Anda di halaman 1dari 40

AIR MINUM UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN

RENDAH DI INDONESIA

Dr. Ardi Adji


Asisten Ketua Pokja Kebijakan TNP2K

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)


Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia

28 Oktober 2020 1
AIR MINUM UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH DI INDONESIA
Outline
• Kemiskinan di Indonesia
• Ketimpangan Ekonomi di Indonesia
• Profile Masyarakat Berdasarkan Akses Sumber
Air Minum
• Studi Kasus Sumber Air Minum untuk
Masyarakat Berpenghasilan rendah di DKI
Jakarta dan Indonesia
• Kesimpulan dan rekomendasi

2
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA
28 OKTOBER 2020
Kemiskinan!!!

3
Apa itu Kemiskinan dan Bagaimana Mengukurnya?

4
Apa itu Ketentanan dan Bagaimana Mengukurnya?
Tingkat kemiskinan yang semakin turun masih dihadapkan pada tantangan
Tingkat Kerentanan Tinggi
20
1,75 x GK: 106,9 juta (40%)
18
1,5 x GK: 80,2 juta (30%)
16
Jumlah penduduk (juta)

GK: 25,1 juta (9,41%)


14
12
10
8
6
4
2
0
250000 500000 750000 1000000 1250000 1500000
Pengeluaran konsumsi per kapita (Rupiah)
Sumber: Susenas Maret 2019

Note: National Poverty Line (Garis Kemiskinan (GK)) Rp 425.250,-m, BPS Susenas Mart 2019
,- 5
Tingkat Kemiskinan dan
Jumlah Penduduk Miskin 2014-2020
Terjadi Penurunan Jumlah Penduduk Miskin Dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)

29 13

Presentase Penduduk Miskin (%)


28 12
11.25 11.22 11.13
10.96 10.86 10.70
27 10.64 11
10.12
9.82 9.66 9.78
26 10
9.41
9.22
25 9

24 8

28.28 27.73 28.59 28.51 28.01 27.76 27.77 26.58 25.95 25.67 25.14 24.79 26.42
23 7
Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19 Sep-19 Mar-20

Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Tingkat Kemiskinan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik,; Berdasarkan Data Susenas Bulan Maret & September
6
Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan
Provinsi Maret 2020
Tingkat Kemiskinan menurut Provinsi (%) Jumlah Penduduk Miskin (000)

BALI 3.78 KALIMANTAN UTARA


KALIMANTAN SELATAN KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. BANGKA BELITUNG MALUKU UTARA
DKI JAKARTA KEP. RIAU
KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU SULAWESI BARAT
BANTEN BALI
KALIMANTAN TIMUR
GORONTALO
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
MALUKU UTARA
KALIMANTAN UTARA SULAWESI UTARA
RIAU PAPUA BARAT
KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR
JAMBI JAMBI
SULAWESI UTARA SULAWESI TENGGARA
JAWA BARAT BENGKULU
SULAWESI SELATAN MALUKU
SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT
INDONESIA 9.78
KALIMANTAN BARAT 367
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
JAWA TENGAH DKI JAKARTA
DI YOGYAKARTA RIAU
LAMPUNG NUSA TENGGARA BARAT
SUMATERA SELATAN BANTEN
SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN
NUSA TENGGARA BARAT ACEH
ACEH PAPUA
BENGKULU LAMPUNG
GORONTALO
SUMATERA SELATAN
MALUKU
NUSA TENGGARA TIMUR
NUSA TENGGARA TIMUR
PAPUA BARAT SUMATERA UTARA
PAPUA JAWA BARAT
JAWA TENGAH
0 5 10 15 20 25 30
JAWA TIMUR
Sumber: BPS, Maret 2020 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 7
Komoditas yang Memberi Sumbangan Terbesar
Terhadap Garis Kemiskinan Maret 2020
Rokok Penyumbang Terbesar Kedua Setelah Beras

