Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BANK INDONESIA

Oleh:
Kartika C10121064

Dosen Pengampuh
Muhtar Tallesang, SE., ME

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERTAS TADULAKO
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta hidayahNya
kepada kita semua.Shalawat serta salam kita haturkan kepada beliau Nabu Muhammad
SAW semoga kita senantiasa mendapatkan safaatNya aamiin.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami
khususnya dalam mempelajari mata kuliah Ekonomi Moneter sehingga dengan harapan
kita semua bisa mengerti tentang materi Ekonomi Moneter dengan baik dan benar sesuai
yang diharapkan.
Selanjutnya disini saya akan Menyusun makalah tentang Bank Indonesia dengan
harapan kita semua bisa mampu memahami materi tersebut sehingga kita diharapkan
mampu menguasai materi tersebut.

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.1 Peranan Bank Sentral...................................................................................................5
2.2 Sejarah Bank Sentral....................................................................................................6
2.3 Sejarah Bank Indonesia...............................................................................................8
2.4 Kelembangan BI..........................................................................................................9
2.4.1 Status dan Kedudukan BI..................................................................................9
2.4.2 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia....................................................................9
2.4.3 Pengaturan dan Pengawasan Bank....................................................................9
2.5 Peran Bi Pasca Terbntuknya OJK..............................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
Daftar Pustaka..................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga yang sangat vital
dalam kehidupan perekonomian nasional karena kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh
BI akan memiliki dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan
pada tanggal 1 Juli 1953, telah lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa.
Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-
kebijakan yang pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat
terhadap BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena tidak
cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat diakses dan
dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan
setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. Pihak luar
tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa peranan bank Sentral ? 2. Bagaimana sejarah bank sentral ?
3. Bagaimana sejarah bank Indonesia ?
4. Bagaimana Status dan Kedudukan Kelembagaan BI ?
5. Bagaimana Peran BI pasca terbentuknya OJK ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peranan Bank Sentral
2. Untuk mengetahui sejarah Bank Sentral
3. Untuk mengetahui sejarah Bank Indonesai
4. Untuk mengetahui status dan kedudukan kelembagaan BI
5. Untuk mengetahui peran BI setelah terbentuknya OJK.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Bank Sentral
Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peranan strategis baik dalam
perekonomian domestik suatu Negara maupun dalam kaitannya dengan perekonomian
manca Negara. Umumnya Bank Sentral diberikan mandat berupa tanggung jawab
merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter. Di Indonesia fungsi bank sentral
dijalankan oleh Bank Indonesia. Sebagai bank sentral, BI diberikan mandate untuk
mewujudkan stabilitas harga.
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan
stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan
moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula
sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan
moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,
sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter
tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi
sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas
sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan
dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara
lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut
untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat 3 dan berimbang. Hal ini
mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai
aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan
cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,
untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan
yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti
itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-
negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan.
Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan
mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem
pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin

5
pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan
hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-
negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh.
Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi
perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem
keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel
II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu
peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup
serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat
menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan
gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan
pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin
meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau
dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih
meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem 4 pembayaran. Sebagai otoritas dalam
sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas
sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan
indicator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan
pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola
krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR
mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya
diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat
diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki
kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko
sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
2.2 Sejarah Bank Sentral
Jika dilihat dari sejarah berdirinya, keberadaan bank sentral diawali dengan
berdirinya Bank Sentral Swedia (The Riskbank of Sweden) yang beroperasi pada tahun

