama
(Setiawan, 2011). Kode etik dalam penulisan ilmiah merupakan aturan-aturan yang
perlu diperhatikan dan ditaati dalam penulisan karya ilmah.

Etika dalam penyusunan karya tulis ilmiah meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Penulisan harus dilakukan secara bertanggung jawab, cermat, dan seksama


b. Karya tulis ilmiah harus orisinil, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain
c. Menjaga kebenaran, fakta, dan manfaat yang disampaikan
d. Bertanggung jawab atas tulisannya
e. Menerima saran dan kritik yang diterima dari pembaca, reviewer, maupun editor
f. Menyadari secara sepenuhnya untuk tidak melakukan pelanggaran dalam penulisan
karya ilmiah

Etika penulisan ilmiah memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Menjamin akurasi temuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.


b. Untuk melindungi haki peneliti.
c. Untuk melindungi objek peneliti dari pemalsuan dan kerusakan.
d. Menjaga reputasi ilmuwan.
e. Menegakkan etika moral dalam berperilaku.

Fungsi dari etika penulisan ilmiah antara lain :

a. Sebagai bagian sistem iptek yang menentukan kemajuan ilmu pengetahuan.


b. Memelihara hati nurani diri peneliti dengan berpegang pada moralitas peneliti.
c. Mengawal penghormatan pada nilai-nilai etika dalam penelitian.
d. Membangun iklim penelitian yang sehat, kuat dan bermartabat.
2.2 Sikap yang Harus Dimiliki dalam Menulis Karya Ilmiah

1. Kejujuran

Jujur dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, dan pelaksanaan


metode. Apabila karya tulis ilmiah memiliki kekurangan ataupun terjadi kegagalan
dalam melaksanakan metode penelitian, penulis harus mengakui dan jujur akan hal
tersebut.

2. Objektif
Dalam menulis karya ilmiah jangan sampai terpengaruhi oleh pendapat atau
pandangan pribadi. Apa yang ada di dalam karya tulis ilmiah semuanya harus
berdasarkan fakta.
3. Ketelitian
Hindari terjadi kesalahan seminimal mungkin yang diakibatkan oleh
ketidakpedulian. Ketelitian muncul dari kepedulian dari penulis atau peneliti. Cara
mudah untuk menghindari kesalahan adalah dengan cara mencatat setiap apa yang
dilakukan, hasil dari pengamatan, waktu, tempat, sumber, dan hal lainnya secara
rinci.
4. Keterbukaan

Karya tulis ilmiah yang dipublikasikan harus bisa bermanfaat bagi para
pembacanya dan khalayak umum serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian-
penelitian yang selanjutnya. Oleh karena itu, penulis harus terbuka untuk
membagikan hasil data penelitian, ide, alat, atau sumber daya penelitian terhadap
para pembaca. Penulis juga harus terbuka terhadap saran dan kritik dari pembaca
meskipun terdapat beberapa perbedaan pendapat.

5. Bertanggung Jawab

Karya tulis ilmiah yang baik harus berguna untuk masyarakat, meningkatkan
taraf hidup, memudahkan serta membuat aktivitas kehidupan menjadi lebih efisien
dan efektif. Penulis juga harus bisa mempertanggungjawabkan setiap penelitiannya
dan apa yang ditulisnya.

6. Berkompetensi

Karya tulis ilmiah yang baik adalah karya tulis ilmiah yang bisa bermanfaat
bagi khalayak umum. Untuk menghasilkan karya tulis yang baik diperlukan
kompetensi dan kemampuan dalam menulisnya. Kompetensi dan kemampuan bisa
didapatkan melalui pendidikan ataupun pelatihan. Semakin banyak seseorang
melakukan pembelajaran dan pelatihan, semakin baik juga acara berpikir dan
teknik penelitiannya. Maka dengan itu, karya tulis ilmiah yang dihasilkan pun bisa
lebih baik.

2.3 Bentuk Pelanggaran dalam Penulisan Karya Ilmiah

1) Fabrikasi dan Falsifikasi Data

Fabrikasi dan falsifikasi data merupakan kesalahan dalam penulisan karya


ilmiah yang dilakukan secara sengaja. Tindakan ini termasuk ke dalam jenis
pelanggaran etika terhadap isi karya tulis dikarenakan pelanggaran etika dan
kecurangan yang dilakukan berkaitan dengan data penelitian. Fabrikasi data adalah
tindakan yang menciptakan data sendiri tanpa adanya penelitian terlebih dahulu.
Tindakan ini membuat data fiksi yang tidak valid menjadi seolah-olah ada.
Falsifikasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memalsukan data. Data
penelitian dibuat menjadi sesuai dengan keinginan penulis, bukan yang sesuai
dengan hasil yang sebenarnya.

