Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN EKONOMI ISLAM

DI SUSUN OLEH :
1. Nurul Azisah Ashari (90100120047)
2. Nur Rahma (90100120045)
3. Muh. Aswar (90100120055)

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
pendekatan pendekatan dalam kajian ekonomi islam dengan tepat waktu.

Makalah Tentang ketentuan dan tata cara perpajakan disusun guna


memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah kaidah fiqh ekonomi Islam di UIN
Alauddin Makassar. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pihak-pihak


yang sudah membatu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
yang ingin mengetahui tentang pendekatan pendekatan kajian ekonomi islam

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar 25, Maret 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................... 5
A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam ................................................................................. 5
B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam ............................................................................ 8
C. Generasi Millenial ..................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Islam bukan hanya sebagai agama monodimensi. Islam bukan

hanya agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya pada

hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak

dimensi agama Islam.Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam, metode

filosofis niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari hubungan

manusia dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang umum dan

bebas. Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi ini.

Untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang selama ini

dipergunakan dalam “ilmu manusia”. Agama (Islam), dengan cara pandang seperti

ini, tidak lagi berwajah tunggal (Single Face) melainkan memiliki banyak wajah

(Multiface).

Secara substantive-perennial agama merupakan system nilai (value system)

yang bersumber dari dzat yang transhistoris, transtruktural, transcendental, realitas

tertinggi, kebenaran mutlak dalam kesejatian abadi. Manusia sebagai penerima agama

merupakan makhluk temporal- cultural, tidak tak terbatas dan terikat oleh ruang dan

waktu. Oleh karenanya agama lebih merupakan tatanan kemanusiaan yang

bersifatnormative, dan oleh karenanya dalam tataran aplikatif sangat tergantung pada

bagaimana cara memahami dan menginterpretasikannya. Dalam perspektif ini, maka

system nilai agama yang sacred-transcultural dan yang profane historical, antropogis-

kodisional tidak dapat terpisahkan.

Pemahaman demi pengetahuan maupun reinterpretasi terhadap pesan-pesan

Tuhan harus terus berlangsung secara dinamis, seiring dengan dinamika kehidupan

3
manusia itu sendiri. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya transformasi dan internalisasi

nilai-nilai transendental (transcendental values) agama dalam kesejarahan manusia,

sehingga manusia menuju tatanan kehidupan yang rahmatan lil „alamin.

Sementara itu, agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam

kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang Islam

khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih

menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan

pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.sehingga

walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang terkandung

dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah serta sejalah dengan data-data historis yang dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dalam makalah ini, pemakalah akan

menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam?

2. Bagaimana Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam?

3. Bagaimana Generasi Millenial?

4
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pendekatan adalah Pertama, Proses
perbuatan, cara mendekati. Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode - metode untuk mencapai
pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa inggris pendekatan diistilahkan
dengan “Approach”, dalam bahasa Arab disebut dengan “Madkhal”.1Pendekatan
adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang
selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam.
Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.2
Islamic Studies adalah studi tentang disiplin dan tradisi intelektual

keagaamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung

kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan karena

banyak muslim terpelajar masih memendangnya sebagai persoalan penting.Pengertian

Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pra-modern utamanya karena itu

mesti dipertahankan. Ketrampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab.3

Islamic Studies adalah bukan sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan

kesalinghubungan anatara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peneliti

meminjam serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Kurang tegasnya batasan-

batasan ini justru menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang

beragam.4

Pendekatan merupakan cara pandang atau paradikma yang terdapat dalam

suatu bidang ilmu yang selanjutnya di gunakan dalam memahami agama. Adapun

jenis-jenis pendekatan yang dibutuhkan dalam studi islam adalah sebagai berikut :

1
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm. 99.
2
M Yatimin, Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Hlm 58
3
Zakiyyuddin Baidhawy. Studi Islam pendekatan dan metode.hlm 2.
4
Ibid. Hlm 4

5
1. Pendekatan Historis

Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu

permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan

serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah.

Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-

peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan

yang sebenarnya. jadi dengan mempelajari masa lalu orang dapat

mempelajari masa kininya dan dengan memahami serta menyadari

keadaan masa kini maka orang dapat menggambarkan masa depannya.

