Dosen Pengampu
Dr. Moch. Aly Taufiq, M. Si
Penyusun
Nazalal Furqon Ramadhan ( 102021020 )
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Budaya Organisasi …………………………………………. 4
B. Pengaruh Budaya Organisasi dalam Pembentukan Manajamen
Kinerja………………………………………………………………… 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Budaya Organisasi
budaya organisasi adalah suatu karakteristik yang terdapat pada suatu organisasi dan
dijadikan sebagai tuntunan organisasi atau perusahaan sehingga mampu membedakannya
dengan organisasi lain.Itu artinya, hal tersebut adalah suatu norma dan juga nilai-nilai
perilaku yang dipahami serta diterima oleh seluruh anggota organisasi dan juga digunakan
sebagai dasar dalam aturan perilaku di dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
Deal dan Kennedy mengatakan bahwa hal ini juga bisa diartikan sebagai seluruh hal yang
mampu diselesaikan di tempat organisasi tersebut bernaung.Budaya dalam suatu organisasi
akan melibatkan seluruh pengalaman, filosofi, pengalaman, ekspektasi dan juga seluruh nilai
yang terdapat di dalamnya, sehingga nantinya akan terefleksi dalam kegiatan setiap anggota,
mulai dari pekerjaan, interaksi dengan lingkungan luar, hingga ekspektasi yang diharapkan
bisa terwujud di masa depan.
Needle dalam bukunya pun menjelaskan bahwa hal ini melibatkan suatu aturan tertulis
dan juga tidak tertulis, bahasa, kebiasaan, simbol, asumsi, visi, sistem, norma, nilai, serta
kepercayaan. Sebagian ahli lainnya juga ada yang menjelaskan bahwa organisasi justru lebih
menekan dan membentuk perilaku karyawan di dalam organisasi tersebut.
Gordon dan DiTomaso (1992) dalam studi lanjutan menemukan dukungan yang
memberikan bukti bahwa budaya yang kuat adalah prediksi kinerja perusahaan jangka
pendek. Ada dua cara untuk mengukur kinerja, yaitu menggunakan tindakan objektif dan
4
subjektif. Ukuran obyektif menggunakan angka riil dariorganisasi sementara mengukuran
subjektif menggunakan persepsi responden. Pengukuran subjektif untuk menilai kinerja
perusahaan lebih banyak dilakukan dalam penelitian keperilakuan, karena:
1. ukuran kinerja lebih konsistendan tidak bervariasi secara luasdari langkah-langkah
objektifdalam hal akurasi.
2. meminta responden untuk melihatlaporan keuangan tertentu dapatmenimbulkan
kecemasan pihakmanajemen perusahaan ataskerahasiaan informasi yangmereka
sediakan.
Menurut Robbins (1996) kinerja karyawan merupakan fungsi dari interaksi antara
kemampuan dan motivasi.
Menurut Henry Simamora(1997) maksud penetapan tujuankinerja adalah menyusun
sasaran yang berguna tidak hanya bagi evaluasi kinerja pada akhir periode tetapi juga untuk
mengelola proses kerja selama periode tersebut.
Mohammad As'ad (1995) menyatakan kinerja karyawan merupakan kesuksesan
seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan, kinerja pada dasarnya adalah hasil kerja
seorang karyawan selama periode tertentu.
Kinerjakaryawan dapat meningkat karena tidak lepas dari pengaruh budaya organisasi
yang tercermin dari orientasi hasil yang dicapai karyawan serta bagaimana keputusan
dibuat,siapa yang membuat, bagaimana imbalan dibagikan, siapa yang dipromosikan,
bagaimana diperlakukan, bagaimana organisasi respon kepada lingkungannya. Hal tersebut
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hofstede (1990) yang menyatakan bahwa
budayaorganisasi merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang mempengaruhi perilaku,
sikap, dan efektivitas seluruh karyawan. Efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang kuat, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Robbins (1996),organisasi yang berbudaya kuat akan mempengaruhi ciri khas
tertentu sehingga dapat memberikan daya tarik bagi individu untuk bergabung. Setelah itu,
individu itu dapat berfikir, bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai organisasi.