2) Memanfaatkan Data/Informasi Bukan dari Sumber Asal

Pelanggaran penggunaan data yang bukan dari sumber asal biasanya terkait
dengan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak
langsung seperti melalui internet, media dan lainnya. Menggunaakan informasi
bukan dari sumber asalnya yang dimaksud adalah tidak mencantumkan sumber
informasi kedua dalam rantai data sumber penelitian.

3) Salami Slicing

Salami Slicing merupakan salah satu dari tindak pelanggaran publikasi karya
ilmiah, hal tersebut dapat terjadi apabila terdapat sebuah studi yang berskala besar
namun studi tersebut dibagi menjadi dua publikasi yang terpisah. Hal tersebut
dapat menimbulkan kepercayaan kepada pembaca bahwa sampel yang digunakan
pada dua publikasi tersebut merupakan sampel yang berbeda padahal hal tersebut
tidaklah benar. Adapun hal lain yang menyangkut permasalahan salami slicing ini
adalah data augmentation, pada data augmentation dapat terjadi apabila seorang
penulis melakukan penulisan karya ilmiah lalu karya tersebut dipublikasikan
namun selanjutnya penulis terus memperdalam penelitian karya ilmiah tersebut
dengan hanya menambahkan atau memperdalam data-data terkait lalu mengklaim
penelitian tersebut sebagai penelitian baru. Salami slicing dan data augmentation
keduanya berpotensi menimbulkan pelanggaran hak cipta karena data atau teks
yang tampil dilebih dari satu copywrited publication.

4) Pelanggaran Hak Kepenulisan, Kepemilikan dan Ucapan Terimakasih

Mencantumkan sumber data yang didapat untuk menyusun karya tulis


merupakan hal yang sangat penting. Apabila penulis terlalu berfokus hanya pada
penyusunan karya ilmiah tanpa memperhatikan dan mencantumkan sumber data
yang diperolah dapat berakibat fatal. Selain itu, ucapn terimakasih terhadap
pihakpihak yang telah membantu proses penulisan karya ilmiah juga sangat
penting.

5) Publikasi Ganda

Apabila penulis mengirimkan karyanya ke lebih dari satu penerbit tanpa


adanya pemberitahuan kepada penerbit sebelumnya, maka dia dianggap telah
melakukan publikasi ganda. Pelanggaran lain terkait publikasi ganda adalah
apabila penulis menggunakan data yang sama dengan data yng pernah ia laukan
sebelumnya dengan hanya mengganti kalimatnya.

6) Konflik Kepentingan

Dalam menulis karya ilmiah tidak bisa melibatkan konflik kelompok tertentu
ataupun kepentingan pribadi dalam melihat suatu permasalahan. Hal ini
dikarenakan karya tulis ilmiah harus ditulis secara objektif.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ETIKA DALAM PENULISAN

Etika dalam menulis harus memiliki aturan-aturan atau tata cara yang sopan
santun dalam berbahasa. Kita juga harus memperhatikan kode-kode etik dan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh si pembaca. Apalagi jika ditulis
dalam media online atau internet yang bersifat mudah menyebar dan akan berakibat
buruk apabila menimbulkan pertentangan.

Ada beberapa point etika yang perlu diperhatikan dalam menulis di internet:

a. Isi tulisan hendaknya tidak mengandung unsur SARA (Suku Ras Agama dan
Antar Golongan).
b. Berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang
menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang
didasarkan pada identitas diri dan golongan.
c. Tidak berbau pornografi.
d. Tidak melanggar hak cipta.
e. Jujur dalam mencantumkan nama sumber.
f. Jangan menggunakan huruf yang bersifat menantang ataupun kurang
mengenakan.
g. Jangan menggunakan kecanggihan komputer untuk kejahatan.
h. Sebaiknya memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat.

Etika penulisan ilmiah adalah norma atau standar aturan perilaku yang harus
dilakukan (dan yang tidak boleh dilakukan) oleh penulis tentang baik (dan
buruknya) cara penulisan ilmiah. Dalam hal ini, yang dinilai bukanlah benar (true)
dan salahnya (false) suatu karya tulis ilmiah, melainkan baik (dan buruknya) cara
penulisan ilmiahnya serta penulis yakin tahu baik (buruk) baginya. Seorang penulis
bisa saja telah menulis dengan benar suatu karya tulis ilmiah, tetapi tetap ada risiko
bisa melanggar etika penulisan ilmiah. Oleh karena itu, etika penulisan ilmiah
bertujuan agar penulis dapat mengetahui bahwa walaupun ia memiliki kebebasan
dan bisa bertindak secara mandiri (otonom) dalam menulis karya tulis ilmiah,
penulis harus mampu mempertanggung jawabkan apa yang ditulisnya sehingga :

1. Standar kualitas karya tulis ilmiah dapat terpelihara dan terjaga serta
2. Masyarakat terlindungi dan terjaga kepentingannya masing-masing dan
terlindungi dari kemungkinan dampak negatifnya.