Itulah yang dimaksud dengan perspektif sejarah.

Contoh pendekatan historis yaitu ketika seseorang ingin memahami

Alquran secara benar maka hendaknya ia juga mempelajari sejarah

turunnya alquran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya

alquran. Hal ini bertujuan untuk memahami hikmah dari suatu ayat yang

berkenaan dengan hukum tertentu dan memelihara syariat dari kekeliruan

dalam pemahamannya5

2. Pendekatan Filosofis

Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan

filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu

dengan menggunakan analisis spekulatif. Filsafat adalah berfikir secara

sistematis radikal dan universal. Namun filsafat tidak mau menerima

segala bentuk bentuk otoritas, baik dari agama maupun ilmu

pengetahuan. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah

pendapat yang dikemukanan Sidi Gazalba yang menurutnya adalah

5
Abdullah Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 48

6
berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka

mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu

yang ada.6

3. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

Sarjono soekanto mengartikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan nilai. Selanjutnya,

sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam

memahami agama, hal ini karena banyak bidang kajian agama yang baru

dapat dipahami secara proposional dengan menggunakan ilmu sosiologi.

Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu

budak lalu akhirnya bias jadi penguasa mesir. Mengapa dalam

melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu nabi Harun, dan masih

banyak contoh lainnya. Beberapa peristiwa tersebut dapat ditemukan

hikmahnya dengan bantuan ilmu sosiologi. Disinilah letaknya sosiologi

asebagai salah satu alat dalam memahami agama. Dalam buku

berjudul Islam Altenative, Jalaluddin Rahmat menunjukkan berapa

besarnya perhatian agama dalam masalah sosial, dengan lima alasan

sebagai berikut:

a. Al-qur‟an atau kitab-kitab hadits yaitu berkenaan dalam urusan

muamalab. Misal dalam surat Al-mukminun ayat 1-9 berisi mengenai

orang yang khusyuk sholaynya, menghindarkan diri ari perbuatan yang

tidak bermanfaat,menjaga amanat dan janji.

6
Sidi, Gazalba. Sistematika Filsafat.Jilid 1. Hlm 15

7
b. Ditekankan masalah muamalah (sosial) dalam ibadah adalah adanya

kenyataan bahwa bila urusan ibadah dikerjakan sesuai mestinya.

c. Bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatan lebih besar

ganjarannya daripada perseorangan.

d. Dalam urusan ibadah ada ketentuannya. Misal apabila tidak mampu

melaksanakan puasa maka jalan keluarnya membayar fidyah dalam

bentuk member makan orang miskin.

e. Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan

mendapat ganjaran lebih besar.7

Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan

mudah karena agama sendiri itu diturunkan untuk kepentingan sosial.

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

1. Pengertian Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah

dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang

relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang

ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.

Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah tangga”

yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi

khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya dengan

salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak putus asa,

tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar pengeluaran dari

pada pendapatan.

7
Abuddin, Nata. Metodologi Studi Islam. Hlm 38

8
Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas “Pemerintah”

yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM (bahan bakar

minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat kebijakan tersebut

tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya masyarakat

awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan

masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil),

dan sejahterakan masyarakat.8

Dalam kamus bahasa Indonesia Interdisipliner berarti bidang studi atau

pengelompokan sejumlah mata pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri yang

sama (mata pelajaran yang telah berkorelasi satu dengan yang lain). Pendekatan

Interdisipliner merupakan pemahaman ilmu “agama islam” dengan

menggunakan beberapa keilmuan yang saling berkaitan. Dalam mengkaji Islam

dengan studi Interdisipliner haruslah dengan beberapa ilmu yang serumpun atau

yang saling berkaitan.

