Anda di halaman 1dari 19

“PELECEHAN SEKSUAL DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

HUKUM NEGARA”

Oleh

Kelompok 4

Diva Nabilah 5201240007

Dhanty Muthia Rahman 5203240028

Nadya Anggi Damayanti 5203540001

Sintia Arfiani 5201240009

Tiara Aurelia 5203240001

Mata Kuliah :

Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Hapni Laila Siregar,S.Ag.,M.A

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2022
KATA PENGANTAR
Puji syuku hanya kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
merangkum tugas Critical Coook Review dan Critical Journal Review dengan
judul “Pelecehan Seksual Ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Negara”.
Dengan selesainya Karya Tulis ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :

1. Dr. Hapni Laila Siregar,S.Ag.,M.A, selaku dosen Pendidikan Agama


Islam di Universitas Negeri Medan atas bimbingan dan segala kesempatan
yang telah diberikan kepada penulis dalam penulisan makalah ini.
2. Semua sahabat dan teristimewa kepada orangtua yang telah memberikan
dorongan dan doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada
penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya sebagai balasan


atas semua bantuan yang telah diberikan dari pihak-pihak yang telah disebutkan
diatas. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, Aamiin.

Medan, 28 Maret 2922

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1. Pelecehan Seksual ........................................................................................ 3
2.2. Hukum Pidana .............................................................................................. 4
2.3. Hukum Islam ................................................................................................ 4
BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................... 7
3.1. Pendekatan Penelitian................................................................................... 7
3.2. Sumber Data ................................................................................................. 7
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 7
3.4. Teknik Analisis Data .................................................................................... 8
BAB 4. PEMBAHASAN ........................................................................................ 9
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 13
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perempuan sering menjadi sasaran korban kekerasan seksual dari masa ke
masa, perempuan di dalam masyarakat dikenal dengan makhluk yang lemah, tidak
memiliki kekuatan, kemampuan dan juga masih dipandang sebelah mata
menjadikan perempuan seringkali mendapatkan perilaku yang tidak pantas.
Tindak kekerasan kepada perempuan juga terjadi pada masyarakat arab pra Islam
atau dikenal dalam masa jahiliyah, pada zaman itu diperbolehkan untuk
membunuh bayi perempuan. Pada zaman tersebut ketika perempuan menikah,
maka perempuan tersebut akan menjadi hak penuh suami dan keluarga, sedangkan
ketika suaminya meninggal, perempuan tersebut akan menjadi benda yang
diwariskan.

Pelecehan sering dirasakan sebagai perilaku menyimpang, karena


perbuatan tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau
menetapkan seseorang sebagai objek perhatian yang tidak diinginkannya. Artinya,
pelecehan seksual dapat berupa sikap yang tidak senonoh, seperti menyentuh
anggota tubuh yang vital dan dapat pula hanya berupa kata-kata atau pernyataan
yang bernuansa tidak senonoh. Sedangkan orang yang menjadi objek sentuhan
atau pernyataan tersebut tidak menyenanginya.

Pelecehan seksual sering terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di
dalam bus, pabrik, supermarket, kantor, hotel, trotoar, bioskop, dan sebagainya
baik pada siang hari maupun malam hari.

Korban pelecehan juga ada yang penyandang disabilitas bukan hanya


wanita normal. Hingga saat ni masih banyak terjadi tindak kekerasan perempuan
seperti perdagangan perempuan, pelecehan seksual, KDRT yang terus merajalela.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual?
2. Bagaimana pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual?
3. Apakah perbedaan dan persamaan antara Hukum Islam dan KUHP tentang
sanksi pidana perbuatan pelecehan seksual?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual.
2. Untuk mengetahui pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian
dalam menanggulangi maraknya pelecehan seksual di kalangan remaja.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Agar dapat mengetahui pandangan mengenai perbuatan pelecehan seksual
menurut Hukum Islam dan Hukum positif.
2. Agar dapat mengetahui perbandingan-perbandingan antara Hukum Islam
dan KUHP mengenai perbuatan pelecehan seksual.

2
BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelecehan Seksual


Pelecehan sesksual menurut KBBI yaitu orang yang suka merendahkan
atau meremehkan orang lain, berkenaan dengan seks (jenis kelamin) atau
berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Dan
menurut sumber lainnya, pelecehan seksual ialah segala macam bentuk perilaku
yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki
oleh korbannya.