6
1668 dan diikuti oleh berdirinya Bank Sentral Inggris (The Bank Of England) yang
beroperasi pada tahun 1694. Hingga tahun 1990-an sudah ada 173 Bank Sentral.
Sejarah bank sentral juga tidak terlepas dari sejarah dikenalnya sistem uang sebagai
alat tukar dalam perdagangan dan perekonomian secara umum, dan mulai ditemukannya
metode perbankan untuk pertama kalinya dalam perekonomian dan perdagangan suatu
negara. Dimana pada zaman dahulu alat tukar yang digunakan adalah memang berupa
uang yang memang memiliki nilai intrinsik yang sama terhadap material yang terbuat dari
uang tersebut. Biasanya berupa uang logam (emas, perak, perunggu, dll) yang memiliki
nilai intrinsik yang sama terhadap nilai dari uang logam tersebut. Artinya jika uang logam
emas seberat 1 gram bernilai 1000 misalnya, pada saat itu memang karena emas dengan
kondisi 1 gr tersebut ketika diperdagangkan/dipertukarkan dimana-mana nilainya adalah
1000. Alat tukar dengan uang logam seperti ini sudah lebih maju dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya dimana perdagangan dilakukan dengan alat tukar yang belum bisa
diterima oleh banyak kalangan atau bahkan sistem barter langsung terhadap barang yang
diperdagangkan dimana ini menjadi cikal-bakal dimulainya perdagangan dalam sejarah
peradaban manusia.
Seiring dengan waktu dan terus berkembangnya perdagangan dan perekonomian,
alat tukar berupa uang logam tersebut mulai menjadi keterbatasan karena memang
ketersediaan sumber daya alam yang terbatas untuk mencetak jenis uang seperti itu, dan ini
menghambat potensi untuk berkembang lebih besarnya lagi perekonomian suatu negara
sementara jenis-jenis produk baru dan bentuk industri baru sangat potensial untuk muncul
namun amat disayangkan jika aktivitas perdagangan dan perekonomian secara umum harus
terhambat karena mengikuti kemampuan ketersediaan uang berupa logam yang sangat
terbatas tersebut.
Untuk itulah kemudian dikenal sistem uang kertas yang pertama kali ditemukan
melalui sistem penjaminan yang dalam hal ini dilakukan oleh suatu badan penjamin
sekaligus penyimpan yang disebut bank, dimana uang kertas yang dikeluarkan oleh bank
tersebut dijamin memiliki nilai yang sama atau dijanjikan akan memiliki nilai beberapa
kali lebih besar terhadap emas atau uang logam yang di simpan oleh nasabah/masyarakat
pada waktu mendatang atau pada masa yang ditentukan. Pada praktik dan
perkembangannya masing-masing, bank-bank yang pada saat itu membuat aturannya
sendiri-sendiri dan jenis-jenis jaminan/uang kertasnya masing-masing yang sangat
potensial merugikan masyarakat karena belum dikelola negara untuk memastikan tidak 6
adanya penyimpangan atau aturan yang tidak adil. Dimana pada suatu ketika seorang
nasabah berniat untuk mengambil kembali emas atau uang logam yang disimpan pada
bank tersebut dengan cara menukar kembali uang kertas yang dia dapat dari bank tersebut
ternyata harus kecewa karena uang logam yang dia terima lebih sedikit dari yang
dijanjikan atau bahkan lebih kecil dari jumlah yang sama dari yang pernah ia simpan ke
bank tersebut. Pada masa itulah mulai terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah model-
model fraud dan rekayasa dalam sektor industriyang baru ini, yaitu sektor keuangan.
Sejak itulah negara menyadari perlunya suatu bank sentral yang selanjutnya
didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis mata uang kertas yang sama
dan berlaku di suatu negara tersebut agar memiliki nilai yang stabil dan dapat dipercaya

7
karena dijamin oleh negara (dengan cara awalnya negara menjamin uang kertas tersebut
dengan sejumlah emas deposit atau logam berharga lainnya yang dicadangkan setiap
mencetak nominal uang tersebut, namun belakangan tidak lagi dan jaminannya hanya atas
nama negara saja atau sejumlah kecil emas) dan dapat dipergunakan terus menerus oleh
masyarakat dalam menjalankan aktivitas perekenomiannya di negara tersebut. Dan dengan
kewenangannya bank sentral mengatur jumlah uang yang beredar tersebut agar dapat
menggerakkan roda perekonomian dengan keseimbangan yang tepat antara peredaran
jumlah uang dan barang, dan dapat terus saling mengembangkan, dengan cara tidak sampai
menyebabkan kelebihan jumlah likuiditas/uang yang beredar dalam perekonomian negara
tersebut yang dapat menyebabkan inflasi (naiknya harga-harga atau turunnya nilai uang),
dan juga sebaliknya jangan sampai terjadi kekurangan likuiditas yang dapat menyebabkan
perekonomian sulit bergerak apalagi untuk berkembang.
Pada mulanya Bank Sentral dinamakan Bank sirkulasi (bank of issue) yang
bertugas mempertahankan konversi uang kertas yang dikeluarkan terhadap emas atau perak
atau keduanya. Dalam perkembangannya bank sirkulasi menjalankan fungsi mengawasi
dan mengatur perbankan, mengontrol dan mengendalikan jumlah uang beredar dan
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.
2.3. Sejarah Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) berawal dari De Javasche Bank NV (DJB) yang didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 24 Januari 1827. Pada waktu itu, DJB
bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainya serta
melakukan kegiatan bank umum. Pemerintah Belanda memberikan hak oktrooi kepada
DJB, yaitu hak untuk mencetak dan mengedarkan uang Gulden Belanda.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur
kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain
yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia
juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran
produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan
UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus
pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia,
termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya
menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan
ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses
perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