2. Sejarah Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah

pendekatan atau sudut pandang (Perspektif). Pendekatan ini muncul sebagai

bentuk dari tuntutan modernitas dan globalisasi dalam mengkaji Islam yang

saintifik dan secara serius melibatkan berbagai pendekatan. Pendekatan

monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan jaman yang dihadapi

umat Islam di berbagai tempat. Pendekatan monodisiplin menekankan pada

pengajaran Islam sebagai sebuah doktrin. Kajian Islam normative tersebut

merupakan bagian panjang dari tradisi keilmuan Islam klasik. Kerangka studi

demikian digunakan di berbagai belahan dunia Islam, khususnya di Mesir, Arab

8
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121203214249AA6n7Pm

9
Saudi, Pakistan, Afganistan dan menjadi model kajian dominan di masyarakat

Muslim di seluruh dunia. Kajian Islam secara normatif dalam pemikiran Islam

terwujud dalam ilmu fiqh, ushul fiqh, hadits, ilmu hadits, tafsir, ilmu tafsir dan

lain-lain. Wacana Islam secara normative, hingga saat itu menjadi bagian penting

dalam kerangka keilmuan yang digunakan di Perguruan Tinggi Agama Islam

(PTAI) terlebih di daerah-daerah).

Paradigma yang bekerja dalam kajian normative sebagaimana diungkapkan

oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani

adalah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks (an-nash) dan mengutamakan

proses berfikir deduktif-analogis-qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah

memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian

ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi‟i.

Meskipun tetap diperlukan, paradigma bayani yang normative memiliki

kelemahan: Pertama, paradigma bayani kurang memiliki pijakan realitas historis,

sosiologis dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara teori dan

praktik. Kedua, paradigma bayani kurang mampu mengapresiasi perkembangan

keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan ilmu-ilmu sosia

dan humaniora, belum lagi sains dan teknologi, akan sulit direspons oleh

paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau

beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lampau.9

Studi Islam tidak lagi terbatas kepada penggunaan paradigma bayani,

melainkan dengan paradigma-paradigma yang lain. Kajian Islam dengan

mengunakan pendekatan yang lain yaitu interdisipliner atau bidang ilmu dan

disiplin adalah jawaban bagi tantangan dunia Islam saat ini. Tuntutan kajian Islam

9
M.Amin, Abdullah, Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fanani dan
Tolhatul Chair (Ed.). hlm. 6-7

10
secara holistic sebenarnya disadari oleh para cendekiawan Islam era paruh kedua

abad ke -20. Para cendekiawan muslim tersebut umumnya terdidik dalam dua

tradisi keilmuan. Yaitu tradisi keilmuan Islam klasik dan sekaligus menimba ilmu

dari tradisi intelektual dan keilmuan barat. Mereka mencoba melakukan sintesis

antara kajian Islam klasik dengan pendekatan-pendekatan baru yang berkembang

dalam studi agama dan sosial humaniora di barat. Para cendekiawan itu muncul

dari berbagai penduduk muslim di berbagai dunia. Fazlur Rahman cendekiawan

muslim dari Pakistan misalnya, memperkenalkan upaya pembaruan metodologi

studi Islam, khususnya hukum Islam, dengan perangkat hermenuetika.

Teori double movement (gerakan ganda) adalah salah satu kontribusinya. Begitu

juga dengan al-hadd al a‟la dan al-had al-adna yang dikenalkan oleh Syahrur

adalah sebagian dari contoh yang dilakukan oleh cendekiawan muslim

kontemporer dalam upaya pembaharuan pemikiran Islam.10

3. Kerangka Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam

Paradigma interdisipliner atau dalam istilah M. Amin Abdullah adalah

interkoneksitas merupakan asumsi untuk memahami kompleksitas fenomena

kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia. Setiap bangunan keilmuan apapun,

baik keilmuan agama (termasuk agama Islam maupun agama-agama lain),

keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri. Ketika

ilmu pengetahuan tertentu mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa dapat

menyelesaikan masalahnya sendiri, tidak memerlukan bantuan dan sumbangan

dari ilmu lain, maka cepat atau lambat akan berubah menjadi narrow-

mindedness (untuk tidak menyebut fanatisme) terhadap partikularitas disipilin

keilmuan. Kerjasama yang saling membutuhkan, saling koreksi dan saling

10
Ibid hlm 8

11
keterhubungan antar disiplin keilmuan akan lebih dapat membantu manusia

memahami kompleksitas kehidupan yang dijalaninya dan memecahkan persoalan

yang dihadapinya.

Dalam satu studi, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan

memecahkan persolan yang dihadapinya. Pentingnya pendekatan ini menurut

Khoituddin Nasution semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian

yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji

teks agama, seperti al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak cukup hanya

mengandalkan pendekatan tekstual saja, tetapi harus dilengkapi dengan

pendekatan sosiologis dan historis sekaligus. Bahkan mungkin bisa ditambah

dengan pendekatan hermenuetik. Ketika membahas masalah yang berhubungan

dengan kedokteran, seharusnya tidak cukup dengan kajian normative.

Kajian normative akan lengkap bila diikuti dengan kajian kedokteran. Dengan

cara seperti ini, persoalan dipahami akan lebih lengkap sebelum memutuskan

status hukum menurut ajaran Islam. Demikian juga menjawab atau menyelesaikan

hukum (status ternak) pertanian dan semacamnya. Untuk menentukan hukumnya

harus dipahami lebih dahulu secara lengkap dari sisi ilmu peternakan dan ilmu

pertanian. Kemudian ditetapkan status hukumnya. Seperti ini deskripsi cara kerja

pendekatan interdisipliner untuk mengungkap esensi dari kajian suatu obyek.11

Kupasan di atas menghasilkan kesimpulan bahwa perkembangan

pembidangan studi Islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan itu sendiri. Adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan

tertentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran Islam lebih komprehensif

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang semakin lengkap dan kompleks.

11
Nasution, Khoituddin. Pengantar Studi Islam. 2009, hlm. 222

12
Perkembangan tersebut adalah suatu hal yang wajar dan seharusnya memang

terjadi, karena tidak terjadi pertanda agama semakin tidak mendapat

perhatian.Pendekatan interdisipliner menurut catatan Khoituddin Nasution, bukan

hal yang baru dalam sejarah keilmuan klasik. Sejumlah teori (sejarah, antropologi,

sosiologi, sastra, dan arkeologi, ilmu politik, filsafat, linguistik telah digunakan

sejak lama oleh para ilmuan klasik meskipun teori-teori tersebut mengalami

perkembangan. Ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa

dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya kehausan untuk memahami ajaran

Islam yang lebih sempurna. Munculnya teori-teori baru adalah sebagai respon

terhadap fenomena kaum muslim yang semakin hari semakin maju dan kompleks.

4. Beberapa Pendekatan Interdisipliner

a. Pendekatan Filsafat

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada

kebenaran , ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari

hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebat dan akibat serta berusaha

menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa

Indonesia, poerwardaminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan

penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan

sebagainya terhadap segala yang ada dialam semesta ataupun mengenai

kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Dari definisi tersebut dapat diketahui

bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah

mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena.12

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

12
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm ,42.

13
1). Segi semantik, filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa

Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (Wisdom).

Jadiphilosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran.

Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan

hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2). Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir.

Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang

memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam

tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan

memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat

adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat

kebenaran segala sesuatu.

Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan

agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup

berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa misalkan agar

seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada

sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan menggunakan pendekatan

filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang

dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung

didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu amal ibadah

tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu mengenali

makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap,

penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.13

13
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm , 43-44

14
Contoh yang kedua tentang kontroversi penafsiran iblis dalam al-Quran

berawal dari rencana Tuhan untuk menciptakan dan mempersiapkan seorang

khalifat di bumi. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 30-34, peristiwa ini

dijelaskan:

Kisah iblis pada surat di atas, pada awalnya menggambarkan narasi penciptaan

Adam yang oleh tuhan dianggap sebagai “the only one caliph on the earth”.

Amanah kekhalifahan ini rupanya kurang mendapat simpatik di kalangan

malaikat karena itu mereka “memprotes” dan “menolak” kebijakan

tersebut.Dalam wacana tafsir klasik dan modern, persoalan pertama yang

muncul ketika memperbincangkan eksistensi iblis itu adalah makna sujud,

yasjudu.Terhadap kata ini semua mufasir baik klasik dan modern sependapat

bahwa makna kata sujud yang dimaksud adalah sujud tahiyyat, penghormatan,

bukan sujud dalam pengertian ibadah atau menghambakan diri pada Adam.