Pelecehan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yaitu verbal dan


nonverbal. Pelecehan verbal yaitu Tindakan melecehkan dalam bentuk perkataan
ataupun tulisan, dapat dilakukan secara langsung maupun tidak (secara online).
Pelecehan nonverbal yaitu Tindakan melecehkan seperti main mata, bersiul,
tepukkan, cubitan, dan sentuhan pada bagian-bagian tertentu yang menyebabkan
korban merasa direndahkan.

Dalam ilmu psikologi, pelecehan tidak hanya soal seks melainkan


penyalahguanaan kekuasaan atau otoritas. Pelaku pelecehan seksual akan
merasakan perasaan berarti Ketika berhasil merendahkan seseorang. Rasa berarti
ini tidak selalu dirasakan oleh pelaku. Rasa keberartian ini juga bisa diekpresikan
dalam rasa puas.

Dampak yang ditimbulkan dari pelecehan seksual terhadap korban yaitu


trauma psiokologis dan fisik. Trauma yang dihasilkan akan membekas dan
tumbuh Bersama korban. Hal ini akan menyebabkan korban merasa dirinya tidak
lagi berharga dan lebih memilih mengasingkan diri dari kerumunan. Yang justru
hal tersebut akan memperparah trauma yang dialami. Dalam kasus terburuk,
korban bisa menjadi pelaku pelecehan/kekerasan seksual.

3
2.2. Hukum Pidana
KUHP meurpakan singkatan dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana
yang memberikan hukuman atas pelanggaran pidana

Dalam KUHP, pelecehan seksual diatur dalam Buku Kedua tentang


Kejahatan, Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan (Pasal 281 sampai Pasal 3O3).
Seperti dalam pasal 285 yang berisikan “Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.” Pasal 289 yang berisikan “Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang
kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.” Dan
banyak pasal lainnya.

Dalam UU ITE Pasal 27 Ayat No. 11 tahun 2OO8 tentang ITE, Pasal 45
Ayat 1 juga mengatur hukuman yang dilakukan oleh pelaku pelecehan sexual atau
tindakan yang menyangkut kesusilaan di Pasal 27 Ayat 1 UU ITE yang berbunyi
“setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 Ayat
(1), (2), (3), dan ayat (4), dipidana penjara paling lama 6 (enam tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 1.OOO.OOO.OOO,OO (satu milyar rupiah).

2.3. Hukum Islam


Pelecehan seksual merupakan sebuah perbuatan yang sangat tidak terpuji
dalam sudut pandang agama islam. Dalam ajaran agama islam melihat sesuatu
yang dapat memunculkan syahwat/ nafsu seksual tidak diperbolehkan, karena
khawatir akan menimbulkan zina. Dalam sebuah syair disebutkan bahwa semua
peristiwa perzinaan bermulai dari memandang, dan api yang besar itu berasal dari
sebuah percikan api yang kecil.

Dalam islam semua yang berhubungan dengan bersetubuh diluar status


pernikahan merupakan perbuatan zina. Zina dalam ajaran islam sangat tidak
dianjurkan untuk dilakukan. Kata pelecehan sesual tidak ditemukan secara
langsung dalam hukum islam, namu smerujuk kepada perbuatan berzina.

4
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Israa‟: 32)

Ayat lainnya juga menjelaskan bahwa diantara laki-laki atau perempuan


tidak memiliki perbedaan karakteristik seksual. Keduanya merupakan fitrah dari
manusia itu sendiri, tidak adanya pembedaan karakteristik seksual antara laki –
laki dan perempuan dinyatakan dalam ayat An-Nur ayat 26.

Artinya:

Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk lelaki lelaki yang keji dan lelaki
lelaki yang keji adalah untuk perempuan perempuan yang keji dan perempuan
perempuan yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki baik
adalah untuk perempuan-perempuan yang baik.

Dengan demikian, dalam Al Quran dijelaskan bahwa kesucian dan


kehormatan didasarkan pada perilaku bukan pada identitas atau jenis kelamin
(Barlas 2003).