Dengan demikian, penulis, di samping memiliki hak kebebasan untuk


mengungkapkan pemikirannya sehingga dihormati dan dihargai orang lain, juga
memiliki kewajiban mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya.

Etika tidak hanya digunakan dalam kehidupan bermasyarakat saja, namun


dalam penulisan ilmiah juga ada istilah “Etika Penulisan Ilmiah”. Etika dalam
penulisan ilmiah adalah seperangkat norma yang harus diperhatikan oleh penulis
dalam menyusun suatu karya ilmiah. Terdapat berbagai macam norma yang
berkaitan dengan penulisan karya ilmiah misalnya pengutipan dan perujukan,
perizinan terhadap bahan yang digunakan dalam penulisan, dan penyebutan sumber
data atau informan yang digunakan dalam penulisan. Dalam penulisan karya ilmiah,
penulis wajib menyebutkan sumber rujukan yang dijadikan bahan acuan dalam
menulis karya. Penulis tidak diperbolehkan mengakui suatu pendapat bahkan
sebuah tulisan sebagai hasil pikiran dan tulisannya sendiri apabila mengutip karya
dari sumber lain.

Macam-macam etika dalam penulisan ilmiah menurut Setiawan dalam Arifin


(2011), sebagai berikut :

a. Melahirkan karya orisinil, bukan jiplakan.


b. Menjaga kebenaran, manfaat serta makna informasi yang digunakan dalam
penulisan sehingga tidak menyesatkan.
c. Menulis secara cermat, teliti, dan tepat.
d. Bertanggung jawab secara akademis atas tulisan yangdibuat.
e. Memberi manfaat kepada masyarakat pengguna.
f. Menerima saran-saran perbaikan dari editor berkala yang dituju.
g. Menjunjung tinggi hak, pendapat atau temuan orang lain.
h. Menyadari sepenuhnya untuk tidak melakukan pelanggaran ilmiah seperti
Falsifikasi, Fabrikasi, dan Plagiasi.
Etika penulisan ilmiah juga mempunyai sifat-sifat tertentu, sifat etika
penulisan ilmiah terdiri atas kejujuran (honesty), bebas dari plagiarisme, menjunjung
hak cipta, keabsahan (validity), serta keterandalan (reliability: accuracy and
consistency).
a. Kejujuran (Honesty)

Kejujuran merupakan sifat dan syarat dasar yang harus dimiliki oleh seorang
penulis. Penulis yang mengungkapkan hasil dari suatu metode ilmiah atau aplikasi
ilmiah harus bebas dari berbagai pengaruh dan tekanan mana pun. Penulis dituntut
untuk mengungkapkan suatu hal yang apa adanya agar tidak menyimpang dari
kaidah yang sudah baku sehingga tulisannya dapat lebih mudah dapat
dipertanggungjawabkannya.

b. Menjunjung Hak Cipta

Hak cipta berkaitan erat dengan hak atas keaslian hasil temuan ilmu dan
pengetahuan. Maka dari itu hak cipta adalah hak penemu atas keaslian hasil
temuannya dalam ilmu dan pengetahuan serta hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil temuannya, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (2002) yang
berbunyi “Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.

c. Keterandalan (reliability: accuracy and consistency)

Keterandalan merupakan ketetapan (accuracy) dan kemantapan (consistency) atas


materi tulisan. Sebuah tulisan harus mampu diungkapkan secara tepat sesuai
dengan maknanya sekaligus juga harus konsisten setiap urainnya. Keabsahan juga
memiliki keterkaitan dengan keterandalan. Apabila suatu tulisan valid (absah) bisa
dipastikan bahwa tulisan tersebut juga akan andal (reliable) begitu juga sebaliknya.

d. Keabsahan (Validity)

Suatu karya tulis ilmiah memiliki sifat keabsahan. Keabsahan terkait dengan
konsep atau gagasan yang diungkapkan. Setiap penulis karya tulis ilmiah harus
mampu mengungkapkan konsep atau gagasan yang diuraikannya secara baik bahwa
gagasannya adalah sebenar-benar gagasan yang menjadi dasar uraiannya. Dari awal
suatu tulisan, penulis harus mampu mengungkapkan gagasannya tersebut secara
baik sehingga tidak dapat memberikan makna lain atas tulisannya.

e. Bebas dari Plagiarisme

Penyusunan karya tulis ilmiah harus bebas dari plagiarisme, yaitu penggunaan
suatu gagasan, hasil, pernyataan, ataupun kalimat orang lain yang diakui sebagai
karya tulisnya tanpa menyebutkan sumbernya. Pencantuman sumber itu sangat
penting guna memberikan penghargaan kepada penulisnya berupa pengakuan yang
semestinya atas tulisan tersebut. Pengakuan tersebut dapat dengan menyebutkan
sumber kutipannya, seperti nama penulis, tahun terbitan, dan halaman yang dikutip.
Suatu pengertian plagiat yang dapat diacu sebagai berikut.

Perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya atau karya ilmiah orang lain, tanpa menyatakan sumber secara
tepat dan memadai (Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010, Pasal 1 ayat 1).

3.2 PLAGIARISME
A. Definisi Plagiarisme

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke IV, Tahun 2008 menerangkan:


Plagiarisme : nomina → penjiplakan yang melanggar hak cipta. Plagiat : norma
→ pengambilan karangan (pendapat, dsb) orang lain dan menjadikanya seolah-
olah karangan (pendapat, dsb) sendiri, missal menerbitkan karya tulis orang lain
atas nama dirinya sendiri, jiplakan. Plagiator : norma → orang yang mengambil
karangan (pendapat, dsb) orang lain dan disiarkan sebagai (pendapat, dsb)
sendiri, panjiplak.

Sedangkan plagiarisme menurut William (2008:87) adalah sbb :

1. Mengambil, meminjam atau mencuri karya penelitian dan


mempresentasikannya sebagai milik sendiri.
2. Menempatkan gagasan atau pendapat orang lain dalam kata-kata sendiri dan
mempresentasikannya sebagai milik sendiri.
3. Menggunakan frase, kalimat atau paragraf milik orang lain tanpa menyebut
sumbernya
4. Menempatkan ke dalam kata-kata sendiri, frase, kalimat atau paragraph
orang lain tanpa menyebut sumbernya.
5. Mempresentasikan fakta-fakta atau statistik tanpa menyitir sumbernya.

Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam


memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah,
dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai. (Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 angka 1).

Plagiasi diambil dari bahasa Latin yaitu plagiari(us) yang artinya penculik
serta plagi(um) artinya menculik. Marcus Valerius Martialis, seorang penyair
Romawi pada abad masehi secara perdana mengenalkan kata tersebut. Waktu itu,
Marcus melakukan protes karena menemukan suatu karya lain yang persis dengan
puisi yang telah ia ciptakan. Kemudian Ben Johnson menerjemahkan kata yang
berasal dari bahasa Latin itu ke bahasa Inggris menjadi plagiarism. Hal itulah yang
menjadi latar belakang munculnya kata plagiarism.

Selanjutnya, Alexander Lindsey dalam tulisan Plagiarism and Originality


dalam Soelistyo (2011: 8-9), plagiat yang diartikan sebagai tindakan menjiplak ide,
gagasan atau karya orang lain untuk diakui sebagai karya sendiri atau menggunakan
karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya sehingga menimbulkan asumsi
yang salah atau keliru mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya.
Karena definisi tersebut tidak secara spesifik membatasi pada ciptaan karya tulis,
maka plagiarisme dapat pula digunakan untuk menyatakan tindakan penjiplakan
ide, gagasan atau karya arsitektur.

Pengertian plagiat dalam Peraturan menteri Pendidikan Republik Indonesia


No 17 tahun tahun 2010 khususnya dalam BAB I Mengenai ketentuan Umum Pasal
1 adalah “perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh
karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang di akui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai”.

Plagiator adalah orang perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiat,


masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok atau untuk dan atas
nama suatu badan. (Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 angka 2)

B. Jenis-Jenis Plagiarisme

Secara garis besar diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu:

1) Deliberate plagiarism, merupakan tindakan plagiat yang dilakukan secara


sengaja oleh pelaku,
2) Accidental plagiarism, merupakan tindakan plagiat yang tidak sengaja
dilakukan.

