bangan afti yang satunya lagi. Namun zhahir- untuk mengecualikan al-Ain (barang) yang na-
nya, makna l<ata ar-Rahnu yang utama adalah jis dan barang yang terkena najis yang tidak
al-Habsu fmenahan), karena ini adalah arti mungkin untuk dihilangkan, karena kedua ben-
yang bersifat materi. Namun walau bagaimana- tukal-Ain ini [yang najis dan terkena najis yang
pun juga, yang terpenting adalah bahwa arti tidak mungkin dihilangkan) tidak bisa diguna-
ar- Rahnu menurut istilah memiliki keterkaitan kan sebagai wa*iiqah (jaminan) utang.
yang erat dengan arti secara bahasa. Terkadang Ulama Syafi'iyyahlo8 mendefinisikan akad
kata ar-Rahnu digunakan untuk menyebutkan ar-Rahnu seperti berikut, menjadikan al'Ain
al-Marhuun [sesuatu yang digadaikan) sebagai [barang) sebagai watsiiqah (jaminan) utang
bentuk penyebutan kata mashdar namun yang yang barang itu digunakan untuk membayar
dimaksud adalah isim maf'uul-nya. utang tersebut (al-Marhuun bihf) ketika pihak
Sedangkan definisi akad ar-Rahnu menu- at-Madiin (pihak yang berutang, ar-Raahin)
rut istilah syara'107 adalah, menahan sesuatu tidak bisa membayar utang tersebut' Kalimat,
disebabkan adanya hak yang memungkinkan "menjadikan al-Ain" mengandung pemahaman
hak itu bisa dipenuhi dari sesuatu tersebut. bahwa kemanfaatan tidak bisa dijadikan seba-
Maksudnya, menjadikan al-Ain (barang harta gai s esuatu yan g d i gada il<an lab M arhu u n), kar e -
yang barangnya berwujud konkrit, kebalikan na kemanfaatan sifatnya habis dan rusak oleh
dari ad-Dain atau utang) yang memiliki nilai karena itu tidak bisa dijadikan sebagai jaminan.
menurut pandangan syara', sebagai watsiiqah Ulama Hanabilah mendefinisikan ar-Rah-
(pengukuhan, jaminan) utang sekiranya barang
nu seperti berikut, harta yang dijadikan seba-
itu meniungkinkan untuk digunakan memba- gai watsiiqah utang yang ketika pihak yang
yar seluruh atau sebagian utang yang ada. Atau
menanggung utang tidak bisa melunasinya,
ar-Rahnu adalah akad watsiiqah (penjaminan)
maka utang tersebut dibayar dengan menggu-
harta, maksudnya sebuah akad yang berda-
nakan harga hasil penjualan harta yang dijadi-
sarkan atas pengambilan jaminan berbentuk 1oe
kan w a*ii qah tersebut.
harta yang konkrit bukan jaminan dalam ben-
Ulama Malikiyyah mendefinisikan ar-Rah-
tuk tanggungan seseorang. Oleh karena itu,
nu seperti berikut, sesuatu yangmutamawwal
ar-Rahnu berbeda dengan al<ad al-Kafaalah,
karena at:Tawatstsuq fpenjaminan) di dalam [berbentuk harta dan memiliki nilai) yang di-
ambil dari pemiliknya untuk dijadikan watsit
akad al-Kafaalah adalah dengan tanggungan
qah utang yanglaazim (keberadaannya sudah
pihak kafil (pihak yang menjamin) bukan
dengan harta konkrit yang dipegang oleh pihak
positif dan mengikat) atau yang akan menjadi
ad-Daa'in (yang berpiutang). Kata wotsiiqoh laazim. Maksudnya, suatu akad atau kesepa-
artinya adalah sesuatu yang dijadikan penguat katan mengambil sesuatu dari harta yang ber-
atau jaminan. Karena utang yang ada di dalam bentuk al-Ain (barang harta yang barangnya
akad ar-Rahnu (al-Marhuun bihl terjamin dan berbentuk konkrit) seperti harta tidak berge-
menjadi tertanggung dengan al-Ain [barang) rak seperti tanah dan rumah, iuga seperti
yang digada ikan (al-Marhuun). Adapun sesuatu hewan dan barang komoditi, atau dalam ben-
yang digadaikan dan dijadikan watsiiqah ha- tuk kemanfaatan [kemanfaatan barang atau
ruslah sesuatu yang memiliki nilai, maka itu kemanfaatan tenaga dan keahlian seseorang)
1,07 At-Lubaab,juz 2 hlm. 54 Ad-Durrul Mukhtaari juz 5 hlm. 339; Al-Mabsuuth, 21 hlm' 63'