Perkotaan Perdesaan
Komoditi Makanan (%)
Beras 20.22 Beras 25.31
Rokok kretek… 12.16 Rokok kretek… 10.98
Telur ayam ras 4.3 Telur ayam ras 3.72
Daging ayam ras 4.13 Gula pasir 2.92
Mie instan 2.34 Daging ayam… 2.43
Gula pasir 2.05 Mie instan 2.12
Kopi 1.88 Bawang… 2.01
Roti 1.8 Kopi 1.87
Kue Basah 1.79 Roti 1.81
Bawang merah 1.65 Kue basah 1.79
Tempe 1.58 Tongkol/tun… 1.62
Tahu 1.54 Cabe rawit 1.56
Komoditi Bukan Makanan (%)
Perumahan 8.38 Perumahan 7.5
Bensin 4.01 Bensin 3.37
Listrik 3.68 Listrik 2
Pendidikan 1.96 Pendidikan 1.25
Perlengkapan mandi 1.21 Perlengkapan mandi 1.08
Angkutan 0.94 Kesehatan 0.77
Pakaian jadi… 0.79 Pakaian jadi… 0.74
Sumber: Badan Pusat Statistik, 8
Ketimpangan

9
0.35

0.3
0.4
0.45
1996 0.355
1999 0.308
2002 0.329
2005 0.363

Sumber: Badan Pusat Statistik


2007 0.364
2008 0.35
2009 0.37
2010 0.32 0.38 0.38

Mar-11 0.34 0.41 0.42

Sep-11 0.33 0.39 0.40

Mar-12 0.33 0.41 0.42

Sep-12 0.33 0.41 0.43

Mar-13 0.32 0.41 0.43

Sep-13 0.32 0.41 0.42

Mar-14 0.32 0.41 0.43

Sep-14 0.34 0.41 0.43

Mar-15 0.33 0.41 0.43

Perkotaan + Perdesaan Sep-15 0.33 0.40 0.42


Rasio Gini Nasional

Mar-16 0.327 0.397 0.410

Sep-16 0.316 0.394 0.409

Mar-17 0.32 0.393 0.407

Sep-17 0.32 0.404


Perkotaan

0.391
Mar-18 0.324 0.389 0.401
Perkotaan & Perdesaan 1996 -2020

Sep-18 0.319 0.384 0.391

Mar-19 0.317 0.382 0.393

Sep-19 0.315 0.380 0.391


Perdesaan

Mar-20 0.317 0.381 0.393


10
Distribusi Penduduk Menurut Status Kemiskinan dan
Rata-rata Pengeluaran Perkapita Nasional
Jumlah Pengeluaran Perkapita

Kelompok
Rumah Bukan
Individu ART Makanan Total
tangga Makanan

Tidak Miskin 66,059,865 242,161,810 4.37 608,425 641,744 1,250,169

Miskin (Aktual) 5,377,802 25,144,742 5.45 227,065 120,255 347,319

Pengeluaran Perkapita

Kurang dari GK Makanan 1,067,685 5,317,392 5.86 184,596 93,459 278,056

Sangat Miskin 1,682,759 8,227,408 5.73 193,597 100,232 293,830

Miskin 3,695,043 16,917,334 5.32 243,341 129,992 373,333

Hampir Miskin 4,495,588 19,912,760 5.09 303,582 164,346 467,928

Rentan Miskin Lainnya 11,177,287 46,842,406 4.82 374,038 223,974 598,012

Total 71,437,667 267,306,552 4.47 572,551 592,689 1,165,241

Sumber: Susenas Maret 2019


11
Pendorong Utama Ketimpangan

1. Ketimpangan sejak awal kehidupan dalam hal peluang dan


akses pelayanan dasar (Pendidikan; Kesehatan; Infrastruktur
Dasar seperti Air Bersih, Sanitasi, dan Listrik)
2. Ketimpangan kualitas pekerjaan dimana bagi mereka yang
terampil memperoleh penghasilan yang tinggi, sementara
mereka yang kurang terampil terjebak dalam pekerjaan dengan
produktivitas dan upah rendah
3. Tingginya konsentrasi kekayaan pada sekelompok kecil
masyarakat
4. Rendahnya kemampuan menghadapi guncangan karena
tidak semua memiliki perlindungan dan jaminan sosial
(Guncangan dapat berupa guncangan ekonomi, kesehatan, dan
bencana alam)