Menurut Sastroasmoro, plagiarisme terbagi atas:

a. Berdasar bidang yang dicuri: plagiarisme gagasan; plagiarisme konten (data


penelitian); plagiarisme kosa kata, kalimat, paragraf; plagiarisme total.
b. Berdasarkan bermaksud atau tidaknya plagiarisme: plagiarisme sengaja dan
plagiarisme tidak disengaja
c. Berdasarkan jumlah atau tampilan kata, kalimat, paragraf yang diplagiasi:
plagiarisme ringan (70%).
d. Berdasarkan pola plagiarisme: plagiarisme kata per kata dan plagiarisme
mosaik.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Plagiarisme

Plagiat bukan sebuah fenomena yang muncul dan terjadi secara tiba-tiba
dan bukan budaya yang secara arti kata budaya itu sendiri merupakan sesuatu
yang dilestarikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang, kususnya
mahasiswa itu melakukan tindakan plagiat, menurut Ariani (2011) faktor-faktor
tersebut antara lain:
a. Ketidak pahaman penulis pada aturan penulisan

Seorang penulis dapat dikatakan melakukan plagiat karena tidak


mencantumkan sumber atau referensi. Apabila mengutip dari sebuah sumber
maka sumber tersebut harus dicantumkan. Apabila aturan penulisan tidak di
pahami maka si penulis dapat dituduh sebagai plagiator. Oleh karena itu,
sebelum melakukan penulisan sebaiknya kita harus memahami aturan penulisan.
Pada umumnya memiliki aturan atau pedoman perguruan tinggi telah mengatur
tata cara penulisan baik itu artikel, skripsi, tesis, dan disertasi.

Masyarakat dan khususnya mahasiswa yang kurang memahami apa dan


bagaimana plagiarisme karena tidak mengikuti mata kuliah Teknik Penulisan
Ilmiah karena menganggap bahwa teknik menulis bisa dipelajari sendiri dan
mahasiswa baru yang belum menerima materi mengenai cara menghindari
plagiarisme, sehingga mahasiswa yang kurang memahami plagiairisme ini
secara tidak sadar melakukan plagiarisme dan tidak mau disebut sebagai plagiat
karena mahasiswa tersebut mempunyai pemikiran bahwasannya menyebutkan
sumber dalam daftar pustaka saja sudah cukup.

b. Penyalahgunaan kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi informasi (internet) telah memudahkan seseorang


dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Perubahan zaman tidak bisa
lepas dari bertambah canggih dan modernya teknologi. Perkembangan teknologi
seperti dua sisi uang logam, disatu sisi membantu proses kehidupan manusia,
dan disisi lain menjadi boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Salah
satunya adanya penyalahgunaan tekhnologi dalam bidang pendidikan kususnya.
Informasi yang berasal dari karya seseorang bisa diakses siapa saja melauli
internet, yang kemudian karya tersebut digunakan oleh pengakses untuk
kepentingannya. Misalnya, melakukan copy paste dari internet untuk membuat
artikel atau makalah tanpa mencantumkan sumbernya yang seakan menganggap
milik sendiri. Fenomena seperti ini masuk kategori plagiat, yang
dilatarbelakangi penyalahgunaan internet.
c. Tidak adanya sanksi tegas bagi pelaku plagiat merupakan salah satu penyebab
berkembangnya tindakan plagiat.Perguruan tinggi hendaknya perlu memiliki
aturan terkait pemberiansanksi yang tegas terhadap plagiator.
d. Pengawasan Kurang (permisif)

Salah satu penyebab sering terjadinya plagiarisme adalah minimnya


pengawasan dari berbagai pihak. Misalkan mahasiswa plagiat, salah satune
dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap mahasiswa dalam kesehariannya,
baik dari proses maupun hasinya dalam membuat karya tulis ilmiah. Sikap
permesif dari pihak kampus maupun dosen sebagai mentor bisa menjadi
stimulus tindakan plagiat. Apabila dosen dan pihak kampus lainnya tidak
memberikan perhatian dan pengawasan secara intensif kepada mahasiswa saat
membuat tugas karya tulis ilmiah kususnya, hal ini bisa berpeluang untuk
menggiring mahasiswa melakukan plagiat.

e. Minimnya Sosialisasi

Kurangnya pengetahuan serta minimnya sosilasisasi terhadap plagiat


kepada masyarakat pada umumnya dan kalangan akademisi pada kususnya
merupakan salah satu penyebab tindak plagiat. Plagiat yang merupakan
pelanggaran etika dan hukum perlu disosialisasikan atau diberitahukan kepada
khalayak dengan berbagai cara, sehingga khalayak diharapkan tidak melakukan
plagiat. Untuk mahasiswa misalnya, pada awal masuk kuliah sudah harus
dibekali pengetahuan tentang plagiat beserta tata cara penulisan karya ilmiah
yang benar.

f. Kemalasan

Tidak hanya itu, mahasiswa yang malas berfikir menjadi penyebab utama
mereka untuk memilih mencari jalan tikus berupa plagiarisme. Anggapan
mereka, dengan plagiarisme mereka akan lebih mudah mengerjakan sesuatu dan
ketepatan sasaran menjadi 100% benar (Santoso, 2015). Selain karena
kemalasan dari fisik dan juga berfikir, tenggat waktu yang diberikan oleh
pemberi tugas juga menjadi penyebab seorang mahasiswa memilih plagiarisme
daripada menciptakan karyanya sendiri (Nadeak, 2013). Karena dengan
plagiarisme akan mempercepat pengerjaan tugas suatu laporan dan membuat
mahasiswa memiliki kemungkinan tepat sasaran yang tinggi (Yuliati, 2012).
Selain penyebab tersebut adapun penyebab diluar kendali mahasiswa, salah
satunya yaitu bertabrakannya pengerjaan tugas satu dengan tugas lainnya
sehingga mahasiswa memilih plagiarisme (Prihantini dan Indudewi, 2017).