Kesesuaian antara budaya organisasi dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota organisasi
akan menimbulkan kepuasan kerja,sehingga mendorong individu untuk bertahan pada satu
perusahaan dan berkarir dalam jangka panjang. Sehubungan dengan hal tersebut, agar
karyawan selalu mendapat kepuasan maka setidak-tidaknya perusahaan harus selalu
memperhatikan lingkungan di mana karyawan melaksanakan tugasnya misalnya siapa rekan
kerja mereka, bagaimana seseorang pemimpin bisa melakukan pembelajaran dan
pertumbuhan.
Hasil dari berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara
budaya organisasi pada kinerja perusahaan, namun kita juga harus tahu budaya organisasi
hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, banyak faktor
lain yang mempengaruhinya, diantaranya adalah pemimpin yang efektif, karena tipe
kepemimpinan akan sangat mempengaruhi dan memotivasi para karyawan, pemimpin yang
efektif juga bisa mendukung suasana yang melingkupi perusahaan.
Ada delapan komponen kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai penilaian
kompetensi pemimpin:
5
1. Self-manajemen, yang terdiri dari etika dan integritas, manajemen waktu,
fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, dan dimensi pengembangan diri.
2. Posisi strategis, yang terdiri dari kesadaran akan kebutuhan pelanggan,komitmen
terhadap kualitas,mengelola manajemen pemangku kepentingan, dan kepedulian
masyarakat.
3. Pelaksanaan, yang meliputi dimensi perencanaan,mengarahkan orang lain, dan re-
engineering
4. Berpikir kritis, yang meliputi orientasi strategis, pengambilan keputusan, analisis,
dan pengambilan risiko dan dimensi inovasi.
5. Komunikasi, yang mencakup dimensi berbicara dengan dampak,memfasilitasi
komunikasi terbuka, mendengarkan aktif, dan komunikasi tertulis.
6. Interpersonal, yang terdiri dari dimensi membangun jaringan,mengelola konflik,
dan merangkul keanekaragaman.
7. Kepemimpinan, yang terdiri dari dimensi orientasi kerja sama tim,mendorong
motivasi, keuletan, mengembangkan orang lain, merangkul perubahan dan
kepemimpinan fleksibilitas.
8. Pengetahuan industri, yang merupakan pengetahuan dari bisnis dan keahlian
industry.
6
BAB III
PENUTUP
Budaya organisasi sebagai nilai yang diyakini oleh anggota organisasi harus dibangun
disesuaikan dengan strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan,karena budaya organisasi
yang baik dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang akan lebih
sulitditiru oleh pesaing disbanding kandengan keunggulan kompetitifyang sifatnya fisik.
Mengetahui faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi sangat penting dilakukan
karena hal tersebut akan menentukan kemampuan perusahaan untuk melakukan tanggapan
pada lingkungan perusahaan yang selalu mengalami perubahan.
Budaya organisasi bukan satu-satunya hal yang mempengaruhi kinerja organisasi,
kepemimpinan yang efektif juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar
budaya yang terbentuk dapat berjalan dengan baik dan berpengaruh positif pada kinerja
perusahaan.
Kinerja perusahaan terbentuk dari kinerja karyawan, agar kinerja perusahaan dapat
meningkat pihak manajemen harus memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan kinerja
karyawan dengan melihat pada faktor-faktor yang dapat memuaskan karyawan.
7
Daftar Pustaka
- Sackman, Sonja. (1991). CultureKnowledge In Organization. Newbury Park. Calif.
Sage
- Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi
Pengertian, Makna dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta
IBPP STIM YKPN.
- https://accurate.id/marketing-manajemen/budaya-organisasi/