Sumber: Indonesia’s Rising Divide, World Bank 2015


12
Profile Masyarakat Berdasarkan
Akses Sumber Air Minum

13
Akses terhadap Sumber Air Minum Bersih dan Air Minum
Layak, SSN Maret 2019

Perkotaan/ Perdesaan/
Keterangan Total
Urban Rural

• Persentase Rumah Tangga dengan Sumber air


minum bersih /Percentage of Households with 82,13 62,84 73,65
Source of Clean Drinking Water

• Persentase Rumah Tangga dengan Akses Air


Minum Layak /Percentage of Households with 95,63 81,15 89,27
Access of Decent Drinking Water

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS, 2019


Keterangan :
• Sumber air minum bersih adalah sumber air minum yang terdiri dari air kemasan, air isi ulang, leding,
dan [(sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung) dengan jarak ke tempat
penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat ≥ 10 m]
• Akses air minum layak adalah sumber air minumnya terdiri leding, air hujan, sumur bor/pompa, sumur
terlindung serta mata air terlindung dan sumber air minum kemasan/air isi ulang dimana sumber air
cuci/ masak/mandi/dll menggunakan sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung.
14
Akses terhadap Sumber Air Minum Utama Indonesia,
SSN Maret 2019 (%)
Keterangan Tidak Miskin Miskin Total

RT dengan akses pada sumber air minum


44.5% 54.6% 50.99%
terlindung

- leding 10.3% 7.6% 10,08 %

- Sumur Bor/Pompa 16.4% 16.5% 16,36 %

- Sumur Terlindung 10.2% 15.8% 16,91 %

- Mata Air Terlindung 5.6% 10.7% 5,42 %

- Air Hujan 2.1% 4.1% 2,22 %

RT dengan akses pada sumber air minum


84.8% 68.7% 89.2%
terlindung dan air kemasan dan air Isi Ulang

RT dengan sumber air minum utama: air


40.2% 14.1% 38.3%
kemasan dan air isi ulang

Keterangan : Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS, 2019


• Akses air minum layak adalah sumber air minumnya terdiri leding, air hujan, sumur bor/pompa, sumur
terlindung serta mata air terlindung dan sumber air minum kemasan/air isi ulang dimana sumber air
cuci/ masak/mandi/dll menggunakan sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung. 15
1
16
Akses terhadap Sumber Air Minum Utama Indonesia,
Berdasarakan Pulau Jawa Bali dan off Jawa Bali SSN Maret 2019 (%)
Tidak Miskin Miskin
Keterangan Off Jawa Off Jawa
Jawa Bali Total Jawa Bali Total
Bali Bali

RT dengan akses pada sumber air minum


53.65% 50.85% 52.55% 75.11% 61.52% 69.05%
terlindung

- leding 9.69% 11.21% 10.29% 7.5% 7.6% 7.6%


- Sumur Bor/Pompa 19.85% 10.94% 16.36% 21.6% 10.1% 16.5%
- Sumur Terlindung 15.95% 16.54% 16.18% 29.0% 21.9% 25.9%
- Mata Air Terlindung 7.87% 7.34% 7.66% 16.3% 13.6% 15.1%

- Air Hujan 0.29% 4.82% 2.06% 0.7% 8.3% 4.1%

RT dengan akses pada sumber air minum


terlindung dan air kemasan dan air Isi 95.86% 87.97% 92.77% 89.23% 75.63% 83.16%
Ulang
RT dengan sumber air minum utama: air
42.21% 37.12% 40.22% 14.1% 14.1% 14.1%
kemasan dan air isi ulang

RT yang tidak ada sumber sumber air


4.14% 12.03% 7.23% 10.77% 24.37% 16.84%
minum (Selain air kemasan)

Sumber: Susenas BPS, 2019, diolah


Penduduk Miskin Diluar Pulau Jawa Bali 24,37% tidak bisa
mengakses air Munum yang Layak 1 17
Akses terhadap Sumber Air Minum Utama Indonesia,
Berdasarakan Urban dan Rural Area, SSN Maret 2019 (%)

Tidak Miskin Miskin


Keterangan
Urban Rural Total Urban Rural Total

RT dengan akses pada sumber air minum


44.3% 63.6% 52.6% 68.7% 69.3% 69.0%
terlindung

- leding 12.7% 7.0% 10.3% 12.3% 4.6% 7.6%


- Sumur Bor/Pompa 16.1% 16.7% 16.4% 20.1% 14.2% 16.5%
- Sumur Terlindung 11.5% 22.6% 16.2% 27.9% 24.5% 25.9%
- Mata Air Terlindung 3.2% 13.7% 7.7% 6.7% 20.4% 15.1%
- Air Hujan 0.8% 3.8% 2.1% 1.7% 5.6% 4.1%
RT dengan akses pada sumber air minum
terlindung dan air kemasan dan air Isi 98.0% 85.7% 92.8% 92.9% 77.0% 83.2%
Ulang
RT dengan sumber air minum utama: air
53.7% 22.0% 40.2% 24.2% 7.8% 14.1%
kemasan dan air isi ulang

RT yang tidak ada sumber sumber air


2.0% 14.3% 7.2% 7.1% 23.0% 16.8%
minum (Selain air kemasan)

Sumber: Susenas BPS, 2019, diolah


Penduduk Miskin Di Perdesaan 23% tidak bisa mengakses air
Munum yang Layak 1 18
Karakteristik Demografi Rumah Tangga
Berdasarkan Akses Air Minum
Tidak Miskin Miskin Total
Keterangan
No No
No Akses Akses Akses Akses
Akses Akses
Water Water Water Water
Water Water

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Orang)


3.61 3.67 4.53 4.69 3.75 3.74

Anggota Rumah Tangga Usia Sekolah (%) 23.9% 23.7% 27.5% 27.1% 24.5% 23.9%

Anggota Rumah Tangga Usia Produktif (%) 67.6% 70.1% 56.0% 57.1% 65.9% 69.2%

Kepala Rumah Tangga Perempuan (%) 15.0% 15.4% 16.4% 16.2% 15.3% 15.5%

Usia Kepala Rumah Tangga (Tahun)


48.90 48.16 50.10 50.82 49.08 48.35

Angka ketergantungan cenderung lebih tinggi pada masayarakat miskin dengan


tidak ada akses ke air minum yang layak, dimana angora RT banyak, anggota rumah
tangga usia sekolah terbesar dan anggota rumah tangga usia produktif terkecil, serta
tingginya persentase kepala rumah tangga perempuan dan Usia kepala ruma tangga
cenderung lebih tua 19
Karakteristik Kondisi Perumahan Rumah Tangga
Berdasarkan Akses Air Minum
Tidak Miskin Miskin Total
Keterangan No No
No Akses Akses Akses Akses
Akses Akses
Water Water Water Water
Water Water

RT tidak memiliki rumah (%) 11.0% 20.8% 10.9% 13.7% 11.0% 20.32%

RT Tidak Berlistrik (%) 2.4% 0.8% 6.6% 4.2% 3.0% 1.07%

RT berlantai tanah (%) 7.0% 3.6% 18.2% 12.1% 8.7% 4.24%

RT tidak memiliki toilet (%) 0.3% 0.1% 0.3% 0.3% 0.3% 0.12%

Kondisi perumahan penduduk yang tidak punya akses air minum


cenderung kurang fasilitas lainnya, dimana tidak berlistrik, berlantai tanah
dan tidak memiliki toilet
20
Karakteristik Kondisi Pendidikan Rumah Tangga
Berdasarkan Akses Air Minum
Tidak Miskin Miskin Total