D. Sanksi Plagiarisme

Plagiarisme dianggap sebagai suatu hal yang berbahaya karena di dalamnya


terjadi pengabaian etika dan pengabaian atas pentingnya pengakuan terhadap
hak/karya orang lain. Plagiarisme bisa mencetak generasi penerus bangsa yang
tidak jujur dan malas berfikir. Padahal, seyogyanya ilmu pengetahuan harus
didapatkan dengan cara yang baik dan benar. Untuk menghilangkan budaya
tersebut, pemerintah telah merancang Undang-Undang dan beberapa peraturan
mengenai perlindungan hak cipta dan sanksi bagi para plagiator.

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.


b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Menurut Ubedillah Badrun, seseorang yang memang telah terbukti


melakukan plagiasi maka sudah sepatutnya diterapkan law enforcement dengan
mencabut gelar seseorang tersebut. Bagi mahasiswa terdapat tindak hukuman
bagi yang terindikasi melakukan plagiasi pada karya tulis ilmiah orang lain.
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi termuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 17 tahun 2010. Seseorang yang telah
keluar atau lulus dari suatu program studi dan terbukti melakukan penjiplakan
dicekam dengan dibatalkannya ijazah.

Sedangkan tindakan bagi mahasiswa yang masih aktif adalah berupa


teguran, peringatan tertulis dan pemberhentian secara tidak hormat. Begitu pula
dengan yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pada pasal
25 ayat 2 dijelaskan bahwa lulusan perguruan tinggi yang menggunakan karya
tulis ilmiahnya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi dan
terbukti merupakan jiplakan, dicabut gelarnya. Lulusan yang tersebut pada
pasal 25 ayat 2 bahkan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun,
dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

E. Applikasi Pembantu Menghindari Plagiarisme

Terdapat beberapa contoh aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan di


antaranya :

 Turnitin

Program berbayar ini dikembangkan Universitas California, Barkeley, melalui


perusahaan Ipardigms. Aplikasi ini mendukung 30 bahasa dan telah dipakai
kurang lebih di 106 negara. Menurut catatan aplikasi ini dapat menurunkan
penjiplakan hingga 80%.

 Wcopyfind

Program ini dapat diperoleh gratis melalui situs internet yang dibuat oleh
Loubloomfield, Seorang professor fisika Universitas Virginia, Amerika
Serikat. Aplikasi ini mencari kesamaan kata/frase sebuah artikel dengan
database yang ada di komputer. Aplikasi ini tidak membandingkan langsung
melalui internet dan dapat dijalankan dengan system operasi windows serta
linux.

 Viper

Aplikasi viper ini dapat mengecek naskah online/database sendiri dengan


system operasi windows.

 Article Checker

Aplikasi ini memanfaatkan mesin pencari google dan yahoo, caranya dengan
memasukkan teks yang akan dicekdan slah satu mesin pencari akan melacak
kesamaan naskah yang telah ditentukan

 Plagscan

Dengan plagscan (www.plagscan.com), penulis bisa langsung melakukan


deteksi plagiarisme dengan cara copy-paste tulisan di kolong yang sudah
tersedia atau mengunggah file yang akan dipindai dalam format ms word dan
pdf. Hasil teks yang dipindai adalah berupa persentase kemiripan tulisan
dengan tulisan lain yang tersedia di internet.

 Plagiarism Checker dari SmallSEOtools

Plagiarism checker dari smallseotools.com digunakan untuk mendeteksi karya


tulis yang dibuat apakah telah terbebas dari tindakan plagiarisme. Dalam satu
waktu pendeteksian, penulis dapat meletakkan hingga 5000 karakter sekaligus.
Cara penggunaannya sangat mudah, dan yang terpenting aplikasi pendeteksi
plagiat ini tersedia secara gratis. Cukup dengan mengunjungi situsnya, pilih
bagian Plagiarismchecker, copy-paste tulisan pada kolom yang telah
disediakan, kemudian akan muncul persentase kemiripan jika penulis
melakukan plagiarisme.