Dalam al quran disebutkan cara menahan hawa nafsu, yaitu dengan cara
menundukkan pandangan bagi laki-laki dan menutup aurat bagi perempuan.
Sebagaimana dalam surah al ahzab (33) ayat 59:

Artinya:

5
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka
tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Dan surah An-Nur ayat 31:

Artinya:

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: „Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.‟
Katakanlah kepada Wanita yang beriman: „hendaklah mereka, dan janganlah
merekan menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (bisa) nampak dari
mereka.‟

6
BAB 3.

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang
berupa studi literatur atau studi kepustakaan. Studi literatur dapat ditempuh
dengan jalan mengumpulkan referensi yang terdiri beberapa penelitian terdahulu
yang kemudian dikompilasi untuk menarik kesimpulan

3.2. Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
bahanbahan hukum peraturan perundang–undangan, dokumen, buku, kamus, dan
litelatur lain yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Data ini
dikumpulkan menjadi data sekunder yang merupakan bahan hukum dalam
penelitian yang diambil dari studi kepustakaan. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang
berwujud laporan, dan sebagainya.

Data sekunder ini terdiri dari buku-buku, makalah dan tulisan ilmiah yang
berkaitan dengan materi penelitian. Seluruh data yang telah terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
yaitumetode yang menganalisis terhadap data kualitatif yaitu data-data yang
terdiri dari rangkaian katakata. Dengan menganalisis data yang telah terkumpul
tersebut, kemudian diuraikan dan dihubungkan antara data yang satu dengan data
yang lainnya secara sistematis, pada akhirnya disusun atau disajikan dalam bentuk
penulisan hukum.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang diperlukan dalam menyusun tulisan ini adalah
dengan metode kepustakaan (Library Research), yaitu suatu cara memperoleh data
melalui penelitian kepustakaan, yang dalam penulisan laporan penelitian penulis
mencari data dan keterangan dengan membaca buku-buku, bahan kuliah, karya
ilmiah yang berkaitan dengan sistem hak asasi manusia pandangan hukum barat

7
dan pandangan hukum Islam untuk mencari kejelasan terhadap masalah yang akan
diteliti

3.4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode analisis isi yang bisa digunakan untuk mendapatkan
inferensi yang valid dan bisa meneliti kembali menurut konteksnya. Dalam
analisisnya akan dilakukan pemilihan, pembandingan, penggabungan, dan
pemilahan sehingga ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005).

Proses analisis data menggunakan tiga langkah secara simultan: reduksi,


display (deskripsi), dan penarikan kesimpulan. Reduksi (seleksi data) dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang lebih terfokus pada rumusan persoalan yang
ingin dijawab. Setelah seleksi data, dilakukan proses deskripsi, yakni menyusun
data menjadi sebuah teks naratif. Pada saat penyusunan data menjadi teks naratif,
dilakukan interpretasi data berdasarkan konsep dan teori yang telah disusun.
Setelah proses deskripsi selesai, dilakukan proses penyimpulan.

Penarikan kesimpulan ini selalu diverifikasi agar kebenarannya teruji. Baik


proses reduksi (seleksi data), proses deskripsi, dan proses penyimpulan dilakukan
secara berulang-ulang agar penelitian ini mendapatkan hasil yang akurat.

8
BAB 4.

PEMBAHASAN

Pelecehan seksual merupakan kejahatan yang kerap kali ditimpakan pada


wanita, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga lelaki yang
menjadi korbannya. Pelecehan seksuam merupakan kejahatan yang sangat keji
karena tak hanya berdampak pada fisik namun juga psikologis korban.

Menurut hukum islam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang
pengakuan perempuan yang dilecehkan atau diperkosa. Imam Maliki berpendapat
bahwasanya pengakuan seorang wanita bahwa dia telah diperkosa dapat diterima
hanya jika ia menunjukkan bukti yang kongkret ataupun saksi mata, maksudnya
ketiika ia meminta pertolongan sehingga banyak orang yang menyaksikan
kejadian tersebut dan sebagainya yang menjadi bukti perlakuan tersebut.

Imam Maliki juga berpendapat bahwa ketika wanita tersebut diketahui


berzina dan tak dapatakan menunjukkan bukti yang kongkret bahwa dia
dilecehkan ataupun sudah menikah, maka akan diberlakukan hukum had dan
pengakuannya tidak dapat diterima. Hukum had yang dimaksud adalah hokum
yang telah ditetapkan bagi pasangan yang melakukan zina. Kemudian imam
maliki juga menegaskan bahwa seorang wanita yang dilecehakn tidak boleh
menikah sehingga telah menjalani masa bersuci tiga kali. Jika wanita itu ragu
terhadap haidnya, maka dia juga tidak boleh menikah sampai dia terlepas dari
keraguan tersebut.

Perbuatan pelecehan seksual ini dapat dikenakan sanksi pidana dan denda
sesuai di dalam KUHP mengenai perbuatan asusila dan kejahatan kesusilaan. Jika
kita kaitkan dengan masalah jender, pelanggaran ini sangat erat kaitannya dengan
tindakan kekerasan fisik maupun integritas mental seseorang dan cenderung
merupakan kekerasan fisik.

Pelecehan seksual telah diberikan tindakan oleh agama. Ini dibuktikan


dengan adanya bukti yuridris dalam KUHP dan undang undang sebagai bentuk
upaya pemerintah, yakni UU PKDRT pasal 46, 47 dan 48. UU PKDRT
menetapkan dua bentuk kekerasan seksual dan sanksi pemberatannya. Pertama,

9
kekerasan seksual dengan unsur tindak pidana berupa “Pemaksaan hubungan
seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga”. Kedua, kekerasan seksual dengan unsur tindak pidana berupa
“pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu”.

Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi
atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak
menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU
KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal
(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu
sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.

Sementara itu sanksi pemberatan diancamkan kepada setiap orang yang


melakukan perbuatan perbuatan tersebut sehingga menimbulkan akibat tertentu,
dalam hal ini yakni “mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau
kejiwaan”. Jadi, dalam pelecehan seksual telah diatur secara umum dalam KUHP
pasal 281-282. Bahkan dalam pasal 285.21 Yang berbunyikan: “Barangsiapa
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh
dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

Kemudian secara umum, hukum tentang kejahatan kesusilaan juga dibahas


dalam KUHP pada Bab XIV. Yakni pada Pasal 285 tentang perkosaan terhadap
wanita. Pasal 286 tentang persetubuhan dengan wanita di luar perkawinan, dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya, Pasal 287 tentang persetubuhan dengan
wanita di luar perkawinan, yang umurnya belum lima belas tahun, atau belum
waktunya untuk dikawin, Pasal 288 tentang persetubuhan dengan wanita dalam
perkawinan, namun belum waktunya untuk dikawin, Pasal 289, Pasal 290, Pasal
292, Pasal 294, Pasal 295, Pasal 296 terkait tindakan pencabulan, Pasal 297
tentang perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa
(Pasal ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Pasal 65 Undang-Undang

10
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang).

Undang undang perlindungan anak juga memberikan tindakan bagi


kekerasan seksual yang melibatkan anak anak. Yakni Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak).
Dalam Pasal 81 dan Pasal 82 telah diatur tentang sanksi pidana berat bagi mereka
yang melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak.

hukuman apa yang dapat diberlakukan kepada pelaku pelecehan seksual


dalam bentuk takzir, maka di sini akan diuraikan bentuk-bentuk hukum takzir
yaitu; (1) Hukuman penjara kurungan, (2) Hukuman pengasingan, (3) Hukuman
pengucilan, (4) Hukuman ancaman, teguran, dan peringatan, (5) Hukuman denda,
(6) Hukuman pencemaran. Di dalam KUHP pasal 10 terdapat ada dua macam
jenis hukuman sebagaimana sudah tercantum didalamnya. Pidana terdiri atas :

a. Pidana pokok: 1. Pidana mati; 2. Pidana penjara; 3. Pidana kurungan;


4. Pidana denda; 5. Pidana tutupan.
b. Pidana tambahan: 1. Pencabutan hak-hak tertentu; 2. Perampasan
barang-barang tertentu; 3. Pengumuman putusan hakim.

Walaupun dalam KUHP telah membahas mengenai pelecehan seksual


tersebut, namun hanya mencakup mengenai ; pornografi, perbuatan cabul,
perkosaan, pelacuran, perdagangan perempuan, aborsi, maupun penggunaan anak
di bawah umur untuk pekerjaan bahaya. Jika dikaitkan dengan masalah jender,
pelanggaran kesusilaan erat kaitannya dengan tindakan kekerasan fisik maupun
integritas mental seseorang dan cenderung merupakan dengan kekerasan fisik.

11
Menteri PPA dalam pers virtual menyatakan bahwa sepanjang tahun 2021
terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan di mana 15,2 persennya
adalah kekerasan seksual. Diantara kasus tersebut adalah marbot Masjid di
Cirebon mencabuli sembilan anak, guru di Pesantren Bandung cabuli 21 santri,
Guru di Beji, Depok cabuli 10 muridnya, dan banyak lagi kasus kekerasan seksual
yang terjadi.

12
BAB 5.

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam KUHP dan hukum Islam sangat jelas mempunyai persamaan
mengenai sanksi pelaku pelecehan seksual yakni sama-sama belum jelas dalam
ketentuan hukumnya baik dalam hukum Islam maupun dalam KUHP, sedangkan
perbedaannya sangat jelas di mana dalam hukum Islam dan KUHP.

Dalam hukum Islam merupakan hukum yang berisikan norma-norma yang


berasal dari Allah sebagai syari. Dalam konsep ini Allah adalah norma yang
bersifat omnicident dan transsendental. Karena itu, kebenarannya mutlak dan
pasti. Dalam kebenaran mutlak itulah dapat dikenakan sanksi yang sangat hakiki.
Kaitannya dengan masalah kejahatan kesusilaan, yakni selain di kenakan sanksi
juga di kenakan denda atau dera yang dibebankan kepada pelaku atau yang
berbuat.

Sedangkan dalam KUHP pelaku kejahatan asusila, yakni sanksi pidana


bagi pelaku karena erat kaitannya dengan tindakan kekerasan fisik maupun
integritas seorang wanita dan cenderung merupakan kekerasan fisik maupun
mental. Dalam hal ini telah diatur secara umum dalam KUHP pasal 281-282 yang
ber bunyikan” pasal 281 berisikan diantaranya adalah: Diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.

Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi
atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak
menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU
KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal
(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu
sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.

13
5.2. Saran
1. Untuk dapat menghindari dari perbuatan pelecehan seksual hendaknya
setiap individu memulai dari diri sendiri, dapat dicegah dari hal sekecil
apapun mulai dari sekarang.
2. Para tokoh agama hendaknya memberikan bimbingan dan siraman rohani
keagama kepada setiap individu maupun perorangan agar terbentuknya
pribadi moral yang baik dan berakhlak mulia, sehingga tidak terjadi pelaku
atau perbuatan pelecehan seksual.
3. Pemerintah atau lembaga penegak hukum hendaknya dapat mengatasi
peristiwa pelecehan seksual, yaitu dengan membuat atau membentuk
Undang-undang khusus pelecehan seksual yang dapat diberlakukan bagi
pelaku pelecehan tersebut, sebagaimana sudah terdapat di negara-negara
uni eropa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Malik Kamal. 2007. Fiqih Sunnah Wanita 1. Jakarta: Pena Pundit Aksara.
Cet. Ke-I

Ardianoor, Ferry. 2020. PELECEHAN SEKSUAL DITINJAU DARI HUKUM


PIDANA INDONESIA. Diploma thesis, Universitas Islam Kalimantan

Serbaguna, B.S. 2005. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI Press

Hairi, Prianter Jaya. 2015. Problem Kekerasan Seksual: Menelaah Arah Kebijakan
Pemerintah Dalam Penanggulangannya. JURNAL NEGARA HUKUM:
Vol. 6(1), 1-15.

Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-11.

Husin, S, L. 2020. Kekerasan Seksual pada Perempuan dalam Perspektif Al-


Quran dan Hadis. Jurnal Hukum Islam Nusantara, 3(1), 16-23

Jumadin Brutu. 2018. Formulasi Pelecehan Seksual dalam Perspektif Hukum


Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang

Junaedi, D. 2016. Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al-Qur’an: Menikmati


Seks Tidak Harus Menyimpang, PT Elex Media Komputindo, Jakarta:
Indonesia

Mundakir (dkk). 2022. Kekerasan Seksual Dalam Perspektif Transdisipliner. UM


Surabaya Publishing, Surabaya: Indonesia

Rahmat, Hakim. 2000. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pustaka Setia. Cet. Ke-1

Supanto.” Kebijakan Hukum Pidana Mengenai Pelecehan Seksual”.Undang-


Undang No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Kutipan: Media
Elektronik Sekretariat Negara Tahun 1997

Triwijati, E, K, N. 2007. Pelecehan Seksual: Tinjauan Psikologis. Journal Unair,


20(4), 303-306.

15
.

„Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2008. Fiqh Wanita: Edisi Lengkap.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

16

Anda mungkin juga menyukai