Keterangan No
No Akses Akses Akses No Akses Akses
Akses
Water Water Water Water Water
Water

Kepala Rumah Tangga tidak


31.4% 19.8% 42.6% 36.4% 33.1% 21.0%
bersekolah

Kepala Rumah Tangga lulus SD 36.5% 27.5% 33.7% 36.9% 36.1% 28.2%

Kepala Rumah Tangga lulus SMP 15.3% 16.3% 13.6% 14.2% 15.0% 16.1%

Kepala Rumah Tangga lulus SMA 14.3% 26.7% 9.3% 11.3% 13.6% 25.6%

Kepala Rumah Tangga lulus PT 2.4% 9.7% 0.8% 1.2% 2.2% 9.1%

Kondisi Pendidikan Rumah Tangga yang tidak ada akses air minum, cenderung
Kepala Rumah Tangganya tidak bersekolah dan hanya Tamat SD mencapai 76,3,6%
21
Karakteristik Status Pekerjaan Kepala Rumah Tangga
Berdasarkan Akses Air Minum
Tidak Miskin Miskin Total
Keterangan No No
No Akses Akses Akses Akses
Akses Akses
Water Water Water Water
Water Water
Tidak Bekerja 9.1% 13.0% 12.5% 14.2% 9.6% 13.1%
Berusaha Sendiri 29.4% 24.4% 27.9% 25.5% 29.2% 24.5%
Berusaha dibantu buruh tidak
tetap/buruh tidak dibayar 21.0% 13.1% 27.7% 22.2% 22.0% 13.8%
Berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar 3.4% 4.1% 1.5% 1.7% 3.2% 3.9%
Buruh/karyawan/pegawai 24.2% 35.9% 16.7% 20.5% 23.1% 34.8%
Pekerja Bebas 11.9% 8.6% 12.8% 14.8% 12.0% 9.1%
Pekerja keluarga atau tidak
dibayar 0.9% 0.8% 0.9% 1.0% 0.9% 0.8%

Status pekerjaan Kepala RT yang tidak ada akses air minum cenderung bekerja di
sektor informal, seperti penduduk miskin 69,3%, demikian juga penduduk tidak miskin
yang tidak ada akses air minum 63,3% bekerja di sektor informal
22
Studi Kasus Sumber Air Minum
Masyarakat DKI Jakarta dan Indonesia

23
Akses terhadap Sumber Air Minum Utama DKI Jakarta,
SSN Maret 2019 (%)
Keterangan Tidak Miskin Miskin Total

RT dengan akses pada sumber air


21.8% 39.2% 22.2%
minum terlindung
- leding 9.5% 17.8% 9.7%
- Sumur Bor/Pompa 11.8% 20.2% 12.0%
- Sumur Terlindung 0.4% 1.1% 0.5%
- Mata Air Terlindung 0.0% 0.0% 0.0%
- Air Hujan 0.0% 0.1% 0.0%
RT dengan akses pada sumber air
minum terlindung dan air kemasan dan 99.9% 100.0% 99.9%
air Isi Ulang
RT dengan sumber air minum utama: air
78.1% 60.7% 77.7%
kemasan dan air isi ulang
Keterangan : Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS, 2019
• Akses air minum layak adalah sumber air minumnya terdiri leding, air hujan, sumur bor/pompa, sumur
terlindung serta mata air terlindung dan sumber air minum kemasan/air isi ulang dimana sumber air
cuci/ masak/mandi/dll menggunakan sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung. 24
2
Ideal Penyediaan Air Minum
KONDISI IDEAL
Dasar hukum : PP no.122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum
Air Minum adalah Air Minum Rumah Tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
SPAM jaringan perpipaan diselenggarakan untuk menjamin kepastian kuantitas,
kontinuitas, dan kualitas Air Minum sesuai Permenkes no.492/2010
Tujuan penyelenggaraan SPAM:
a) tersedianya pelayanan air minum untuk memenuhi hak rakyat atas Air Minum;
b)terwujudnya pengelolaan dan pelayanan Air Minum yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau;
c) tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan dan BUMN, BUMD, UPT, UPTD,
Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha; dan
d)tercapainya penyelenggaraan Air Minum yang efektif dan efisien untuk memperluas
cakupan pelayanan Air Minum
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh:
a) BUMN/BUMD;
b)UPT/UPTD;
c) Kelompok Masyarakat; dan/atau
d)Badan Usaha

25 25
Realita Penyediaan Air Bersih
Fakta
• Air minum yang dipasok oleh penyelenggara (PDAM dan
PAM Jaya) melalui jaringan perpipaan tidak bisa langsung
diminum oleh masyarakat, sehingga masyarakat terpaksa
memenuhi kebutuhan air minum dengan membeli air
minum kemasan.
• Sekalipun penyelenggara SPAM menjamin kualitas air
minum yang keluar dari reservoir, namun sepanjang
jaringan pipa distribusi ada kemungkinan untuk tercemar
(pipa tidak sesuai spek, usang, korosi, ataupun kebocoran
pipa).
• PAM Jaya mengklaim cakupan layanan di Jakarta mencapai
60% (sumber: website pamjaya) Klaim ini disangsikan KPK
karena hasil kajian Badan Geologi ditemukan konsumsi air
tanah DKI masih 70%, artinya PAM Jaya hanya melayani 30%
kebutuhan air Jakarta.

26 26
Realita Penyediaan Air Bersih
Fakta
• Ada satu ketimpangan penyedian Air Minum diman Jaringan yang
tidak mencukupi sampai ke kelompok warga miskin.
• Rendahnya akses juga dikarenakan jaringan tidak sampai ke
rumahnya, sehingga keluarga miskin harus membayar lebih mahal
karena harus membeli air jrigen.
• Apabila harga dihitung berdasarkan volumenya harga air untuk
orang miskin lebih mahal dari keluarga elit di jkarta
• Menurut Anies, harga airnya begitu mahal. Modal
produksi hanya Rp680/meter kubik, di jual ke
konsumen Rp7500/meterkubik. “Untung 1000 persen lebih, bagi
hasil 22 persen keuntungan terus didapat, fasilitas infrastruktur
menggunakan milik PT PAM Jaya DKI, tapi target tidak
tercapai, kedua perusahaan swasta untung besar,” tuturnya.
Sumber : https://koranpelita.com/2019/03/02/anies-siap-hadapi-
mafia-air/

27 27
Pembagian Kewenangan Pemerintah
Dari air baku ke unit produksi -> Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR
Dari unit produksi sampai jaringan distribusi utama -> Direktorat PSPAM, Dirjen Cipta Karya PUPR

Dari jaringan distribusi utama ke sambungan rumah -> dibiayai


APBD, tanggung jawab Pemda dan PDAM setempat

28 28
Kegagalan Penyediaan Air Minum yang Layak
• Pembagian kewenangan berdasarkan batas administratif membuat
kinerja pemerintah lambat dalam menanggapi situasi lapangan.
• Perbedaan kualitas antara air dalam reservoir PAM Jaya dengan air
yang sampai di rumah tangga pelanggan menunjukkan masalah
pada jaringan distribusi
• Masalah pemeliharaan pipa jaringan distribusi yang setelah
diserahterimakan PSPAM CK (Pemerintah Pusat) menjadi
sepenuhnya tanggung jawab Pemerintah Daerah.
• Data panjang pipa jaringan distribusi utama tidak tersedia karena
belum pernah dilakukan rekapitulasi.
• Pemerintah menjalankan fungsi penyelenggaraan air minum sebagai
business as usual, tanpa usaha mencapai target SDGs

Kualitas Layanan Air Minum Diturunkan


Ke Level Air Bersih
29
Akibat dari Kegagalan Penyedian Air Minum yang Layak (1)

30 30
Akibat dari Kegagalan Penyedian Air Minum yang Layak (2)

31 31
Konsekuensi Kerugian Ekonomi Indonesia
Perhitungan Kerugian Ekonomi yang harus ditanggung masyarakat setiap tahunnya untuk
mendapatkan air minum yang layak
Tidak satua
No Keterangan Miskin Total
Miskin n
1 Populasi Indonesi (BPS 2019) 242,161,810 25,144,742 267,306,552 orang

2 Rumah Tangga Indonesia yang membeli air kemasan (Bermerk) 11.0% 0.5% 10.2% %

3 Rumah Tangga Indonesia yang membeli air kemasan (Isi Ulang) 29.2% 13.6% 28.0% %

9 Harga air kemasan bermerk rata-rata per liter Rp


894.74 894.74 894.74
10 Harga air kemasan isi ulang rata-rata per liter Rp
368.42 368.42 368.42
11 Kebutuhan air rata-rata individu per tahun (3 liter/hari x 365 hari) liter
1,095 1,095 1,095
Biaya yang dikeluarkan untuk memperleh air minum kemasan
14 Milyar
bermerk di Indonesia 26,192.94 124.99 26,836.16
Biaya yang dikeluarkan untuk memperleh air minum kemasan isi
15 Milyar
ulang di Indonesia 28,505.21 1,379.94 30,200.69
17 Total Konsumsi Air Kemasan di Indonesia per Tahun 2019 Milyar
54,698.15 1,504.93 57,036.85

Rp 57 Triliyun/tahun hanya untuk konsumsi air


kemasan di Indonesia
32 32
Konsekuensi Kerugian Ekonomi DKI Jakarta
Perhitungan Kerugian Ekonomi yang harus ditanggung masyarakat setiap tahunnya untuk
mendapatkan air minum yang layak

Tidak
No Keterangan Miskin Total satuan
Miskin
1 Populasi DKI Jakarta 10,169,678 365,55110,535,229 orang
Rumah Tangga Jakarta yang membeli air kemasan
2 (Bermerk) 42.4% 6.7% 41.5% %

Rumah Tangga Jakarta yang membeli air kemasan (Isi


3 Ulang) 35.8% 54.1% 36.2% %

Kebutuhan air rata-rata individu per tahun (3 liter/hari x


4 365 hari) liter
1,095 1,095 1,095
Biaya yang dikeluarkan untuk memperleh air minum
5 kemasan bermerk di DKI Jakarta Milyar
4,220.39 23.87 4,286.78
Biaya yang dikeluarkan untuk memperleh air minum
6 kemasan isi ulang di DKI Jakarta Milyar
1,467.76 79.74 1,538.53
7 Total Konsumsi Air Kemasan di DKI per Tahun 2019 Milyar
5,688.16 103.61 5,825.31

Rp 5,8 Triliyun/tahun hanya untuk konsumsi air


kemasan di DKI Jakarta.
33 33
Konsekuensi Ekonomi
Perhitungan Kerugian Ekonomi yang harus ditanggung masyarakat setiap tahunnya untuk
mendapatkan air minum yang layak

Total Konsumsi Air Kemasan di DKI per Total Konsumsi Air Kemasan di Indonesia per
Tahun 2019 Tahun 2019

Total Konsumsi
Total Air Kemasan di
Konsumsi Air Indonesia per
Tahun 2019,
Kemasan di 1,504.93
DKI per Tahun
2019, 103.61

Total Konsumsi Air


Kemasan di DKI per
Tahun 2019,
Total Konsumsi Air
5,688.16 Kemasan di
Indonesia per Tahun
2019, 54,698.15
Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Miskin

Rp 5,8 Triliyun/tahun hanya untuk konsumsi air kemasan di DKI Jakarta.


Rp 57 Triliyun/tahun hanya untuk konsumsi air kemasan
di Indonesia 34 34
Kesimpulan dan Rekomendasi

35
1 | Urgensi Peningkatan Akses Air Minum yang Layak:
• Dari sisi Demografi, angka ketergantungan cenderung lebih tinggi pada
masyarakat miskin dengan tidak ada akses ke air minum yang layak,
dimana angora RT banyak, anggota rumah tangga usia sekolah terbesar
dan anggota rumah tangga usia produktif terkecil, serta tingginya
persentase kepala rumah tangga perempuan dan Usia kepala ruma tangga
cenderung lebih tua
• Kondisi perumahan penduduk yang tidak punya akses air minum
cenderung kurang fasilitas lainnya, dimana tidak berlistrik, berlantai tanah
dan tidak memiliki toilet
• Kondisi Pendidikan Rumah Tangga yang tidak ada akses air minum,
cenderung Kepala Rumah Tangganya tidak bersekolah dan hanya Tamat
SD mencapai 76,3,6%
• Status pekerjaan Kepala RT yang tidak ada akses air minum cenderung
bekerja di sektor informal, seperti penduduk miskin 69,3%, demikian juga
penduduk tidak miskin yang tidak ada akses air minum 63,3% bekerja di
sektor informal

36
2| Meninjau kembali Konsep dalam SDGs Indonesia
untuk Cakupan Air Minum :
• Mendapatkan akses air minum yang aman adalah hak asasi manusia
karena merupakan elemen penting untuk mempertahankan
kehidupan dan menjaga kesehatan manusia. Oleh karena itu
mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang
aman dan terjangkau menjadi salah satu target dari Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
• Pada prakteknya terjadi kegagalan pemerintah dalam penyediaan air
minum untuk masyarakat, kualitas air minum yang disalurkan
melalui jaringan perpipaan tidak sesuai dengan persyaratan
kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan dan
tidak dapat langsung diminum oleh masyarakat.
• Kegagalan Pengelolalan Air Minum menyebabkan terjadinya
lonjakan kebutuhan air kemasan dari 4,1% pada tahun 2005 menjadi
38,3% pada tahun 2019 terutama pada DKI Jakarta dengan tingkat
konsumsi air kemasan terbanyak di Indonesia dalam 10 tahun
terakhir yaitu 77,7% dari total pengguna rumah tangga.

37
3 | Penyediaan Air Minum bagi masyarakat Indonesia,
terutama bagi yang berpendapatan rendah
• Konsekuensi kerugian ekonomi yang harus ditanggung
masyarakat akibat kegagalan pengelolaan air minum adalah
selama satu tahun masyarakat DKI Jakarta menghabiskan dana
sekitar Rp 5,7 triliun untuk mengkonsumsi air kemasan,
sedangkan secara Nasional sebesar Rp. 54,7 Triliun.
• Penduduk Miskin di Indonesia hanya 54,6 % mendapatkan
pelayanan air minum yang layak, 35,3% tidak mendapatkan
akses air minum yang layak serta 14,1 % menggunakan air
kemasan. Konsekwensi kerugian ekonomi penduduk miskin
karena menkonsumsi air kemasan sebesar 1,5 triliun per tahun
di Indonesia.
• Air Minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
selau tersedia, keberpihakan kebijakan kepada masyarakat
menjadi sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya alam.

38
PENUTUP
• Urgensi Peningkatan Akses Air Minum
yang Layak Bagi Masyarakat secara
keseluruhan
• Meninjau kembali Konsep dalam
SDGs Indonesia untuk Cakupan Air
Minum → Penyediaan Air Minum yang
dapat langsung diminum
• Penyediaan Air Minum bagi
masyarakat Indonesia, terutama bagi
yang berpendapatan rendah
• Masyarakat miskin membayar air
minum lebih mahal dibandingkan
masyarakat tidak miskin,
39
Terima kasih

Ardi Adji
08128988215
(ardi.adji@tnp2k.go.id/win.djeroh@gmail.com) 40

Anda mungkin juga menyukai