F. Upaya penanggulangan plagiarisme

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya


plagiarisme pada karya tulis menurut (Indriyanto, 2012), antara lain sebagai
berikut:

1) Kejujuran pada diri seorang penulis.

Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk


menegakkan dan membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan
kejujuran. Kejujuran merupakan nilai nurani (lubuk hati yang paling dalam)
yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa ditempa melalui
pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya dengan ilmu
pengetahuan.

2) Pengakuan terhadap karya orang lain.

Pengakuan terhadap karya orang lain yang dijadikan bahan pustaka


merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis karena hal ini
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengakuan terhadap karya orang lain dapat
terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang dituangkan
dalam isi tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan pada kata pengantar

3) Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme.

Pendidik dalam segala tingkatan institusi pendidikan memiliki kewajiban


membimbing anak didiknya dalam segala aspek pendidikan dan pengajaran
sesuai dengan kurikulumnya. Seorang pendidik yang diberi tugas pimpinan
untuk membimbing anak didiknya dalam penulisan karya tulis ilmiah atau
skripsi harus menjalankan peranannya secara baik dan penuh tanggung
jawab.

G. Tips Menghindari Plagiarisme

Ada beberapa tips agar tulisan dapat terhindar dari plagiarisme, yaitu:

 Bila menggunakan ide orang lain sebutkan sumbernya. Pada awal kalimat yang
dikutip beri penjelasan bahwa tulisan tersebut merupakan ide orang lain.
 Bila menggunakan kata atau kalimat orang lain sebutkan sumbernya
 Mengubah satu atau beberapa kata dalam satu paragraf bukan merupakan
parafrase karenanya tanda kutip perlu disertakan.
 Menggunakan ide dan kata-kata sendiri. Dengan membaca banyak referensi
dan membuat simpulan kata sendiri yang tidak mengubah arti dari tulisan yang
kita kutip tersebut.

3.3 HAK CIPTA


A. Pengertian

Hak Cipta adalah bagian dari hak atas Kekayaan Intelektual, yang termasuk
HaKI adalah: Hak Cipta, Hak Paten, Merk, Rahasia Dagang, Waralaba, Lisensi dan
Royalti, Desain Industri, Tata Letak (Topografi) Sirkuit Terpadu, Varietas
Tanaman dan Rekayasa genetika, Internet dan Domain Names.

Setelah melalui beberapa kali perubahan UUHC, dan yang terbaru adalah
UU Nomor 19 Tahun 2002, menurut pasal 2 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2002
tantang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC), memberikan pengertian tentang
Hak Cipta, yaitu: “Hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi
(economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak Ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait terkait. Hak moral
adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapt dihilangkan
atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak terkait telah
dialihkan. Karena ciptaan-ciptaan ini dilindungi hak cipta sebagai hak ekslusif,
ciptaan-ciptaan ini menjadi hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pencipta
atau pihak lain yang diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut dengan seizin
pencipta. Kegiatan mengumumkan atau memperbanyak diartikan sebagai kegiatan-
kegiatan dengan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalihwujudkan, menyiarkan, merekam, mengimpor atau mengekspor,
memamerkan atau mempertunjukkan kepada publik, dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

Secara tradisional, Hak Cipta telah diterapkan ke dalam buku-buku, tetapi


sekarang Hak Cipta telah meluas dan mencakup perlindungan atas karya sastra,
drama, karya musik dan artistik, termasuk rekaman suara, penyiaran suara film dan
televisi dan program komputer. Sebagai tindakan pencegahan atau pemberantasan
pembajakan terhadap karya cipta, UUHC menyediakan perangkat hukum pada
pasal 72 yang berisi 7 ayat, berupa denda dan/atau penjara terhadap perbuatan
tanpa hak/izin terhadap karya cipta, yaitu: (1). Memperbanyak atau mengumumkan,
(2). Menyiarkan atau menyewakan, (3). Memamerkan, mengedarkan atau menjual,
(4). Mengubah, mengganti atau meniadakan, (5). Merusak atau membuat tidak
berfungsi dengan denda serendah-rendahnya satu juta rupiah dan setinggi-tingginya
lima miliar rupiah dan/atau pidana.