8
2.4 Kelembagaan BI
2.4.1 Status dan Kedudukan BI
Dilhat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai
lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti
Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung.
Kedudukan BI juga tidak sama dengan Departemen karena 8 kedudukan BI berada di luar
pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan
efisien. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam
melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan
DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya.
Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI setiap awal tahun anggaran
menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter dan
rencana kebijakan moneter yang akan datang. Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan
wewenang setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI
menyampaikan rencana dan realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR.
Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan
kepada BPK.
2.4.2 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan
laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk
memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung
jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan
dapat diukur dengan mudah.
Tiga Pilar Utama
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan
tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:
 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
 Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
2.4.3 Pengaturan dan Pengawasan Bank
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan
usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi
terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

9
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-
ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Berkaitan dengan
kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank
Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor
bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta
memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun
tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara
berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan
melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.
Upaya Restrukturisasi Perbankan
Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem
keuangan dan perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah
restrukturisasi perbankanyang komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna
memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong
pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus meningkatkan efektivitas pelaksanaan
kebijakan moneter.
Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan
kepercayaan masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit,
penyempurnaan ketentuan perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan bank. Selain itu
bank Indonesia mempunyi tugas melakukan neraca pembayran.
2.5 Peran BI Pasca Terbentuknya OJK
Tugas BI setelah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) relatif berkurang
karena tugas BI yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan perbankan, khususnya
microprudential sudah diserahkan ke OJK sejak tanggal 1 Januari 2014. Meskipuan
demikian, BI tetap mengawasi perbankan dari sisi makroprudential (stabilitas sistem
keuangan), oleh karena itu BI sebagai lembaga yang memiliki otoritas di bidang keuangan
(sistem keuangan), maka sifat pelaksanaan tugas BI dapat diklasifikasikan berdasarkan
pendekatan makroprudesial dan mikroprudential.
1. Makaroprudensial
Dalam bidang ini Bank Sentral (BI) melaksanakan asesmen dan uapaya- upaya
untuk menjaga kestabilan harga (price stability) dan menjaga stabilitas sistem
keuangan pada umumnya.
2. Dalam bidang ini Bank sentral (BI) melakukan asesmen terhadap lembaga
keuangan yang menjadi kewajiban bank sentral sebagai Superviso atau pengawas.

Tugas BI pasca terbentuknya OJK adalah sebagai berikut


1. Merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter
2. Mengatur kelancaran sistem pembayaran
3. Stabilitas sistem keuangan

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahwa bank sentral memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
2. Keberadaan bank sentral diawali dengan berdirinya Bank Sentral Swedia (The
Riskbank of Sweden) yang beroperasi pada tahun 1668 dan diikuti oleh berdirinya Bank
Sentral Inggris (The Bank Of England) yang beroperasi pada tahun 1694. Hingga tahun
1990-an sudah ada 173 Bank Sentral.
3. Berdirinya Bank Indonesia (BI) berawal dari De Javasche Bank NV (DJB) yang
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 24 Januari 1827. Pada waktu itu,
DJB bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral
lainya serta melakukan kegiatan bank umum.
4. Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya.
Ketiga bidang tugas ini adalah:
 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
.  Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
 Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
5. Tugas BI pasca terbentuknya OJK adalah sebagai berikut
 Merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter
 Mengatur kelancaran sistem pembayaran
 Stabilitas sistem keuangan

11
Daftar Pustaka
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peranbi/peran/Contents/Default.aspx
(diakses: Sabtu, 10 Oktober 2015)
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/hubungan-
kelembagaan/negara/Contents/Default.aspx (diakses: Sabtu, 10 Oktober 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentral (diakses: Sabtu, 10 Oktober 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia#Sejarah (diakses: Sabtu, 10 Oktober
2015)

12

Anda mungkin juga menyukai