108 Mughnit Muhtaaj,Zhlm.LZ].; Haasyiyah Asy-Syarqaawi'alaa Tuhfatith Thullaabkarya Al-Anshari, 2hlm.122,124.
109 Al-Mughni, itz 4 htm.326.
FIQLH IstAM JrrrD 6 3: Hukum Transaksi Keuangan
namun dengan syarat kemanfaatan tersebut pihak or-Raahin (pihak yang menggadaikan)
harus jelas dan ditentukan dengan masa (peng- kepada pihak al-Murtahin adalah tanpa imba-
gunaan dan pemanfaatan suatu barang) atau lan atau ganti.lrz Ar-Rahnu termasuk salah satu
pekerjaan (kemanfaatan seseorang berupa akad o1- Aini,yaitu akad yang dianggap belum
tenaga dan keahlian melakukan suatu pekerja- sempurna sehingga konsekuensi-konsekuensi
an), juga dengan syarat kemanfaatan tersebut hukumnya belum bisa dijalankan kecuali jika
dihitung masuk ke dalam utang yang ada. Di al-Ain atau barang yang menjadi objek akad
sini, tanggungan utang yang ada harus bersifat telah diserahkan. Akad ol-Aini ada lima, yaitu
laazim, seperti harga pembelian barang, pem- hibah, i'aarah [peminjaman), Iidaa' ftitipan),
bayaran utang, nilai barang yang dirusakkan, al-Qardh(piniaman utang) danar-Rahn [gadai).
atau tanggungan utang tersebut akan menjadi Sebab kenapa al-Qabdh (al-Ain atau barang
laazim, seperti mengambil barang gadaian yang menjadi objek akad sudah dipegang dan
dari seseorang yang memiliki keahlian dalam berada di tangan pihak kedua) termasuk salah
bidang tertentu (seperti penjahit misalnya)110 satu syarat agar akad-akad tersebut dianggap
atau dari orang yang menyewalll demi meng- telah sempurna dan memiliki konsekuensi-
antisipasi munculnya klaim hilangnya barang konsekuensi hukum adalah karena akad-akad
(misalnya kain) yang akan dikerjakan (yang tersebut adalah akad tabarcu' [mengandung
akan dijahit) atau barang yang disewa. unsur derma), sementara kaidah fiqh mene-
Menurut ulama Malikiyyah, al-Akhdzu gaskan bahwa at-Tabarru'atau derma belum
[mengambil) di dalam definisi ar-Rahnu di dianggap sempurna dan memiliki konsekue-
atas yang dimaksudkan bukanlah penyerahan nsi-konsekuensi hukum kecuali dengan ada-
secara nyata dan konkrit. Karena menurut nya al-Qobdhu [serah terima bar'ang yang
mereka, penyerahan secara nyata dan konkrit menjadi objek akad). Oleh karena itu, sebelum
bukan termasuk syarat terbentuknya akad ar- adanya al-Qabdhu, akad-akad tersebut belum
Rahnu, bukan termasuk syarat sahnya, juga memiliki dampak atau konsekuensi hukum.
bukan termasuk syarat supaya ar-Rahnuber- Sedangkan at-Tanfiidz atau perealisasian akad
laku mengikat (laazim). Akan tetapi menurut dan kesepakatan adalah yang melahirkan
mereka, ar-Rahnu sudah terbentuh sah dan konsekuensi-konsekuensi akad.
berlaku mengikathanya dengan ijab dan qabul,
kemudian setelah itu, pihak al-Murtahin [yang 3. DISYARIATKATTINYA AR.RAHN DAN
menerima gadai, yaitu pihak ad-Daa'in) me- HUKUM]'IYA
minta untuk mengambil al-Marhuun [sesuatu Ar-Rahn disyariatkan berdasarkan Al-
yang digadaikan). Qur'an, hadits dan ijma'. Adapun Al-Qur'an
adalah ayat,
2. SIFAT ATAU GAMBARAN AR.RAH]IIU
SECARA UMUM q'i,ilLt;;U|v$?S;1,ViK"ofi
Ar-Rohnu adalah salah satu akad tabarru'
,&)
(f^r). . - -
(derma), karena apa yang diserahkan oleh w
110 Misalnya si A menyerahkan kainnya kepada seorang penjahit sebut saja si B untuk diiahit, lalu si A mengambil suatu barang
milik si B sebagai gadaian guna mengantisipasi munculnya klaim si B bahwa kainnya hilang atau binasa misalnya.
tlt Misalnya, si A menyewakan kendaraan kepada si B, lalu si A meminta suatu barang dari si B sebagai gadaian guna diiadikan
iaminan untuk mengantisipasi munculnya klaim si B bahwa kendaraan yang disewanya hilang atau binasa.
1t2 Raddul Mukhtaar, iuz 5 hlm. 340.
i
I
Bagian 3: Hukum Transaksi IsrAM lrrrD 6
"Jika kamu dalam perialanan (don ber- tunai dengan menggodaikan perisai beliau ke-
mu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu padanya." rla
tidak memperolah seorang penulis, maka hen-
daklah ada barong tanggungan yang dipegang Hadits yang sama iuga diriwayatkan dari
(oleh yang b erpiutang)...." (al-Baqarah: 28 3) Anas Ibnu Malik r.a.,
113 Al-Mughni, iuz 4 hlm. 327; At-Muhadzdzab, jlz t l35i Bidaayatul Muitahid, iuz 2 hlm. 277; Al'
hlm. 305; Al-Badaail luz 6 hlm.
eawaaniinulFiqhryyah,hlm.323;Al-lfshaah,juz1hlm.238; KasysyaafulQinaa',iuz3hlm.30Tdansetelahnya.
LL4 Nashbur Raayah, iuz 4 hlm.319 dan setelahnya; NailulAwthaar, iuz 5 hlm.223 dan setelahnya.
115 HR Ahmad, Al-Bukhari, an-Nasa'i dan Ibnu Maiah.
116 HR al-Jamaa'ah kecuali Muslim dan an-Nasa'i. Lihat, Nailul Awthaar, i\z 5 hlm. 235.
FrqlH lsrAM 3: Hukum Transaksi Keuangan
"Barang yong digadaikan tidak dipisahkan berpiutang lainnya yang tanpa disertai barang
kepemilikannya dari pihak yang memilikinya yang menjadi jaminan.
yang telah menggadaikannyo (maksudnya, pi- Adapun ijmal maka kaum Muslimin telah
hak al-Murtahin tidak bisa memiliki barang berijma' tentang bolehnya akad ar-Rahn.
yang digadaikan ketika pihak ar-Raahin tidak Adapun al-Kafaalah dan pengukuhan
mampu untuk menebusnya atau dengan kata utang dengan hanya berbentuk bukti tertulis
lain ketika pihak ar-Raahin tidak membayar atau dengan mempersaksikannya, maka jamin-
utang yang ada ketika telah jatuh tempo), bagi an kemashlahatan pihak yang berpiutang tetap
pihak yang menggadaikan kemanfaaton ba- tidak sekuat jaminan yang didapatkannya dari
rang yang digadaikan dan menjadi tanggung- barang gadaian. Karena penggadaian adalah
annya pula biaya pemeliharaan barang yang pengukuhan dan penjaminan utang dengan
digadaikan." r17 barang yang barang itu langsung dipegang
sendiri oleh pihak yang berpiutang (al-Mur-
Ghalaqur rahni maksudnya adalah kepe- tahin), dan ia akan lebih mudah untuk menda-
milikan pihak al-Murtahin terhadap barang patkan pembayaran utang dengan menjual
yang digadaikan dikarenakan pihakyang meng- barang itu dengan ijin hakim atau pemiliknya
gadaikan tidak mampu untuk menebusnya. yang menggadaikannya. Akad gadai juga lebih
fadi maksud hadits di atas adalah, kepemilik- memberikan kemaslahatan bagi pihak yang
an terhadap barang yang digadaikan tidak menggadaikan karena dirinya bisa mendapat-
boleh diputus dari pemiliknya yang asli [yaitu kan sesuatu (utang) yang dibutuhkannya se-
ar-Raahin) dan pihak al-Murtahin tidak bo- cara tunai, atau dirinya bisa menangguhkan
leh memilikinya ketika pihak ar-Raahin tidak harga pembayaran barang yang dibelinya
mampu untuk menebusnya pada tempo yang dengan menyerahkan suatu barang miliknya
telah ditetapkan. Ini merupakan bentuk peng- kepada pihak penjual sebagai barang gadaian.
hapusan kebiasaan yang berlaku pada masa Oleh karena itu, akad gadai bisa menciptakan
jahiliah, yaitu pihak al-Murtahin memiliki ba- kemashlahatan kedua belah pihak.
rang yang digadaikan apabila pihak ar-Raa-
hin tidak bisa membayar utang yang ada pada 4. HUKUM AR.RAHIiIU MENURUT SYARA'
waktu yang telah ditentukan. Lalu kebiasaan Ar-Rahnu hukumnya adalah iaa'2 [boleh)
ini dihapus dan dilarang oleh Islam. tidak wajib berdasarkan kesepakatan ulama.
Hikmah disyariatkannya ar-Rahnu adalah Karena ar-Rahnu adalah jaminan utang, oleh
untuk menjamin dan mengukuhkan utang. karena itu tidak wajib, seperti halnya al-Ka-
Apabila al-Kafaalah adalah menjamin utang faalah hukumnya juga tidak wajib.
dengan penjaminan manusia, maka ar-Rahnu Adapun ayat,
adalah menjamin utang dengan mengguna-
kan harta sebagai jaminannya, dalam rangka &
(f^r). 46ii'l'G)...
memudahkan masalah utang piutang. Ar-Rah- w ---
nu memberi manfaat bagi pihak ad-Daa'in "...Maka hendaklah ada barang tanggung-
(al-Murtahin) dengan memberinya hak istime- an yang dipegang (oleh yang berpiutang)...."
wa dan prioritas dibanding para pihak yang (al-Baqarah: 283)
117 HR. Imam Asy-Syafi'i dan Ad-Daraquthni, ia berkata, "Sanad hadits ini hasan dan muttashil!'
Bagian 3: Hukum Transaksi Keuangan FIQLH ISI.AM JILID 6
Maka perintah pada ayat ini adalah bersi- ijab yang seienis. Lalu pihak al-Murtahin ber-
fat irsyaad (pengarahan kepada yang lebih kata, "Saya terima," atau, "Saya setuiu," dan
baik) bagi kaum Mukminin, bukan perintah lain sebagainya. Dalam hal ini, tidak disyarat-
yang bersifat wajib. Hal ini berdasarkan ayat kan harus menggunakan kata-kata ar'Rahnu.
setelahnya, Seandainya ada seseorang membeli sesuatu
seharga beberapa dirham, lalu pihak pembeli
'Akan tetopi jika sebogian kamu memper- menyerahkan sesuatu kepada penjual dan
cayai sebagian yang lain, maka hendaklah berkata, "lni pegang dulu sampai saya menye-
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya rahkan harga barang yang saya beli darimu
(utang ny a)." (al-Baqarah: 2 83) ini," maka Ar-Rahnu ini sah. Karena yang di-
anggap dan diperhitungkan di dalam akad ada-
Juga karenadi dalam ayat ini, Allah SWT lah maksud dan maknanya.
memerintahkan adanya ar-Rahnu ketika ti- Sementara itu, selain ulama Hanafiyyahl2o
dak menemukan seorang juru tulis. Karena mengatakan bahwa rukun Ar-Rahnu ada em-
menuliskan dan mendokumentasikan utang pat, yaitu shiighah (iiab qabul), 'aaqid [pihak
piutang hukumnya tidak waiib, maka begitu yang mengadakan akad), morhuun [barang
juga solusi pengganti penulisan (yaitu ar- yang digadaikan) dan marhuun bihi (ad-Dain
18
Rahnu), hukumnya j uga tidak waj ib.1 atau tanggungan utang yang dijamin dengan
barang gadaian).
5. RUKUN DAN ETEMEN.ELEMEN AR.RAHNU Begitulah, perbedaan seputar masalah
Ar-itahnu memiliki empat unsur atau ele- rukun antara ulama Hanafiyyah dan ulama
men, yaitu ar-Raahin [pihak yang menggadai- selain mereka terjadi di dalam semua bentuk
kan), al-Murtohin (pihak yang menerima ga- akad. Rukun menurut jumhur lebih luas dari-
dai), al-Marhuun atau ar'Rahnu [barang yang pada rukun menurut ulama Hanafiyyah' Kare-
digadaikan), al-Marhuun bihi (ad-Dain atau na rukun menurut ulama Hanafiyyah adalah
tanggungan utang pihak qr-Raahin kepada a/- sesuatu yang menjadi bagian dari suatu hal
Murtahin). yang ada tidaknya suatu hal tersebut tergan-
Rukun Ar-Rahnu menurut ulama Hana- tung kepada sesuatu tersebut. Karena sesuatu
fiyyahlle adalah, ijab dari ar-Raahin dan qabul yang menjadi bagian dari suatu hal ada di an-
dari ol-Murtahin, seperti akad-akad yang lain. taranya yang menjadi penentu ada tidaknya
Akan tetapi akad Ar-Rahnu belum sempurna sesuatu, dan ada pula yang tidak memiliki si-
dan belum berlaku mengikat (laazim) kecuali fat seperti itu. Sedangkan menurut jumhur;
setelah adanya al'Qabdhu (serah terima ba- rukun adalah sesuatu yang menjadi penentu
rang yang digadaikan). Seperti pihak ar-Raa- ada tidaknya suatu hal dan tidak mungkin
hin berkata, "Saya menggadaikan barang ini suatu hal tersebut ada kecuali dengan adanya
kepadamu dengan utang saya kepadamu," sesuatu tersebut, baik apakah sesuatu terse-
atau, "Barang ini sebagai borg atau gadai un- but merupakan bagian dari suatu hal tersebut
tuk utangku kepadamu," atau bentuk-bentuk maupun tidak. Al-Aaqid fpihak yang meng-
1,21 Al-Mughni, juz 4 hltm. 327; Mughnil Muhtaaj, juz2hlm. 127; Al-Muhadzdzab,juz 1. hlm. 3O5; Kasysyaaful Qinoaljuz 3 hlm. 308;
Haasyiyah Ad-Dasuqi 'ala Ad-Dardir, itz 3 hlm. 245.