Perlindungan hukum terhadap pemegang Hak Cipta dimaksudkan sebagai


upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya
semangat mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Ada beberapa
istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara lain:
a. Pencipta
adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
b. Cipta
adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
c. Hak Cipta
merupakan hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan ? pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Pemegang Hak Cipta
adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak
tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
e. Pengumuman
adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media
internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
f. Perbanyakan
adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun
bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama
ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau
temporer.
g. Lisensi
adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak
Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak
Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
B. Ruang Lingkup Hak Cipta

a. Ciptaan yang dilindungi

Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
menetapkan secara rinci ciptaan yang dapat dilindungi, yaitu:

o Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
o Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
o Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
o Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
o Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
o Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
o Arsitektur;
o Peta;
o Seni batik;
o Fotografi; sinematografi;
o Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.

b. Ciptaan yang tidak diberi Hak Cipta

Sebagai pengecualian terhadap ketentuan di atas, tidak diberikan Hak Cipta


untuk hal-hal berikut:

o Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;


o Peraturan perundang-undangan;
o Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
o Putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau keputusan badan
arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
C. Bentuk dan Lama Perlindungan

Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa saja untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut kecuali
dengan seijin Pemegang Hak Cipta. Jangka waktu perlindungan Hak Cipta
pada umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50
(lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia. Namun demikian, pasal
30 UU Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan program
komputer; sinematografi; fotografi; database; dan karya hasil pengalihwujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.

D. Pelanggaran dan Sanksi

Dengan menyebut atau mencantumkan sumbernya, tidak dianggap sebagai


pelanggaran Hak Cipta atas:

a. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,


penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
Pencipta;
b. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
c. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan ceramah/pertunjukkan.
d. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
e. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu
bersifat komersial;
f. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas
dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan
umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi
yang non komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
g. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis
atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
h. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik
Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Menurut Pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan


sengaja atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain dapat dikenakan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain
itu, beberapa sanksi lainnya adalah:

a. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang


hasil pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara maksimal
5 (lima) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
b. Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program
komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

E. Pendaftaran Hak Cipta

Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu


diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan
suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta
maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat
surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di
pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
Ciptaan dapat didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-
KemenkumHAM).

Dalam UU Hak Cipta pengakuan atas hak cipta terbagi dalam dua jenis
yaitu hak ekonomi yaitu dan hak moral. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
Ciptaan, sedangkan Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada
diri Pencipta untuk:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan


sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Plagiarisme merupakan kegiatan mengambil atau menjadikan ide-ide atau


kata-kata orang lain menjadi milik sendiri tanpa menyebutkan sumbernya.
Sedangkan definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai tindakan
atau perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi, dan sebagainya,
karya oran lain dan menjadikannya seakan-akan itu karyanya sendiri tanpa
sepengatahuan atau izin sang pemiliknya.
2. Sudah banyak sekali contoh dari tindakan penjiplakan, salah satunya yaitu
menggunakan atau mengambil teks, data atau gagasan orang lain tanpa
memberikan pengakuan terhadap sumber secara benar dan lengkap.
3. Namun banyak juga cara yang dapat kita lakukan dalam menghindari tindakan
plagiarisme, salah satunya yaitu dengan membiasakan diri untuk menulis
setiap hari dengan mematuhi etika dalam penulisan karya ilmiah.

4.2 SARAN

Sebaiknya dalam setiap membuat karya ilmiah yang bersumber dari tulisan
sesorang jangan pernah lupa untuk mencantumkan sumber asal tulisan
tersebut, supaya penulis karya ilmiah tidak dikenakan sanksi pelanggaran atas
etika karya ilmiah.
DAFTAR RUJUKAN

Handiyani, H. (2003) ‘Etika Penulisan Karya Ilmiah Keperawatan’, Jurnal Keperawatan


Indonesia, 7(1), pp. 36–39. doi: 10.7454/jki.v7i1.131.

Sulistyaningsih, L. (2017) ‘Plagiarisme, Upaya Pencegahan, Penanggulangan Dan


Solusinya’, Jurnal Pustaka Ilmiah, 3(3), pp. 320–328. Available at:
https://jurnal.uns.ac.id/jurnalpustakailmiah/article/viewFile/33680/22218.

fpik.bunghatta.ac.id. (n.d.). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univ. Bung Hatta..

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Karya-Tulis-
Ilmiah_SC-2.pdf

Nata, A. (2021) ‘Etika dan Adab Karya Tulis Ilmiah Dalam Menbangun Budaya Intelektual’,
Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(1), pp. 1–9. doi: 10.47467/jdi.v3i1.147.

Rif'ah, E., Sos, S., Wati, D., Si, S., Devi, M., Kusumawardani, A., Keb, S. and Kes, M.
(2019). PANDUAN PENULISAN ILMIAH. [online] Available at:
https://penerbitan.unej.ac.id/wp-content/uploads/2021/07/PENULISAN-KARYA-
ILMIAH-edit.pdf.

Oleh, D., Pratomo, A., Widodo, A. and Pd, M. (n.d.). PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Nizamia Learning Center 2018.

Nata, A. and Tasawuf Dan Karakter Mulia, A. (2007). BAB III. [online] PT Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai