HUKUM NEGARA”
Oleh
Kelompok 4
Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS TEKNIK
MARET 2022
KATA PENGANTAR
Puji syuku hanya kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
merangkum tugas Critical Coook Review dan Critical Journal Review dengan
judul “Pelecehan Seksual Ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Negara”.
Dengan selesainya Karya Tulis ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1.
PENDAHULUAN
Pelecehan seksual sering terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di
dalam bus, pabrik, supermarket, kantor, hotel, trotoar, bioskop, dan sebagainya
baik pada siang hari maupun malam hari.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual?
2. Bagaimana pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual?
3. Apakah perbedaan dan persamaan antara Hukum Islam dan KUHP tentang
sanksi pidana perbuatan pelecehan seksual?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan
seksual.
2. Untuk mengetahui pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian
dalam menanggulangi maraknya pelecehan seksual di kalangan remaja.
2
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2. Hukum Pidana
KUHP meurpakan singkatan dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana
yang memberikan hukuman atas pelanggaran pidana
Dalam UU ITE Pasal 27 Ayat No. 11 tahun 2OO8 tentang ITE, Pasal 45
Ayat 1 juga mengatur hukuman yang dilakukan oleh pelaku pelecehan sexual atau
tindakan yang menyangkut kesusilaan di Pasal 27 Ayat 1 UU ITE yang berbunyi
“setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 Ayat
(1), (2), (3), dan ayat (4), dipidana penjara paling lama 6 (enam tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 1.OOO.OOO.OOO,OO (satu milyar rupiah).
4
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Israa‟: 32)
Artinya:
Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk lelaki lelaki yang keji dan lelaki
lelaki yang keji adalah untuk perempuan perempuan yang keji dan perempuan
perempuan yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki baik
adalah untuk perempuan-perempuan yang baik.
Dalam al quran disebutkan cara menahan hawa nafsu, yaitu dengan cara
menundukkan pandangan bagi laki-laki dan menutup aurat bagi perempuan.
Sebagaimana dalam surah al ahzab (33) ayat 59:
Artinya:
5
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka
tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Artinya:
6
BAB 3.
METODE PENELITIAN
Data sekunder ini terdiri dari buku-buku, makalah dan tulisan ilmiah yang
berkaitan dengan materi penelitian. Seluruh data yang telah terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
yaitumetode yang menganalisis terhadap data kualitatif yaitu data-data yang
terdiri dari rangkaian katakata. Dengan menganalisis data yang telah terkumpul
tersebut, kemudian diuraikan dan dihubungkan antara data yang satu dengan data
yang lainnya secara sistematis, pada akhirnya disusun atau disajikan dalam bentuk
penulisan hukum.
7
dan pandangan hukum Islam untuk mencari kejelasan terhadap masalah yang akan
diteliti
8
BAB 4.
PEMBAHASAN
Menurut hukum islam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang
pengakuan perempuan yang dilecehkan atau diperkosa. Imam Maliki berpendapat
bahwasanya pengakuan seorang wanita bahwa dia telah diperkosa dapat diterima
hanya jika ia menunjukkan bukti yang kongkret ataupun saksi mata, maksudnya
ketiika ia meminta pertolongan sehingga banyak orang yang menyaksikan
kejadian tersebut dan sebagainya yang menjadi bukti perlakuan tersebut.
Perbuatan pelecehan seksual ini dapat dikenakan sanksi pidana dan denda
sesuai di dalam KUHP mengenai perbuatan asusila dan kejahatan kesusilaan. Jika
kita kaitkan dengan masalah jender, pelanggaran ini sangat erat kaitannya dengan
tindakan kekerasan fisik maupun integritas mental seseorang dan cenderung
merupakan kekerasan fisik.
9
kekerasan seksual dengan unsur tindak pidana berupa “Pemaksaan hubungan
seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga”. Kedua, kekerasan seksual dengan unsur tindak pidana berupa
“pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu”.
Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi
atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak
menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU
KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal
(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu
sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.
10
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang).
11
Menteri PPA dalam pers virtual menyatakan bahwa sepanjang tahun 2021
terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan di mana 15,2 persennya
adalah kekerasan seksual. Diantara kasus tersebut adalah marbot Masjid di
Cirebon mencabuli sembilan anak, guru di Pesantren Bandung cabuli 21 santri,
Guru di Beji, Depok cabuli 10 muridnya, dan banyak lagi kasus kekerasan seksual
yang terjadi.
12
BAB 5.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam KUHP dan hukum Islam sangat jelas mempunyai persamaan
mengenai sanksi pelaku pelecehan seksual yakni sama-sama belum jelas dalam
ketentuan hukumnya baik dalam hukum Islam maupun dalam KUHP, sedangkan
perbedaannya sangat jelas di mana dalam hukum Islam dan KUHP.
Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi
atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak
menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU
KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal
(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu
sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.
13
5.2. Saran
1. Untuk dapat menghindari dari perbuatan pelecehan seksual hendaknya
setiap individu memulai dari diri sendiri, dapat dicegah dari hal sekecil
apapun mulai dari sekarang.
2. Para tokoh agama hendaknya memberikan bimbingan dan siraman rohani
keagama kepada setiap individu maupun perorangan agar terbentuknya
pribadi moral yang baik dan berakhlak mulia, sehingga tidak terjadi pelaku
atau perbuatan pelecehan seksual.
3. Pemerintah atau lembaga penegak hukum hendaknya dapat mengatasi
peristiwa pelecehan seksual, yaitu dengan membuat atau membentuk
Undang-undang khusus pelecehan seksual yang dapat diberlakukan bagi
pelaku pelecehan tersebut, sebagaimana sudah terdapat di negara-negara
uni eropa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik Kamal. 2007. Fiqih Sunnah Wanita 1. Jakarta: Pena Pundit Aksara.
Cet. Ke-I
Serbaguna, B.S. 2005. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI Press
Hairi, Prianter Jaya. 2015. Problem Kekerasan Seksual: Menelaah Arah Kebijakan
Pemerintah Dalam Penanggulangannya. JURNAL NEGARA HUKUM:
Vol. 6(1), 1-15.
Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-11.
Rahmat, Hakim. 2000. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pustaka Setia. Cet. Ke-1
15
.
16