At-tabari dan ar-Razi menafsirkan kata iblis pada ayat yasjuduberasal dari

jenis malaikat.mereka berpendapat demikian dengan alasan bahwa kata

“istisna”, semua malaikat sujud pada Adam kecuali iblis menunjukkan makna

bahwa iblis itu berasal dari jenis mereka (malaikat).14

b. Pendekatan Sosiologi

Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai

teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah tingkatan, yang

salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an dan

hadist, sebagai contoh mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual

adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin

“menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya

14
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, hlm.25

15
disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan

martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima

kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari perempuan,

terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena

tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga

laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak

bisa menjadi pemimpin negara.15

c. Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah , seseorang diajak menukik dari alam idealis kea

lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang akan

melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam

idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan sejarah ini

amat dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu sendiri turun

dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social

kemasyarakatan . dalam hal ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang

mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam , menurut pendekatan

sejarah . ketika ia mempelajari al-Qur‟an ,ia sampai pada suatu kesimpulan

bahwa pada dasarnya, kandungan al-qur‟an itu terbagi menjadi dua bagian,

bagian yang pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah

sejarah dan perunpamaan.

C. Generasi Millenial
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok

orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-

15
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, hlm 35

16
2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada

tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda

dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.

Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV

berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat

mahir dalam teknologi.

Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat,

terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini

berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi,

kemanakah mereka pergi? Apakah mereka bersembunyi?

Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat

mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia

teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan

kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak

peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun

perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli

untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak

realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.

Tidak terima dengan kalimat-kalimat diatas? Berikut ini adalah hal yang bisa

kamu lakukan, jika ingin menjadi generasi millenials yang bermanfaat :

1. Berfikir Kritis

Terbukalah dengan apa yang ada disekeliling kita, mulai dari masalah politik,

ekonomi hingga sosial dan budaya. Jangan telan mentah-mentah informasi yang

17
kamu dapatkan. Cobalah untuk berfikir kritis dan pikirkan apa yang bisa kamu

kontribusikan untuk memecahkan masalah di sekitar anda.

2. Gunakan media sosial secara bijak

Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua, tergantung bagaimana kamu

menggunakannya. Maka gunakanlah dengan bijak, hindari penyebaran informasi

tanpa fakta.

3. Bantu orang lain

Memikirkan orang lain bukan berarti hanya memperhatikan keluarga kamu saja.

Melainkan konsep masyarakat secara keseluruhan. Jika kamu dapat membantu 10

atau bahkan 100 keluarga sekaligus, kenapa harus cuma satu?16

16
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/

18
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Generasi Millenial adalah generasi yang lahir di era perkembangan teknologi,

internet juga berperan besar dalam keberlangsungnya hidup mereka. Justru karena

generasi ini adalah generasi melek teknologi maka studi islam dapat dikembangkan

melalui teknologi. Para millenial muslim inggin menyampaikan bahwa berislam juga

bisa menjadi modren berislam juga bukan teroris, mereka terbuka dalam bergaul,

hidup berpindidikan tinggi dan survive dalam dunia modern. Mereka dilahirkan dalam

keadaan muslim sekaligus dalam dunia modern membuat mereka menjadi generasi

yang terbuka dan juga sekaligus tidak kehilangan identitas keislamannya.

Kita juga bisa berdakwah dalam dunia millenial ini dengan beberapa pendekatan studi

Islam contohnya kita menggunakan pendekatan histori yang didalamnya meninjau

suatu permasalahan dari sudut pandang sejarah. Justru di era millenial ini sejarah atau

histori bisa kita simpan dan kita dakwahkan menggunakan internet yang disitu akan

dapat di akses oleh semua orang dan semua kalangan. Disinilah keuntungan dari

generasi millenial.

19
DAFTAR PUSTAKA
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

ciputat press

Abdullah, M Yamin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah

Abdullah, M Yamin. 2009. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer,

Ahwan Fanani dan Tolhatul Chair (ed). Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Jogjakarta:

Bintang Pustaka Abadi

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Fisafat. Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang

Harun, Nasution.1995. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Cet 9. Jakarta: Bulan

Bintang

Khoiruddin, Nasution. 2009. Pengantar Studi Islam. Jogjakarta

Nata. Abuddin. 2011. Studi Islam. Jakarta: Rajawali pers

Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Pesada.

https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/Pukul 21.00 wib. 27 Des

2017.

20

Anda mungkin juga menyukai